Please, Choose Me

Chanyeol dan Baekhyun adalah sepasang suami istri yang bahagia 'dulu'. Ya, itu dulu. Chanyeol yang pada dasarnya seorang playboy, tidak bisa begitu saja meninggalkan kebiasan buruknya mempermainkan hati wanita. Akankah kehadiran seorang anak diantara mereka mampu mengubahnya ?

.

.

.

Warning ! GS for submissive

Chara : Chanyeol, GS! Baekhyun, GS! Luhan, GS! Kyungsoo

Tokoh akan semakin bertambah seiring waktu

No flame

No bash

.

Happy Reading~

.

.

.

Hujan turun dengan derasnya malam ini. Kulangkahkan kaki kecilku menuju sebuah halte di depan sana. Manikku menemukan seorang pria dengan hoodie abu-abunya tampak berteduh dari hujan sama sepertiku. Aku terus memperhatikannya, tubuhku yang basah kuyup kuabaikan begitu saja. Entahlah, sosok ini seperti menarikku ke dalam lubang hitam.

"Ada sesuatu yang salah dengan penampilanku, nona ?" suara husky memasuki pendengaranku

"T-tidak ada. Maafkan aku" ucapku tergagap, bodohnya aku yang terus memperhatikannya hingga ia menyadari jika ia tengah diperhatikan olehku

"Kau basah kuyup" ucapnya yang lebih terdengar seperti pernyataan dibanding pertanyaan

Aku membuka mulut, hendak mengucapkan sesuatu namun aku tak menemukan satu katapun yang pantas kuucapkan. Aku pun kembali menutup mulutku. Tiba-tiba, sebuah jaket kulit berwarna hitam berada di hadapanku. Aku mengangkat wajahku, menatap sang pelaku penyodoran.

"Pakailah. Kau tampak kedinginan" ucapnya sambil tersenyum lebar

"Terima kasih"

"Park Chanyeol"

"Huh ? Maaf ?"

"Namaku Park Chanyeol"

"Ah, aku Baekhyun. Byun Baekhyun"

Kami terdiam cukup lama hingga langit tak lagi meneteskan air hujan. Aku melirik pria di sampingku, ia nampak masih nyaman berdiri di halte ini. Aku memberanikan diri untuk berbicara.

"Chanyeol-ssi, kau tak berniat untuk pulang ?"

"Kau sendiri ?" ia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan, ini sungguh menyebalkan

"Aku menunggu kakakku"

"Aku akan menunggumu terlebih dahulu" ucapnya tanpa menatapku, lebih baik ia tak menatapku agar ia tak melihat rona merah yang tengah menghiasi pipiku

Sebuah honda jazz merah tampak berhenti di depan kami. Sang pengemudi menurunkan kacanya. Itu kakak perempuanku, Luhan.

"Chanyeol-ssi, jemputanku sudah datang. Aku pulang dulu" pamitku pada pria jangkung di sampingku, ia hanya mengangguk sebagai jawaban

Aku masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil kakakku melaju, aku melambaikan tanganku padanya.

"Siapa dia ?"

"Chanyeol. Park Chanyeol" jawabku sambil mengulum senyum

"Sepertinya dia orang baik.."

"Tentu saja" potongku

"Sepertinya dia orang baik hingga memberikan jaketnya padamu"

'Apa ?' aku menyeritkan dahi mendengar ucapannya, aku melirik tubuhku yang tengah terbalut sebuah jaket kulit yang tentu saja bukan milikku

"Kyaa ! Aku lupa mengembalikannya. Bagaimana ini, eonni ?" jeritku histeris

"Aku tak tahu" jawabnya dengan nada sing a song

"Eonni, bantu aku. Apa yang harus kulakukan ?" aku mengguncangkan bahunya

"Yak ! Kau mau mati, hah ?! Aku sedang menyetir, bodoh" ucapnya sambil menyetil dahiku

"U-uh, mianhae"

Aku memilih untuk bungkam hingga jazz merah ini terparkir sempurna di mansion kami.

"Cepat turun"

Aku turun tanpa mengucapkan apapun. Luhan-eonni pasti masih emosi karena kejadian tadi. Aku menghempaskan tubuhku di sofa dan disambut teriakan oleh Luhan-eonni.

"Gyaah ! Jangan duduk di sofa ! Kau membuat sofanya basah, pabbo. Cepat mandi !"

"M-mianhae" ucapku lalu melesat ke dalam kamar

Aku melepas jaket milik Chanyeol, senyum manis terkembang di bibirku. Dia sangat tampan, seandainya saja aku bisa bertemu dengannya lagi.

"Baekhyun ! Aku menyuruhmu mandi bukan memeluk jaket itu sambil tersenyum seperti orang gila !" Luhan-eonni tiba-tiba saja berada di ambang pintu kamarku

"Ne" jawabku pelan, ia pun menutup pintu

.

.

"Eonni"

"Hmm ?" gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi

"Bagaimana caraku mengembalikan jaket itu ?"

"Mana ku tahu" jawabnya acuh

"Ayolah, eonni. Bantu aku. Kau memiliki kemampuan untuk melacak seseorang kan ?" ucapku err.. lebih tepatnya rengekku sambil mengguncangkan bahunya

"Ish, baiklah baiklah. Dasar cerewet"

"Terima kasih, eonni" aku memeluknya erat

"Siapa namanya ?" tanya Luhan-eonni sambil menggenggam ponselnya

"Park Chanyeol"

"Umm baiklah. Ini dia. Park Chanyeol, CEO Park Corporation. Terdaftar sebagai mahasiswa manajemen semester lima di SM University. Ia hidup seorang diri sejak keluarganya tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Dikenal sebagai playboy di kampusnya"

"SM University ya ? Kenapa aku tak pernah melihatnya" gumamku

"Che, kemana saja kau selama ini ? Padahal ia sangat terkenal di kampus" cibir Luhan-eonni

"Yak ! Jangan mengejekku, eonni"

"Apa benar kalau ia itu... playboy ?"

"Kau meragukan informasi dariku ?"

"Bu-bukan begitu, eonni. Hanya saja ia terlihat seperti pria baik-baik"

"Tch, kau bahkan baru bertemu dengannya sekali. Bagaimana mungkin kau bisa seyakin itu ?"

Aku tak berniat membalas ucapan eonni. Sial sekali hidupku, mengapa aku harus jatuh cinta pada seorang playboy.

"Kau sudah mencuci jaketnya ?"

"Huh ?"

"Kau sudah mencuci jaket milik playboy itu ?" ulang eonni

"Sudah" jawabku pelan

"Kembalikan padanya besok. Sekarang cepat tidur"

"Ne. Selamat malam, eonni"

"Selamat malam, Baekki"

Aku merebahkan diri di atas ranjang. Manikku menatap langit-langit kamar namun pikiranku melayang pada seseorang di luar sana yang baru kutemui sekali. Hah, aku sangat menyukainya. Suaranya, senyumnya, perhatiannya, semuanya membuatku merasa begitu nyaman berada di dekatnya. Inikah yang dinamakan love at first sight ?

Aku memeluk guling di sampingku. Seandainya saja guling ini adalah Park Chanyeol. Astaga, apa yang kupikirkan. Sejak kapan aku jadi mesum seperti ini. Aku memejamkan mata, mencoba mengusir bayangan Chanyeol dari benakku.

.

.

.

"Baekki.." aku menolehkan kepalaku saat mendengar suara husky yang tak asing lagi

"Chanyeol-sunbae ?"

"Bagaimana keadaanmu ? Kau tak terserang demam setelah hujan-hujanan kemarin kan ?"

"A-aku baik-baik saja, sunbae"

"Baguslah, aku sangat mengkhawatirkanmu"

Aku terdiam, rona merah kuyakini mulai menjalar di pipi chubbyku ini.

"Baekki.."

"Y-ya, sunbae ?" wajahnya berada tepat di depan wajahku, astaga aku lupa caranya bernafas

"Panggil aku Chanyeol, jangan seformal itu" Chanyeol memajukan wajahnya, aku memejamkan mata. Aku tak sanggup melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa ia akan menciumku ? Ya Tuhan, aku bisa meraskan deru nafasnya. Kurasakan bibirnya menempel lembut pada bibirku dan...

BYUUUUUR

"Yak ! Byun Baekhyun ! Kau pikir ini masih jam berapa, hah ?! Cepat mandi !"

"Mimpi ?" ucapku pelan

"Byun Baekhyun ! Kau ingin aku menyirammu lagi ?!"

Baiklah, yang tadi itu hanya mimpi. Tch, menyebalkan sekali. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dengan bibir yang tak berhenti mengoceh.

Aku membuka lemari dan mencari pakaian yang akan kupakai ke kampus pagi ini. Pilihanku jatuh pada kemeja ungu polos yang kupadukan dengan celana jeans. Setelah selesai berpakaian, aku turun ke ruang makan. Tampak Luhan-eonni tengan menata sarapan untuk kami berdua. Ya, orang tua kami telah meninggal dunia sejak tiga tahun yang lalu.

"Selamat pagi, eonni" sapaku tulus

"Selamat pagi. Ayo sarapan"

Aku melahap omelet buatan Luhan-eonni dengan semangat. Beruntungnya aku memiliki seorang kakak sepertinya. Well, ia bukanlah kakak kandungku. Appa menikah dengan eommanya setelah dua tahun kepergian eomma kandungku. Namun, kebahagiaan keluarga kami tak berlangsung lama sebab appa dan eomma meninggal karena kecelakaan. Tragis memang, namun Luhan-eonni dengan tegar menggantikan posisi appa dan eomma untukku.

"Baekki, apa yang kau pikirkan ?" suara lembutnya menyapa pendengaranku

"Aku.. merindukan appa dan Xi-eomma" jawabku sambil menundukkan kepala

PUK

Aku mengangkat wajahku saat sebuah tangan menepuk kepalaku pelan. Aku melihat Luhan-eonni tengah menatapku lembut.

"Aku juga merindukan mereka. Kita bisa mengunjungi makam mereka akhir pekan nanti"

"Benarkah ?" tanyaku dengan mata berbinar

"Tentu saja. Nah, sekarang cepat berangkat" aku mengangguk sebagai jawaban lalu melesat keluar

.

.

Hah, akhirnya sampai juga di kampus. Kulirik jam yang melingkar di tangan kiriku. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Masih ada tiga puluh menit sebelum kelas dimulai. Aku memutuskan untuk mencari Chanyeol-sunbae untuk mengembalikan jaket miliknya kemarin.

"Sunbae.." panggilku pada namja jangkung yang berjarak satu meter di depanku

"Byun Baekhyun ?" ucapnya saat berada di hadapanku

"Aku ingin mengembalikan jaket milik sunbae"

"Untukmu saja"

"Ta-tapi..."

"Anggap saja sebagai hadiah perkenalan" ia tersenyum sembari memamerkan deretan giginya yang rapi, mau tak mau aku pun ikut tersenyum. Namun jam yang melingkar di tanganku tak mau diajak kompromi. Aku pun mengakhiri pembicaraan kami pagi itu.

Kulangkahkan kakiku menuju kelas psikologi. Sepertinya aku mulai tak waras, salahkan Park Chanyeol yang sudah mengambil seluruh kewarasanku.

"Baek, kau baik-baik saja ? Tanya Kyungsoo, sahabatku

"Umm yeah kurasa"

"Kau itu calon psikolog bukan psikopat" ucapnya dengan wajah datar

"Yak ! Kau menghinaku ?!"

"Aniya"

Baru saja aku ingin membalas ucapannya tapi Lee-saem sudah terlebih dahulu masuk ke ruang kelas. Kami pun memperhatikan materi yang diberikan oleh Lee-saem.

.

.

Kelas Lee-saem telah berakhir. Aku melangkahkan kaki menuju kafetaria kampus namun sial bagiku sebab kafetaria dipenuhi oleh lautan mahasiswa. Tiba-tiba, telingaku mendengar seseorang tengah memanggil namaku. Beberapa meter di depanku, tampak sunbae yang kukagumi melambaikan tangan padaku. Aku berjalan menuju ke arahnya. Walaupun aku sedikit ragu apa benar ia memanggilku.

"H-hai, sunbae" sapaku saat berada di hadapannya

"Duduklah. Kau mau pesan apa ? Biar kupesankan"

"Umm, sandwich dan chocolate milkshake"

Ia pun beranjak dari tempatnya. Tapi manik karamelku terus memperhatikannya diantara kerumunan. Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan membawa pesananku.

"Ini, sandwich dan milkshake" ucapnya sembari mengusak pelan rambutku

"Gomawo, sunbae"

"Hmm, makanlah"

Aku mulai menyantap sandwich dalam diam sedangkan ia tengah sibuk berkutat dengan ponselnya. Ekspresinya yang berubah-ubah saat menatap ponsel membuatku sedikit curiga, apa ia sudah memiliki kekasih ?

"Channie~"

CUUP

Aku membulatkan mataku melihat seorang yeoja dengan seenaknya mencium pipi Chanyeol-sunbae. Yeoja itu memeluk leher Chanyeol-sunbae cukup mesra. Dan yang lebih mengejutkanku adalah Chanyeol-sunbae tampak menyukai perlakuan yeoja itu.

"Aku merindukanmu, Channie"

"Aku juga, sayang"

'A-apa ? Sayang ? Jadi yeoja dihadapanku ini kekasihnya ?'

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

Annyeong, readersdeul~

Ini pertama kalinya aku bikin ff ChanBaek.

So, saran dan kritik sangat diperlukan disini.

Untuk chapter ini aku pakai sudut pandang Baekhyun dan untuk chapter selanjutnya mungkin aku bakal pakai sudut pandang tokoh lainnya.

Dan ff ini akan cepat kulanjutkan jika mendapat respon yang baik dari readers.

Semakin banyak review, aku semakin semangat nulisnya~

Jadi, review please ? ^3^

Love you~~ *hearteu* *hearteu*