What a day

I own nothing but this fic

.

.

Summary: "Lah, kita kan anak TI, kenapa harus belajar akuntansi?"—sebuah fic pelarian author yang stress belajar akuntansi. RnR onegaishimasu!

.

.

Apa yang menggambarkan kelas TI?

Editing, video, art, camera, computer, laptop, software—atau apapun yang berhubungan dengan alat elektronik, ditambah rumus fungsi bagi yang mengambil jurusan rekayasa perangkat lunak.

.

Dan tentu saja, para siswa-siswi yang menetap di kelas TI tidak perlu pusing-pusing memikirkan matematika yang belum bisa move on dari 'x'-nya. Atau fisika yang kepo abis yang sekalinya ada soal, rumusnya bisa ngabisin satu buku tebal. Oke, ini random.

.

"Oh ya, kalian sudah diajari tentang kas, debet, hutang-piutang belum?"

.

Satu pertanyaan bermakna besar. Menggetarkan hati, jiwa dan raga bagi siswa-siswi TI yang mendengarnya. Seluruh siswa di kelas itu saling pandang.

Kise Ryota, yang terkenal catatannya paling lengkap (tapi nggak se-rapi Akashi Seijuro) karena rajin nge-copy sensei-nya ketika nulis di papan tulis, langsung angkat tangan.

.

"Sensei yakin nggak salah makan hari ini?"

.

-eh, salah. Sebenarnya itu kata hatinya.

.

"Sensei yakin tidak salah bertanya?"

.

Aida Riko-sensei, mengerjap beberapa kali, sampai akhirnya wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Kalian dapat pelajaran itu juga kok."—dengan bangganya memperlihatkan isi buku kewirausahaan di tangan kanannya.

.

Kas, debet, hutang-piutang

.

Dan lain sebagainya; mereka terlalu malas melihat angka, rumus dan kata-kata yang tidak mereka mengerti.

.

"Lah, kita kan anak TI, kenapa harus belajar akuntansi?" tanya Momoi Satsuki.

.

"Ya mana saya tau, yang jelas itu termasuk dalam ujian nasional tahun ini." Jawab Riko-sensei ringan.

.

"M-maji de!?" Aomine Daiki, dengan tidak elitnya terjatuh dari bangkunya.

.

"Udah cepat buka bukunya! Akan saya bahas sekarang."

Oh God why...

.

.

What a day

.

.

"…jadi cara menghitung kas adalah…"

Seluruh siswa disana memandang papan tulis dengan tatapan madesu.

Ada yang mangap sampai ngiler ga berhenti-berhenti.

Ada yang nguap lebar-lebar.

Ada yang ketiduran.

Ada yang sama sekali tidak bergeming; tidak berkedip.

Tapi ada juga yang rajin mencatat.

.

"Yak! Dari rumus di papan ini, bisa disimpulkan bahwa kas adalah?"

.

Krik

Krik

Krik

.

Hening.

Hanya terdengar suara angin yang berhembus ntah dari mana, seakan menertawakan keadaan kelas yang surem itu.

.

"Eh? Tidak ada yang bisa menyimpulkan?"—Riko-sensei menoleh kearah Akashi, "S-saa! Akashi-kun! Saya ingin mendengar pendapat dari pemegang ranking 1 mutlak sepertimu!"

.

Tidak bergeming.

Kedua mata heterochromenya agak melotot menatap papan. Serta menggumam tidak jelas.

.

"Akashi-kun?"

.

Para siswa disana menatap naas Akashi Seijuro. Si ranking 1 mutlak saja tidak bisa menjawab, apalagi mereka yang bukan apa-apa dibanding Akashi?

.

"K-kalau begitu, Midorima-kun-"

.

"Ini cara nyarinya gimana? Terus dapat ini dari mana? Kas itu apa? Kenapa dari tadi jawabannya berbeda terus? Mana yang benar?"

Midorima Shintaro menggenggam kepalanya erat sambil menatap buku di hadapannya dengan tatapan horror sambil menggumam. Ia bahkan tidak mendengar bahwa sensei memanggil namanya tadi.

.

Gawat.

Ini gawat.

Apa mereka benar-benar clueless soal hitung-hitungan?

.

"Err…kalau begitu akan saya lanjutkan ke debet dan hutang-piutang."

.

Riko-sensei menulis di papan tulis dengan semangat, tanpa mempedulikan murid-muridnya yang sudah jadi zombie itu.

"Lalu jika ditambahkan-"

"Ano,"

Sebuah suara membuat sang sensei menghentikan kegiatan menulisnya.

"Ha'i? Kuroko-kun?"

Kuroko Tetsuya menutup mulutnya, kemudian turun ke perut. Dengan wajah melas ia berkata, "Boleh saya ke kamar mandi?"

Riko-sensei mengerjap, namun langsung mengangguk, "Ah, s-silahkan."

Mengangguk, kemudian keluar kelas.

"Uh, sumimasen, sensei."

Riko-sensei menoleh kearah Kagami Taiga yang duduk sebangku dengan Kuroko.

"Ha'i? Kagami-kun?"

"Boleh saya pergi ke kamar mandi juga?" wajah Kagami tidak jauh beda dengan anak-anak lainnya; pucat, seperti mau muntah kapanpun.

"S-silahkan."

Setelah membungkuk, Kagami keluar dari kelas jahannam tersebut.

.

.

What a day

.

.

Kagami menyusuri koridor sekolah yang sepi. Wajar, karena ini masih jam pelajaran.

'Tumben amat si Kuroko ke kamar mandi. Biasanya dia nggak pernah ninggalin kelas ditengah-tengah pelajaran-'

"HUEEEK!"

Kagami tersentak. Dengan langkah cepat, ia menuju ke sumber suara.

Mengintip sedikit di balik pintu kamar mandi laki-laki, mendapati Kuroko yang muntah di westafel sambil sesekali terbatuk kecil.

Tertegun, tidak disangka, Kuroko yang hobi belajar saja sampai muntah begini.

.

Dripdripdripdripdripdrip

.

"…kuso…"

'E?' pikir Kagami.

"Kuso ano sensei…" –me-lap ujung bibirnya.

Kagami terbelalak.

Kuroko?

Itu beneran Kuroko Tetsuya?

Yang pendiem dan datar itu?

Yang sopan itu?

Yang kuudere itu?

Kagami sedikit melihat wajah Kuroko yang terpantul di cermin di hadapan pemuda surai biru terang tersebut.

Wajah itu…

Tatapan itu…

yandere mode?

.

Tak disangka…akuntansi bisa membuat seseorang bermutasi, dari kuudere menjadi yandere.

Kagami memutuskan untuk tidak ke kamar mandi dan kembali ke kelas.

.

.

What a day

.

.

Suasana kelas hening. Murid-murid mencatat pelajaran yang diberikan Riko-sensei.

Heck, padahal pelajaran kewirausahaan tinggal 30 menit lagi, tapi terasa 30 tahun!

"Um, Kuroko?"

Kuroko menoleh kearah Kagami yang duduk disampingnya; menatap datar.

Syukurlah, ini Kuroko yang biasanya.

"Apa?"

"E-eh, tidak jadi. Maaf…"

"Sudah mengerti kan? Ada yang bisa menjelaskan kas, hutang-piutang dan debet?" Tanya Riko-sensei.

.

Krik

Krik

Krik

.

Ternyata jangkriknya masih konser di kelas jahannam tersebut.

'Dafuq. Ini seriusan ga ada yang ngerti!?' jerit Riko-sensei dalam hati.

"Mm..." satu tangan menjulang keatas.

"Ha'i! Akashi-kun—eh?"

Pemuda yang menaikkan tangannya tersebut mengemut lollipop di mulutnya. Menatap Riko-sensei agak bingung.

'Kukira Akashi…' batinnya, "Ha'i, Murasakibara-kun?"

Murasakibara Atsushi masih mengemut lollipopnya, kemudian mengambil buku dihadapannya.

Dengan nada malas, ia menjawab.

"Kas adalah blablablablablablablablablab lablabla."

Setidaknya, itulah yang terdengar di telinga para siswa jurusan TI yang mendengarkan Murasakibara. Mereka speechless. Ntah bahasa apa yang digunakan teman mereka yang bersurai ungu tersebut.

Sementara Riko-sensei berbinar. Terharu karena ada murid yang mengerti dengan ajarannya.

Sepertinya hanya sensei wania itu yang mengerti bahasanya.

"Kalau begitu, debet dan hutang-piutang?"

"Mm…debet adalah blablablablablablablablablab labla. Sedangkan hutang-piutang adalah blablablablablablablablablab labla."

Sungguh, jika boleh, Riko-sensei ingin memeluk pemuda tersebut.

"Enough with 'blablabla'!" Aomine fliptable saking ga ngertinya.

.

Dan bel istirahat pun berbunyi dengan nyaringnya, seperti sebuah melodi dari surga.

Semuanya menghela napas lega. Setidaknya, sekarang mereka terbebas dari kelas jahannam tersebut.

.

What a day…

.

.

OWARI

.

Curcol corner: Hyahoo! We met again! *giggle* *lu siapa?*

Saya tau ini kelewat OOC, ini cuma fic pelarian aja *bows*. Posisi saya itu kayak Midorima, bela-bela'in main hitung-hitungan biar ngerti sama pelajarannya (padahal ga suka hitung-hitungan), tapi berakhir naas dengan hasil jawaban yang berbeda-beda #orz.

Kalau sahabat saya itu si Akashi. Dia yang ranking 1 mutlak aja mati kutu dikasih pertanyaan dari guru saya waktu itu, apalagi saya yang ranking 2 dengan nilai rata-rata jauh dibawahnya?

Dan kalau Murasakibara itu temen sekelas saya, anak pindahan, yang ternyata sebelum pindah ke sekolah saya dan ambil jurusan Multimedia, dia sempet menduduki bangku jurusan Akuntansi disekolahnya dia sebelumnya.

Aish. Bener-bener waktu itu…*ngeri nginget-nginget lagi*

Yosh! Selesai dengan curcolnya. RnR onegaishimasu!