Pertama kali aku melihatmu, kau terdiam di ayunan itu.

Wajahmu begitu lesu.

Menggambarkan perasaanmu yang sedang sedih.

Namun perasaanmu tak tersampaikan.

Orang-orang membiarkanmu,

Mencelamu,

Dan juga menghinamu.

Kau menangis.

Menangis sendiri di ayunan itu.

Mengumpat kepada orang-orang yang mencelamu.

"Apa salahku?"

Melihatmu seperti itu,

Membuat air matakumulai membasahi pipiku.

Dan membuatku mulai memperhatikanmu.

.

.

.

My First, My Last

By: Sekar Yamada

Naruto © Masashi Kishimoto

Fanfic requested

.

.

.

Sejak saat itu, aku selalu memperhatikanmu.

Naruto Uzumaki—itulah namamu. Nama yang cukup gampang ku dengar karena dia sekelas denganku.

Ia bukanlah tipe yang terbilang tampan. Bahkan banyak yang memanggilmu buruk rupa.

Kau selalu bersaing dengan Sasuke Uchiha. Tanpa kuketahui alasannya, kau selalu bersaing dengannya.

Padahal tidak ada yang mendukungmu. Hanya celaan yang kau dapat.

Tapi semangatmu, semangat yang tak pernah padam untuk mengalahkannya, membuatku bersemangat juga.

Latihanmu sering gagal.

Kau pun kadang mengumpat kepada dirimu sendiri.

"Kenapa aku selalu gagal?"

Namun tak lama setelah berkata seperti itu,

Kau tersenyum dan kembali latihan hingga kau berhasil.

Seperti air yang mengalir, aku juga ikut bersemangat karena kau bersemangat dan tidak menyerah.

Latihan pun jadi ku jalani dengan semangat.

Hingga suatu hari, sebuah pengumuman tiba.

Kau berkelompok dengan Haruno Sakura-san dan rivalmu—Uchiha Sasuke.

Perasaan sedih muncul ketika pengumuman itu tiba.

Aku tak bisa satu kelompok denganmu.

Namun wajahmu yang tersenyum, sukses menghapuskan rasa sedih itu.

Aku pun ikut tersenyum.

.

.

.

"Hinata? Kau baik-baik saja?" tanya Sakura-san saat ia menanyakan keadaanku. Sakit kepala yang tadinya benar-benar menggangguku, kini mulai menghilang—meskipun aku masih sedikit merasakan rasa pusing.

"Hai. Maaf membuatmu khawatir," ucapku pelan.

"Kalau kau memang tak enak badan, harusnya kau bilang padaku dari tadi,"

"Sekarang aku sudah tidak apa-apa, Sakura-san," ucapku tersenyum untuk meyakinkan bahwa aku baik-baik saja.

"Baguslah kalau begitu. Apa tidak apa-apa kalau kita melanjutkan misi kita?"

"Hai," ucapku mengangguk.

Dibantu oleh Sakura-san, aku mencoba untuk berdiri.

"Yosh, ayo kita lanjutkan misi ini!" ucap Shikamaru-san selaku pemimpin kelompok ini.

Mengikuti instrukstur dari Shikamaru-san, aku berlari bersebelahan dengan Sakura-san. Jujur saja, aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba tumbang seperti itu.

"Apa ada yang sedang kau pikirkan, Hinata?"

Aku terkejut dengan ucapan Sakura-san.

"Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa,"

"Semalam kamu latihan hingga larut malam, Hinata?"

"Maaf, aku lupa,"

"Aku tahu kau suka latihan hingga larut malam, tapi lihat kondisimu juga ya, Hinata,"

"Hai. Maaf telah merepotkanmu,"

"Moo~ Hinata, kau tak merepotkanku, sungguh," ucapmu tersenyum. Aku pun ikut tersenyum.

"Minna! Kelompok Sai sudah sampai di tempat dan mereka sedang menelusuri tempat itu. Ayo kita segera menyusul mereka!"

"Hai!"

.

.

.

Hinata Hyuga.

Terdiri dari dua kata.

Hinata—yang berarti adalah namaku.

Dan Hyuga—yang berarti nama marga keluargaku.

Di penjuru negeri ini, tidak ada yang tidak tahu tentang keluargaku.

Aku tidak bermaksud untuk sombong, sungguh.

Namun, dari segala misi yang kujalani, kenyataan itu terus ada.

Aku pun sebagai anak pertama di keluarga utama Hyuga, aku otomatis menjadi pemimpin klan Hyuga suatu hari kelak.

Latihan-latihan pun mulai ku jalani.

Latihan-latihan yang mungkin akan dianggap sedikit tidak wajar oleh orang-orang.

Karena diusiaku yang masih muda, aku sudah disuguhi latihan-latihan yang cukup berat oleh ayah.

Aku bisa menerima hal tersebut.

Itu adalah takdirku—begitu yang kupikirkan.

Namun takdir ini tak semuanya menyenangkan.

Neji-niisan merupakan salah satu korban takdir yang tak menyenangkan ini.

Hingga pada akhirnya ia membenciku.

Kurasa bukan hanya aku yang dibencinya.

Tapi seluruh keluarga utama Hyuga.

Namun kau datang dan membawa perubahan untuk Neji-niisan.

Perubahan yang lebih baik.

Dan aku pun...

...bersyukur.

.

.

.

"Aku dan Chouji akan mencoba menyusul mereka. Kalian—"

KRAK

"Tunggu Shikamaru! Sepertinya aku mendengar sebuah bunyi!" ucap Kiba mempersiapkan dirinya.

"Cih, musuh sudah tahu posisi kita? Sial!"

KRAK

"Tunggu, sepertinya ini bukan bunyi dari musuh! Ini bunyi—"

DUAR

"—GYAAA! KITA JATUH!"

.

.

.

Ketika aku mendengar bahwa kau sudah kembali ke Konoha, aku sangat senang.

Setelah dua tahun, aku bisa bertemu lagi denganmu.

Namun setelah aku bertemu denganmu, aku sangat malu hingga tidak bisa apa-apa.

Tapi aku senang—sangat senang saat bertemu lagi denganmu.

.

.

.

"Yokatta..."

"Arigatou, Shikamaru!"

"Syukurlah... Kau tidak apa-apa Hina—HINATA?!"

"Ada apa?!"

"Hinata tidak ada!"

"Hinata tidak ada?! Oi, Shikamaru! Bagaimana ini?"

"Ck, kalau begitu kita akan mencari Hinata dan aku akan bilang pada grup Sai kalau Hinata menghilang,"

"Hai!"

.

.

.

Tiba-tiba, ada musuh datang menyerang Konoha.

Musuh yang bernama Akatsuki.

Sekelompok ninja yang kemampuannya tidak dapat kita remehkan.

Sekelompok yang memiliki catatan kejahatan yang sangat buruk.

Namun kau datang.

Datang seperti pahlawan yang akan menyelamatkan kami.

Seperti cahaya baru yang akan menyinari kami.

Mungkin bukan 'seperti pahlawan' lagi, tapi memang pahlawan.

Semua warga jadi mengharapkan dirimu.

Kau menggenggam harapan para warga Konoha.

Tentu saja aku pun mengharapkanmu.

Namun tiba-tiba kau terpojok.

Kau sudah seperti tak bisa melakukan apa-apa lagi.

Aku pun berjalan.

Berjalan menuju tempatmu.

Mungkin orang akan menganggapku gila.

Kau pun menyuruhku untuk pergi.

Tapi, aku harus menyelamatkanmu.

"Aku disini karena keinginanku.

Kali ini, aku yang akan menyelamatkanmu, Naruto-kun.

Aku selalu menangis dan menyerah sebelum mencoba.

Aku melakukan kesalahan berulang kali.

Tetapi kau membantuku untuk mencari jalanku dan mengambil jalan yang tepat, Naruto-kun.

Aku ingin meraihmu.

Aku ingin berjalan bersamamu setiap waktu.

Aku ingin selalu disampingmu.

Kau merubahku, Naruto-kun.

Senyummu menyelamatkanku.

Karena itu aku tidak takut mati jika itu artinya aku dapat melindungimu.

Itu karena...

...aku menyukaimu."

.

.

.

"—nata? Hinata? Hinata! Bangunlah!"

Aku pun membuka mataku. Kulihat wajah Naruto-kun yang khawatir.

"Naruto... -kun?"

Naruto-kun memelukku dengan erat. Aku pun sedikit terkejut.

"Yokatta... Saat aku mendengar kau hilang, aku langsung berusaha mencarimu-ttebayo,"

"Arigatou," ucapku tersenyum.

Ia pun melepaskan pelukannya dan menatapku dengan lembut.

"Kau tidak apa-apa, Hinata?"

"Umm," ucapku mengangguk. Pusing yang tadi kurasakan pun sepertinya sudah menghilang.

"Yosh! Mari kita cari mereka dan bilang kalau kau baik-baik saja," ucap Naruto-kun semangat. Aku pun tersenyum dan mulai berdiri—dengan bantuan Naruto-kun.

"Oh jadi ini penyusup yang berhasil masuk kesini?" tanya seseorang yang sepertinya ada diatas kami. Kami pun melirik keatas kami dan melihat orang itu. Terlihat seorang lelaki dengan senyuman yang mengerikan.

"Ck, sial," ucap Naruto-kun kesal.

"Oh? Sepertinya aku pernah melihatmu. Bukankah kau adalah Hinata Hyuga—salah seorang Hyuga yang pernah berani melawanku?" tanyanya sambil menatapku. Aku pun mengingat-ingat kembali dan... ya, benar. Aku pernah melawannya dan aku kalah.

"K-kau!" ucapku mengepalkan tanganku. Naruto-kun pun sudah mengeluarkan kunai dan siap melawannya.

"Apa kali ini kau berniat untuk kalah lagi, Hyuga? Atau kau berniat untuk kalah dan mati?" ucapnya sinis. Aku pun jadi sedikit ketakutan saat mengingat jurus yang dikeluarkannya saat melawanku dulu.

"Hei! Bertarunglah denganku-ttebayo! Jangan kau bawa Hinata dalam pertarungan ini!" ucap Naruto-kun kesal.

"Hoo kau menantangku? Baiklah kalau itu keinginanmu,"

Ia pun turun dan langsung menyerang Naruto-kun. Dengan kunai yang ia pegang, ia berhasil menangkis serangan orang itu.

"Hinata, mundurlah," ucap Naruto-kun. Aku pun mengangguk.

"Sepertinya aku akan bermain sebentar. Baiklah, maju kau!"

Naruto-kun pun maju dan melawan orang itu. Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Aku pun mendoakan semoga Naruto-kun menang dalam pertarungan ini. Namun tiba-tiba, pertahanan Naruto-kun goyah dan orang itu berhasil menyerang Naruto-kun.

"Naruto-kun!" panggilku saat Naruto-kun seperti tak sadarkan diri.

"Nah, sekarang akan kubuat kau—"

"SHANNARO!"

DUAR

"Hinata! Kau baik-baik saja?" ucap Ino-san khawatir. Aku pun mengangguk.

"Oi! Kami berhasil mendapat gulungan yang kau curi dari Konoha! Sekarang menyerahlah dan serahkan dirimu!" ucap Shikamaru-san.

Orang itu pun tersenyum dan tiba-tiba anak buahnya muncul di belakangnya.

"Oh ya? Benarkah itu?" tanya nya sinis.

"Ck, pantas saja tadi tak ada satu pun yang melawan kita," ucap Tenten-san kesal.

"Saa! Ayo habisi mereka!" ucap orang itu sambil menunjuk kearah kami.

"OU!" ucap para anak buahnya kemudian mencoba untuk melawan kami. Kami pun akhirnya sibuk melawan anak buahnya. Namun tiba-tiba, sebuah tangan menarikku.

"I-itte—!" rintihku.

"Aku akan menggunakanmu untuk pertarungan—"

DUAK

"—ck sial!"

Orang itu pun terlempar cukup jauh.

"Sudah ku bilang, jangan bawa Hinata dalam pertempuran ini!" ucap Naruto-kun murka.

"Kau tidak apa-apa, Hinata?" tanya Naruto-kun memastikan. Aku pun mengangguk.

"Kau benar-benar menarik! Kalau begitu, kau akan menjadi targetku sekarang!"

Pertempuran diantara mereka pun kembali tak terelakkan. Kembali kuucapkan doa agar Naruto-kun menang. Namun anak buah orang itu kembali menyerangku hingga akhirnya aku harus kembali untuk melawan mereka. Setelah aku berhasil melawan mereka, aku kembali menatap Naruto-kun.

"Naruto-kun!" panggilku.

"RASENGAN!"

Dan serangan Naruto-kun tersebut sukses membuat lawan kami tak bernyawa. Para pengikutnya pun tiba-tiba menghilang. Shikamaru-san pun langsung memeriksa orang itu.

Aku pun tersenyum melihat kearah Naruto-kun. Kakiku pun tiba-tiba lemas badanku seperti akan jatuh. Namun seseorang telah membantuku untuk tetap berdiri.

"Naruto-kun?"

"Kau tidak apa-apa?"

"Daijoubu. Mungkin aku hanya sedikit lelah sekarang,"

"Karena sekarang kita sudah berhasil mendapat gulungannya, ayo kita kembali ke Konoha!" ucap Shikamaru-san.

Naruto-kun pun tersenyum dan menggendongku.

"Saa, ayo kita pulang, Hinata-hime,"

"H-hai..." ucapku yang wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus.

.

.

.

Meski penantianku cukup panjang, akhirnya aku dapat bersamanya.

Senyuman yang dulu kulihat dari jauh, kini dapat kuamati dengan dekat.

Senyuman saat memanggil namaku,

Senyuman saat kau makan bersamaku,

Dan senyuman saat kau jalan-jalan bersamaku.

"Okaa-san! Tadaima!"

"Okaerinasai, Bolt-kun, Himawari-chan,"

"Hinata, tadaima!"

"Okaerinasai—"

Kini, dengan semangatmu,

Aku menatap masa depan bersamamu.

Kita dan juga anak kita.

"—Naruto-kun."

.

.

.

fin