Chapter 1 of 2
Biru langit sangat cerah, di bawahnya tampak awan putih berjalan beriringan disertai angin ringan yang menyejukkan, itulah yang jelas terlihat dari atap gedung Konoha High School saat ini. Dua siswa KHS sedang menikmati pemandangan itu di balik dinding, berteduh pada bayangan dinding yang melawan arah matahari.
Uchiha Sasuke, kedua tangannya tersembunyi di dalam saku samping celana seragamnya, bahunya bersandar pada dinding di belakangnya, sementara satu kakinya terlipat menempelkan alas sepatunya pada dinding. Onyxnya menatap datar pada langit cerah di atasnya, sepoi angin menerpa surai gelapnya yang sudah lebih panjang. Satu siswa yang lainnya duduk di sebelahnya, menatap melongo padanya. Uzumaki Naruto, si rambut pirang teman dekatnya yang baru saja diberitahunya tentang sebuah keputusan yang sulit dipercaya.
"Sakura-chan sangat mencintaimu, tahu?" Tanggap Naruto berusaha mencoba membuat Sasuke mempertimbangkan keputusannya lagi.
Naruto memang bukan orang pertama yang mengetahui hubungan Sasuke dengan Haruno Sakura, tapi sejak hubungan mereka diresmikan di acara Festival Musik sekitar enam bulan yang lalu, Naruto adalah salah satu teman dekatnya yang sangat akrab dengan Sakura. Bahkan tidak jarang Sasuke merasa jengkel jika Naruto menggoda Sakura dengan kekonyolannya, apalagi Sakura akan tertawa karena hal itu. Karena itulah Sasuke merasa harus memberitahu Naruto yang merupakan temannya dan teman Sakura sebelum benar-benar menjalankan keputusannya. Seperti yang Sasuke duga sebelumnya, Naruto pasti akan berusaha menahan keputusannya itu atau bahkan membatalkannya meskipun Sasuke juga tahu bahwa hal itu tidak akan membuatnya merubah keputusannya.
"Hn" Sasuke tidak berkomentar apa-apa selain gumaman andalannya itu, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang menghela nafas panjang dengan sikap sahabatnya.
CHASING YOU
Naruto punya Masashi Kishimoto.
Saya pakai tokohnya suka-suka.
Selain kepuasan batin, saya tidak mengambil keuntungan apapun dari Fic ini.
Story by Kianichi
Main Pair: Sasusaku
Warning: AU, OOC, DLDR, typo (maybe)
Enjoy
Sasuke memasuki ruang khusus Kurama, ada Neji didampingi Tenten memainkan game favoritnya dan Sai yang sedang mencoret-coret kertas didampingi Ino di sampingnya. Keempatnya menoleh pada Sasuke yang langsung menuju satu kursi dekat jendela dan duduk di sana. Semua menyadari ada yang aneh dengan Sasuke dua minggu terakhir ini. Sebelumnya setiap kali istirahat atau jam kosong, Sasuke tidak akan datang ke ruangan itu, melainkan langsung ke perpustakaan menghampiri pacarnya, Sakura. Atau ke kantin atau kemanapun tapi selalu dengan Sakura, Sasuke selalu mengikuti kemanapun Sakura pergi, hingga sudah bisa dipastikan dimana ada Sakura di sana pula ada Sasuke.
Tapi sekitar dua minggu terakhir ini, Sasuke jarang sekali terlihat bersama Sakura, tidak mengekor Sakura seperti sebelum-sebelumnya. Jika dikatakan padanya 'Sakura ada di kantin' maka Sasuke tidak akan ke sana, Sakura juga tidak terlihat mencari Sasuke. Karena itu, banyak yang berpendapat keduanya sedang bermasalah, meskipun tidak tahu masalah apa yang terjadi, yang jelas ini adalah kabar gembira untuk para fans Sasuke. Sasuke sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan masalah ini, dia juga tidak berkeinginan memberitahu siapapun, kecuali beberapa menit yang lalu pada sahabat pirang bodohnya, Naruto. Sasuke mengambil smartphonenya, memasang headhone pada kedua lubang telinganya dan mendengarkan musik dengan tenang. Dari ekor matanya, Sasuke tahu Yamanaka Ino beranjak pergi keluar sambil menatap sebal padanya.
"Ya Tuhan, aku bersyukur tidak berpacaran dengan orang itu." Gerutu Ino sambil berjalan. Dulu Ino begitu menyukai orang itu, tapi setelah mengetahui kepribadian Uchiha Sasuke yang seenaknya itu, sudah pasti Ino tidak akan tahan, "Aku tidak mungkin bisa bersabar seperti Sakura". Langkah Ino memelan saat didengarnya suara Shikamaru yang sedang duduk bersandar tiang melihat ke langit sambil berbicara dengan siapa lagi kalau bukan Temari via telfon.
"Gaara?" Kata Shikamaru dengan nada Tanya, "Kapan?" imbuhnya.
Ino sengaja merendahkan suara langkahnya agar bisa mendengar dengan jelas pembicaraan ini, bagaimanapun Ino penasaran dengan apa yang akan terjadi, Gaara adik Temari itu kan termasuk anak populer yang dikenalnya. Yamanaka Ino tidak akan pernah ketinggalan gosip apapun tentang anak-anak populer.
"Aku tidak perlu melakukannya, itu sangat merepotkan. Lagipula bukankah dia sendiri yang ingin pindah ke sini? Kupikir dengan kepribadiannya itu adikmu pasti bisa menjaga dirinya sendiri dimanapun dia berada".
Ino sepertinya mengerti dengan pembicaraan Shikamaru dan Temari, Ino tersenyum dengan berita baru itu lalu segera melanjutkan langkahnya.
-0-
Di sudut favoritnya di perpustakaan KHS, Sakura masih tampak serius dengan buku bacaannya, walaupun sebenarnya sejak sekitar 10 menit yang lalu emeraldnya tidak beranjak dari halaman yang sedang dibukanya. Sakura akhirnya menyerah, dia tidak akan mendapatkan apapun jika memaksakan diri membaca buku sementara bukan itu yang sebenarnya diinginkannya. Yang Sakura inginkan adalah orang yang biasa duduk di bangku sebelahnya segera datang. Tapi itu tidak juga terjadi. Sakura menghela nafas panjang, lalu getar smartphone-nya menunjukkan adanya pesan.
Aku tidak bisa. – Sasuke
Normalnya, Uchiha Sasuke akan menambahkan kata 'maaf' jika tidak bisa datang dan menuliskan juga alasan ketidakbisaannya. Tapi sudah beberapa kali ini tidak seperti itu. Aneh, tentu saja. Ada yang salah dengan pacarnya itu, tapi setiap kali Sakura bertanya apa yang terjadi, Sasuke tidak mengatakan apapun.
Sakura mendengar suara langkah kaki mendekat, dan Sakura tahu itu bukan langkah kaki orang yang sedang ditunggunya. Sakura menoleh pada temannya yang baru datang, Yamanaka Ino memperhatikannya dengan tatapan prihatin, "Kutebak orang itu tidak akan datang." Katanya. Ino berjalan mendekat, duduk di tempat Sasuke biasa duduk.
Sakura tersenyum, "Kau bertemu dengannya?"
Ino ikut tersenyum, lebih hambar dari senyum Sakura, "Dia duduk sendirian, mengenakan earphone-nya, entah apa yang sedang didengarkannya." Jelas Ino.
Sakura diam sesaat, membaca lagi pesan Sasuke, "Setidaknya dia bilang kalau dia tidak bisa datang."
"Ya ampun Saku… apa sih yang sebenarnya sudah kau lakukan?" Sergah Ino benar-benar gemas dengan keadaaan Sakura dan pacarnya.
"Apa maksudmu, Ino? Apa yang sudah aku lakukan? Aku melakukan apa yang biasa aku...tidak, maksudku, kami melakukan apa yang biasa kami lakukan." Jelas Sakura.
Ino membuang nafas dengan keras, "Justru itu masalahnya, Saku…"
Sakura menatap sahabatnya dengan kerutan di dahinya, "Aku tidak mengerti."
Ino tersenyum, berharap senyumnya membuat Sakura mudah memahami apa yang akan dikatakannya. "Sakura, dengar. Tentang hubunganmu dengan Sasuke, menurutku kau harus bertindak lebih, maksudku.." Ino agak ragu mengatakannya, "Sebaiknya kau lebih agresif."
Sakura blushing mendengar penuturan sahabatnya itu. "Ino, kenapa kau tiba-tiba berkata begitu?"
Ino tertawa melihat reaksi Sakura, "Melihat kau merona begitu, aku yakin kau mengartikan kata agresif lebih jauh dari apa yang aku maksudkan."
"Eh?" Sakura sedikit salah tingkah "Lalu apa maksudnya?"
Ino masih dedikit terkikik, "Ne, Sakura.. Aku tahu kau suka sekali tempat yang tenang seperti di sini, dan kadang Sasuke pun juga begitu. Tapi… apa kau tidak merasa mungkin saja Sasuke sedikit bosan dengan rutinitas kalian yang seperti itu-itu saja selama hampir enam bulan kalian berpacaran?" Ino menaikkan kedua alisnya, melihat ekspresi Sakura yang sedikit kebingungan, Ino bersedekap dan melanjutkan pendapatnya, "Kau harus lebih menempel padanya, Sakura."
"Menempel?"
"Iya."
"Kau melakukannya pada Sai?"
"Tentu saja"
"Kasihan sekali Sai.."
"Apa maksudmu, jidat? Setidaknya apa yang aku lakukan berhasil membuat Sai tidak pernah pergi dari sisiku." Ino menjulurkan lidah, dan harus Sakura akui kali ini Ino benar.
Ino menghela nafas panjang, "Apa kau tahu karena akhir-akhir ini kalian jarang terlihat bersama, banyak yang berpikir kalian mungkin akan putus. Apa kau akan baik-baik saja kalau kau putus dengan Sasuke, Sakura?"
Membayangkannya saja Sakura tidak pernah, sejak jatuh cinta pada Uchiha Sasuke, dalam hati Sakura, dalam pikirannya, dan dalam segala rencana masa depannya, Sasuke selalu ada bersamanya. Sasuke memang cinta pertamanya, dan Sakura merasa bahwa Sasuke adalah juga cinta terakhirnya, cinta sejatinya. Tidak pernah Sakura membayangkan akan bisa jatuh cinta pada orang lain selain Uchiha Sasuke. Sakura menggelengkan kepalanya, emeraldnya berkaca-kaca, "Tidak, Ino.. Kumohon jangan katakan itu lagi, aku tidak mau berpisah dengannya, aku tidak mau putus dengan Sasuke."
Ino tersenyum, diraihnya kedua tangan Sakura, "Berusahalah Sakura, aku tahu kau sangat mencintainya." Ino memberikan tisu dari sakunya pada Sakura.
Sakura membersihkan jejak air mata di pipinya sembari tersenyum, "Terima kasih, Pig!"
"Bukan masalah." Kata Ino mengibas-ibaskan tangan kanannya, "Ah, aku dengar akan ada murid baru pindahan dari Suna."
-0-
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid KHS segera keluar kelas. Setelah bersayonara pada Sakura, Ino melambaikan tangan sembari berlari menuju pintu kelas, Sai sudah menuggu di sana. Sakura tersenyum melihat keduanya pergi. Harusnya hari ini Sasuke juga menjemputnya di kelasnya untuk pulang bersama, tapi mungkin sama seperti beberapa hari sebelumnya, Sasuke tidak bisa dan entah apa alasannya kali ini. Sakura mengecek smartphone-nya, satu pesan diterima.
Hari ini aku ada acara keluarga, jadi tidak bisa pulang bersama. – Sasuke
Acara keluarga ya? Pikir Sakura. Sakura ingin sekali memastikan Sasuke mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Dicarinya nomor kontak Bibi Mikoto di smartphone-nya. Tapi, Sakura merasa bersalah jika tidak percaya pada Sasuke. Karenanya diurungkannya niatnya tadi. Dimasukkannya smartphone-nya ke dalam tas lalu beranjak keluar kelas.
Sebelumnya Sakura berpikir segera pulang, tapi langkah gontainya terhenti tepat di salah satu bagian lapangan. Sakura memutar badannya ke tempat panggung yang sudah dibongkar, memejamkan mata, dan ingatannya kembali ke hari itu. Hari dimana Sasuke menjadi vokalis Kurama untuk menyatakan perasaan padanya. Sakura masih ingat dengan jelas bagaimana saat itu Sakura membenci dan mencintai Uchiha Sasuke yang telah menipunya demi untuk mendekatinya, bagaimana perjuangan Sasuke untuk mendapatkan Sakura. Sakura tersenyum, semua masih terasa indah hingga sejak beberapa hari yang lalu Sakura merasa Sasuke berubah, seperti menjauhinya. "Apa yang terjadi padamu?" Gumam Sakura.
"Apa?"
Sakura mengerutkan dahinya, begitu membuka matanya terbelalak dengan sosok orang asing di depannya, berdiri sangat dekat dengannya. Saking terkejutnya, Sakura kehilangan keseimbangan saat berusaha melangkah mundur, Sakura sudah pasti jatuh jika saja pemuda berambut merah itu tidak menangkap pinggangnya dan menariknya. Sakura seperti sedang dipeluk oleh pemuda bertato ai di dahinya itu. Sakura segera menarik diri, "Te.. terima kasih."
Pemuda yang mengenakan seragam yang berbeda itu tersenyum tipis, "Tidak, tidak perlu berterima kasih. Sepertinya salahku yang mengejutkanmu."
"Ah, iya, kupikir juga begitu." Sakura tersenyum canggung, "Kalau begitu aku permisi."
Sakura perlahan menjauh, sambil berpikir tentang pemuda itu. Sakura belum pernah melihatnya, dan seragamnya pun juga berbeda. Mungkin saja dia murid baru yang diceritakan Ino. Sakura menghentikan langkahnya dan berbalik, pemuda itu ternyata masih di sana, Sakura merasa pemuda itu memperhatikannya. Sakura mendekati pemuda itu, "Kau…murid baru?" Tanya Sakura.
Pemuda itu tersenyum, menganggukkan kepala lalu mengulurkan tangan kanannya, "Sabaku Gaara. Kau bisa memanggilku Gaara."
Sakura menjabat tangan Gaara, "Haruno Sakura."
"Haruno-san?" Gaara mengangkat kedua alisnya.
"Tidak, Sakura saja."
Keduanya saling tersenyum, hingga terdengar suara cempreng dari belakang Sakura, "Gaara!" Naruto menghampiri dengan cengiran lebarnya.
Sasuke berjalan meuju pintu gerbang diikuti Naruto yang tadinya bilang ingin numpang sampai rumah pamannya Uchiha Obito untuk latihan futsal. Sasuke tiba-tiba berhenti, begitu juga Naruto yang heran. "Ada apa, Teme?" Ditengoknya arah yang sama dengan Sasuke, Nampak Gaara dan Sakura di sana.
"Oh, itu Gaara kan? Dia benar pindah ke sini? Kenapa dia dengan Sakura-chan?"
Sasuke tidak memberi komentar apapun melanjutkan langkahnya menuju pintu gerbang. Terdengar suara cempreng Naruto dari belakangnya, "Aku tidak jadi ikut, Teme! Aku ingin menyapa Gaara dulu."
Ya, Naruto memang cukup dekat dengan Gaara, mereka sering bermain futsal bersama. Sasuke bersyukur begitu keluar pintu gerbang KHS, mobil jemputannya sudah menunggu di sana. Segera dibukanya pintu belakang, membuang tasnya ke dalam mobil begitu saja dan segera duduk tanpa Sasuke sadari menutup pintu mobil terlalu keras.
"Baka Imouto, ada apa denganmu?"
Sasuke menoleh ke kursi di sebelahnya, Uchiha Itachi tampak memegangi tasnya yang dia lempar tadi.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Sasuke merebut kembali tasnya.
"Menjemputmu tentu saja."
Sasuke mendekap tasnya, "Apa aku anak kecil?" dan pandangannya ke luar jendela mobil ke arah jalanan.
Mood adiknya sedang tidak baik sekarang, Itachi sadar benar hal itu, "Well, setiap hari kau diantar jemput kan?" kekeh Itachi.
Sasuke hanya diam, tidak berkomentar. Itachi berencana sedikit menggoda adik tersayangnya itu, "Bagaimana kabar Sakura?"
Bug!
Dan untuk kedua kalinya tas Sasuke melayang ke muka Itachi dalam waktu kurang dari lima menit, kali ini dengan sengaja.
Keesokan harinya di Sekolah, hari masih begitu pagi, tapi Ino sudah seperti menjadikan Sakura terdakwa, mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan a la wartawan berita selebriti. Sakura bisa mengerti hal ini, sejak kejadian enam bulan lalu Sakura memang harus sedikit lebih terbuka pada sahabat pirangnya ini.
"Pig! Aku tidak berdua dengannya, ada Naruto di sana." Sakura benar-benar gemas dengan sahabat pirangnya ini yang selalu berpikir akan ada percik-percik asmara di setiap pertemuan laki-laki dan perempuan.
"Aku tidak tertarik dengan hubungan sesama pria."
"Kau tahu bukan itu maksudku."
"Kalau begitu jelaskan detailnya, Saku – "
Sakura bersedekap, mengambil nafas panjang lalu menceritakan cerita versinya, awal kejadian kemarin hingga kedatangan Naruto dan berakhir dengan dia dan Naruto menemani Gaara mengelilingi KHS sambil Naruto sedikit bercerita tentang Gaara.
"Puas?" Tanya Sakura sedikit jengkel.
Ino pura-pura mengernyit, "Ah, ternyata cuma begitu.."
"Sialan kau, Pig!" Sakura berdecak sebal, "Tentu saja cuma begitu, memang apa yang kau harapkan?"
Ino tertawa, "Jadi kau tahu Gaara itu penyanyi indie?"
Sakura tersenyum, "Sekaligus model? Iya, Naruto sudah menceritakannya."
"Kau tidak penasaran kenapa Sabaku Gaara ingin pindah ke KHS?"
"Kupikir itu masuk area privasi.."
"Hei.." Belum selesai Ino dengan kalimatnya, Guru Iruka masuk ke kelas diikuti Sabaku Gaara di belakangnya. Sakura dan Ino kaget, tentu saja. Sabaku Gaara sekelas dengan mereka. Lalu siswi-siswi lain mulai berbisik-bisik tentang Gaara, ada yang tiba-tiba berteriak histeris.
Setelah Guru Iruka memperkenalkan Gaara, Gaara dipersilahkan duduk di bangku yang sangat kebetulan berada di belakang Sakura. Gaara menuju bangkunya, Sakura berinisiatif memberi salam dengan anggukan dan senyuman. Tapi yang terjadi adalah Gaara hanya membalasnya dengan tatapan sendu. Gaara yang Sakura temui pagi ini benar-benar berbeda dengan yang kemarin menghabiskan seperempat hari dengannya dan Naruto.
-0-
Seperti yang sudah Sakura rencanakan semalam, hari ini di jam istirahat Sakura akan melakukan hal yang belum biasa dia lakukan dengan Sasuke. Apalagi tadi Sakura sudah menerima pesan kalau Sasuke tidak bisa datang, ini sangat sesuai dengan yang Sakura rencanakan. Sakura berharap Sasuke akan benar-benar senang dengan kejutannya hari ini. Ditinggalkannya kelasnya yang masih sangat ramai karena Gaara yang notabenya adalah bintang muda dikerubuti banyak fansgirl dadakan, bahkan ada yang datang dari luar kelas.
Sakura sedang berjalan menuju kelas Sasuke saat tiba-tiba seseorang berlari dari belakangnya dan menarik tubuhnya dekat pintu gudang, Sakura membelalakkan matanya saat berhadapan dengan orang yang telah menariknya tadi.
"Gaara..?"
"Maaf mengagetkanmu." Kata Gaara masih menggenggam pergelangan tangan Sakura.
Sakura segera menarik tangannya dan tersenyum canggung, "Ada apa?" Tanyanya, nada heran jelas terdengar dari suara Sakura.
Gaara menatap lekat-lekat emerald Sakura, "Maaf, aku tidak membalas salammu tadi pagi."
"Oh, aku tidak apa-apa, bukan masalah besar kok, maksudku…kau tidak perlu memikirkannya." Sakura merasa aneh, kenapa Gaara bersikap seperti ini?
Gaara tersenyum, "Sejujurnya aku kecewa."
"Eh? Kecewa… Aku tidak mengerti, karena apa?" Sakura mengerutkan dahinya.
Hening sejenak, Sakura menunggu jawaban Gaara yang sedang menatap emeraldnya dengan tatapan yang tidak Sakura mengerti, "Ternyata kau sudah punya pacar."
Emerald Sakura terbelalak mendengar pengakuan Gaara, refleks salah satu kakinya mundur selangkah, apa maksud Gaara mengatakan hal itu? Gaara memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu berpindah si dekat Sakura dan menyandarkan tubuhnya di tembok. Emerald Sakura mengikuti pergerakan Gaara, masih bingung dengan maksud ucapan Gaara.
"Kemarin, saat pertama kali aku melihatmu…." Gaara mengingat kembali kejadian kemarin, Gaara berniat melihat sekolah barunya yang menurutnya lebih dekat dengan kantor agensinya. Setelah memasuki pintu gerbang KHS, Gaara menoleh berkeliling. Tapi ketika jade-nya menangkap sosok bersurai senada bunga sakura, jade-nya tidak mau beralih dari sosok itu. Diperhatikannya Sakura yang sedang terpejam, angin ringan menerpa rambutnya bergerak lembut. Seperti sihir, Gaara tiba-tiba berada tepat di depan Sakura. Gaara tersenyum, baginya pemandangan ini tampak begitu indah. Lalu saat didengarnya Sakura bergumam 'ada apa denganmu?' dan Gaara menanggapinya dengan kata 'apa?' Gaara kembali terperangkap pada sosok itu, kali ini iris klorofil Sakura yang membuatnya yakin akan suatu perasaan yang belum pernah dirasakannya, "Kurasa sejak itulah, aku menyukaimu."
Gaara tahu emerald itu pasti akan menyempit karena kaget, Gaara tersenyum pahit, "Dan rasanya sangat menyesakkan saat tahu kau adalah pacar Uchiha Sasuke."
Sakura menunduk, bingung harus berkata apa. Apakah harus berterima kasih pada perasaan yang dimiliki Gaara, lalu meminta maaf karena tidak bisa membalas perasaan itu? Atau berkata sebaiknya mereka hanya berteman karena Sakura dia tidak mungkin berpisah dengan Sasuke? Tidak mungkin, karena untuk berteman dengan orang yang menyukaimu, setidaknya Sakura harus mendapatkan izin Sasuke. Bingung dengan apa yang harus dilakukannya, akhirnya Sakura memilih untuk diam, menoleh sedikit pada Gaara, tersenyum canggung lalu membungkuk, dan pergi meninggalkan Gaara.
Uchiha Sasuke terkejut, tentu saja ini yang diinginkan Sakura, tapi lebih dari itu, Sakura sebenarnya ingin Sasuke senang dengan tindakannya ini. Saat tiba di ruang khusus Kurama tadi, Sakura melihat Ino dan Sai, Naruto dan Hinata, sedangkan Sasuke sendirian entah mendengarkan apa dengan earphone-nya. Dilihatnya Ino tersenyum dengan kedatangannya, ketiga teman yang lain hanya menatapnya aneh, Sakura langsung saja duduk di dekat Sasuke, tidak mempedulikan ekspresi kaget Sasuke, Sakura menarik salah satu earphone di telinga Sasuke dan meindahkan ke telinganya sendiri, "Aku penasaran dengan lagu yang membuatmu melupakanku?" Ujar Sakura.
Sasuke hanya tersenyum, dan itu cukup untuk Sakura merasa bahwa saat ini dia dan Sasuke akan baik-baik saja. Sakura memberanikan diri menyandarkan kepalanya di bahu kiri Sasuke, tangan kanannya menggenggam tangan kiri Sasuke, "Aku merindukanmu, Sasuke-kun."
Sasuke mempererat genggaman tangan Sakura di cemari tangannya, Sakura tersenyum, andai Sakura tahu saat ini semburat merah menghiasi pipi Sasuke.
-0-
"Kau melakukannya dengan baik, Jidat!" Ino berdiri di samping mejanya dengan senyuman lebar dengan tasnya yang tersampir di pundak kanannya, sepertinya setelah bel pulang sekolah sesaat yang lalu Ino segera menghampirinya, Ino sedikit merendahkan kepalanya agar bisa berbisik pada Sakura, "Seandainya tadi kau lihat betapa merahnya wajah Sasuke-mu."
"Pig!" Sakura merasa pipinya memanas. Tadi memang rasanya Sakura sedikit agresif. Tapi itu kan memang sudah rencananya, saran Ino tentunya.
Ino nyengir, menjauh sambil melambaikan tangan, "Sampai jumpa besok, Saku!"
Sakura tersenyum, kini Sakura yang masih menunggu Sasuke, tadi di jam istirahat Sasuke bilang ingin pulang bersama. Kelas sudah mulai sepi, Sakura masih menunggu Sasuke. Tampaknya Sakura melupakan satu hal, Gaara berjalan dari arah belakangnya, dan kini berdiri di tempat tadi Ino menghampirinya di samping meja Sakura, "Kau tidak pulang?"
Sakura tersenyum canggung, "Ah, iya, sebentar lagi."
"Kalau begitu aku duluan, Sakura." pamit Gaara.
Sakura merasa sedikit tidak enak karena setelah pernyataan Gaara tadi siang, Sakura belum memberi tanggapan apapun.
"Gaara!" Panggil Sakura.
Gaara menghentikan langkahnya, berbaik menoleh pada Sakura yang beranjak dari bangkunya, Sakura mendekat sekitar dua meter dari Gaara. "Maaf, aku tadi pergi begitu saja, sejujurnya aku bingung dengan pernyataanmu yang tiba-tiba, apalagi kita baru mengenal satu hari." Sakura menarik nafas dalam, lalu membungkukkan badannya, "Terima kasih atas perasaanmu, dan maaf, aku menyukai Sasuke. Aku sangat menyukainya." Sakura kembali berdiri tegak.
Gaara tersenyum, "Mengatakan hal itu padaku, justru membuatku semakin menyukaimu Sakura. Karena itulah aku merasa kesal terlambat bertemu denganmu. Kalau begitu, bagaimana dengan berteman?" Tanya Gaara.
Sakura kembali bingung, dia belum menceritakan hal ini pada Sasuke, apakah tidak masalah jika berteman dengan Gaara?
"Aku harap kita bisa berteman, Sakura." Kata Gaara lagi.
"Ya, aku harap demikian." Tanggap Sakura
Gaara tersenyum lagi lalu beranjak keluar kelas, "Sampai besok, Sakura!"
Begitu Gaara tidak terlihat lagi, Sakura menghela nafas panjang. Saat dilihatnya pintu kelasnya lagi, Sakura terkejut melihat Sasuke sudah berdiri di sana, "Sasuke-kun!"
Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil jemputan Sasuke, Sakura dan Sasuke duduk berdua di kursi penumpang. Mengabaikan sopir yang berkonsentrasi pada jalan. Sakura benar-benar rindu suasana ini, rasanya sudah sangat lama dia dan Sasuke tidak berdua seperti ini. Tapi sedari tadi sebenarnya Sakura berpikir apakah mungkin Sasuke mendengar pembicaraannya dengan Gaara? Mungkin tidak, tapi Sasuke tiba-tiba muncul, lalu jika iya kenapa Sasuke tidak mengatakan apapun? Sakura benar-benar ingin menanyakannya.
"Sasuke-kun tahu ada murid baru di kelasku?" Tanya Sakura mengawali pembicaraan.
"Gaara?" Tanya Sasuke lebih pada memastikan.
"Um, aku dengar dia adik Temari-san, Naruto dan Ino mengenalnya, Sasuke-kun juga pasti mengenalnya kan?"
"Tentu saja, dia itu rivalku." Sakura sama sekali tidak menyangka dengan jawaban Sasuke yang tegas dan sepertinya tidak berbohong. Kenapa Ino tidak memberitahunya tentang hal ini?
"Rival? Rival itu maksudnya…?" Sakura merasa ada sesuatu yang tidak baik dengan hubungan mereka.
"Kami kenal sejak taman kanak-kanak, dan saat itu juga aku dan Gaara tidak pernah memiliki hubungan yang baik. Kami selalu saja berbeda pendapat dan pikiran." Jelas Sasuke.
Ah, dari cerita Sasuke ini rasanya wajar saja kalau Gaara bilang kecewa karena Sakura pacaran dengan Sasuke. Tapi bukan itu masalah utama yang dipikirkan Sakura.
"Ada apa?" Tanya Sasuke, "Apa dia melakukan sesuatu padamu?" tambahnya.
Sakura menggeleng, "Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja, kalau Sasuke-kun dan Gaara adalah rival, pasti akan jadi masalah kalau aku berteman dengannya, iya kan?" Tanya Sakura lebih pada meminta izin, setidaknya begitulah menurut Sasuke. Hening sejenak, Sasuke seperti memikirkan jawaban yang pas untuk Sakura.
"Rasanya tidak masalah, semua anggota Kurama mengenalnya, berteman dengannya tapi juga berteman denganku. Jadi kupikir tidak apa-apa." Tanggap Sasuke akhirnya.
Sakura diam sejenak, digigitnya bibir bawahnya sendiri, "Apa benar-benar tidak masalah? Meskipun Gaara bilang menyukaiku?" Tanya Sakura lirih.
Sasuke tersenyum, "Aku percaya padamu."
Sakura ikut tersenyum mendengar jawaban Sasuke, dan tidak terasa keduanya telah sampai di depan rumah Sakura. Sakura merasa sebal sendiri jika waktu yang dilaluinya terasa cepat begini, salahkan rumah Sakura yang jaraknya dekat dengan KHS. Tapi paling tidak Sakura sudah menceritakan tentang Gaara.
"Aku turun duluan," pamit Sakura dengan senyuman, sambil membuka pintu mobil. Saat Sakura sudah berada di luar, Sakura enggan menutup pintu. Masih memegang pintu mobil, Sakura memanggil Sasuke dan memberi isyarat seakan meminta Sasuke mendekat karena ingin membisikkan sesuatu. Sasuke benar menuruti kemauan Sakura, mendekat ke arah Sakura, mengabaikan sopir yang ada di kursi kemudi, tanpa aba-aba Sakura mendaratkan bibirnya pada bibir Sasuke hingga beberapa detik.
"Terima kasih untuk hari ini, Sasuke-kun." Bisik Sakura lirih setelah menarik bibirnya, Sakura sempat melihat pipi Sasuke yang merona, Sakura tersenyum lalu berlari menuju pintu rumahnya. Itu bukanlah ciuman pertama mereka, tapi boleh dibilang itu adalah ciuman pertama dimana Sakura yang pertama berinisiatif melakukannya. Sakura segera menutup pintu rumahnya, bersandar dibalik pintu itu dengan wajah merona, kedua telapak tangannya membingkai pipinya, ia sendiri tidak menyangka akan seberani itu. Ah, rasanya hari ini Sakura benar-benar agresif. Tapi apapun akan Sakura lakukan agar Sasuke tetap di sisinya. Mebuki yang muncul dari dapur menatap putri semata wayangnya penuh tanya yang tak bisa terucap. Sementara Sasuke melanjutkan perjalanan pulangnya dengan tatapan sendu, tersenyum.
Malam ini tidak berbulan, bintang-bintang pun enggan menampakkan sinar kecilnya di langit, awan tebal sepertinya akan segera mencair. Sakura menempelkan ponselnya di telinga kanannya, duduk di ranjangnya terpaksa menikmati bunyi nada tunggu yang didengarnya. Sasuke tidak membalas pesannya, dan sekarang juga tidak mengangkat teleponnya. Perasaannya tidak enak, firasatnya mengatakan akan terjadi hal buruk. Tapi bukankah semua berjalan lancar tadi siang? Bahkan tentang Gaara, Sasuke pun sepertinya tidak masalah, Sasuke juga bilang percaya padanya, lalu kenapa Sasuke tidak membalas pesan atau pun mengangkat teleponnya? Ah, mengingat Gaara jadi mengingat pula hubungannya dengan Sasuke. Sakura segera mengganti tujuan panggilannya.
"Halo, Jidat! Ada apa?" Sapa Ino dari seberang sana.
Sakura ingin sedikit berbasa-basi. "Kau sedang apa, Ino?"
"Aku? Aku baru saja mau mengirimkan foto bugilku pada Sai-kun…"
"Pig!" Teriak Sakura membuat Ino segera menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Tidak perlu berteriak begitu, Jidat! Aku hanya bercanda, kau selalu menganggap serius tentang hal mesum yang aku bicarakan," Ujar Ino.
Sakura menghela nafas panjang, lama-lama Sakura akan menjadi orang mesum gara-gara candaan Ino yang terkadang berlebihan, atau memang benar Sakura lah yang menganggap ini terlalu serius.
"Ada apa? Kau ada masalah?" Tanya Ino.
Sakura diam sejenak, "Kau tidak bilang padaku kalau Sasuke-kun dan Gaara adalah rival, kau juga pasti tahu tentang hal itu kan?" Sakura mengungkapkan pertanyaannya sambil memandang suasana gelap di luar dari jendela kamarnya.
"Oh, aku pikir itu bukan masalah besar. Lagipula mereka tidak benar-benar bermusuhan, mereka hanya perang dingin karena terlalu sering cekcok, yah… kau tahulah, beda pendapat. Memang terkadang mereka seperti ingin membunuh, maksudku…memukul satu sama lain, tapi sampai sekarang hal itu belum pernah terjadi." Jelas Ino.
Sakura diam mencerna penjelasan Ino, sampai Ino bertanya lagi padanya, "Ada apa?"
Sebenarnya Sakura ragu untuk menceritakan ini pada Ino, tapi Ino adalah sahabatnya, dan berdasarkan pengalaman yang telah terjadi tujuh bulan lalu, Sakura merasa harus memberitahu Ino. "Kau tahu, sebenarnya…Gaara bilang menyukaiku." Aku Sakura.
"Astaga, aku tidak mengira apa yang aku pikirkan benar-benar terjadi." Aku Ino. "Padahal kalian baru kenal satu hari, kan?"
"Aku juga tidak mengerti.." Sergah Sakura, "Aku sudah menolaknya, Ino!" tambah Sakura.
"Apa kau menceritakannya pada Sasuke?" Tanya Ino."Apa kalian baik-baik saja?"
"Yah, tadi siang aku pikir baik-baik saja, tapi sejak mengantarku pulang, aku belum mendengar kabar Sasuke lagi." Sakura tersenyum getir, "Aku juga sudah menceritakan tentang Gaara, dia bilang percaya padaku. Tapi entah kenapa daritadi dia tidak membalas pesan ataupun mengangkat teleponku."
Ino tidak berkomentar apa-apa, sepertinya Ino juga bingung dengan sikap Sasuke dari cerita Sakura.
"Kau tahu, sebenarnya aku senang dengan pernyataan Gaara yang menyukaimu." Kata Ino tiba-tiba, membuat Sakura bingung lagi. Apa lagi yang ada di otak teman pirangnya itu.
"Apa maksudmu, Ino?" Tanya Sakura dengan nada selidik.
Ino tersenyum, "Entahlah, rasanya menarik melihat dua pangeran yang sedang berperang dingin memperebutkan Cinderella, dan itu terjadi di dunia nyata." Jawab Ino.
"Sialan kau, Pig!" Sakura menarik selimutnya hingga ke dada, bersiap tidur. "Kau tahu dengan pasti siapa pangeranku."
Ino tersenyum, "Ya, berusahalah Saku." Sakura tersenyum dengan dukungan teman pirangnya ini.
"Ah, kau bilang kau sudah menolak Gaara? Kapan?" Tanya Ino lagi.
"Tadi siang, sebelum Sasuke menjemputku di kelas. Kurasa Sasuke-kun tidak sengaja mendengarnya juga, tapi aku tidak yakin. Yang terpenting aku sudah menceritakan semua padanya." Jawab Sakura mulai berbaring di ranjangnya.
"Aku mengharapkan yang terbaik untukmu, Saku." Ujar Ino.
"Terima kasih, Ino. Oyasumi." Sakura memutuskan sambungan teleponnya, dan Sakura harus kecewa lagi saat tahu tidak ada pesan balasan apapun dari Sasuke.
Sakura dan Ino sudah berencana akan pergi ke ruang Kurama bersama hari ini, Ino menemui Sai dan Sakura melanjutkan rencana lebih agresifnya pada Sasuke, karenanya begitu bel istirahat berbunyi Sakura dan Ino segera keluar kelas. Tapi Sakura begitu kaget ketika sosok yang sangat ingin ditemuinya sudah menunggunya di depan kelas, "Sasuke-kun?"Panggil Sakura hampir tidak percaya, setelah sekitar dua minggu Sasuke seperti mengabaikannya, kini Sasuke datang padanya. Ino tersenyum, turut senang dengan kedatangan Sasuke yang seakan menjemput Sakura, lalu Ino meninggalkan Sakura bersama Sasuke. Sedangkan Sakura merasa ada yang aneh, entahlah, firasatnya berkata begitu, karena menurut yang Sakura lihat Sasuke sama sekali tidak terlihat senang. Ada ekspresi kaku, menahan sesuatu, entah apa itu Sakura tidak tahu dan hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, berharap-harap cemas bahwa semua akan baik-baik saja. Sakura berjalan beriringan dengan Sasuke, mengikuti kemana arah Sasuke berjalan, dan mereka tiba di sudut sekolah yang agak sepi. Sasuke menghentikan langkahnya begitu pula dengan Sakura. Sakura benar-benar merasa akan terjadi hal buruk saat Sasuke berbalik menoleh kepadanya, menatapnya dengan onyx yang sendu.
"Sasuke-kun? Kenapa… kita ke sini?" Tanya Sakura sedikit ragu.
"Ada yang ingin kusampaikan padamu, Sakura." Jawab Sasuke.
Benar, pasti akan terjadi hal buruk. Tubuh Sakura tiba-tiba bergetar, emeraldnya tak beralih dari onyx Sasuke. Dadanya bergemuruh, Sakura takut dengan apa yang akan Sasuke sampaikan.
"Aku ingin putus." Kata Sasuke tegas, seperti sudah dipersiapkan sebelumnya.
Seketika itu juga Sakura mati rasa, semilir angin, panas matahari, atau bahkan cairan bening yang membasahi pipinya, Sakura benar-benar tidak bisa merasakannya saat ini, Sakura menahan nafas tertegun menatap sosok di depannya. Dengan tawa getir, perlahan Sakura menunduk, dia pasti salah dengar, Sasuke yang mengejarnya bahkan menipunya untuk mendekatinya, Sasuke yang menjadikannya Cinderella, Sasuke yang berhasil membuatnya jatuh cinta dan merasakan cinta, Sasuke yang dicintainya, meminta putus darinya.
"Sasuke-kun, kau pasti bercanda kan?" Ucap Sakura lirih.
"Tidak, Sakura. Aku serius. Aku sudah memikirkan ini sejak dua minggu yang lalu. Aku ingin kita putus." Ungkap Sasuke tanpa menyiratkan kebohongan dari onyxnya.
Sakura tidak mengerti kenapa semua jadi seperti ini, ini sama sekali bukan harapan Sakura. Nafas Sakura mulai tersengal-sengal meski belum mengatakan apapun, "Kenapa? Apa karena Gaara? Aku sudah menolaknya, aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Kalau Sasuke-kun tidak mengizinkan, aku tidak akan berteman dengannya. Atau kalau Sasuke-kun ingin aku menjauhinya, aku pasti…"
"Bukan karena Gaara. Aku bilang aku sudah memikirkan ini sejak dua minggu yang lalu, kan?" Jelas Sasuke.
"Lalu kenapa? Apa alasan Sasuke-kun ingin putus?" Desak Sakura frustasi, "Aku tidak mengerti, Sasuke-kun."
"Entahlah, Sakura." Jawab Sasuke sama sekali tidak menenangkan kegundahan Sakura saat ini, "Aku hanya ingin putus."
"Tidak, itu bukan alasan. Kumohon Sasuke-kun, ini terlalu tiba-tiba, aku tidak mengerti." Pinta Sakura terisak, air mata tak kunjung berhenti mengalir.
"Aku tidak ingin menyakitimu lebih dari ini, Sakura. "Kata Sasuke sebelum beranjak meninggalkan Sakura.
Sakura mencoba menahan Sasuke dengan menarik lengan Sasuke, "Tidak, Sasuke-kun, tunggu! Kumohon…"
Sasuke berbalik menatap iris klorofil Sakura yang tak berhenti mengeluarkan cairan bening, tangan kanan Sasuke terangkat menghapus jejak air mata di pipi Sakura dengan ibu jarinya, "Maaf, Sakura." Ucap Sasuke sebelum akhirnya meninggalkan Sakura sendiri di sana.
Sakura hanya bisa menatap Sasuke yang semakin menjauh, rasanya sekujur tubuh Sakura lemas, jangankan untuk mengejar Sasuke, memanggilnya pun Sakura sudah tidak mampu. Sakura akhirnya terduduk di sana, memegangi kedua lututnya, merasakan sesak di dadanya, "Sasuke-kun…"
Jam pelajaran setelah istirahat sudah akan dimulai, tapi Sakura tak kunjung muncul di kelasnya, Ino mulai khawatir terjadi apa-apa pada sahabat pinky-nya, tapi Ino mencoba berfikir positif karena tadi Sakura pergi dengan Sasuke. Berbeda dengan Ino, Gaara segera keluar kelas untuk mencari Sakura, Gaara tidak peduli pada teman-teman sekelasnya yang memperhatikannya atau siswi-siswi yang tadi mengerubuti bangkunya, diabaikanya Guru Yamato yang sudah di depan pintu memanggil-manggilnya. Gaara terus berlari, menyusuri lorong sekolah, menoleh kanan kiri mencari sosok bersurai pink. Gaara berpikir harus menemukan Sakura apapun yang sedang dilakukan Sakura sekalipun sedang bersama dengan Sasuke pacarnya. Selama memperhatikan Sakura, Gaara yakin Sakura bukan tipe yang akan bolos hanya untuk bersama laki-laki, pasti terjadi sesuatu pada Sakura, begitulah firasat Gaara. Gaara menghentikan pencariannya ketika jade-nya menemukan warna pink di balik semak-semak. Gaara memutar langkahnya mencari jalan menuju pada sosok yang menurutnya sedang menangis, dan dugaan Gaara tidak salah saat dilihatnya Sakura duduk merangkul kedua lututnya sambil terus terisak. Gaara menghampiri Sakura yang perlahan menoleh padanya.
"Gaara…" Ucap Sakura lirih.
Entah bagaimana Gaara segera berlutut dan memeluk Sakura saat itu juga. Dirasakannya kepala Sakura bergerak-gerak di dadanya karena sesenggukan dan semakin terisak. Gaara sama sekali tidak keberatan jika seragamnya harus basah karena air mata semakin mempererat dekapannya. Mereka berdua tidak menyadari sosok bersurai hitam mencuat memperhatikan mereka dari balik dinding tidak jauh dari sana, menatap mereka dengan onyxnya yang tajam.
Sekarang, Sakura duduk di tepi bendungan, di atas hamparan rumput yang hijau. Gaara memang sengaja mengajak Sakura ke tempat ini untuk menenangkan hati Sakura walaupun mungkin hanya sejenak. Sakura masih tampak tidak berdaya, kedua matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Sebuah kaleng minuman yang sudah terbuka disodorkan padanya, Sakura menerimanya sambil menoleh pada Gaara, "Terima kasih." Ucap Sakura dengan senyuman tipis. Gaara ikut duduk tak jauh di sebelah Sakura, lalu sambil menegak minumannya sendiri menikmati kilauan air di depan mereka. Meskipun penasaran, Gaara mencoba bersabar hingga Sakura benar-benar tenang dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun keheningan itu tidak berlangsung lama, karena beberapa saat setelahnya Gaara mendengar Sakura mengatakan sesuatu yang mengagetkan tapi menyenangkannya.
"Sasuke-kun bilang ingin putus." Aku Sakura, berusaha sekuat hati menahan emosi di dadanya. Tapi nyatanya air mata tetap mengalir dari sudut emeralnya, dan lagi Sakura berusaha menghapusnya dengan buku-buku tangannya.
Gaara mendekat dan mengelus-elus rambut Sakura, berusaha menenangkannya lagi, "Sshhh, Sakura.. Tenangkan dirimu."
Sakura berkali-kali menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan keras untuk menenangkan dirinya sendiri, "Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak tahu kenapa dia ingin mengakhiri semuanya." Sakura terisak, "Aku menyukainya, sangat menyukainya. Tapi kenapa dia ingin putus? Bagaimana denganku? Aku tidak ingin berakhir seperti ini. Aku mencintainya… Apa yang harus kulakukan?!"
Tidak tahan, Gaara menarik Sakura dalam pelukannya, mendekap kepala pink itu ke dadanya, "Sakura, tenanglah, semua pasti akan berlalu."
Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya dalam pelukan Gaara, bukan kalimat itu yang ingin Sakura dengar. Sakura hanya ingin ada yang mengatakan bahwa Sasuke bohong dengan semua ucapannya tadi siang, tapi mana mungkin Gaara mengucapkan hal itu kan? Atau setidaknya ada alasan yang lebih masuk akal kenapa Sasuke ingin putus? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi, Sasuke-kun? Sakura menolak memikirkan kemungkinan itu.
Malam ini Ino menginap di rumah Sakura, itu adalah tekad Ino untuk menghibur Sakura meskipun berkali-kali Sakura bilang ingin sendiri. Ino sedang memilih-milih baju di lemari pakaian Sakura, baju yang sesuai dengannya, sedangkan Sakura sedang berbaring di kasurnya, mengelus-elus guling kesayangannya, membayangkan jika itu adalah Sasuke. Sakura mendengar Ino menghela nafas frustasi, kenapa? Bukankah seharusnya Sakura yang frustasi? Sakura menoleh pada Ino, "Ada apa?" Tanyanya.
"Apa kau tidak punya baju yang setidaknya cukup untuk menampung payudaraku ini?" Jawab Ino dengan entengnya.
Bug!
Guling itu dilempar tepat mengenai Ino. "Sialan kau, Pig!"
Ino menyeringai senang kemudian tertawa, akhirnya Ino bisa membuat sahabatnya ini kembali tidak seperti mayat hidup lagi, walaupun mungkin hanya sementara. "Astaga, kau melempar bayangan Sasuke padaku!"
Sakura mendelik, bangun dari ranjangnya untuk merebut gulingnya yang tadi dilemparnya pada Ino, kemudian Sakura kembali ke posisinya semula, berbaring dan memeluk gulingnya, "Kalau kau mau, kau pakai saja baju Ibuku." Timpal Sakura.
Ino terkikik mendengar jawaban Sakura, lalu Sakura mendengar suara pintu tertutup, sepertinya Ino benar-benar mengikuti saran Sakura.
Siang tadi, begitu Sakura sampai di depan rumah diantar Gaara, Ino sudah ada dirumahnya bersama Haruno Mebuki, ibu Sakura. Ino lah yang membawa tas sekolah Sakura, dan karena khawatir melihat penampilan Sakura dengan mata bengkaknya, Ino menghubungi orangtuanya dan mengatakan akan menginap di rumah Sakura. Saat ini Ino telah berbaring di sisi Sakura, menahan kepalanya dengan lipatan tangan kirinya.
"Mungkin ada sesuatu yang tidak ingin diceritakannya padamu." Kata Ino mengawali misinya menghibur sahabat pink-nya.
"Aku tidak berani memikirkan kemungkinan apapun, Ino." Suara Sakura sudah terdengar lebih tenang sekarang, "Menurutku alasan apapun tidak cukup menjadi alasan bagi Sasuke untuk meninggalkanku, karena aku masih mencintainya, masih setia padanya."
"Bagaimana dengan bosan?" Celetuk Ino, "Ups, maaf." Kata Ino menyadari tatapan yang seakan tidak percaya terpancar dari emerald Sakura.
Sakura berfikir sejenak, "Apa ternyata aku tidak sesuai dengan harapannya?"
"Aku tidak bermaksud begitu Saku- " Ino benar-benar merasa bersalah celetukannya tadi.
Sakura lagi-lagi terdiam, Sakura sepenuhnya sadar meskipun Ino menyesali ucapannya, itu tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang diucapkan Ino benar. Sakura mendengar Ino menghela nafas cukup panjang dan duduk. Sakura memperhatikan sahabat pirangnya yang sepertinya akan mengatakan sesuatu yang serius kali ini, "Kenapa kau tidak berfikir sederhana saja?" Tanya Ino.
"Apa?"
Ino bersedekap, "Bahwa Sasuke brengsek karena meninggalkan gadis baik sepertimu?"
"Aku tahu Sasuke brengsek sejak dia menipuku, tapi aku mencintai si brengsek itu." Jawaban Sakura membuat Ino geleng-geleng kepala dan menjatuhkan kepalanya lagi ke bantal.
"Matilah kau karena mencintai cowok brengsek." Ujar Ino.
"Um, aku benar-benar mati sekarang." Kata Sakura singkat.
Keduanya lalu tertawa, Ino menarik selimut hingga ke lehernya, "Kau sudah lebih baik sekarang?"
"Ini berkat kau ada di sini. Terima kasih, Pig." Sakura tersenyum, meski tidak secerah senyum biasanya.
"Yah, berdo'alah kau tidak harus melakukan hal yang sama untukku suatu hari nanti, Jidat!"
"Tentu saja tidak, Sai sangat mencintaimu."
"Bukankah Gaara amat sangat lumayan?"
Sakura hanya menggelengkan kepala dengan gurauan Ino sepanjang malam itu.
.
.
.
TBC
Fict ke dua saya, seperti disampaikan di summarynya, ini Two Shots. Latihan bikin multichapter, he.
Terima kasih sudah membaca. ^^
Mudah-mudahan bisa segera lanjut chapter 2 of 2 nya..
