Sabtu pagi yang indah di Kirigakure saat ini. Matahari yang masih malu-malu menampakan cahayanya tertutupi awan yang berarak di sekelilingnya. Suasana ini begitu sejuk dan nyaman bagi warga masyarakat Kirigakure yang sedang berlibur dari pekerjaan ataupun aktivitas sekolah yang biasanya mereka lakukan setiap harinya, karena hari Sabtu di Kirigakure termasuk tanggal merah layaknya hari minggu.
"APA! Kenapa mendadak seperti ini!" seru seorang gadis berambut pink di ruang tengah rumahnya yang megah. Sepertinya gadis satu ini sedang berdebat hebat dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di sebuah sofa besar yang terlihat sangat nyaman dan empuk di ruangan tersebut sedangkan sang gadis hanya berdiri.
Mari saya deskripsikan penampilan gadis ini. Gadis ini mempunyai rambut panjang sepunggung yang berwarna soft pink, saat ini rambutnya sedang dia ikat dengan gaya kuncir kuda. Dia memiliki mata emerald yang menawan dan mampu menyihir hati siapa saja yang menatapnya. Tubuhnya tidak tinggi dan juga tidak pendek dengan kulit putih yang lembut dan halus. Dan saat ini dia sedang mengenakan piyama biru mudanya yang bermotif teddy bear.
"Ini sudah menjadi keputusan ayah dan Ibu, Sakura." ucap sang ayah pada anak gadisnya yang bernama Sakura ini. Sakura terlihat sangat frustasi dengan raut wajah yang menampilkan perasaan kaget, bingung, sedih dan cemas. Sang ibu hanya diam dan mendengarkan perdebatan hebat yang terjadi diantara dua orang yang sangat dia cintai ini. Mungkin ada saatnya dia angkat bicara nanti.
"Tapi! Ayah kenapa baru bilang sekarang!" protes Sakura yang masih berdiri di hadapan ayahnya. Sang ayah hanya menghela napasnya dalam-dalam, dasar anaknya yang satu ini... Suaranya seperti toa mesjid.
Sesungguhnya apa yang dibahas dan diperdebatkan antara ayah dan anak ini?
Sebenarnya tadi ayah Sakura tiba-tiba masuk ke kamar Sakura, dan langsung menyuruhnya pergi ke ruang keluarga untuk berbicara tentang sesuatu yang penting. Dan sesuatu yang penting itu adalah Sakura akan pindah sekolah sekaligus pindah rumah ke Konoha besok. BESOK.
Tentu saja Sakura langsung frustasi mendengar perkataan ayahnya tersebut! Dia sama sekali belum mengepak barang-barangnya, belum mengucapkan salam perpisahan pada teman-temannya, dan yang yang terpenting.. Dia belum siap mental! Dalam rangka apa ayahnya tiba-tiba melakukan hal seperti ini tanpa bilang-bilang terlebih dahulu?
Sakura menarik napasnya dalam-dalam sambil menutup matanya. Dia mencoba untuk mengendalikan emosinya, "Ayah.. Aku tidak mau..." gumamnya dengan wajah serius pada Ayahnya. Dia mencoba menyakinkan ayahnya agar tidak memaksanya melakukan hal seperti ini.
"Pokoknya kamu harus menurut, ini juga demi masa depan kamu sayang, dan lagi.. Kamu juga pernah bilang ingin sekolah di Konoha 'kan?" jawab sang ayah. Sakura menggertakan giginya dengan gemas, ayahnya benar-benar menyebalkan menurutnya. Dan tadi ayahnya bilang 'Masa depan' ? Apa maksudnya!
"Tapi, Ayah sendiri belum mengepak barang, 'kan! Ayah juga mana bisa meninggalkan pekerjaan ayah yang menumpuk di perusahaan! Masa langsung pindah ke Konoha besok!" Seru Sakura dengan gemas.
Ayah Sakura terlihat sedikit menyeringai medengar pernyataan Sakura barusan, "Siapa bilang ayah juga ikut pindah?"
Sakura langsung bengong mendengar perkataan ayahnya. Dia hanya menatap mata ayahnya dengan tatapan yang minta penjelasan lebih lanjut dari kata-kata ayahnya barusan.
"Cuma kamu yang pindah."
.
.
NARUTO Disclaimer is Masashi Kishimoto
Warning! : OCC, AU, Ceritanya abal, pasaran, kesalahan pada pengetikan, dan kekurangan lainnya
We are Cousin ?
Summary: Hidup Sakura terasa berubah secara drastis saat ayahnya tiba-tiba menyuruhnya pindah dan tinggal di Konoha dengan 'alasan' yang tidak wajar. Sakura terpaksa tinggal di rumah Sasuke yang katanya 'sepupu'nya.
.
.
.
DUK DUK DUK
BUKKK!
"AW!"
Pertama terdengar bunyi palu yang sedang bertugas menancapkan sebuah paku di dinding. Kedua, terdengar suara palu yang terjatuh ke dasar lantai dan bersamaan dengan suara itu terdengar jeritan kesakitan.
Suara-suara gaduh ini mengusik seorang lelaki tampan yang tengah tertidur. Wajahnya tidurnya terlihat frustasi. Berkali-kali dia membalik-balikan posisi tidurnya, mencari ketenangan di setiap posisi yang dilakukannya. Tetapi nihil, suara gaduh itu tidak kunjung hilang walaupun dia sudah menutupi telinganya—seluruh wajahnya, dengan bantal.
Pemuda itu langsung mengubah posisinya dari tiduran ke posisi duduk—di atas ranjang empuknya, dia langsung meremas rambut raven miliknya dengan gemas, "Berisik!" serunya kencang-kencang. Tetapi bunyi gaduh itu tidak juga berhenti.
Mari saya deskripsikan penampilan pemuda satu ini. Pemuda ini memiliki bola mata onyx yang mampu menyihir siapapun yang menatapnya secara langsung. Tubuhnya atletis dengan kulit putih. Rambutnya berwarna biru donker dengan gaya seperti buntut ayam. Sekarang ini dia sedang mengenakan piyama berwarna biru tua dengan motif garis-garis vertikal.
Pemuda satu ini segera beranjak dari ranjangnya dan langsung melangkahkan kaki keluar kamarnya, dia langsung berjalan menuju ke sumber kegaduhan yang ada di sebelah kamarnya. Padahal setahunya kamar sebelah ini tidak ada penghuninya alias kosong.
"Itachi-nii! Kenapa pagi-pagi seperti ini sudah bikin ribut sih!" seru pemuda tadi saat melihat kakaknya sedang memegangi palu di tangan kanan dan paku di tangan kiri. "Dan juga kenapa kamar tidak berpenghuni ini dicat berwarna pink begini!" sambungnya lagi ketika menyadari perubahan di kamar kosong ini.
"Sasuke, Aku sedang sibuk nih, minta penjelasan saja sama Kaasan di bawah." ucap Itachi pada pemuda yang bernama Sasuke tadi lalu meneruskan pekerjaannya kembali. Kenapa dia bilang 'di bawah' ? Karena saat ini mereka berdua sedang berada di lantai dua rumah mewah milik keluarga Uchiha ini.
Sasuke langsung melongos pergi ke lantai bawah untuk menemui ibunya, sepertinya dia cukup penasaran dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin kakaknya melakukan hal yang tidak berguna dengan mendekorasi kamar kosong itu tanpa alasan, kurang kerjaan sekali.
"Kaasan.." panggil Sasuke pada ibunya yang sedang menyiapkan beberapa lembar roti tawar di atas meja makan keluarganya.
Sang ibu langsung menoleh lalu tersenyum lembut, "Tumben anak Kaasan bangun pagi di hari minggu.." ucapnya sambil terkikik pelan.
Sasuke terlihat mendengus kecil lalu menarik sebuah kursi lalu segera duduk di atasnya, "Kenapa Itachi-nii tiba-tiba mendekorasi kamar kosong di sebelah kamarku? Bikin ribut.." ucap Sasuke sambil mencomot roti tawar yang disediakan ibunya tadi.
"Ah, iya ibu lupa memberi tau mu!" seru Mikoto—ibu Sasuke, sambil menepuk pelan dahinya, "Hari ini ada yang pindah dan tinggal di rumah ini." jelasnya sambil tersenyum.
"Hah? Siapa? Kenapa mendadak sekali?" tanya Sasuke bertubi-tubi. Terlihat sangat OOC.
"Nanti kamu juga akan tahu," ucap Mikoto sambil terkikik geli, "Sebentar lagi dia akan da—"
TING NONG TING NONG
"—tang, ah sebentar." Mikoto langsung berlari menuju pintu depan untuk melihat siapa yang bertamu di pagi hari begini. Sasuke lebih memilih duduk di tempat dan meneruskan aktivitasnya memakan roti.
"Ah! Moriyama, Yuki dan Sakura! akhirnya kalian sampai juga." ucap Mikoto saat mengetahui siapa yang datang, "Ayo masuk." ajaknya.
Sasuke dapat mendengar dengan jelas ucapan ibunya barusan. Sepertinya ada 3 orang tamu.
"Sasukeee! Ayo sini sebentar!" panggil Mikoto pada Sasuke yang masih duduk santai di ruang makan. Sasuke dengan ogah-ogahan segera berjalan pelan menghampiri ibunya dan tamu-tamu rumahnya di pintu depan.
Sasuke dapat melihat seorang lelaki paruh baya yang berperawakan gagah dengan rambut berwarna hitam pekat dengan bola mata onyx. Sasuke pun melihat seorang wanita paruh baya yang berparas cantik dengan perawakan sama seperti ibunya dengan rambut berwarna merah muda dengan bola mata hijau daun. Dan satu orang lagi.. Seorang gadis manis dengan rambut berwarna pink yang dikuncir agak tinggi dengan menyisakan poni gaya daun yang bertengger di dahinya yang agak lebar.
"Ah Sasuke! Ayo bantu mengangkat ini!" ucap Mikoto sambil menunjuk 2 buah koper besar yang di jinjing seorang gadis—Sakura. Sasuke sempat bingung ketika melihat koper tersebut, tamu ibunya ini membawa koper? Karena Sasuke mempunyai otak yang cukup cemerlang dia mampu menyimpulkan sesuatu.. Yaitu...
"Dia yang pindah ke sini itu?" tanya Sasuke entah pada siapa sambil mengangkat salah satu koper yang dibawa Sakura, ternyata memang cukup berat.
Mikoto, Yuuki, dan Moriyama terlihat tersenyum tipis mendengar pertanyaan Sasuke barusan, "Kita bicara di ruang tamu saja ya, Ayo!" ucap Mikoto sambil menuntun keluarga Sakura menuju ruang keluarga.
X X X
"Sepupu? Masa sih?" tanya Sasuke lalu mengalihkan pandangannya ke arah Sakura. Sakura hanya memasang wajah sebal sambil membalas tatapan Sasuke.
Sekarang ini keluarga Uchiha yang anggotanya adalah Uchiha Fugaku sebagai kepala keluarga, Uchiha Mikoto sebagai Istri, Uchiha Itachi sebagai anak sulung dan Uchiha Sasuke sebagai anak bungsu sedang berkumpul di ruang tamu bersama keluarga Haruno yang anggotanya adalah Haruno Yuuki sebagai kepala keluarga, Haruno Moriyama sebagai istri dan Haruno Sakura sebagai anak.
"Yepp.." ucap Mikoto dengan wajah riang.
"Tapi kok tidak ada mirip-miripnya sama sekali sih, dan aku juga baru tahu kalau aku memiliki sepupu perempuan." ucap Sasuke yang masih memperhatikan Sakura dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Para orang tua termasuk Itachi terlihat mengulum senyum mereka mendengar tuturan Sasuke barusan. Sasuke dan Sakura yang melihat tingkah aneh para orang tua dan agak tua itu hanya bergumam dalam hati.. 'Ada yang salah dengan hal ini.'
"Aduh Sasuke kamu ini kenapa tidak percaya sama sekali sih, dia ini sepupumu yang tinggal di Kirigakure, dan tidak pernah ke Konoha! Itachi saja tahu itu!" jelas Mikoto dengan gemas sambil melirik ke arah Itachi, Itachi langsung mengangguk dengan mantap.
Sasuke terlihat menggerlingkan bola matanya dengan malas, "Terus kenapa dia pindah ke sini?"
"Oh itu karena kami ingat bahwa kami masih memilik kerabat di Konoha ini untuk menitipkan Sakura sementara waktu." jawab Yuuki sambil tersenyum cerah disertai tawa.
"Maksudku ku kenapa dia ke Ko—"
"Sudahlah Sasuke! Ayo antar Sakura ke kamar barunya! Cepat!" potong Mikoto dengan cepat. Sasuke dengan wajah terpaksa langsung beranjak keluar ruangan itu diikuti oleh Sakura—yang membawa dua buah koper, dibelakangnya.
Fugaku dan Yuuki terlihat menyeringai satu sama lain, "Semoga rencana kita berhasil."
X X X
"Eh, kamarku dimana?" tanya Sakura pada Sasuke yang berjalan dengan angkuh di depannya. Sekarang ini mereka sedang berada di lantai dua rumah Sasuke.
"Cari sendiri." ucap Sasuke dengan cuek dan tetap meneruskan perjalanannya. Sakura terlihat melongo dengan kata-kata cowok yang berjalan di depannya ini. Benar-benar beda dengan tampangnya, hatinya terlihat jelek. Jauh pemikiran Sakura yang mengkhayal bahwa Sasuke akan membantunya untuk membawakan dua buah koper besar miliknya, menjawab pertanyaan simpelnya saja seperti itu. Dasar cowok jutek.
Sakura menghentikan langkah kakinya, "Huh, andai saja aku tidak 'numpang' di sini sudah ku habisi cowok angkuh ini." gumamnya.
X X X
Terlihat keluarga Uchiha sedang mengantarkan 'tamu' mereka ke depan pintu rumah megah mereka.
"Kami pulang dulu, ya Sakura.." ucap Moriyama sambil memeluk lembut tubuh anak semata wayangnya ini. Sakura pun menyambut pelukan sang ibu.
"Iya.." gumam Sakura sambil melepaskan pelukan ibunya ini.
"Nanti ayah dan ibu akan sering kemari." ucap Yuuki lalu memeluk anak kesayangannya ini. Sakura pun menyambut pelukan hangat sang ayah.
"Ng.." lagi-lagi Sakura hanya bergumam pelan lalu melepaskan pelukan Ayahnya.
Walaupun Sakura telihat dingin dengan kedua orang tuanya saat ini, sesungguhnya dia mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar.
"Yasudah kami pergi dulu, ya?" Yuuki dan Moriyama segera melangkahkan kaki mereka memasuki mobil BMW mereka yang di parkirkan di halaman rumah keluarga Uchiha ini.
Mesin mobil pun dinyalakan, "Mikoto! Fugaku! Numpang nitip si bawel ini, ya." seru Yuuki melalui jendela mobilnya yang terbuka lebar. Sakura hanya mengembungkan pipinya ketika mendengar ayahnya menyebutnya 'si bawel'.
Mikoto dan Fugaku yang ada di sana tertawa kecil, "Tentu saja! Serahkan pada kami." ucap Mikoto.
Detik berikutnya mobil Ayah Sakura langsung melaju meninggalkan kediaman Uchiha. Sakura hanya menatap nanar pada mobilnya yang mulai hilang dari pandangannya itu.
Flashback : On
Ayah Sakura terlihat sedikit menyeringai medengar pernyataan Sakura barusan, "Siapa bilang ayah juga ikut pindah?"
Sakura langsung bengong mendengar perkataan ayahnya. Dia hanya menatap mata ayahnya dengan tatapan yang minta penjelasan lebih lanjut dari kata-kata ayahnya barusan.
"Cuma kamu yang pindah."
Bola mata Sakura membulat sempurna, mulutnya sempat ternganga, "Ma, maksud ayah apa, sih?"
"Seperti yang ayah bilang.. Hanya kamu saja yang pindah ke Konoha sedangkan ayah dan ibu tetap di sini, di Kirigakure."
Badan Sakura terlihat lemas sekarang, "Ayah mengusirku , ya?" tanyanya dengan wajah hampir menangis—akting.
"Bukan begitu sayang.. Ayah melakukan ini atas suatu alasan.." ucap Ibu Sakura—yang akhirnya angkat bicara setelah berdiam diri cukup lama.
Mendengar perkataan sang ibu, Sakura langsung menekukkan ujung bibirnya—cemberut, lalu segera menghempaskan bokongnya di permukaan sofa empuk di berada hadapan ayah dan ibunya, sepertinya dia cukup lelah hanya berdiri saja sejak tadi. "Terus aku hidup dengan siapa di sana? Aku saja tidak pernah ke konoha." ucap Sakura yang pada akhirnya menyerah juga dengan 'permintaan' ayah dan ibunya ini.
Ayah Sakura langsung menampilkan seringaian tipis yang tidak terlihat oleh Sakura, "Tenang saja.. Ayah sudah mengatur semuanya."
Flashback : off
Sakura terlihat menghela napasnya kuat-kuat, 'Ternyata maksud ayah ini..' batinnya.
X x X
Pukul 8 malam di kediaman mewah Uchiha.
Saat ini keluarga Uchiha + Sakura sedang menyantap 'dinner' mereka di ruang makan. Sakura terlihat risih menatap keluarga yang dianggapnya 'dingin' ini, karena daritadi tidak ada yang angkat bicara. Padahal di rumahnya dulu saat makan pagi ataupun malam, Sakura selalu ngobrol dengan ayah dan ibunya. Walaupun sebenarnya ngobrol saat makan itu tidak boleh karena menimbulkan efek 'kurang' sopan.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka selesai menyantap makanan sedap yang dimasak Mikoto tersebut. Tetapi tidak satu pun dari mereka yang beranjak meninggalkan meja makan kecuali Mikoto yang pergi membereskan piring bekas mereka makan tadi.
"Fuh kenyang," gumam Sakura sambil menepuk pelan perutnya yang terlihat sedikit mengembung.
Fugaku dan Itachi yang melihat itu terlihat sedikit tersenyum geli, "Cih, kau tidak seperti perempuan." ucap Sasuke—yang juga melihat itu, dengan cuek.
Sakura langsung menekukkan ujung bibirnya kebawah, "Ya terserah lah.." ucap Sakura.
"Sakura besok mulai sekolah 'kan?" tanya Mikoto yang sudah kembali ke meja makan.
Sakura langsung mengangguk mantap, "Iya." ucapnya.
"Emang Sakura sekolah dimana?" tanya Itachi yang mulai angkat bicara.
"Hmm... Konoha Gakuen..." jawab Sakura sambil membenarkan ikat rambutnya yang longgar lalu menggulungnya seperti bakso.
Sasuke yang sedang minum langsung tersedak, "Hah? Kita satu sekolah?" tanya Sasuke.
Sakura memandang Sasuke dengan tatapan sebal lalu menaikan bahunya, "Mana ku tahu."
Mikoto tertawa pelan lalu mulai angkat bicara, "Kalian memang satu sekolah kok, karena ibu yang merekomendasikannya pada ayah Sakura.." jelas Mikoto.
Sakura dan Sasuke yang mendengarnya hanya saling memandang lalu menghela napas.
Sakura secara pasti mendapat keuntungan bila satu sekolah dengan Sasuke. Secara otomatis dia akan 'nebeng' dengan Sasuke ketika berangkat dan pulang sekolah. Lagipula dia akan hemat 'ongkos' karena Sasuke memakai mobil pribadi. Keselamatan Sakura juga terjamin bila bersama Sasuke. Lagipula Sakura pun sama sekali tidak hafal jalan di Konoha. Sedangkan Sasuke pasti merasa dirugikan..
X x X
"Pagi, bibi..." sapa Sakura pada Mikoto yang sedang menata meja makan. Mikoto langsung tersenyum melihat kecantikan anak gadis yang satu ini. Sakura tengah memakai seragam Konoha Gakuen, yaitu sebuah kemeja putih dengan luaran blazer berbahan kain katun yang lembut dan selembar rok sepanjang dua jari di atas lutut yang bermotif kotak-kotak dengan warna biru muda didominasikan warna abu-abu serta sebuah dasi yang bermotif sama dengan roknya. Tetapi saat ini Sakura tidak mengenakan blazernya dan hanya memeganginya, dasinya pun terlihat kendor dengan satu kancing kemeja paling atas yang tidak tertutup. penampilan Sakura terlihat 'keren'. Dia mengikat rambut panjangnya dengan gaya pony tail.
"Pagi..." ucap Mikoto, "Ayo sini. Kita sarapan dulu.." ajaknya. Sakura segera menarik sebuah kursi lalu duduk di atasnya.
"Itu kursi ku." ucap Sasuke yang tiba-tiba muncul. Sasuke pun mengenakan seragam yang sama seperti Sakura, bedanya hanya Sakura mengenakan rok sedangkan Sasuke mengenakan celana panjang. "Minggir." ketus Sasuke sambil menarik kursinya—yang masih diduduki Sakura.
Sakura tetap berkutat di kursi yang di dudukinya, kali ini dia tidak mau mengalah dengan sepupunya ini, "Heh. Duduk saja di sana!" ucap Sakura sambil menunjuk sebuah kursi di sampingnya.
"Iya, Sasuke! Kamu ini seperti anak kecil saja!" seru Mikoto sambil meletakan beberapa sandwich di atas meja. Sasuke hanya mendengus kesal lalu menghempaskan bokongnya di atas permukaan kursi, tapi...
Brak!
Bokong Sasuke mendarat sempurna di permukaan lantai keramik. Seketika tawa Sakura langsung menggelegar begitu pula tawa Itachi yang sedang memegangi kursi yang akan Sasuke duduki tadi.
Ternyata sebelum Sasuke duduki, kursi makan itu di tarik Itachi ke belakang sehingga bokong Sasuke beradu langsung dengan lantai keramik. Benar-benar kakak yang jahil. "Itachi-nii! Kau ingin ku bunuh hah!" seru Sasuke yang sudah berdiri sambil memegangi pantatnya yang agak sakit. Itachi hanya tertawa tanpa menggubris adiknya ini.
Sakura hanya tersenyum melihat kelakuan adik dan kakak satu ini, 'Keluarga ini tidak sedingin yang ku kira'.
X X X
"Apa masih jauh?" tanya Sakura pada Sasuke yang sedang menyetir mobil Volvo miliknya ini.
Sasuke tidak menggubris Sakura dan tetap mengonsentrasikan pikirannya untuk menyetir. Sakura hanya mendengus kecil karena sepupunya ini tidak menghiraukannya. Sakura langsung meronggoh tasnya untuk mengambil sebuah ipod lalu memasangkan headset ke telinganya. Sakura menutup matanya sambil menikmati irama lagu yang dia dengar melalu sepasang headset tersebut.
Tidak berapa lama mobil Volvo hitam Sasuke terlihat memasuki area parkir mobil yang disediakan oleh Konohagakuen. Setelah memakirkan mobilnya di tempat yang menurutnya bagus Sasuke langsung keluar mobilnya, membiarkan Sakura yang masih berkutat dengan headset di telinganya, sepertinya suara yang dihasilkan headsetnya sangat kencang, sehingga membuat Sakura tidak sadar bahwa kini dia sudah sampai di kawasan sekolah barunya.
"Hey.. Kita sudah sampai." seru Sasuke lalu menyentil pelan dahi lebar sepupunya ini dari luar mobil dan setelahnya dia langsung berjalan meninggalkan Sakura.
Sakura langsung membuka matanya, dia langsung mengedarkan pandangannya ke penjuru arah.. Wih sekolah barunya ini terlihat cukup elit. Dengan segera Sakura keluar dari mobil Sasuke lalu berlari kecil untuk menyusul Sasuke yang sudah berjalan agak jauh di depannya.
Banyak siswa-siswi yang heran dengan kehadiran seorang gadis pink—yang baru pertama kali mereka lihat ini, berjalan dengan sang Uchiha yang sangat terkenal di sekolahnya.
"Sasuke!" terdengar suara seorang gadis yang menyerukan nama Sasuke dari arah belakang. Sejurus kemudian Sasuke dan Sakura langsung membalikan badannya untuk mengetahui siapa si empunya suara tadi.
"Ino.." gumam Sasuke sambil tersenyum lembut. Sakura langsung heran ketika melihat Sasuke yang dingin itu tersenyum lembut pada seorang wanita.
Gadis yang memiliki rambut blonde pony tail itu langsung berlari kecil menghampiri Sasuke, "Hihihi, aku bawa DVD film kesukaanmu loh, kau mau pinjam?" tanyanya pada Sasuke. Detik berikutnya, Ino langsung melirik seorang gadis pink yang ada di dekatnya "Loh, ini siapa?"
"Dia sepupuku, baru pindah ke sini." jawab Sasuke sekenanya, "Sini Kasetnya." ucap Sasuke sambil mengambil kaset DVD yang Ino bicarakan tadi lalu berjalan berdampingan dengan Ino dan meninggalkan Sakura yang sedikit bengong. Sakura dapat melihat dengan jelas Sasuke dan Ino sedang bersenda gurau sambil berjalan.
"Hey! Sasuke!" seru Sakura sebelum Sasuke benar-benar meninggalkannya seorang diri di lingkungan yang masih asing baginya ini.
Sasuke dan Ino langsung membalikan badan mereka lalu menatap malas pada Sakura, "Ada apa?"
Sakura langsung menggertakkan giginya, ada apa katanya tadi? Benar-benar tidak berperasaan! Masa meninggalkan Sakura yang masih 'baru' sendirian di sana. "Ruang gurunya dimana?" tanya Sakura dengan wajah (super)sebal.
"Kau cari sendiri saja, ya." ucap Sasuke lalu melangkahkan kakinya lagi.
Sakura langsung melongo lalu menggertakan giginya, "Bocah sial." umpat Sakura. Sakura terlihat meremas bagian bawah roknya dengan gemas. Sepupu macam apa Sasuke itu? Tega-teganya dia meninggalkan Sakura— yang masih tidak tahu lokasi sekolah itu, seorang diri! Padahal sekolah masih sepi. Daripada bengong di situ, Sakura langsung melangkahkan kakinya menuju ke dalam gedung sekolah untuk mencari ruang guru.
Setelah beberapa lama berkeliling, Sakura terlihat kelelahan.. Ternyata sekolah ini cukup luas. "Kamu murid baru, ya?" tanya seorang cowok yang bertampang imut-imut dengan rambut merah menyala pada Sakura.
"I, iya." jawab Sakura seadanya.
"Oh.. Pantas saja aku baru pertama kali melihatmu, kamu mencari ruang guru?" Sakura hanya mengangguk kecil untuk merespon laki-laki tadi.
"Ayo ku antar." tawar cowok imut tadi sambil tersenyum manis. Tentu saja Sakura langsung mengiyakannya. Untuk apa malu-malu menerima tawaran baik orang ini? Untung saja dia bertemu pangeran babyface satu ini.
Tidak berapa lama akhirnya Sakura dan cowok tadi sampai di depan ruangan yang bertuliskan 'Teacher room'.
"Ini dia.." ucap cowok tadi sambil tersenyum ke arah Sakura.
"Ah iya, makasih ya umm..." Sakura terlihat tidak melanjutkan kata-katanya.
"Akasuna Sasori, panggil saja Sasori." ucap Sasori sambil nyengir. Cengirannya ini menambah kesan imut yang ada di parasnya.
"Oke. Makasih ya Sasori." ucap Sakura sambil nyengir juga. Entah kenapa Sakura menjadi suka melihat cengiran cowok satu ini.
"Kalau begitu aku pergi ya, dah." ucap Sasori lalu mengambil langkah seribu meninggalkan Sakura. Setelah melihat punggung Sasori yang sudah jauh Sakura segera memasuki ruangan tersebut.
X x X
"Perkenalkan dirimu," suruh Kakashi—seorang guru berambut silver dengan masker yang menutupi mulutnya, pada Sakura.
Sakura yang berdiri di depan kelas langsung mengangguk pelan, "Ng.. Namaku Haruno Sakura, pindahan dari Kirigakure.. Umurku 16 tahun.. Salam kenal." ucapnya sambil tersenyum lalu sedikit membungkukkan badan pada teman-teman di kelasnya yang baru yaitu kelas XI-2. Murid-murid di kelas itu terlihat tersenyum memperhatikan murid baru itu yang akan menjadi teman baru mereka.
"Baiklah, Sakura. Silakan duduki bangku yang kamu inginkan." ucap Kakasih dengan cuek lalu membuka buku novel kecil di genggamannya.
Sakura terlihat melirik Kakashi dengan pelan, dasar walikelasnya satu ini.. Masa bersikap acuh tak acuh dengan 'anak buah' barunya. Seharusnya 'kan Kakashi mencarikan bangku untuk Sakura.
Sakura langsung mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas untuk mencari bangku untuknya. Ternyata hanya ada sepasang meja dan bangku kosong yang terletak di pojok kelas di dekat jendela. Sakura menghela napas panjang lalu berjalan mendekati meja dan bangku 'baru'nya tersebut.
Kakashi terlihat melirik Sakura yang sudah duduk di bangkunya, "Yep, karena Sakura sudah 'menemukan' bangku barunya, ayo kita mulai pelajaran.."
...
Bel tanda istirahat pun terdengar melengking tinggi, membuat sebagian murid mendengus lega.
"Yep, tutup buku kalian.. Dan jangan lupa mengerjakan PR yang ku suruh tadi," ucap Kakashi lalu segera melangkahkan kaki keluar kelas. Sebagian murid pun terlihat berbondong-bondong berjalan ke luar kelas. Mungkin mereka sudah cukup jenuh dan penat berada di dalam kelas.
Sakura—yang tetap duduk di bangkunya, terlihat melakukan perenggangan kecil untuk mengurangi rasa pegal di lengannya. Sakura segera melipat tangannya ke atas meja lalu merebahkan kepala di atasnya. Sakura langsung menerawang ke luar jendela. "Sepi.. Aku tidak punya teman di sini," gumam Sakura dengan pandangan nanar, dia teringat akan teman-temannya di Kirigakure dulu. Pasti di waktu istirahat begini dia langsung bersenda gurau bersama teman-temannya.
"Yo," sapa Sasuke lalu segera menduduki bangku kosong di sebelah Sakura. Sakura langsung membalikan kepalanya, "Loh, ngapain di sini?" tanya Sakura dengan tatapan malas.
"Ini kelasku juga, tau! Kau tidak sadar ya! Dasar!" ketus Sasuke sambil mendengus kesal. "Kau tidak keluar?" tanya Sasuke sambil memperhatikan sepupunya yang sudah membalikan kepalanya lagi dan kembali menerawang ke luar jendela.
"Tidak.." gumam Sakura dengan pelan. Benar-benar tidak bersemangat.
Sasuke memandangi Sakura dari belakang, rasanya kasian juga melihat sepupunya ini, "Bagaimana kalau kau ku temani berkeliling sekolah? Kau kan masih baru, tentu saja belum mengenal lingkungan di sini." tawar Sasuke. Sakura langsung membalikan badannya dan langsung memasang wajah berbinar senang.
"Benarkah?" tanya Sakura antusias sambil memasang wajah berbinar cerah. Jarang-jarang cowok dingin dan jutek satu ini berbaik hati padanya.
"Iy—"
"Sasukeee..." panggil Ino yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelas Sasuke dan Sakura.
"Ah, Ino." Sasuke langsung tersenyum lembut pada wanita yang berjalan mendekat padanya ini.
"Ayo kita ke kantin." ajak Ino sambil tertawa pelan.
Sasuke terlihat memandangi Sakura sejenak, "Kau mau ikut?" tanya Sasuke pada sepupunya ini.
Sakura langsung melirik Ino yang menatapnya dengan wajah kesal, "A, ah aku di kelas saja.." gumam Sakura. Oh tuhan.. Sungguh Sakura sangat sebal sekarang. Tentu saja dia ingin ikut, tetapi mana mau dia menantang tatapan sebal Ino.
"Baiklah kalau begitu," ucap Sasuke lalu mengambil langkah meninggalkan kelas bersama Ino.
Sakura langsung meruntuki dirinya sendiri. Apa-apaan wanita yang bernama Ino itu, mengganggunya saja. Dan Sakura pun melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi.
Tanpa Sakura sadari ada seorang cowok manis yang sedang memperhatikannya di kelas sambil mengulum senyum. Sasori. Itu dia.. Ternyata Sasori juga anggota kelas ini.
X x X
Saat ini Sakura dan Sasuke sedang berjalan beriringan menuju area parkir mobil. Mereka ingin pulang, tentu saja karena bel tanda pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.
Sakura langsung melihat sekitarnya, mencari sosok Ino yang selalu menganggunya dan sepupunya ini. Aman! Tidak ada Ino di sekitar mereka.
Sekarang Sakura dan Sasuke sudah memasuki mobil Volvo Sasuke. Sasuke duduk di bangku penyetir sedangkan Sakura duduk di sebelahnya.
"Sasuke!" seru seorang wanita yang berlari menghampiri mereka—yang sedang berada di dalam mobil Sasuke. Lagi-lagi Ino... "Jadi 'kan?" tanyanya sambil mengatur napas akibat berlari tadi.
"Hn, iya." jawab Sasuke lalu melirik Sakura—yang sedang menatapnya dengan tatapan menusuk. "Aku mau jalan-jalan dengan Ino, kau turun sana." ucap(usir) Sasuke.
Mata Sakura langsung membulat sempurna, mulutnya pun terlihat menganga. "A, apa! Terus aku bagaimana!" protes Sakura sambil mengambil langkah keluar mobil sepupunya ini. Aduh Sakura bodoh! Kenapa keluar!
Ino langsung memasuki mobil Sasuke, "Terserah, kalau mau menungguku di sini silakan, kalau mau pulang ya silakan." jawab Sasuke dengan cuek lalu detik berikutnya langsung memacu mobilnya meninggalkan Sakura.
Sakura terlihat meremas poninya dengan gemas, "Sepupu macam apa itu!" teriak Sakura kencang-kencang. Untung saja sekolah sudah sepi saat ini.. Eh? Untung? Tentu saja sial! Bagaimana Sakura pulang!
Sakura segera meronggoh tasnya untuk mengambil handphonenya untuk menelpon Mikoto. Tiba-tiba pelipis Sakura langsung mengucurkan keringat dingin, "Handphone ku..."
"Sasuke, apa tidak apa-apa meninggalkan sepupumu sendirian di sana?" tanya Ino pada Sasuke yang sedang menyetir.
"Hn, tidak masalah. Dia bisa menelpon ibuku untuk minta dijemput" jawab Sasuke sekenanya.
Ino terlihat sedikit tersenyum, tiba-tiba tangannya meraba sesuatu yang ada di kursi mobil Sasuke yang sedang didudukinya ini. "Ini Handphone siapa?" tanya Ino sambil mengangkat sebuah handphone bermerk 'I-phone' di tangannya.
Sasuke dengan malas-malasan langsung melirik handphone yang Ino pegang, seketika bola matanya membulat. Kaget. Tentu saja, "Itu handphone Sakura!" serunya.
O o O
A/N : Hai! Kali ini aku akan melanjutkan fict aku yang ini sampai tamat. Fik ini terlantar selama 5 tahun lebih di akun aku yang lama huhuhu. Ada beberapa orang yang minta buat dilanjutin... aku juga pengen banget ngelanjutin dari dulu tapi apalah daya... akunnya udah hangus... karena aku gak tau lagi musti kaya gimana cara back upnya, tercetuslah cara ini ahaha. REPUBLISH... dengan tidak mengurangi cerita. Hope you enjoy it.
Old version: s/6911152/1/We-are-Cousin
