Yahooo~ Sudah lama tidak bertemu di fic IchiRuki! *plak* *abaikan orang gaje ini*
Ini fic beralur seperti game. Jadi, maaf ya kalau memusingkan... (pengen cari suasana baru. Buat yang genre adventure).
Jadi, selamat menikmati saja deh XD!
Disclamer: Kubo Tite-Sensei
Terinspirasi dari: Tales Of The Abyss
Warning: AU, memuat nama aneh + asing. Seperti „Berunafia Forest". Alur seperti game RPG
For the Peace of Our World
Chapter 1
Alkisah, di suatu dunia dimana daratan dan lautannya dikuasai oleh 2 negara besar. Kedua Negara itu bernama Castellionia dan Aperuronia. Beberapa tahun belakangan ini, hubungan Castellionia dan Aperuronia sedikit memburuk. Hubungan memburuk karena ada desas desus, salah satu negara besar itu (Sebut saja, Aperuronia), mengirim armada perangnya untuk menghancurkan sebuah kota kecil di wilayah Castellionia yang bernama Waffe. Kota tersebut berfungsi sebagai pusat pembuatan senjata Castellionia.
Castellionia tidak mau tinggal diam melihat salah satu wilayahnya hancur, mengeluarkan keputusan berperang. Beberapa kota netral terkena imbasnya. Mereka membuat sebuah perserikatan untuk menghentikan kedua negara itu perang. Diantara kota-kota yang netral itu, ada beberapa kota yang terkenal. Yaitu, kota Aktis dan kota Chiarnia. Kota Aktis terkenal dengan kota yang menjadi pusat pembelajaran dan pusat kedamaian. Lalu, kota Chiarnia merupakan kota yang terkenal karena disana pusat dari para penyihir yang berada di dunia itu.
Di dunia tersebut, para manusia mempunyai job-job yang berbeda. Diantara job-job itu, ada beberapa yang istimewa. Diantaranya, Swordman, Mage, Merchant, Blacksmith, Musician, Dancer,Thief, Knight, Hunter, Priest, Archer dan yang lain-lain. Rata-rata, orang yang menggunakan job itu adalah orang-orang yang suka berjelajah atau mempunyai kekuatan istimewa di dalam tubuhnya. Walau berbeda-beda job, mereka saling menghargai.
Sekarang, salah satu Mage (penyihir) dari Chiarnia, diberikan tugas oleh pemimpin kota Aktis, Hisana yang seorang priest ternama dan terhebat, untuk memberikan sebuah surat kedamaian pada pemimpin wilayah Aperuronia dan Castellionia. Penyihir yang bernama Rukia Kuchiki itu menerima misi tersebut. Rukia menggunakan pakaian resminya saat dia bertemu dengan Hisana. Pakaiannya berupa baju hitam lengan panjang, kerah tinggi, dengan polet merah. Dia menggunakan rok rempel diatas lutut 5 cm dan stocking hitam. Dengan lambang pengenal di dada kirinya, Rukia menemui Hisana.
"Wahai penyihir dari kota Chiarnia, saya percayakan surat kedamaian ini padamu! Bawalah surat ini kepada pemimpin kedua negara yang sedang berperang itu. Rukia Kuchiki!" Seru Hisana dengan tegas. Dia memberikan sebuah surat yang digulung dan dimasukan ke dalam sebuah pipa.
Rukia membukukkan badannya. "Baik! Hisana-hime!"
Rukia pun keluar dari ruangan itu. Hisana terlihat sedikit lesu. Dia memang mempunyai suatu penyakit yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya. Hisana menatap kepergian Rukia dengan wajah khawatir. "Rukia…"
Setelah keluar dari cathedral, Rukia berjalan menuruni tangga dan masuk ke sebuah gang. Disana dia menggunakan kekuatannya untuk merubah pakaiannya menjadi pakaian penyihirnya. Pakaiannya pun berubah. Pakaiannya yang sekarang menjadi menggunakan jubah hitam dengan baju gothic perpaduan antara hitam dan ungu. Rukia juga merubah tongkatnya yang besar dan setinggi tubuhnya, menjadi sebuah sapu terbang. Setelah siap, Rukia berlari keluar gang dan menaiki sapu terbangnya.
"Paling dekat dari sini adalah ibu kota Aperuronia, Krastofia. OK, dengan sapu ini... Perkiraan 3 jam sampai sana! Aku harus bergegas!" Gumam Rukia.
Sesampai di suatu hutan kecil yang bernama Berunafia Forest, Rukia beristirahat sejenak setelah 2 jam terbang. Dia berisitirahat di pinggir sungai yang jernih. Sungai itu berada di atas sebuah tebing. Dia melihat langit yang saat itu sedang menunjukan langit sore. Pemandangan di bawahnya adalah sebuah padang bunga yang indah. Bunga tulip putih sedang bermekaran. Tiba-tiba, ada suatu bunyi dari semak-semak. Rukia memasang kuda-kuda dan menggegam tongkat sihirnya yang besar.
"Siapa!" Teriak Rukia.
Dari balik semak-semak, muncul seorang laki-laki berambut coklat dan disisir kebelakang. Dia menggunakan pakaian putih-putih dari atas hingga bawah. Parasnya begitu tampan. Tatapannya dingin. Dia berjalan mendekati Rukia. Rukia kaget dengan orang yang muncul di depannya.
"Sousuke Aizen?" Kaget Rukia.
Laki-laki yang dipanggil 'Aizen' itu tersenyum. Dia menundukan tubuhnya. "Selamat sore… Rukia Kuchiki!"
Rukia menggegam tongkatnya dengan kencang. Jika mengingat siapa sebenarnya Aizen, raut wajah Rukia langsung berubah menjadi sebuah amarah.
Sousuke Aizen adalah mantan komandan tertinggi dari tentara penjaga kota Aktis. Dia dikeluarkan dari ketentaraan akibat diketahui kalau dia menciptakan sebuah benda yang mematikan. Benda yang bisa membuat seseorang mendapatkan kekuatan yang hebat. Melebihi kekuatan yang bisa diterima oleh manusia pada umumnya. Kekuatan jahat. Selain membuat, dia juga suka mencuri kekuatan orang yang dia anggap menarik. Beberapa penyihir sudah menjadi korbannya. Sehingga, harga buronan Aizen tinggi.
Sekarang, di depan matanya Rukia, sudah berdiri orang berkepala mahal itu. Aizen semakin mendekat. Rukia menyuruh Aizen untuk diam. Aizen tersenyum dan tiba-tiba menghilang dari pandangan Rukia. "Sial! Kemana di-"
Belum selesai Rukia bergumam, Aizen muncul dari sampingnya sambil menodongkan pisau ke leher Rukia. "Jangan terburu-buru, Rukia… Aku punya urusan padamu! Aku tidak ingin membunuhmu!" Senyum Aizen.
Rukia mengepal tangannya. Dia tidak banyak bicara. Rukia langsung menempelkan tongkatnya pada tanah. Muncul sebuah lingkaran mantra berwarna ungu di bawah Rukia. Tiba-tiba, sebuah tangan berwarna putih muncul dari bawah tanah. Tangan itu mengikat Aizen dan membuatnya dia jauh dari Rukia. Rukia berbalik dan melihat Aizen. Dia memukulkan tongkatnya ke tanah lagi.
"Byakurai!" Ucap Rukia.
Sekarang, semburan listrik berwarna biru-keputihan keluar dari permata diatas tongkat Rukia. Dengan telaknya, serangan itu mengenai Aizen. Rukia mengembalikan posisi tongkatnya. Dia terus melihat kepulan asap yang diakibatkan dari serangannya. Rukia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Rukia merubah tongkatnya menjadi sapu terbang lagi dan dia mulai terbang.
Baru terbang sekitar beberapa detik, seseorang muncul di depannya. Tidak salah lagi, dia Aizen! Bagaimana dia bisa selamat dari serangan Rukia?
"Sial!" Gumam Rukia.
"Sayonara… Rukia Kuchiki!" Senyum Aizen.
Tangan kanan Aizen sekarang sudak berubah. Tangannya menjadi tangan seorang monster. Berwarna hijau tua, kekar, dan besar. Dia mengambil permata ungu dari dada Rukia menggunakan tangan kanannya itu. Tangan kanannya bisa membuka sebuah dimensi dimana para penyihir menyimpan permata sumber kuatannya. Rukia yang kaget karena sumber kekuatannya diambil, berusaha mencegah Aizen mengambil permata itu. Tapi, Aizen memukulnya dan Rukia pun jatuh ke ladang bunga tulip putih. Aizen yang terus mengambang di udara, melihat permata ungu indah itu. "Kudapatkan… Kekuatan yang bisa merubah masa depan! Hahaha…" Tawa Aizen dan dia menghilang dari sana.
Rukia yang jatuh ke padang bunga, hanya bisa melihat kepergian Aizen sambil mencuri permatanya. Pakaian Rukia berubah menjadi pakaian terusan berwarna putih dengan gradiasi biru. Rukia memasang wajah kesal. Pandangannya mulai kabur dan menghilang. Rukia hanya bisa pasrah saat dia jatuh ke tanah nanti.
"Sial…"
BRAAAK…
XXX
Kehebohan terjadi di Chiarnia. Pasalnya, muncul berita dari salah satu penyihir yang kebetulan sedang berada di Krastofia. Dia melaporkan kalau, surat perdamaian yang dikirim oleh pemimpin di kota Aktis, belum sampai pada pemimpin Negara Aperuronia. Padahal, seorang penyihir tidak memakan lebih dari 6 jam untuk mengirim surat tersebut.
Seorang penyihir kecil berambut putih, berjalan dengan cepat menuju ruang pemimpin kota penyihir tersebut. Dia dipanggil oleh penyihir terkuat di dunia itu, Yamamoto Shikeguni. Sesampai di hadapan sang penyihir, penyihir kecil berambut putih itu membungkukkan badannya. "Ada apa anda memanggil saya kemari, Yamamoto-sou taichou!"
Yamamoto mulai berbicara setelah memanggut janggutnya yang panjang. "Begini, kami dapat berita jika penyihir bernama Rukia Kuchiki, belum sampai di Krastofia. Padahal, biasanya tidak sampai 6 jam untuk mengirim surat tersebut. Ditambah, keberadaannya tidak diketahui. Permata kekuatan yang dimilikinya, tidak mengirimkan sinyal akan keberadaannya. Berhubung ini adalah misi yang penting. Saya tugaskan anda sebagai pemimpin divisi penyelidikan, untuk mencari Rukia Kuchiki. Bawa dia kemari dengan keadaan hidup. Karena, dia harus dimintai keterangan atas kejadian ini! Ketua Kuchiki juga sudah memberikan izin. Anda terima misi ini?"
Penyihir berambut putih itu menunduk. "Saya terima!" tegasnya. Saat mau pergi, dia dicegah sebentar oleh Yamamoto. "Oh ya, Toushirou Hitsugaya!"
Penyihir yang dipanggil 'Hitsugaya' itu menoleh. "Ya?"
"Kalau bisa, kamu jangan menggunakan sapu terbang untuk mencari Rukia Kuchiki!"
Hitsugaya kaget dan mengangkat alisnya. "Ya?"
"Kami mendapat berita, kalau Sousuke Aizen sudah mulai bergerak. Ada kemungkinan, yang terjadi pada Rukia Kuchiki, berhubungan dengannya. Jadi, agar tidak memakan korban lagi, anda jangan keluarkan kekuatan saat yang tidak genting!"
Hitsugaya mengangguk paham. Dia pun keluar dari ruangan Yamamoto dan terdiam di depan pintu. "Kalau begitu, aku naik kereta donk?" gumamnya.
Hitsugaya menghela napas. Dia langsung bergegas menuju tempat stasiun kereta kuda yang berada di luar gerbang kota. "Hh… Ok! Mending, dicari di kota Vrede. Ada desas desus, Kuchiki menghilang saat dia berhenti di Berunafia Forest. Ok, aku kesana!"
XXX
Di Berunafia Forest…
Seorang laki-laki berambut oranye, berbadan tegak dan tinggi, dengan pedang hitam kecil di pinggangnya, dan hasil buruan di pundak kanannya, dia berjalan menelusuri kegelapan hutan. Saat berjalan, dia melewati padang bunga tulip putih yang berkilauan karena pantulan cahaya bulan purnama. "Lebih baik, aku cuci muka dulu disana!" serunya.
Laki-laki itu berjalan menuju sebuah kolam kecil diantara bunga-bunga tulip itu. Terlihat, air itu begitu jernih. Berkilau dengan pantulan dari cahaya bulan. Dia membasuh wajahnya dan mengisi tempat minumnya dengan air dari kolam itu. Air itu dialirkan dari mata air di gunung dekat sana. Jadi, masih terjamin kebersihannya. Setelah siap untuk jalan kembali, laki-laki berambut oranye itu berdiri. "Teralu malam disini berbahaya! Banyak monster yang akan datang! Aku harus bergegas!"
Saat dia melihat ke sekitar kolam, dia menemukan sesuatu yang sedang bersender di batu besar dekat sana. Seperti seorang manusia dengan rambut hitam yang menutupi wajahnya. Pakaiannya putih dan memakai sandal jerami. Laki-laki itu mendekatinya dan terkejut karena yang dia lihat itu, benar-benar seorang manusia! Di tangan kanannya memegang sebuah surat gulung. Laki-laki itu tidak mau tinggal diam. Dia pun berusaha membangunkan perempuan itu.
"Nona! Bangun! Nona!" Serunya.
Perempuan itu terbangun. Ternyata, perempuan yang pingsan itu adalah Rukia. Rukia melihat laki-laki itu dengan tatapan lemah. "Ka… Kau siapa?"
"Saya Ichigo Kurosaki! Swordman dari kota Vrede." Jelas laki-laki bernama Ichigo itu.
Rukia pun mengangguk. Ichigo yang melihat Rukia yang lemas, memberikan air minumnya. "Silahkan anda minum! Anda terlihat begitu lelah!"
Rukia meminum air yang diberikan oleh Ichigo. Ichigo menyenderkan Rukia kembali dan memakaikan tas kecilnya sebagai bantalan untuk Rukia. Ichigo bertanya pada Rukia mengapa dia bisa berada disana. Padahal, tempat itu sangat berbahaya jika malam tiba. Apalagi, seorang perempuan! Sendirian lagi! Rukia tersenyum. "Aku bukan perempuan biasa! Aku seorang penyihir dari kota Chiarnia. Namaku, Rukia Kuchiki!"
Ichigo kaget. Ternyata, yang dia tolong adalah seorang penyihir dari Chiarnia. Pastinya, penyihir itu berbakat sekali. Rukia tersenyum kecil saat dia mendengar Ichigo berkomentar seperti itu. "Hmf… Sayangnya, kekuatanku dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab! Sekarang, aku hanyalah seorang perempuan biasa!" serunya.
Ichigo terdiam. Dia melihat Rukia dan memegang tangannya. "Saya bisa membantu!" senyum Ichigo.
Rukia terkejut mendengarnya. Matanya terbuka lebar kaget. "Me… Membantu apa?"
Ichigo tersenyum. "Saya bisa membantu anda menemukan orang yang menculik permata itu!"
Rukia panik. "Ha… Hah? Ta… Tapi kan… Kau… Kau rakyat sipil kan?"
"Saya memang rakyat sipil. Tapi, saya adalah seorang swordman! Seorang swordman, harus membantu satu sama lain kan? Walau job orang tersebut berbeda, mereka tetap manusia!"
Rukia tersenyum mendengar ucapan Ichigo yang 'ngotot' itu. Rukia bangun dari tempatnya dan Ichigo membantunya untuk berdiri. "Pertama-tama, kita harus mengantarkan surat ini ke Krastofia dan Grand Laquakes (Ibu kota Castellionia). Baru, setelah itu, kita fokuskan pada pencarian buronan itu!"
Ichigo mengangkat alisnya. "Buronan? Memang, yang mencuri permata anda itu, siapa?"
Rukia memasang wajah tajamnya. "Sousuke Aizen!"
XXX
Kehebohan terjadi di cathedral Kota Aktis. Sang pemimpin negara, Hisana berusaha untuk keluar dari sana. Dia ingin pergi ke kota Vrede setelah tahu Rukia menghilang di sekitar hutan dekat sana. Tapi, para menteri melarangnya dengan alasan keadaan Hisana. Hisana pun dibawa ke kamarnya dan tidak boleh keluar dari sana hingga besok pagi.
Hisana terdiam duduk di bangku kamarnya. Tiba-tiba, seorang pengawalnya datang. Dia berambut hitam dengan model panjang depan-belakang pendek, berbaju putih, dan memakai kacamata. Dia merupakan tangan kanannya Hisana. "Hisana-hime... Saya datang untuk melihat keadaan anda!" tunduknya.
Hisana mengangguk. "Terima kasih… Ishida!"
Laki-laki yang dipanggil 'Ishida' bangkit dari tempatnya. Dia berjalan menuju sebuah meja dan membuat teh hangat disana. Diberikanlah teh hangat itu pada Hisana. Hisana berterima kasih padanya. Keadaan hening sejenak. Hisana terus terdiam dan melihat langit malam bertabur bintang di luar. Tapi, keheningan itu tidak berlangsung secara lama. Hisana memecahkan keheningan itu. "Ishida… Anda adalah bawahan setia saya. Anda pasti mengerti perasaan saya saat ini kan?"
Ishida mengangguk. Hisana melanjutkannya lagi. "Lalu… Saya ingin minta saran anda. Jika adik kandung anda dalam bahaya. Keadaannya tidak diketahui. Keberadaannya tidak diketahui. Dan dia membawa misi yang menyangkut kedamaian dunia, apa yang akan anda lakukan?"
Ishida mulai menjawab dengan tegas. "Saya akan berusaha melakukan apapun agar bisa bertemu dengan adik saya itu. Walau nyawa taruhannya!"
"Walau anda seorang pemimpin suatu kota?"
Ishida mengangguk. "Ya! Saya akan lakukan itu. Karena, bukan kepentingan pribadi semata. Karena, ini menyangkut kedamaian dunia!"
Hisana tersenyum. Dia mengambil tongkat yang berada di dekatnya dan mengenakan sebuah jubah coklat muda. "Terima kasih Ishida! Sekarang, saya akan menyusul adik saya itu ke kota Vrede."
Ishida kaget dengan tindakan Hisana. Dia berusaha mencegah perginya Hisana. Tapi, Hisana tetap bersikeras ingin pergi (Bahkan sampai mengancam Ishida). Ishida menghela napas. "Baik! Tapi, perbolehkan saya untuk ikut dengan anda!"
Hisana senang. Dia pun menyetujui jawaban Ishida itu.
Setelah waktu yang tepat untuk kabur tiba. Ishida dan Hisana kabur menggunakan tali dari sprei yang saling diikat. Hisana menggunakan jubah magis yang bisa membuat tubuhnya tidak terlihat oleh siapapun (Disuruh Ishida). Saat Hisana memanjat turun, tidak sengaja, kakinya terpeleset dan jatuh menimpa Ishida yang berada di bawahnya. Hisana bangkit dari tempat jatuhnya dan minta maaf pada Ishida. Dengan jaim-nya, Ishida menahan rasa sakit itu. "Tidak apa! Saya baik-baik saja!".
Setelah melihat keadaan yang benar-benar aman, Ishida menarik Hisana untuk pergi ke stasiun kereta kuda lewat semak-semak dan pepohonan. Padahal, disana begitu gelap sekali. Tapi, Ishida berhasil melewatinya tanpa ada kesalahan sedikit pun.
Sesampai di stasiun, Ishida mencari kereta pribadi milik Hisana. Setelah ketemu, Hisana masuk ke dalam kereta yang cukup mewah itu (bagian dalamnya) dan Ishida duduk di bangku kusir. Setelah siap untuk pergi, Ishida mengendarai kereta itu hingga kota Vrede.
XXX
Ichigo kaget mendengar ucapan Rukia saat dia mengucapkan nama 'Aizen' Rukia aneh dengan reaksi Ichigo itu. Setelah sadar, Ichigo menggelengkan kepalanya. Rukia mengangkat alisnya heran. Tapi, Ichigo berhasil meyakinkan kalau dia tidak apa-apa.
"Oh ya, Kuchiki-san…" Ucap Ichigo.
Dengan tiba-tiba, Rukia membentak Ichigo. "Rukia saja cukup!"
"Oh? Baik… Rukia-san… Kalau mau, anda bisa ti-"
Ucapan Ichigo dipotong lagi. Rukia membentak Ichigo lagi. "Tolong! Hilangkan sifat formalmu! Lihat, aku saja dari tadi sudah bicara santai! Walau job kita berbeda, tapi, status kita sebagai manusia sama! Sudah, panggil aku Rukia! Hilangkan ke-formal-an diantara kita. Ichigo!"
Ichigo mengangguk. "Baik, Rukia-sa-"
"R-U-K-I-A!" Ngotot Rukia.
Ichigo tertunduk. "Ru… Kia…"
Rukia menyimpan tangannya di pinggangnya. "BAGUS! Sekarang, apa yang mau kau biacarakan?"
Ichigo menggaruk belakang lehernya. "Hm… Begini… Kalau tidak keberatan, kau bisa ke kotaku dulu. Kau bisa beristirahat disana dan mulai perjalanan menuju Krastofia besok!"
Rukia mengangguk. "OK! Oh ya, ngomong-ngomong… Kita menggunakan apa ke Krastofia?"
Ichigo kaget mendengar itu. Hewan yang berhasil ditangkapnya, jatuh kembali ke tanah saking kagetnya (Dan menginjak kaki Ichigo). Setelah berteriak kesakitan, Ichigo bertanya balik ada Rukia. "AH? kau tidak tahu?"
Rukia menggelengkan kepalanya. Ichigo menghela napas dan mengangkat hewan tangkapan yang tadi jatuh. Dia menjelaskan sambil berjalan menuju kotanya. "Dari kotaku, kita harus ke Agrabia dulu. Agrabia berada di seberang daratan Ozerean ini. Agrabia merupakan kota penghubung bagi para penjelajah untuk ke kota Krastofia. Untuk mencapai Agrabia, kita harus naik ferry lewat jalur pelabuhan Perufania. Panjang perjalanan sekitar sehari. Apakah kau mengerti, Rukia?"
Rukia mengangguk. "Ah~ Aku mengerti! Lalu, jika jalan dari sini ke Perufania, berapa hari?"
"Sekitar 3 hari paling lama!"
Rukia menghela napas. "Hh… Coba saja, aku masih ada kekuatan sihir! Kita bisa sampai disana dengan cepat!"
Ichigo menatapi Rukia dengan sedih. Perempuan yang berada di depannya sudah kehilangan kekuatannya. Sekarang, dia perempuan rapuh yang tidak mempunyai kekuatan apapun. Ichigo mengehela napas. "Diluar banyak sekali monster. Jadi, lebih baik… Kau harus mempunyai sesuatu untuk pertahanan! Apakah kau bisa menggunakan sebuah pedang?"
Rukia mengangguk. "Sedikit-sedikit!"
Ichigo tersenyum. "Baiklah! Sesampai di rumahku, kau pilihlah senjatamu! Kau harus memilihnya untuk pertahanan! Ok?"
Rukia tersenyum. "Terima kasih, Ichigo! Kau sangat baik!"
Sesampai di sebuah kota kecil bernama Vrede, Rukia melihat kehangatan disana. Kota yang didatanginya sekarang, terkenal dengan kota yang damai. Seluruh masyarakatnya saling berbaur. Tidak membedakan status, kedudukan, atau job. Hari itu, kebetulan sedang pesta panen. Orang-orang berkumpul di alun-alun kota untuk makan dan ngobrol bersama. Ichigo yang baru datang, langsung di suguhi oleh segelas bir. "OI, Ichigo! Ayo minum!" ajak laki-laki berambut merah diikat ala nanas itu.
Ichigo menolak ajakan sahabatnya yang seorang hunter itu. "AH? Maaf Renji! Kau tahu kan, aku gak minum bir?"
Laki-laki bernama Renji itu kecewa. "Yah~ Ichigo! Kau sudah 17 tahun! Umur yang cukup untuk minum bir kan? Ayo! Minum!"
Ichigo menolaknya lagi. "Te… Terima kasih! Tapi, gak ada hubungannya antara umur dan kesukaan kan?"
Renji melihat perempuan yang berada di belakang Ichigo. Dia bertanya pada Ichigo mengenai identitas Rukia. Ichigo menjelaskannya kalau Rukia adalah seorang penyihir. Renji kaget dan langsung menawarkan segelas bir. Rukia tadinya mau menerima gelas itu. Tapi, Ichigo langsung menarik tangannya dan pergi ke rumahnya. Renji langsung berteriak. "Oi! Ichigo! Jangan selingkuh!"
Ichigo membalas teriakan Renji dengan marah. "SELINGKUH-MU! AKU JUGA BELUM PERNAH PUNYA PACAR!"
Dengan cepat, Ichigo menarik Rukia melewati sebuah gang. Keluar gang kecil, terlihat rumah kayu kecil yang berada di antara pepohonan. Rukia terkejut dan bertanya pada Ichigo tentang kepemilikan rumah tersebut. Ichigo menjawab kalau itu rumahnya. Dia mengajak Rukia untuk masuk. Sesampai di dalam rumah, Rukia terkejut melihat kerapihan rumah kecil yang tebuat dari kayu itu. Padahal, Ichigo seorang cowok. Kok, rumahnya bisa rapih? Kalau diingat-ingat lagi, rumah Rukia begitu berantakan.
Ichigo membuka jaket kulitnya dan sepatunya sebelum memasuki rumahnya. Rukia mengikuti apa yang dilakukan Ichigo. Dia membuka sandal jeraminya dan masuk kesana. Karena lantai terbuat dari kayu, Ichigo menyuruh Rukia untuk mengenakan sandal rumahnya. Ichigo pergi ke kamarnya sebentar untuk ganti baju. Rukia disuruh menunggu di ruang tengah depan perapian. Hari itu memang dingin. Rukia menghangatkan tubuhnya di depan perapian.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, Ichigo keluar dari kamarnya. Dia menggunakan kaos putih dan celana pendek hitam. Dia duduk di kursi depan Rukia duduk. "Maaf menunggu! Kau lapar?"
Rukia menggelengkan kepalanya. Tetapi, kebohongannya terbongkar. Perutnya mengeluarkan bunyi. Kruuyuukk~
Wajah Rukia memerah. Dia tertunduk malu. Ichigo tertawa puas. Dia pun beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur untuk membuat sesuatu yang bisa dimakan. Rukia terus tertunduk hingga Ichigo selesai membuat makanan.
"Maaf… Aku hanya bisa buat ini! Silahkan…" Ucap Ichigo.
Dia menyuguhi sepiring salad, daging bakar, dan nasi. Rukia terdiam melihat masakan yang lumayan mewah itu. "I… Ini…" Ragu Rukia.
Ichigo tersenyum. "Salad ini asli buatanku! Kalau daging bakar, kebetulan ada seorang warga yang mengirimnya kemari. Itu daging bagianku saat pesta tadi. Silahkan, kau makan!"
Rukia bertanya pada Ichigo. "Ichigo! Kau makan apa?"
Ichigo menjawab sambil meminum segelas kopinya. "Kopi saja cukup! Nanti, kalau lapar… Aku bisa makan di luar! Di luar lagi ada pesta! Jadi, pasti ada makanan banyak!"
Rukia mengangguk. Dia mulai makan setelah mengucapkan terima kasih pada Ichigo.
Setelah makan, Rukia tertidur di sofa. Ichigo yang tidak tega melihat Rukia tidur di tempat sempit itu, menyuruhnya untuk tidur di kasur kamarnya. Dengan setengah sadar, Rukia berjalan menuju kamar Ichigo dan tidur disana. Setelah yakin Rukia sudah tertidur, Ichigo menutup pintu kamarnya dan duduk di sofa sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut cadangan. Dia duduk di depan perapian sambil meminum kopinya.
"Sousuke… Aizen…" ucap pelannya.
Matahari sudah menunjukan taringnya. Sekarang, pagi sudah tiba. Keheningan pagi dipecahkan oleh suara keras dari ketukan pintu rumah Ichigo. "Ichigo! Bangun! Ichigo!"
Ichigo terbangun dari tidurnya (Di kursi) dan berjalan menuju pintu rumahnya. Dengan keadaan setengah sadar, dia membuka pintu. "Renji… Ada apa pagi-pagi begini?" ucap Ichigo dengan selimut masih berada di bahunya.
Dengan heboh, Renji mengucapkan sesuatu. "Ichigo! Ada yang mencari kamu!"
"Hah? Siapa?" heran Ichigo.
Seseorang anak laki berambut putih, bermata emerland, memakai sebuah kaos putih, jaket biru muda dan celana pendek coklat muda, muncul dari balik tubuh Renji. Ichigo kaget dengan orang tersebut. Jarang ada orang yang bermata emerland seperti itu. Anak laki itu tersenyum. "Selamat pagi! Saya Toushirou Hitsugaya! Saya kemari mencari penyihir bernama Rukia Kuchiki! Apakah ada?"
-To Be Continued-
Ran: Fan fic ancur terbaruku! Pairing IchiRuki! Fanfic yang aku incar dari dulu! Temanya kaya game RPG! Akhirnya… Kelar juga! Ahahaha…
All: *tepuk tangan*
Ran: Terima kasih para actor sekalian! Ehm… Mungkin, diantara kalian… Ini cerita begitu memusingkan. Banyak sekali nama-nama tempat yang aneh. Alurnya berbelit-belit. Dan aneh. Ini adalah fic pertama saya dengan genre adventure! Semoga kalian suka dan dapat memaklumi betapa anehnya jika saya buat fic ber-genre adventure. Saya membuat fic ini gara-gara adik saya HAMPIRsetiap hari nonton anime Tales Of The Abyss. Daripada kependem terus, ya sudah… Saya buat fic ini! Tadinya, adventurenya mau melawan zombie. Tapi… Rada males! Hehe… *plak*
Ichigo: P-E-M-A-L-A-S-A-N!
*Ran menendang Ichigo*
Ran: Hahaha… Ini cerita mungkin rada mirip dengan Tales Of The Abyss (Ya, game yang paling kusuka saat kelas X SMA. Sampai sekarang, saya masih gondokan gara-gara side bossnya (Sebut saja, Nebilim), belum kalah-kalah sampai sekarang! Tapi, adik saya yang umurnya beda 8 tahun dengan saya, bisa mengalahkannya ! Bener-bener… Saya gamer paling payah! ==a).
Ichigo: Bukan curhat!
*Ran melempar Ichigo*
All: Ngenes amat nasibmu, Ichigo!
Ran: Untuk job-jobnya, saya dapatkan dari game online, RAGNAROK. Ah… Aku jadi kangen ama RO… Sekarang aku sering mainnya kalau gak ayo dance, main grand chaos. Aku main RO pas aku… SMP kelas 1 (kalau gak salah). Waktu itu, aku jadi Dancer. Wohohoho… Pakai topi poring berwarna merah! Kyaaa… Lucu!
Ichigo: Ran, author aneh tingkat akut. Paparazzi akut, yang ngaku imut paadahal gak imut! Kalau mau curhat, jangan disini do-
*Ran menenggelamkan Ichigo*
Ran: Oh ya, untuk nama-nama di chapter ini. Aku ambil dari beberapa bahasa asing dan nama karanganku. Hampir semua nama-namanya kukarang. Seperti, Castellionia. Nama tersebut kuambil dari kota di Tales Of The Abyss yang bernama 'Chesedonia'. Yang diambil dari bahasa asing disini adalah…
Vrede = Kedamaian (Nama ini, pemberian dari Hanabi Kaori)
Aktis = Sinar (Yunani)
Waffe=Senjata (jerman)
Sisanya… Ngarang! Ahahaha…
All: *sweatdrop* Ah… Pantesan… Aneh-aneh!
Ran: Kembali pada nama ngarang. Lalu, Berunafia forest itu diambil Beruf (B. Jerman). Kalau gak salah, itu kata yang menyatakan perkerjaan. Contoh , Ich bin Schulerin von Beruf (Saya adalah seorang pelajar). Lalu…
Ichigo: Biarkan Ran mengoceh sendiri! Ehm… Terima kasih yang sudah membaca fanfic ini! Maafkan kami atas kegajean cerita ini! Si Ran sedang mengalami syndorm Gaje. Jadi, mohon dimaklumi.
Rukia: Terima kasih yang sudah membaca. Jika anda tertarik untuk membaca lanjutannya, anda bisa beri semangat pada author untuk melanjutkan fic ini!
Renji: Terima kasih untuk semua yang sudah membaca! Kami tunggu review anda semua! Ok?
Hitsu: Kami tidak bisa berhenti mengucapkan terima kasih! Kami berharap, anda tidak bosan dengan cerita ini! Jadi… Kami ucapkan, terima kasih atas keikutsertaan anda semua.
Ran: Jadi…
All: Ja'Mata!
PS. Makasih untuk Astrella-san. Sudah meralat judulnya dari yang sebelumnya... hhe XD sankyuu!
