-Mystic Twin-

Story © TaySky1998

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Chapter Satu

*The Past*

Edo, 1620

Tandu kerajaan itu berhenti didepan sebuah rumah tua. Menampilkan seorang permaisuri kerajaan yang anggun dan berwibawa.

"Tuan Kirisawa," ucap sang permaisuri kepada laki-laki tua yang sibuk membersihkan barang-barang antik nya.

"Aa, Yang Mulia. Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia Permaisuri. Apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap pria itu sopan.

"Tidak apa-apa, apakah ada barang yang baru?" tanya sang Permaisuri sambil memerhatikan barang-barang antik tersebut.

"Sejauh beberapa hari ini, tidak ada yang mulia."

"Hm, begitu." jawab sang Permaisuri.

Dia sibuk memerhatikan barang-barang antik tersebut, sampai menemukan kotak beludru berwarna hijau zamrud ditepi ruangan. Dia terperangah melihat benda yang ada didalam kotak tersebut. Sebuah gelang cantik dengan hiasan bulan yang berpermata disekeliling gelang tersebut,

"Bisakah anda menjelaskan tentang gelang ini tuan Kirisawa?" tanya permaisuri lagi sambil memerhatikan gelang itu.

"Tentu saja yang mulia. Gelang ini adalah peninggalan kakek saya, dulunya ada sepasang, gelang dan kalung. Tapi saya tidak tau letak kalung itu, apakah yang mulia tertarik?"

Sang permaisuri masih memerhatikan gelang tersebut, jelas saja dia tertarik. Gelang itu sangat indah.

"Begitu lah, bolehkah aku memilikinya?"

"Tentu saja Yang Mulia." Pria tua itu lansung mengambil gelang tersebut, membungkus nya dengan rapi, dan memberikan nya kepada salah satu pelayan dari sang permaisuri.

"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia, tapi apakah gelang ini untuk Yang Mulia Putri Rin?"

Permasuri itu tersenyum dan menggeleng menandakan bahwa itu tidak benar.

"Tidak, Tuan Putri sendiri sudah banyak memiliki benda seperti ini. Gelang ini, akan aku hadiahkan untuk menantu ku, Putri Mahkota negeri ini."


Tokyo, 2010

The Imperial Palace Park

Gadis itu masih mengelilingi Istana Kekaisaran itu, entah mengapa dia selalu nyaman berada disini. Bahkan, dia selalu membayangkan dirinya tinggal disini. Haruno Sakura, gadis yang baru saja berusia 13 tahun dua hari yang lalu itu memandang taman istana dengan senyum yang selalu mengembang diwajahnya. Sesekali, dia mengelus kalung yang bertengger indah dilehernya, kalung yang berbandul bulan yang berpermata ditengah nya. Hadiah ulang tahun yang sangat indah yang diberikan oleh ibu nya.

Gadis itu berhenti di jembatan Nijubashi, pemandangan dari jembatan ini selalu indah. Memang, jembatan tersebut tidak dibuka untuk umum, terkecuali Sakura. Karena, keluarga Haruno termasuk keluarga bangsawan Kekaisaran Jepang.

"Hn, aku tau kau pasti berada disini."

Lamunan Sakura terhenti saat mendengar suara itu, tentu saja dia tau siapa pemilik dari suara tersebut.

"Uchiha Sasuke, kau mengikuti ku lagi. Apakah kau tau arti kata ketenangan?" tanya gadis itu sarkastis.

Senyum separuh Sasuke menguar ketika mendengar pertanyaan Sakura. Ini sudah biasa baginya, Sakura selalu bersikip sinis dan tidak bersahabat seperti itu. Memang, sikap Sakura yang seperti itu muncul karena dirinya. Uchiha Sasuke menyukai Haruno Sakura, karena itulah dia ingin selalu dekat dengan gadis itu. Tapi, kedekatan yang diciptakan Sasuke sendiri adalah salah.

Sasuke sendiri tidak tau cara mendekati seorang gadis dengan baik, yang alhasil dia mendekati Sakura dengan cara mengganggu, menjahili, dan berbagai cara lainnya agar dia mendapat kan atensi Sakura. Tidak itu disekolah, acara pertemuan keluarga bangsawan ataupun acara penting lainnya yang memungkin kan keluarga Haruno untuk datang.

Dan tentu saja, siapa yang tidak jengkel jika diganggu setiap saat seperti itu. Itu sebabnya, Haruno Sakura tidak menyukai kehadiran Uchiha Sasuke.

"Kau meremehkan kepintaran ku? Kau pikir aku anak sekolah dasar yang baru akan belajar arti dari sebuah kata?" senyum mengejek Sasuke muncul bersamaan dengan Sakura yang menghela napas berat.

"Baiklah, biar ku jelaskan. Ketenangan adalah diamana tidak adanya di-ri-mu! Uchiha Sasuke!" tunjuk Sakura depat didepan hidung mancung Uchiha itu. Memang, itu tindakan yang tidak sopan yang selalu diajarkan keluarga nya, tapi tindakan itu sangat sopan jika diberlakukan pada Uchiha didepan nya ini.

"Ckckck... seharusnya kau bersyukur,banyak gadis yang mengingkan tempat mu itu diluar sana."

"Kau!"

"Nee-chan!"

Sakura lansung berpaling dari Sasuke dan menatap adiknya yang berlari menghampirinya. Moegi, gadis Haruno yang berusia 10 tahun tahun ini.

"Untung aku menemukan mu. Ayo kita pergi, sudah waktunya untuk pulang," ucapnya sambil menarik tangan Sakura.

Belum lima menit dia melangkah, Moegi lansung berbalik menatap Sasuke yang masih berdiri didekat jembatan itu. Sasuke mengangkat alisnya, seolah dia bertanya kenapa mereka berhenti.

"Maafkan aku Sasuke-nii, aku tidak bermaksud menganggu waktu berharga mu bersama Sakura-nee, tapi ibu da ayah sudah menunggu. Jadi, sampai jumpa."

Sakura menatap adiknya dengan tidak percaya, waktu berharga apanya. Justru, Sasuke sendiri yang merusak waktu berharga nya disini.

"Moegi!"

"Sudahlah Sakura-nee, kau bisa bertengkar dengan Sasuke-nii sebanyak yang kau mau, tapi tidak sekarang. Ayo!"

Sasuke masih memandang kedua gadis itu yang mulai menjauh dari tempat nya berdiri. Senyum meremehkan itu berganti dengan senyum tulus saat Sasuke menatap punggu Sakura. Dan tentu saja, dia akan menanti hari dimana dia bertemu Sakura lagi.


Tokyo International Junior School

"I-ini untuk mu."

Sakura menatap bunga itu dengan pandangan aneh, apa maksud anak laki-laki didepan nya ini? memberinya bunga mawar?

"Untuk ku?"

"A-aku menyukai mu, Sa-sakura-san."

Sakura menatap anak laki-laki berkacamata didepan nya ini dengan pandangan terkejut. Menyukai nya? Yang benar saja! Dia mengambil bunga itu dan menatap nya lama.

"Hn."

"Sasuke?/Uchiha-senpai?"

Sasuke berjalan mendekat kearah mereka, berhenti tepat didepan anak berkacamata itu. Menatapnya dengan tatapan tajam nan menusuk. Dia pikir, siapa dia sehingga berani memberi bungan kepada Sakura-nya. Hal itu benar-benar membuat Uchiha Sasuke kesal.

"Jauhi Sakura mulai dari sekarang." Anak itu masih berdiri, walaupun tubuh nya sudah sedikit gemetar karena ulah Sasuke. Suara Sasuke dan hawa disekitar nya berubah menjadi sangat dingin. Dia tidak bisa bergerak walaupun sangat ingin pergi dari tempat itu.

"Kau tidak mendengar ku? Jauhi Sakura mulai dari sekarang."

Tampa berkata apa-apa lagi, lansung saja anak itu meninggalkan mereka berdua di koridor itu. Dia sungguh sangat tidak ingin berurusan dengan Uchiha Sasuke.

Sakura yang melihat itu hanya terdiam, kenapa anak itu mau saja menuruti permintaan Sasuke. Apakah sebesar itukah pengaruh Sasuke padanya?

Sasuke berbalik menghadap Sakura, menatap bunga mawar yang berada ditangan Sakura tersebut dengan kesal. Dia merebutnya cepat, mematahkan bunga itu menjadi dua bagian dan membuang nya ditempat sampah.

"Apa yang kau lakukan?!"

Sasuke tidak berkata apa-apa, dia langsung berjalan santai meninggalkan Sakura. Baginya, tugas nya sudah selesai di koridor itu. Dan dari akibat perbuatan Sasuke itu, membuat Sakura semakin menatap penuh kebencian padanya.


Suasana yang paling ramai saat sekolah adalah pada jam istirahat, seperti yang dialami oleh Sakura dan Ino. Mereka sedang menyantap makanan yang dipesannya. Ino memang, tapi tidak dengan Sakura. Sedari tadi, tidak ada makan yang masuk kedalam mulut nya, melainkan dia memainkan makanan itu hingga tak berbentuk seperti sekarang.

Ino sendiri sudah mengerti kenapa Sakura bersikap seperti ini, apalagi kalau bukan ini adalah ulah Uchiha Sasuke.

"Sasuke lagi rupanya. Sekarang, apa yang dilakukan nya padamu?"

Mendengar nama Sasuke membuat Sakura sangat-sangat kesal, bahkan sekarang dia menekan-nekan ujung sumpit nya sehingga nasi itu bertebaran keluar.

"Dia menyuruh Akio-san menjauhi ku Pig! Dan kau tau karena apa? Hanya karena setangkai bunga! Ingat itu, setangkai bunga!" dia kembali melampiaskan amarah nya pada nasi yang tak berbentuk itu. Menekan-nekan nya dengan kasar.

"Oh ayolah Jidat, Sasuke itu menyukai mu. Dia jelas tidak suka melihat mu didekati oleh para pengagum mu itu."

Ino selalu tertawa setiap kejadian seperti ini. sudah entah keberapa kali Sasuke mematahkan apapun yang diberikan oleh anak laki-laki kepada Sakura. Sakura memang cantik, Ino akui itu. Dia selalu terlihat bersinar, dengan senyum ramah dan hangat milik nya. Jika pun mereka hidup di zaman Edo, Meiji, atau yang lainnya. Pasti Sakura sudah menjadi seorang putri saat ini.

"Tidak, kenapa semua orang berkata kalau dia menyukai ku? Jelas dia membenci ku Pig! Dia membenci ku maka dari itu dia menjauh kan semua orang dari ku!"

"Dengar Jidat, jika kau tidak percaya. Lebih baik kau tanya saja padanya. Aku lelah bicara padamu, aku ingin makan!"

Baik, Sakura akan menemui Sasuke dan menanyakan nya. Dia akan membuktikan kalau perkataan semua orang tentang Sasuke menyukai nya itu salah. Dia akan menemui Sasuke.

Dia berjalan meninggalkan Ino begitu saja, yang ada di pikiran nya saat ini adalah atap. Sasuke pasti berada di atap.


"SASUKE!"

Sakura tidak peduli dengan dirinya yang berteriak kepada Sasuke saat ini. Karena hanya ada mereka berdua yang berada di atap. Dia berlari dengan tergesa-gesa dan langsung berdiri dihadapan Sasuke sambil menatap laki-laki itu tajam.

"Apa kau menyukai ku?!"

Uhuk!

Kerongkongan nya lansung tersedak, pipinya dialiri sedikit rona merah karena pertanyan mendadak dari Sakura.

"Ehem, tentu saja tidak. Aku tidak menyukai mu." Selalu seperti ini, kenapa dia tidak bisa mengutarakan perasaan jika berada didekat Sakura. Mengapa para penggemar gadis itu bisa sedangkan dia tidak? Selalu seperti ini.

"Aku juga tau kau akan menjawab begitu, tapi kenapa mereka semua berkata kalau kau menyukai ku?"

"Mereka itu salah."

Sakura mengangguk,

"Benar, dan kau! Jangan mengganggu ku lagi!"

Sakura langsung berjalan meninggalkan Sasuke, karena jika dirinya terus-menerus berada di dekat Sasuke, pasti lama-lama gedung ini akan hancur oleh kemarahan nya.


Hujan.

Sakura mengangkat tangan nya, menatap titik-titik air itu membasahi telapak tangan nya. Dia selalu menyukai hujan, ribuan titik-titik air yang membawa kesejukkan di bumi.

Ntah kenapa hujan selalu membuat suasana hatinya senang, apalagi setelah kejadian yang diterimanya tadi siang saat disekolah, dirya membutuhkan hujan saat ini. Dia bahkan tersenyum lebar saat menatap rintik-rintik air yang berkumpul ditelapak tangan nya, untung saja dia hanya sendirian dihalte bis ini. Jadi, tidak ada yang mengaggap nya gila dengan senyum-senyum sendiri.

Sasuke menatap keluar jendela mobilnya,melihat rintik-rintik yang mengingat kan Sasuke pada seseorang, seseorang yang sangat spesial baginya.

Kejadian tadi siang di atap memang membuatnya terkejut, ntah angin apa Sakura datang dengan pertanyaan sakral itu. Dan ntah kenapa sampai saat ini Sasuke masih tidak bisa menyatakan yang sebenarnya pada Sakura. Selalu saja ucapan yang keluar dari mulut nya bertolak belakang dengan apa yang ada dipikaran nya.

Masih didalam mobilnya, dengan keadaan berhenti karena rambu lalu lintas, Sasuke menatap halte yang berada diseberang kanan nya. Melihat halte itu membuat senyum pemuda itu mengembang. Karena adanya pemandangan paling indah menurut nya, melihat Sakura-nya tersenyum lepas.

'Andai kau selalu tersenyum seperti itu padaku, pasti akan senang sekali rasanya.'

Dia menatap Sakura dari balik kaca mobil itu sampai puas, bahkan saat mobil itu sudah berjalan kembali, pandangan tak lepas dari halte bis itu.


Edo, 1623

"Sepertinya, anda sangat menikmati teh itu, Ibu Suri."

"Hm, Danzo."

Pria yang bernama Danzo itu duduk menghadap Ibu Suri, ibunda dari baginda kaisar saat ini.

"Apakah ada hal yang penting sehingga Menteri Aparatur Negara menemui ku seperti ini?" ucap sang Ibu Suri sambil menyesap teh nya lambat.

"Ini saatnya anda membalas kesetian ku Ibu Suri."

Kesetian, benar. Berkat seseorang yang berada dihadapannya ini, anaknya bisa duduk ditahta itu sekarang. Tentu saja dia mau mngikuti permintaan orang itu, dan dia juga telah berjanji.

"Baiklah, apa yang kau inginkan?"

Danzo langsung tersenyum saat mendengar pertanyaan dari Ibu Suri tersebut.


Pasar Masyarakat Zaman Edo

"Jadi, anda menginginkan sesuatu nona?"

Nona muda itu berbalik, menatap tersenyum gadis yang berada dibelakangnya.

"Bukankah sudah beberapa kali ku katakan, jangan berbicara formal pada ku Karin, kau itu teman ku."

"Ba-baiklah."

Karin tersebut memandang nona muda itu dengan senyuman. Nona mereka memang terbaik, dia bahkan tidak pernah bersikap kasar bahkan kepada budak seperti dirinya. Dan bukan nona nya saja, tapi semua anggota keluarga majikan nya memang orang yang baik dan berbudi luhur. Mereka bahkan tidak pernah melakukan hal yang semena-mena pada siapapun, baik itu budak ataupun rakyat biasa. Tidak seperti bangsawan lainnya.

Nona itu menikmati setiap perjalanan nya mengililngi pasar, dia selalu suka memerhatikan setiap interaksi yang tercipta dipasar itu. Dan ntah kenapa keadaan pasar yang sekarang lebih ramai dari biasanya.

Senyum tak lepas dari wajahnya sampai...

Bruk!

"Nona, kau tidak apa-apa?"

Karin membantu nona mudanya berdiri, merapikan pakaian nya sedikit kotor akibat tabrakan tiba-tiba dari seseorang.

Setelah selesai dengan tugasnya, Karin menatap pemuda yang menabrak nona-nya tadi dengan tatapan kesal. Ceroboh sekali orang ini, dan kenapa pula dia berlari-larian ditengah keramaian seperti ini? Dasar!

"Anda ingin lari kemana tuan?! Apakah anda tidak bisa melihat jalan dengan benar?! Anda menabrak nona kami!"

Ntah dari mana gadis itu mendapat keberanian membentak seseorang seperti itu. Mungkin karena pemuda yang menabrak nona-nya itu tampak sebaya dengan mereka atau lebih tua setahun.

"Sudahlah Karin, aku tidak apa-apa."

"Tidak nona, kurasa tuan ini seorang pencuri. Kalau bukan, kenapa pengawal istana berlari ke arah kita? Kau dengar tu- Hey! Nona!"

Belum sempat perkataan nya selesai, pemuda tersebut telah membawa nona muda itu berlari bersama dirinya.

Karin melambai kan tangan nya kepada pengawal istana itu, dia akan memberi tau kepada pengawal tersebut supaya bisa menangkap pencuri yang membawa nonanya. Lima orang pengawal itu mendekat begitu saja saat melihat lambaian tangan nya.

"Kau melihatnya?"

"Ya, dia berlari ke arah sana. Tolong temukan mereka, nona ku dibawa kabur oleh nya."

Kelima pengawal tersebut lansung mengangguk dan berlari secepat kilat sambil berteriak kata 'Yang Mulia' sepanjang perjalannya nya.

'yang-mulia?' pikir gadis itu tak mengerti.


Semua orang di istana cemas, berita melarikan dirinya Putra Mahkota sudah tersebar luas. Bahkan sampai saat ini, kabar ditemukan nya Putera Mahkota belum mereka dengar sedikit pun.

"Kami masih belum menemukan Yang Mulia Putra Mahkota, Baginda. Bahkan, dirumah Yang Mulia Pangeran pun tidak." Lapor Ketua Aparat Keamanan istana pada Raja mereka itu.

Mendengar kabar itu, semua orang yang berada di Istana bagian kediaman raja gelisah. Mereka masih terus berdoa agar Putra Mahkota itu segera ditemukan.

"Baiklah, lanjutkan tugas mu kembali." Setelah ber-ojigi kepada baginda raja, Ketua itu kembali dan melanjutkan tugasnya. Mencari Putra Mahkota yang kabur dari istana.

Permaisuri menatap baginda raja itu dengan sedikit kesal. Tak biasanya dia mengambil tindakan dengan tergesa dan tampa berunding dengan nya terlebih dahulu. Setelah memastikan semua pelayan keluar, permaisuri itu lansung berbicara dengan menatap suaminya. Dia tidak akan berbicara sebagai permaisuri, tapi dia akan berbicara sebagai seorang ibu. Ibu yang khawatir akan keselamatan anaknya.

"Tolong cabut kembali titah itu, Fugaku-kun. Sasuke pasti belum siap menerimanya, karena itulah dia kabur dari istana."

Fugaku hanya menghela napas mendengar permohonan istrinya, tapi titah ini tidak dapat diubah. Masyarakat luas sudah mendengar kabar ini dan ini adalah pemenuhan janji nya sendiri kepada ibunya.

"Tidak bisa Mikoto, Sasuke tetap akan menjalani titah ini." Ini adalah keputusan final. Lagipula, sekarang ataupun nanti, Sasuke juga akan menjalan kan titah tersebut.

Mikoto menghela napas, menatap ibu mertua nya mencoba meminta pertolongan. Dan gelengan dari ibu mertuanya,membuat dirinya menghela napas lagi.

"Tidak bisa Mikoto, jika Baginda sudah memutuskannya, maka kita hanya menuruti nya saja."

Dan, perkataan dari Uchiha Chiyo sendiri membuat dirinya menghela napas berat sekali lagi.


"Tuan, kemana kau akan membawa ku seperti ini?"

Genggaman tangan itu terlepas, seiring laju mereka yang perlahan-lahan melambat. Gadis itu masih menatap pemuda yang berada dihadapan nya ini, tapi apakah yang dikatakan Karin benar? Bahwa pemuda ini mencuri? Tapi kenapa pakaian nya berbahan kain sutra mahal yang hanya sanggup dibeli oleh keluarga bangsawan? Dia semakin tidak mengerti dengan pemuda asing ini.

"Anda seorang pencuri? Apakah yang dikatakan Karin benar?"

"Hn, aku bukan seorang pencuri." Tentu saja gadis itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemuda ini, mada ada seorang pencuri akan mengakui kesalahan nya.

"Saya tidak percaya dengan anda, saya akan memanggil pengawal it-"

"Jangan!" pemuda itu dengan cepat menyambar pergelangan tangan gadis itu untuk menahan nya. Aksi penolakan nya akan sia-sia jika dia tertangkap sekarang.

"Baiklah, akan aku ceritakan. Ayahku yang memerintah orang-orang itu untuk menangkap ku, karena aku tidak mau menjalan kan titahnya." Ucap pemuda tersebut sambil duduk disalah satu batu didekat sungai itu.

Gadis tersebut berjalan mendekat kearah nya dan duduk disalah satu batu disamping pemuda tersebut.

"Terjadi banyak kesalahan disini. Pertama, mengapa anda berbicara tidak formal kepada saya? Kedua, bagaimana kalau anda menuruti perintah ayah anda? Tuan dengar, setiap orang tua pasti menyayangi anaknya, jadi itu mungkin keputusan yang tepat. Karena apa? Karena pasti ayah anda telah memikirkan nya sebelum ini, tidak mungkin ayah anda mengambil keputusan yang akan merugikan anak nya sendiri."

Pemuda tersebut terpana menatap gadis itu, kenapa bisa ada gadis seusia dirinya yang pemikiran nya begitu dewasa seperti ini. Untuk pertama kalinya, dirinya kagum pada seorang gadis. Dia terus memerhatikan gadis tersebut, senyum yang menawan dan indah, tutur kata yang bagus, dilihat dari pakaian yang dikenakan nya, pasti gadis itu seorang bangsawan.

"Kau? Siapa nama mu?"

"Saya? Haruno Sakura tuan, anak dari Kepala Penasehat Raja, Haruno Kizashi."

Pemuda itu mengangguk, pantas saja gadis ini berbudi pekerti luhur. Keluarga bangsawan Haruno sekaligus puteri dari Kepala Penasehat Raja.

"Kurasa kau benar, baiklah aku akan menyerah kan diriku. Lagipula, pengawal itu sudah disini."

Beberapa pengawal tadi mendekat, begitu mengetahui bahwa Putera Mahkota mereke sedang bersama seorang gadis.

"Aku menyerah, katakan pada ayah bahwa aku menerima titah nya. Dan antarkan nona ini ke kediaman Haruno, dia puteri dari Haruno Kizashi."

Sakura lansung menggeleng mengindahkan perkataan pemuda itu, ini masih di Edo dan dia masih bisa pulang sendiri.

"Tidak, terima kasih tuan. Saya masih mengetahui jalan menuju rumah."

"Jangan menolaknya, itu adalah bentuk tanggung jawab ku karena telah membawa mu sejauh ini. Dan, semoga kita bertemu lagi, Sakura."

Masing-masing mereka tersenyum, dan kembali menuju jalan ke kediaman masing-masing.

'Haruno Sakura? Nama yang cocok untuk menjadi Putri Mahkota.' Pikir pemuda itu, Yang Mulia Putra Mahkota, Uchiha Sasuke.

.

.

.

.

.

*To Be Continue*


A/N: Haii, saya nambah utang lagi deh. Sebenarnya, cerita ini terinspirasi dari drakor bertajuk kolosal yang berjudul 'The Moon That Embracing The Sun' yang tahun 2012 lalu dengan cerita yang begitu keren apalagi pemain nya. Makanya maklumi saja ya kalau ada suatu kemiripan yang timbul. Dan juga, saya minta maaf sebelumnya jika cerita ini terdapat banyak kesalahan, karena itu saya berharap adanya review dari pembaca semua^^ apakah cerita ini pantas untuk lanjut atau tidak?

So guys, continue or delete?

Sign, TaySky1998