Disclaimer: Mark/Jaemin ©SM Entertainment
Cinta itu datangnya sangat mudah.
Dari mata turun ke hati. Dengan bantuan telinga, hidung, dan bibir yang memperjelas semuanya.
Seperti Jaemin contohnya, pemuda manis dengan marga Na itu dangat menggilai seorang Lee Jeno, murid yang berada di sebelah kelasnya. Tampan, pintar, dermawan, dan memiliki eyesmile ketika ia tersenyum membuat kadar ketampanannya semakin bertambah. Dari kesukaannya terhadap music dan ketidak sukaanya pada sesuatu yang berbau seafood, Jaemin tahu semuanya. Terkadang, jika orang sedang menyukai sesuatu pasti akan di cari tahu informasinya sedapat mungkin.
Begitulah Jaemin dengan segala sifat gilanya.
Lain dengan Jaemin, lain dengan Mark. Pemuda Kanada yang rumahnya berada tepat di sebelah rumah Jaemin juga suka melakukan hal yang sama. Bedanya, ia tidak seaktif Jaemin yang selalu mengekor hingga kerumah segala. Yang ia lakukan hanya terus mendesak dan mendesak Jaemin bagaimana perkembangan sang pujaan hati di kelas.
Iya!
Mark kini sedang di gadang-gadangkan tengah menyukai seorang Lee Haechan, teman satu kelas Jaemin yang terlihat sangat menggemaskan dengan pipi chubby-nya. Belum lagi pemuda itu duduk sebelah Jaemin, membuat orang yang lebih tua satu tahun dari Jaemin itu semakin mendesak tubuh kurus itu.
Jaemin menatap pantulan cermin di kamar mandi milik Mark dengan kening berkerut. Dirinya sekarang berada di rumah Mark, lantaran menemani pemuda Kanada itu yang di tinggal sendirian oleh kedua Orang Tuanya.
"Jadi..."
Jaemin memutar bola matanya layaknya parabola, bosan dengan pertanyaan yang terus di ulang semenjak ia menginjakkan kakinya di rumah ini.
Mark menopang kepalanya di bahu milik Jaemin, memeluk pinggang ramping yang polos itu.
"Bagaimana kabar Haechan saat di beri surat cinta dariku? Apa dia bahagia?"
Akhir-akhir ini, Mark selalu melancarkan aksinya yang selalu meneror Haechan dengan memenuhi loker pemuda chubby itu dengan surat cinta.
Jaemin yang tengah menyikat giginya segera menghentikan aksinya, menatap Mark dari pantulan cermin.
"Bahagia apanya? Ia bahkan sangat ketakutan melihat lokernya yang penuh dengan surat teror darimu." Jawabnya sarkas.
Mark mendengus mendengar penuturan Jaemin. Wajahnya berpaling menghirup aroma tubuh Jaemin yang tercium seperti bayi. Mengekspos bahu polos itu hingga bibirnya merekat di leher Jaemin. Melumatnya hingga bersemu merah.
Tubuhnya meriang kenikmatan dengan sensasi aneh yang sudah biasa ia rasakan. Ia memiringkan kepalanya agar Mark lebih leluasa.
"Hyunghh..."
Tubuhnya menegang ketika Mark menyentuh penisnya. Masih dengan aksinya yang melumat leher Jaemin, tangannya mulai melancarkan aksinya, memompa penis yang sudah tegak lurus itu.
Tentu ia juga memanjakan dirinya. Penis yang sedari tadi mencium bokong Jaemin itu dengan perlahan mulai memasuki lubang berkerut itu. Kepalanya mendongak keatas dengan bibir terbuka dan mata terpejam.
"Ahh! Why you're always so tight, eunghh..."
Tubuhnya kenikmatan ketika dinding-dinding anus Jaemin yang sempit itu menjepit penisnya, memberikan kenikmatan tiada tara. Belum lagi tangannya yang masih dengan mengocok penis Jaemin. Desahan demi desahan meluncur dari bibir tipis itu, hingga cairan kental berwarna putih itu melebur keluar menyiprat ke kaca wastafel sangking kuatnya.
"Mark! Eunghh!"
Kedua tangannya menahan pinggang Jaemin, mempercepat gerakan pinggulnya menumbuk lubang Jaemin.
"Oh! Shit, Na Jaemin!"
Kembali, kepalanya mengadah menikmati sensasi pijitan yang di berikan Jaemin pada penisnya. Tak kayal, Jaemin menjerit ketika Mark mengenai prostatnya. Memaksa pemuda Kanada itu bergerak lebih cepat. Dengan seringai yang terpancar di wajah tampan Mark, pemuda itu dengan semangat menyanggupi.
Merasa penis Mark membesar di dalam anusnya, Jaemin dengan refleks mengetat lubangnya. Mark mendesah ketika klimaksnya hampir sampai di tambah lubang Jaemin yang kian mengetat membuatnya semakin gencar menyodok lubang Jaemin.
"Argh!"
Cairan Mark melebur membasahi lubang Jaemin.
Tubuhnya lunglai ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada bahu Mark.
Senyuman terlampir di wajah keduanya. Memandang pantulan di depan mereka, Mark melingkarkan lagi lengannya di pinggang Jaemin.
"Siap untuk bermain semalaman penuh?"
Jaemin mengangguk, mendongakkan kepalanya agar Mark dapat menciumnya.
Cinta itu sulit untuk di mengerti, hal yang di lakukan Mark serta Jaemin itu adalah hal yang wajar bagi keduanya. Hanya mengapresiasikan rasa sayang mereka satu sama lain yang sudah berteman sejak kecil. Tidak peduli pada perasaan yang akan jatuh pada siapa. Yang penting saling menikmati.
END
Yang selalu minta MarkMin. Nih, udah di buatin. Jangan lupa...
Review? Please?
