CHAPTER 1 :PERASAAN

Di pinggiran tebing tempat sahabatnya meninggal,Cloud duduk di atas fenrir nya sambil memandangi ketenangan,sunyi,senyap,dan alunan angin yang lembutlah yang Ia sudah berapa lama dia berada di situ hanya untuk termenung memikirkan apa yang pernah terjadi padanya.

Di tengah lamunannya tiba-tiba ponselnya pun tersadar. "Tifa ?",pikirnya sambil menatap layar ponselnya. Ia tidak tahu apa yang sebaiknya lakukan dengan ponselnya yang masih berdering .Dipandanginya sejenak lalu perlahan menekan tombol merah yang berarti ditolaknya panggilan tersebut.

Matahari sudah mulai menyembunyikan yang semula terang pun semakin gelap. Para pelanggan di Seventh Heaven berangsur-angsur meninggalkan tempat tersebut. "Hhh.. Selesai juga",ujar Tifa setengah berbisik. Sambil merapikan barnya yang sedikit berantakan,Tifa sesekali memeriksa akan ada seseorang yang akan menelponnya.

Kreekk... Pintu bar yang sedang duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh hangat melirik ke sumber suara."Cloud?",pikirnya ketika melihat sosok pria berambut pirang di depannya. Cloud melangkah perlahan dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Kau baru pulang." sapa Tifa.

"Hmm..ya..aku sedikit sibuk." jawab yang terlihat sayu menatap wajah Tifa.

"Kau tidak apa-apa,Cloud? Kau terlihat lelah."

"Aku tidak apa-apa."

"Duduklah dulu. Aku sudah membuat teh." kata Tifa tersenyum.

Cloud pun duduk di depannya sudah tersedia teh.

"Biar aku tuangkan untukmu." kata Tifa yang kemudian menuangkan teh ke dalam cangkir. "Ini, Cloud"

"Terima kasih,Tifa."

Cloud pun meminum juga dengan Tifa.

Ada yang aneh dengan Ia melirik ke arah Cloud. Berusaha mengetahui apa yang sedang dipikirkannya. Syukurnya Cloud sama sekali tidak menyadarinya.

Mereka berdua terlihat begitu canggung. Tak satupun dari mereka membicarakan sesuatu untuk memecah keheningan walau hanya sekedar mengucapkan satu patah kata saja.

"Ehmm." Tifa berdehem. "Cloud?"

Cloud menoleh.

"Kau tidak mengangkat telpon dariku tadi."lanjut Tifa.

Cloud menundukkan kepalanya,"Maafkan aku. Aku hanya tidak tahu apa yang bisa aku katakan padamu tadi."

Tifa agak kaget mendengar ucapan Cloud. Tapi Ia tetap berusaha menyembunyikan.
"Tidak apa-apa, Cloud. Aku mengerti kok." Tifa tersenyum kepada Cloud.

Cloud hanya membalas dengan senyuman kecil.

Ini fanfic pertamaku,maaf ya kalo kurang masih pemula..hehe..

Review ya :)

BERSAMBUNG KE CHAPTER 2