Bukannya ngelanjut fic yang lain, malah bikin fic baru. Maafkan daku. :")
Aku lagi stuck ditengah jalan, bingung mau belok kiri apa kanan(?) /bukan/ lagi stuck mau ngelanjutinnya gimana, trus ada plot baru muncul. Mungkin plot ini ada kesamaan sama fic lain (gatau juga sih soalnya aku udah lama hiatus tanpa bilangbilang HEHE), jadi kalo ada kesamaan mohon dimangapkan(?). Plot ini munculnya mungkin karena aku kebanyakan streaming drama... trus pengen nyoba bikin cerita nyesek(?). Gak tau sih ini bakal jadi nyesek banget bingits bingo apa enggak, tapi kalomenurutsayasihchaptersatubelomseberapa :"D yaaa tonikaku dibaca saja dulu, siapin tisu buat jagajaga, boleh juga lambaikan tangan ke kamera kalo benerbener gak kuat. /apasih
Oh ya, makasih ya buat kalian yang masih baca fic-fic lama aku, sumveh aku sampe bingung gimana kalian bisa nemuin fic-fic lama aku trus minta dilanjut. Ada fic yang diambangambang discontinued sih, aku belom tau gimana jadinya, tapi kalian sukses bikin aku bingung, kok masih bisa baca fic lama aku, lah akunya sendiri kena internet sehat. /ngek/ sampe aku harus nanya ke temen kampus gimana caranya ngeunblock, tapi notif review, faves, sama follow masih masuk ke email yang aku set di hape. Kanshashitemasu. Arigatougozaimasu :")
Oh ya sedikit "guide" biar kalian gak tersesat(?) selagi ngebaca fic ini;
"Ini. " : perkataan tokoh
'Ini.' : isi pikiran
Kalo gini semua berarti flashback.
Kalo gini semua berarti authornya sengklek.
Wokeh. Daripada banyak ngoceh, nih ficnya. /lempar(?)/
.
.
DISCLAIMER:
All characters belongs to Masashi Kishimoto. Satusatunya milik aye cuma plot.
.
.
WARNING:
AU, bisa jadi OOC.
.
.
The Diary
~Kimi to Deai~
Page 1: It's you?
(c) nadilicious
.
.
"...un!"
"...ngun!"
"...angun!"
Samar-samar suara yang terdengar di telinga seorang lelaki yang tertidur di bangku taman mulai menyadarkan dirinya dari tidur lelapnya. Laluc
"BANGUN TEME BANGUN TEME BANGUN!" sumber suara yang terdengar oleh lelaki yang dipanggil 'teme' itu tiba-tiba memegang pundaknya dan menggoncang-goncangkan badannya, bermaksud untung membangunkannya. Pemilik badan itu pun mengerutkan alisnya, merasa kesal karena tidur nyenyaknya menjadi terganggu.
"Dobe..." dia menyingkirkan tangan orang yang ia panggil 'dobe', kemudian berdiri dan membetulkan seragamnya.
"Heheee..." lelaki yang dipanggil 'dobe' hanya tersenyum lebar. "Lagipula, Sasuke, kenapa kau malah tidur di bangku taman? Kukira kau sudah sampai di sekolah bersama koper-kopermu itu."
Uchiha Sasuke, lelaki dengan wajah yang sangat tampan, berambut hitam dengan model spike mencuat ke belakang dan kaku, mempunyai bentuk tubuh yang kurus, tegap, dan gagah, siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya? Ia diidamkan oleh semua perempuan, terutama perempuan yang seumuran dengannya. Sayangnya, sampai sekarang, dia belum mempunyai seorang kekasih.
"Bukan urusanmu, Naruto..." ia mendengus, lalu mengangkat tasnya yang berukuran besar, serta mengangkat dan menggenggam kedua gagang kopernya.
Uzumaki Naruto, lelaki berwajah tampan berwatak ceria, humoris, berisik, dan optimis, dengan rambut berwarna kuning kulit lemon model jabrik, selalu menebarkan senyumnya yang lebar dan bersinar kepada orang-orang di sekitarnya. Dia adalah sahabat Sasuke dari kecil, ia tau persis bagaimana Sasuke di luar dan di dalam, apa yang disukai dan dibenci Sasuke. Naruto juga menjadi idaman para wanita karena dia selalu penuh senyum dan tawa. Mungkin gampang baginya untuk mengucapkan "Kau terlihat cantik" kepada semua wanita, namun dia sudah ada yang punya.
"Kau ini, setiap hari sama saja sifatnya," Naruto menggaruk-garuk kepalanya, heran dengan sahabatnya yang tidak pernah mengalami perubahan sikap.
"Memangnya sekarang sudah jam berapa?" Sasuke menoleh ke Naruto.
"Jam tujuh," Naruto mengangkat tangan kirinya, tempat ia memakai arloji mahalnya, "masih ada satu jam sebelum sekolah dimulai."
Sasuke dan Naruto hendak menjalani kehidupannya di kelas 2 SMA Konoha Private School, yaitu SMA khusus untuk siswa-siswi yang memiliki status sosial tinggi atau berasal dari kalangan terkenal; artis, anak artis, anak bangsawan, anak milyarder, pemenang olimpiade antar sekolah, murid-murid berprestasi di Konoha, dan sebagainya. Di SMA ini, khusus kelas 2 dan 3 diwajibkan tinggal di sebuah dorm milik sekolah untuk melatih rasa mandiri mereka dengan seorang pendamping yang berperan sebagai orang tua angkat. Sudah pasti bahwa rumah-rumah yang akan disinggahi itu sangat besar dan mewah, berfasilitas lengkap dan bergaya modern, serta berada di lokasi yang strategis dan tak jauh dari sekolah, serta keamanan yang ketat karena CCTV dipasang di setiap sudut dan para penjaga siap mengawasi 24 jam. Yang artinya, Sasuke dan Naruto sebentar lagi akan merasakan hidup dengan teman-teman sekolahnya dalam satu rumah yang mewah.
"Dobe... dari sini ke sekolah hanya menghabiskan waktu selama 30 menit dengan berjalan kaki," Sasuke mendengus kesal, 30 menit sisa waktu tidurnya diganggu oleh Naruto, sehingga mau atau tidak mau dia harus bangun.
"Lalu kau pikir aku mau datang ke sekolah di menit terakhir?" kata Naruto sambil membetulkan tas yang ia gendong dia kedua bahunya, "ayo, kita datang lebih awal!"
Naruto mengangkat dan menarik kedua kopernya lalu berjalan dengan cepat. Sasuke hanya mengikuti Naruto dengan pelan sambil membawa barang-barangnya.
"Oi, dobe, pelan-pelan... awasi aku," Sasuke menyahut dari belakang Naruto. Naruto pun menghentikan langkahnya karena terkaget dengan apa yang dikatakan Sasuke di akhir kalimatnya.
"Kenapa?" Naruto menoleh ke arah Sasuke.
"...hanya takut jika aku tiba-tiba berhenti dan tertidur sambil berdiri."
"KITA BERADA DI KELAS YANG SAMA! WOOOOOOHOOOO!"
Ketika Naruto dan Sasuke sampai di Konoha Private School, Naruto ingin sekali memeriksa daftar kelas untuk mencari di kelas mana ia berada, ingin tau siapa saja siswa dan siswi yang akan berada di kelas yang sama dengannya. Sasuke, yang tadinya ingin bergegas ke aula serbaguna Konoha Private School, akhirnya mengalah dan mengikuti rencana Naruto. Mereka memeriksa daftar kelas beserta nama para siswa dan siswi di setiap kelas, dan ya, Naruto sedang kegirangan karena ia berada di kelas yang sama dengan Sasuke. Alhasil Naruto berteriak dengan suaranya yang sangat amat nyaring, mengalahkan dengung ikan paus dan bisa terdengar oleh kelelawar, sambil mengguncang-guncang bahu Sasuke. Sedangkan si pemilik bahu hanya bisa pasrah dengan kelakuan sahabatnya ini.
"Yaaa..." Sasuke hanya menunjukkan ekspresi jengkelnya.
"Kenapa? Kau tidak senang bisa berada di satu kelas yang sama denganku?" Naruto melepaskan bahu Sasuke dan memonyongkan bibirnya, pura-pura ngambek.
"Bukan itu..." Sasuke membetulkan baju seragamnya, "suaramu sangat keras, seperti biasa."
"Hahaaa!" Naruto tertawa dengan keras, "kita juga akan berada di dalam satu kelas dengan Hinata-chan!"
"Bukan urusanku..." Sasuke menggelengkan kepalanya pelan. Sudah pasti jika ada kekasih Naruto, yang bernama Hyuga Hinata, di kelas yang sama dengan Naruto, ia tidak akan bisa fokus belajar dan malah memperhatikan Hinata.
"Ada hal lain yang lebih menarik lagi," Naruto kembali melihat daftar nama siswa dan siswi yang akan berada di dalam satu kelas dengannya dan Sasuke, wajahnya pun berubah menjadi serius. Melihat ekspresi Naruto, Sasuke ikut melihat daftar nama tersebut.
"Semua yang berada di dalam daftar kelas kita adalah siswa dan siswi yang berprestasi di tahun ajaran sebelumnya," kata Naruto sambil tersenyum.
Kelas 11-A, salah satu dari 5 kelas 11 di SMA Konoha Private School, adalah kelas unggulan di sekolah tersebut, berisi siswa dan siswi yang selalu meraih nilai-nilai tinggi, sangat aktif selama proses jam belajar, mempunyai niat yang tinggi dalam belajar dan mengerjakan tugas, murid-murid yang selalu dikagumi oleh guru-guru yang mengajar mereka. Walaupun Naruto sedikit penalas, dia bekerja sangat keras supaya ia tidak terpisah dari Sasuke. Sementara bagi Sasuke, memasuki kelas ini adalah hal yang sangat gampang baginya karena ia seorang jenius, walaupun ia jarang terlihat aktif di kelas.
"OOOH!" Naruto tiba-tiba berteriak setelah ia membaca ulang daftar nama siswa dan siswi kelas 11-A.
"Dobe..." Sasuke memicingkan matanya, menahan rasa pengang di telinganya ketika mendengar teriakan Naruto.
"Haruno Sakura berada di dalam kelas kita!" Naruto menoleh ke Sasuke dan memberitahukan hal itu dengan wajah panik.
"Siapa dia?" dengan santai Sasuke bertanya tentang orang yang namanya baru saja disebut oleh Naruto.
"Haruno Sakura, siswi paling populer dan berprestasi, selalu mendapat nilai tertinggi dari semua anak di angkatan kita!"
Sasuke merasakan seluruh tubuhnya merinding dan kaku mendengar kabar tentang adanya murid yang selalu mendapat nilai tertinggi dari seluruh anak di angkatannya. Ada murid yang bisa melebihi kemampuannya. Sasuke merasa semakin tertantang kali ini dengan kemunculan seorang murid di dalam kelasnya yang sangat pintar, melebihi dirinya.
"Siapa namanya? Ciri-cirinya seperti apa?" Sasuke ingin mengingat nama dan membayangkan rupa siswi itu, supaya ia benar-benar tau orang yang mana yang akan dijadikan target olehnya.
Naruto mengelus dagunya selagi mengingat ciri-ciri siswi tersebut. "Haruno Sakura. Cantik, periang, tingginya sekitar ujung hidungmu, rambutnya pendek... kira-kira sebahu, berwarna pink, memiliki bola mata berwarna hijau emerald."
Sasuke pun semakin geram karena ia sadar bawa ia telah dikalahkan oleh seorang perempuan. Ditambah dengan kehadiran siswi tersebut di dalam kelasnya. Ia tidak ingin malu. Ia akan mengejar dan membuktikan bahwa ia bisa lebih dari siswi ini.
Tiba-tiba Sasuke langsung berjalan meninggalkan Naruto ke arah aula, tak sabar ingin bertemu dengan Haruno Sakura.
"T-Teme, tunggu!" melihat reaksi Sasuke akan hal yang baru saja Naruto beri tau, Naruto langsung berlari mengikuti Sasuke sambil membawa koper-koper dan tasnya.
Sasuke berjalan dengan sedikit terburu-buru, karena tak sabar menemukan anak yang bernama Haruno Sakura itu. Ia ingin segera cepat-cepat ke aula untuk menemukannya dan menjadikannya targetnya untuk periode pembelajaran tahun ini. Ia merasa sangat amat malu karena kecerdasannya dikalahkan oleh perempuan ini, apalagi dalam bidang akademik. Tidak akan dia biarkan kejeniusannya dikalahkan oleh seorang perempuan.
Dan karena jalannya yang agak terburu-buru...
"Kyaa!"
BRUGH.
Sasuke menabrak seorang siswi dengan tidak sengaja, membuat siswi itu membentur badannya lalu terjatuh di depannya, beserta beberapa barang yang siswi itu bawa.
"Kalau jalan lihat-lihat!" Sasuke tidak peduli dengan siswi tersebut dan malah berteriak kearahnya. Keadaannya yang sangat terburu-buru membuat dia menyalahkan setiap orang yang bahkan tidak sengaja menabraknya. Ia hendak berjalan ke aula lagi, tetapi...
DUGH.
Tak sengaja Sasuke menginjak sebuah buku tebal dengan hardcover berwarna pink. Diduga buku tersebut adalah buku harian milik siswi yang tadi menabraknya, sehingga mau tak mau ia harus melepaskan dulu koper-koper bawaannya dan mengambil buku harian tersebut. Setelah ia menunduk dan mengambilnya, ia membersihkan cover buku harian itu terlebih dahulu dari bekas kotoran yang menempel dari sepatunya. Lalu...
"Ano..." suara lembut seorang perempuan dan tepukan pada punggungnya membuat Sasuke agak tersentak dan menoleh kearah sumber suara tersebut.
"Maaf sudah menabrakmu tadi... apakah ini pena milikmu?"
Sasuke mengalami shock. Matanya membelalak saat ia menatap rupa gadis yang tadi sempat menabraknya; tinggi yang mencapai ujung hidungnya, rambut pink sebahu, bola mata emerald yang berkilau. Dia menemukan targetnya. Dia menemukannya!
"Maaf?" siswi yang Sasuke duga adalah Haruno Sakura sekali lagi memanggil namanya, menyadarkan Sasuke dari rasa kagetnya. Tanpa sepatah kata, Sasuke mengambil pena tersebut dari tangan siswi itu.
"Ini barangmu," Sasuke menyodorkan buku harian di tangannya kepada siswi itu, yang disambut dengan kedua tangan siswi itu meraih buku harian tersebut dan senyum yang sangat cantik. Jika Sasuke adalah orang yang tidak pandai menyembunyikan perasaannya, Sasuke akan berkata bahwa ia kaget melihat senyum siswi itu yang membuat jantungnya berdegup kencang.
Entah kenapa, jantung Sasuke berdegup kencang. Entah kenapa, dia merasakan bahwa siswi ini beda dari kebanyakan siswi lainnya yang selalu berteriak histeris ketika melihat keberadaan Sasuke. Siswi ini sama sekali tidak berteriak, namun hanya tersenyum dan berbicara dengan nada normal.
"S-siapa nama kau?" tiba-tiba Sasuke bertanya untuk menyembunyikan rasa malunya. Sempat siswi ini menunjukkan ekspresi kaget—yang lagi-lagi terkesan sangat imut bagi Sasuke—lalu ia tersenyum dan memperkenalkan dirinya.
"Namaku Haruno Sakura!"
DEGG.
Jantung Sasuke serasa terhenti selama satu detik mendengar perkenalan dari siswi itu. Dugaan Sasuke benar. Dialah Haruno Sakura yang Naruto ceritakan barusan. Namun dia merasakan ada yang salah... Haruno Sakura yang dia bayangkan adalah seorang siswi berisik yang angkuh, tetapi saat membuktikannya dengan mata kepalanya sendiri, Haruno Sakura adalah seorang siswi yang lembut dan manis.
Sakura menyodorkan tangannya pada Sasuke, bermaksud untuk bersalaman. "Namamu siapa?"
"Uchiha Sasuke," Sasuke meraih dan menjabat tangan Sakura. Awalnya dia merasa ogah-ogahan untuk menjabat tangan seorang perempuan, tapi niatnya berubah seketika ia merasakan tangan Sakura yang sangat lembut dan lentik. Ini adalah pertama kalinya ia menjabat tangan seorang perempuan yang bukan ibunya atau bibi-bibinya. Sasuke merasakan otaknya tiba-tiba berhenti bekerja sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat, dan merasakan geli di area perutnya. Matanya tak bisa lepas dari wajah cantik Sakura.
"Senang berkenalan denganmu!" Sakura tersenyum lebar dan dengan gampangnya melepaskan jabatan tangannya dengan Sasuke. Entah kenapa, Sasuke tak mengerti, tapi ia merasa hampa saat Sakura melepaskan tangannya.
Sakura sendiri masih tidak tau jika ia akan berada di dalam kelas yang sama dengan Sasuke. "Kuharap kita bisa bertemu lagi," kata Sakura dengan nada ceria, lalu ia membungkuk pada Sasuke dan berjalan ke arah yang berlawanan. Sasuke masih pada tempatnya. Terdiam. Kaget. Tidak percaya.
"Woi, Sasuke..." ternyata, daritadi, Naruto mengintip Sasuke berbicara dengan Sakura. Ia memanggil-manggil Sasuke dari kejauhan.
"Oh, eh, Naruto..." Sasuke baru sadar dari lamunannya saat Naruto memanggil namanya. Naruto pun menghampiri Sasuke.
"Kau tau tidak siapa siswa itu tadi? Itu Sakura!" Naruto berusaha memberi tahu Sasuke akan targetnya.
"Iya..." Sasuke pun memutuskan untuk melupakan niat awalnya untuk mengalahkan Sakura. Entah kenapa, amarahnya kini berubah menjadi rasa penasaran akan Sakura. Seakan-akan tidak terjadi sesuatu, Sasuke mengangkat kembali kedua gagang koper-kopernya dan lanjut berjalan ke aula.
"O-oi? Sasuke? Sasuke?" Naruto bingung akan jawaban Sasuke yang sangat amat simple tentang perempuan. Sasuke yang biasanya akan berkomentar seperti "Dia berisik" atau "Dia menyebalkan", tapi kali ini ia hanya menjawab "Iya".
Sasuke patut dicurigai oleh Naruto kali ini.
"Pada pagi yang cerah ini, kita semua dapat berkumpul di aula ini..."
Upacara penyambutan tahun ajaran baru sedang diadakan di aula SMA Konoha Private School. Saat ini, seorang pria yang memperkenalkan dirinya sebagai kepala sekolah, yang bernama Senju Hashirama, sedang membacakan pidatonya yang sangat amat panjang seperti perjalanan mengitari seluruh bumi, yang sudah biasa dilakukan setiap kali ada upacara penyambutan murid tahun ajaran baru. Semua siswa kelas 10 terlihat sangat bersemangat karena ini adalah hari pertama mereka akan menjalani kehidupan anak SMA di sekolah yang sangat bergengsi dan paling top, sementara kelas 11 dan 12...
"Kepala Sekolah ini berisik sekali."
"Kapan dia akan berhenti berbicara?"
"Tsunade-senseeeeeeeeei~"
"Kurenai-senseeeeei~"
"Nanti ke ruang UKS, ah! Ketemu Shizune-senseeeei~"
"Aku mengantuk~"
"Eh, eh, kouhai kita, ada yang cantik!"
...mungkin yang terakhir diabaikan saja.
Mungkin kita bisa lihat keadaan Naruto dan Sasuke di barisan siswa kelas 11-A di bagian tengah sekarang?
"Oi, teme." Naruto mencolek bahu Sasuke yang berdiri tepat di depannya.
"Teme..." Sasuke tidak memberikan respon, sehingga Naruto mencoleknya lagi.
"Oi, teme! Aku serius ingin bertanya..." Naruto berbicara dengan suara yang sedikit lebih keras. Tak mau menanggung malu, Sasuke pun menoleh ke arah Naruto.
"Apa?" kata Sasuke, setelah memastikan bahwa tidak ada guru yang mencurigai dia atau Naruto.
"Aku masih penasaran..." bisik Naruto.
"Ada apa?"
Sementara itu, di barisan siswi kelas 11-A di bagian belakang, tanpa sepengetahuan Sasuke, terdapat Sakura yang sedang terdiam sambil mendengarkan pidato dari sang kepala sekolah. Wajahnya tampak serius, mencerna semua perkataan yang keluar dari mulut kepala sekolahnya.
"S-Sakura-chan..." seorang siswi berambut biru tua memanggil nama Sakura dengan suara yang sangat pelan dan menepuk bahunya. Sakura pun spontan menoleh ke belakang.
"Oh, Hinata?" balas Sakura dengan suara yang pelan sambil tersenyum. Siswi yang berdiri tepat di belakangnya adalah kekasih Naruto.
"Ano... mohon bantuannya lagi dalam tahun pelajaran baru..." kata Hinata sambil sedikit menunduk.
"Oh, tidak masalah!" balas Sakura lagi, "mohon bantuannya juga ya, Hinata."
"Un!" Hinata mengangguk dengan penuh rasa senang.
Sakura dan Hinata juga bersahabat sejak mereka bertemu saat mereka masih SD, namun tidak pernah sekelas. Mereka mulai sekelas pada masa SMP. Hinata mulai berpacaran dengan Naruto sejak kelas sepuluh dan Sakura tau akan hal itu. Namun, jika diajak jalan-jalan dengan Hinata dan Naruto, Sakura selalu menolak untuk ikut, dengan alasan tidak ingin mengganggu waktu mereka untuk berkencan.
Sakura pun kembali menoleh ke depan, namun saat kepalanya bergerak untuk kembali menghadap ke depan, matanya menangkap sesuatu yang sepertinya tak asing. Merasa penasaran, Sakura menoleh sedikit ke arah dimana ia seperti melihat hal yang familiar, dan benar saja...
"Bagaimana tadi dengan Sakura-chan? Kau bicara apa saja padanya?" tanya Naruto pada Sasuke.
"Tidak terjadi apa-apa," Sasuke masih ingat betul betapa lembutnya cara berbicara Sakura, senyumnya yang manis, dan sikapnya yang sangat sopan. Tidak bisa ia mengatakan bahwa Sakura adalah salah satu dari semua perempuan yang ia anggap menyebalkan. Baginya, walaupun baru saja bertemu, Sakura tampak beda.
"Ayolah, teme~" Naruto mulai kesal, rasa penasarannya semakin menjadi.
"Sudah kubilang..." mata Sasuke kembali bergerak untuk mengawasi jika ada guru yang mencurigai tingkahnya dan Naruto, namun matanya bergerak ke belakang barisan, dan...
Ia menangkap sepasang bola mata emerald sedang melihat ke arahnya...
"Eh?"
Yang tak lain adalah Sakura.
Sasuke pun tidak melanjutkan perkataannya pada Naruto, namun terfokus pada Sakura, sehingga mereka berdua kini bertatapan dengan satu sama lain. Ia kaget karena mendapatkan siswi itu sedang memperhatikannya. Begitu juga pada pihak Sakura, yang kaget karena sesuatu yang tak asing itu adalah figur Sasuke yang ada di barisan siswa kelas 11-A bagian depan, menandakan bahwa Sakura akan berada di kelas yang sama dengan Sasuke.
Suasana diantara mereka berdua menjadi canggung, namun Sakura merespon dengan sedikit membungkuk pada Sasuke dan kembali menoleh ke arah kepala sekolah. Beda dengan Sasuke yang masih melihat ke arah Sakura dengan wajah serius. Sama seperti Naruto, rasa penasaran Sasuke semakin menjadi.
"Teme?" bingung dengan tingkah Sasuke, Naruto ikut menoleh ke arah Sasuke menoleh. Ia pun sadar bahwa Sasuke sedang memperhatikan Sakura.
"Hei..." Naruto kembali menoleh kepada Sasuke dengan wajah terkejut. "Jangan-jangan kau menyukai Sakura-chan?"
"Hmph. Tidak akan," Sasuke sebenarnya terkejut dengan pertanyaan Naruto, tapi dia berusaha menyangkal dan kembali menoleh ke depan.
"Hei..." Naruto pun menyeringai. "Sasuke, akhirnya kau telah menjadi lelaki."
Sasuke mendengus kesal, tapi setelah itu, muncul sebuah pertanyaan di kepalanya, maka ia menoleh kepada Naruto.
"Kau barusan berkata bahwa aku telah menjadi lelaki, bukan?"
"Ya..." jawab Naruto, sedikit heran dengan pertanyaan Sasuke. "Memangnya kenapa?"
Sasuke pun bertanya lagi dengan wajah yang penuh dengan rasa penasaran namun datar. "Jadi menurutmu, sebelum menjadi lelaki, aku ini apa? Banci?"
Naruto memutuskan untuk diam daripada menjadi serba salah jika menjawab pertanyaan Sasuke.
"Kalau begitu, saya akan menyebutkan guru pendamping tiap kelas pada tahun ajaran baru..."
"Ino-chan!" sahut Hinata pada seorang siswi barbola mata biru dan berambut pirang yang dikuncir kuda.
"Oh, Hinata!" siswi yang bernama lengkap Yamanaka Ino itu menoleh dan menghampiri Hinata.
"Senang bertemu denganmu lagi!" kata Ino dengan nada ceria. Naruto memperhatikan pembicaraan kedua siswi tersebut dari kejauhan.
"Aku juga ingin mengobrol dengan Hinata-chan..." Naruto, yang duduk di atas meja sambil memperhatikan Hinata, bergumam dengan nada kesal. Satu-satunya topik pembicaraannya dengan Hinata pada hari ini hanyalah ucapan selamat pagi.
"Hampirilah," Sasuke, yang duduk di belakang Naruto dari barisan kursi yang sama, mendengar gumaman Naruto, lalu memberikan saran.
"Hee!?" Naruto kaget dengan saran yang diberikan sahabatnya itu. Terkesan santai. "Aku ini memang akrab dengan siapa saja, tetapi terkadang aku malu dengan Hinata-chan..."
"Ya sudah, tak usah hampiri dia,"
"Hee!?" lagi-lagi Naruto kaget karena Sasuke menarik kembali sarannya dengan santai. "Kau ini memang payah ya soal cinta..."
"Hn," Sasuke mengiyakan komentar dari Naruto tentang dirinya. Mungkin, sampai saat ini, komentar itu sudah ia dengar sebanyak 1452047529 kali.
"Ah, si jidat!" sahut Ino ketika melihat Sakura berjalan mendekatinya dan Hinata. Hinata pun menoleh ke arah Sakura.
"Sakura-chan!"
Sekalinya mendengar nama Sakura disebut, Sasuke spontan menoleh dan mencari keberadaan Sakura. Wajahnya datar, namun matanya terus lekat mengawasi Sakura. Naruto spontan menoleh ke Sasuke, dan ia mendapati Sasuke memperhatikan ke arah lain. Naruto pun menoleh ke arah Sasuke menoleh, lalu tersenyum geli.
"Hei," keuntungan duduk di meja adalah Naruto dapat menyenggol kepala Sasuke dari atas, maka ia pun melakukannya sebagai balasan dari tingkah mengejutkan sahabatnya ini. "Ternyata kau salah satunya ya, sekarang?"
"Hah?" Sasuke menoleh ke arah Naruto dengan wajah kesal, tidak mengerti dengan apa yang Naruto maksud.
"Sekarang, kau salah satu dari para siswa yang terpesona oleh Sakura-chan. Betul?"
"Hah? Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh..." Sasuke menoleh ke arah lain, ingin menyembunyikan malu karena ketahuan oleh sahabatnya sendiri.
"Hah?" sementara itu Sakura tertawa geli karena panggilan akrabnya yang ia dapat dari Ino, "ada Ino lagi?"
"Ya, kita sekelas lagi!" Ino tertawa geli. Sakura dan Ino bertemu sejak SMP dan selalu sekelas sampai SMA ini.
"Dimana Tenten?" tanya Sakura. Dia, Hinata, Ino, dan siswi yang bernama Tenten ini selalu berempat sejak SMA. Tenten juga bertemu dengan Sakura sejak SMP, sama seperti Ino, namun sekelas dengan mereka bertiga hanya pada waktu kelas delapan dan sepuluh.
"Kau mencariku?" siswi yang bernama Tenten, berambut coklat tua dan dikuncir cepol di dua sisi, muncul dari belakang dan menepuk bahu Sakura. Sakura pun terkaget dan menoleh ke belakang.
"Wah, kita berempat sekelas!" kata Sakura dengan senang.
"Hoi..." mendengar pembicaraan empat siswi tadi, Naruto menoleh ke Sasuke, "kita selalu sekelas sejak kecil, apa kau tidak bosan?"
"Tidak," Sasuke menjawab pertanyaan Naruto sambil tersenyum tipis. Naruto menunjukkan ekspresi kaget pada Sasuke.
"Eh? Kau seriu—"
"Bohong," ekspresi Sasuke berubah kembali menjadi datar. Sasuke hanya berniat menipu Naruto.
"Kau ini..." Naruto, yang tadinya gembira karena berpikir Sasuke mulai berubah, menjadi kesal dengan kelakuan sahabatnya yang selalu dingin sejak dulu.
"Baiklah, anak-anak," seorang pria berambut abu-abu dengan masker yang menutupi bagian hidung sampai leher masuk ke dalam kelas. "Silahkan duduk di kursi masing-masing."
"Dobe," Sasuke menyenggol Naruto, memberi sinyal padanya untuk segera kembali duduk di kursi. Naruto mengangguk pelan, lalu duduk di kursinya, tepat di depan meja Sasuke.
"Selamat pagi, anak-anak. Perkenalkan, nama saya Hatake Kakashi, panggil saja Kakashi-sensei. Saya akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan. Mohon kerjasamanya," pria itu memperkenalkan dirinya. Hatake Kakashi.
"Mohon kerjasamanya~" balas para murid sambil menunduk.
"Akan kupanggil satu persatu nama-nama kalian. Tolong angkat tangannya." Kakashi membuka sebuah map berisi daftar nama anak-anak kelasnya.
"Uzumaki Naru—"
"HAI, SENSEI!" Naruto langsung berdiri dari kursinya dan mengangkat tangannya. Semua murid tersentak dan langsung melihat ke arah Naruto, sampai bisa membuat mata seorang Uchiha Sasuke membelalak.
"...Naruto," lanjut Kakashi, "silahkan duduk kembali."
"HAI!" Naruto menjawab penuh semangat, lalu kembali duduk di sebelahnya. Bisa kita lihat, Hinata memperhatikan Naruto dengan wajah ketakutan dan berpikir, 'kenapa pacarku seperti ini ya?'
"Selanjutnya... Aburame Shino."
"Hai." siswa berambut coklat tua model jabrik berkacamata gelap mengangkat tangannya.
"Inuzuka Kiba."
"Hai!" siswa berambut coklat tua model jabrik, bermata tajam, dan memiliki tato berbentuk taring berwarna merah.
"Tato itu..." Kakashi menunjuk ke kedua pipinya, bermaksud membahas soal tato di wajah Kiba.
"Tato ini turun temurun ke setiap anggota keluarga..." kata Kiba, sambil memegang kedua pipinya.
"...kalau begitu, saya akan bernegosiasi dengan kepala sekolah setelah ini. Selanjutnya... Hyuga Hinata."
"H-Hai..." Hinata mengangkat tangannya malu-malu. Naruto, yang memperhatikannya dari jauh, langsung gigit jari.
"Yamanaka Ino."
"Hai!" Ino mengangkat tangannya.
"Haruno Sakura."
"Hai," Sakura mengangkat tangannya sambil tersenyum.
"Jadi... kau ada di kelasku," Kakashi telah mengetahui sosok seorang Haruno Sakura, mendengar dari pembicaraan di ruang guru. Guru pria yang terus memujinya, sebagian guru wanita yang memujinya juga, dan sebagian guru wanita yang merasa iri pada Sakura.
"Mohon bantuannya," kata Kakashi pada Sakura, lalu kembali melihat ke mapnya.
"Hai," jawab Sakura.
Melihat Kakashi yang begitu cepat mengenali Sakura, Sasuke langsung menoleh ke arah Sakura. Sekali lagi, ia lupa akan niatnya untuk membalas dendam akibat dikalahkan oleh seorang perempuan. Ia malah mengamati wajah cantiknya; matanya yang hijau, hidungnya, bibirnya, bentuk wajahnya, rambutnya...
"Uchiha Sasuke."
Tak ada jawaban. Sasuke masih dalam lamunannya.
"Uchiha Sasuke?"
"H-Hai?" Sasuke pun tersadar dari lamunannya saat mendengar namanya dipanggil dua kali. Naruto pun sempat merasa heran dengan sahabatnya yang sepertinya sudah kehilangan fokus.
"Hmm..." Kakashi memegang dagunya. "Akan jadi persaingan yang menyenangkan."
"Eh?" para murid kebingungan dengan apa yang barusan Kakashi katakan, begitu juga Sakura, karena sama sekali belum mengetahui sosok Sasuke. Namun Sasuke mengerti maksud Kakashi; persaingan berat pada nilai diantara Sasuke dan Sakura.
"Baiklah," Kakashi sejenak menutup mapnya, menyelipkan jari jempolnya ke dalam map sebagai penanda bahwa ia berhenti sejenak pada nama murid yang terakhir ia sebutkan.
"Saya pikir saya perlu menjelaskan sesuatu terlebih dahulu," Kakashi berdehem, lalu melanjutkan penjelasannya.
"Dalam satu komplek, tiap dorm sudah dibagi menjadi dua barisan, yaitu baris sebelas dan baris dua belas. Satu kelas mendapatkan dua dorm. Kalian, kelas 11-A, akan menempati dorm 1101 dan 1102," Kakashi menjelaskan sambil menggambarkan denah satu komplek dorm milik Konoha Private School.
"Empat belas nama yang saya sebutkan tadi, kalian akan menempati dorm 1101."
"Satu rumah dengan Hinata-chaaaaan~" kata Naruto dengan gembira sambil melihat ke arah Hinata.
"Kita akan tinggal satu rumah!" kata Ino pada Tenten, Hinata, dan Sakura. Ya, mereka berempat memilih tempat duduk yang saling berdekatan. Ino dan Hinata bersebelahan, lalu Sakura dan Tenten di belakangnya.
"Kita bisa berkumpul di kamar salah satu dari kita semua dan menonton film bersama-sama~" Tenten langsung membayangkan kehidupan dorm mereka yang sepertinya akan sangat menyenangkan.
Sementara itu, Sasuke langsung berpikir bahwa ia akan tinggal dalam satu rumah yang sama dengan Sakura. Pertanda bahwa ia akan mendapatkan kesempatan untuk mengawasi Sakura dalam jarak yang sangat dekat.
"Sensei!" Naruto mengangkat tangannya. "Apakah satu kamar itu untuk ditempati satu murid? Atau untuk dua murid?"
"Satu murid," jawab Kakashi cepat.
"Teme..." Naruto langsung membalikkan badan ke Sasuke setelah mendengar jawaban dari Kakashi, "kita punya kamar sendiri-sendiri. Aku tidak bisa menyontek PR darimu secara gampang..."
"Tch," Sasuke geli mendengar perkataan Naruto, "kau bisa mengetuk pintu kamarku kalau kau mau minta kuajarkan."
"Benarkah!?" kata Naruto dengan gembira.
"Kamar yang kalian akan dapatkan sudah dipilih secara acak oleh pihak pemilik dorm," Kakashi menjelaskan lagi, lalu melihat ke arlojinya.
"Baiklah, sudah waktunya. Ayo angkat koper-koper kalian di belakang. Bis kita sudah menunggu."
Para murid pun beranjak dari kursinya dan berjalan ke belakang kelas untuk mengambil kembali koper-koper mereka yang sementara ditaruh disitu demi kenyamanan saat sesi perkenalan. Sasuke, yang kebetulan duduk di barisan paling belakang, beranjak dari kursinya sambil menggendong tas sekolahnya. Perlahan ia mengangkat gagang koper miliknya. Saat ia mengangkat gagang koper satunya dan hendak ditarik...
Grrrt.
Kopernya bertabrakan dengan milik seorang siswi; bisa dilihat dari warnanya, yaitu shocking pink. Sasuke hendak memarahi pemilik koper yang menubruk kopernya, hingga ia mendongak, lalu ia bertatapan dengan...
"Maaf, aku—"
Sakura.
Bukannya buru-buru mengakhiri, mereka berdua malah saling bertatapan. Keduanya seakan-akan merasa seperti berada di dunia lain, merasakan chemistry satu sama lain, ingin mengetahui satu sama lain lebih dalam, ingin—
"Teme," Naruto menjitak kepala Sasuke. Hal yang jarang bisa ia lakukan karena biasanya Sasuke bisa merasakan bahaya jika ada orang yang ingin menjahilinya; namun tidak kali ini.
"Akh... kenapa?" Sasuke menoleh kepada Naruto sambil mengusap kepalanya.
"M-Maaf, permisi," Sakura pun menarik koper-kopernya dan segala bawaannya, meninggalkan Naruto dan Sasuke dengan cepat. Sekilas Naruto melihat ekspresi Sakura saat ia pergi; ketakutan, seperti ingin menangis.
"Hmm?" Naruto menoleh ke arah Sakura sampai gadis itu keluar dari kelas, lalu berbalik ke Sasuke.
"Hei, kau lihat wajah Sakura barusan?" tanyanya, sambil menepuk pundak Sasuke.
"Tidak, aku sibuk dengan bawaanku. Memang kenapa?" balas Sasuke.
"Wajahnya seperti ketakutan begitu. Kau apakan dia?" tanya Naruto, mencurigai Sasuke yang terkenal dengan pembawaannya yang dingin.
"Oh, begitu? Ya sudah, kemenangan ada di tanganku," Sasuke tidak bisa berkata bahwa ia tidak berbuat apa-apa, pasti Naruto akan lebih mencurigainya. Ia pun membuat alasan yang kedengarannya seperti ia sudah membuat ancaman bagi Sakura.
"Hei, jangan galak terhadap wanita," kata Naruto, lalu menarik kedua kopernya keluar kelas diikuti oleh Sasuke.
"Haaaai~" seorang wanita bertubuh agak besar dan pendek, rambut coklat tua disanggul, menyambut kedatangan anak-anak yang akan menempati dorm 1101.
"Uwo," Naruto terkaget melihat wanita penjaga dorm ini. 'Pendek...' pikirnya.
"Selamat datang, murid Konoha Private School~ panggil aku Madam Shijimi~" wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Shijimi..." Sasuke, yang berada di sebelah Naruto, berusaha mengingat nama pembimbing mereka di dorm ini.
"Oh ya, kalian harus memanggilku dengan sebutan Madam, oke?" katanya lagi sambil tersenyum lebar.
"Sekarang... saya akan membagikan kunci kamar kalian, lalu saya beri waktu pada kalian sampai makan malam untuk mengeluarkan barang-barang dari koper dan berbenah sampai pukul 6 sore untuk makan malam, karena ada banyak hal yang akan disampaikan," Madam Shijimi menjelaskan, disertai anggukan para murid, tanda mengerti.
"Sekarang, disini ada kotak yang berisi kunci kamar kalian," Madam Shijimi menunjuk ke sebuah kotak transparan yang berisi empat belas kunci kamar, lalu ia mengangkat selembar kertas berisi daftar nama anak asuhannya beserta nomor kamarnya, "sekarang saya akan bacakan nama dan nomor kamar yang akan ditempati..." lanjutnya.
"Kamar nomor satu... Nara Shikamaru."
"Haaaai..." siswa berambut hitam yang dikuncir, Shikamaru, mengangkat koper-kopernya dan mengambil kunci kamar, lalu langsung berjalan ke arah kamar tanpa sepatah kata pun.
"Oh ya..." Madam Shijimi menoleh kepada Shikamaru, "karena kau mendapatkan kamar nomor satu dan paling dekat dengan pintu masuk, maka kau akan bertindak sebagai penanggung jawab dorm ini. Tugas penanggung jawab akan kujelaskan lagi padamu secara pribadi setelah makan malam."
"Hah... merepotkan..." kata Shikamaru, memutar kedua bola matanya, lalu membuka kamarnya.
"Kamar nomor dua... Akimichi Chouji."
"Mmmm!" siswa bertubuh besar dengan rambut coklat langsung membawa barang-barangnya dan mengambil kunci, namun ia berhenti di depan Madam Shijimi.
"Ano, madam..." kata Chouji.
"Ya?" Madam Shijimi merasa senang karena ada yang hendak mengajukan pertanyaan padanya.
"Apakah ada jam makan siang?"
"...jika kalian merasa lapar, kalian boleh ke dapur dan mengambil makanan yang ada. Jika perlu bantuan untuk menyalakan kompor atau menggunakan microwave, cari saya," Madam Shijimi sebenarnya ingin facepalm mendengar pertanyaan dari Chouji.
"Selanjutnya... kamar nomor tiga, Yamanaka Ino."
"Hah? Kamarku berdekatan dengan Shikamaru dan Chouji?" kata Ino, sambil mengangkat koper-kopernya lalu mengambil kunci kamarnya.
Sejak kecil, Ino, Shikamaru, dan Chouji terkenal dengan panggilan trio Ino-Shika-Chou. Mereka selalu satu kelas sejak TK sampai SMA sekarang. Mereka bisa bersama seperti ini berkat ayah mereka yang merupakan alumni dari SMA yang sama seperti mereka dan masih banyak menyumbang kepada sekolah itu.
"Kamar nomor tiga A, Rock Lee."
"Hai, Madam!" siswa dengan rambut hitam mengkilap berbentuk seperti mangkuk dengan alis yang tebal dan mata yang bulat mengangkat tangannya penuh semangat, mengangkat koper-kopernya, lalu mengambil kunci kamarnya dan langsung masuk ke kamarnya.
"Oh..." Sakura langsung berpikir cepat, karena pemilihan nomor kamar yang agak tidak lazim, "karena angka empat itu berarti kematian, ya..."
"Ya, kamu pintar sekali!" Madam Shijimi menyukai tanggapan cepat dari Sakura mengenai penomoran kamar. Sasuke mengernyitkan dahinya, merasa kalah dalam hal itu.
"Kamar nomor lima, Hyuga Neji."
"Hai," siswa berambut hitam yang panjang dan diikat di ujung, dengan bola mata berwarna putih, mengangkat koper-kopernya dan mengambil kunci kamar.
"Beruntung sekali kau punya sepupu disini," kata Ino pada Hinata.
Hinata dan Neji adalah sepupu, karena ayah mereka adalah anak kembar yang juga alumni dari Konoha Private School.
"Kamar nomor enam, Tenten."
"Wah, untungnya kamarku masih dekat dengan Ino," jawab Tenten, mengangkat koper-kopernya dan mengambil kunci kamarnya.
"Kalau begini akan menjadi lama, ya..." Madam Shijimi pun menemukan metode baru untuk membacakan nama-nama para murid, "selanjutnya untuk kamar nomor tujuh, delapan, dan sembilan berturut-turut yaitu Aburame Shino, Inuzuka Kiba, dan Hyuga Hinata."
Ketiga anak yang disebut namanya menjawab panggilan Madam Shijimi dan mengangkat semua bawaannya dan mengambil kunci kamarnya, "selanjutnya kamar nomor sepuluh, sebelas, dan dua belas ada di lantai dua, dan yang menempatinya adalah Gaara, Morino Idate, dan Uzumaki Naruto."
"Huh? Ke lantai dua!?" Naruto sempat memprotes, namun langsung pasrah karena harus mengangkat semua bawaannya ke lantai dua. Ia pun mengambil kunci kamarnya dan berusaha membawa semua kopernya, bersama siswa berambut merah yang bernama Gaara, dan siswa berambut coklat tua dan diikat, Morino Idate.
"Dua kamar terakhir, dua belas A dan empat belas, Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke."
'Bingo.' batin Sasuke dalam hati, mendengar ia mendapatkan kamar yang bersebelahan dengan Sakura. Tanpa basa-basi, ia mengangkat koper-kopernya, mengambil kunci, dan bergegas ke lantai dua.
"Ah, karena angka tiga belas dikabarkan sebagai angka sial, bukan?" Sakura menanggapi lagi soal penomoran kamar, berhubung ia mendapatkan kamar yang nomornya dengan sengaja diganti.
"Betul sekali! Selain berwajah cantik, kau memang siswi yang kritis," puji Madam Shijimi, "Haruno Sakura ya? Mungkin kebolehanmu sangat dibutuhkan juga di dorm ini."
"Terima kasih, Madam," kata Sakura sambil tersenyum.
"Seharusnya kau yang kupilih sebagai penghuni kamar nomor satu," kata Madam Shijimi.
"Tidak apa-apa, Madam. Aku mengenali Shikamaru-san dari dulu karena Ino, dan dia adalah siswa yang pintar dalam me-manage segala macam hal, mungkin ia mempunyai lebih dari apa yang aku punya," Sakura bersikap rendah hati. Betul saja, selain berkenalan dengan Ino semasa SMP, Sakura juga berkenalan
"Arara, kamu ini~" Madam Shijimi menepuk bahu Sakura. Sakura membalas perlakuan Madam Shijimi dengan terkekeh-kekeh.
"Ya sudah, kau harus ke kamarmu sekarang dan membereskan barang-barang bawaanmu," Madam Shijimi mengambil kunci kamar terakhir yang ada di dalam kotak dan memberikannya pada Sakura.
"Un!" jawab Sakura dengan riang, lalu berjalan ke arah tangga dengan koper-kopernya. Madam Shijimi memperhatikan Sakura sampai ia berhenti di tangga sambil tersenyum lembut, lalu kembali ke dalam kamar pribadinya.
"Uh... bagaimana ya," gumam Sakura kebingungan, secara ia terlalu lemah untuk mengangkat dua koper sekaligus ke lantai dua, apalagi dengan ukuran koper yang besar karena barang bawaan perempuan lebih repot daripada laki-laki, serta tas sekolahnya.
"Yosha," Sakura berusaha mengangkat kedua kopernya dengan kunci kamarnya yang terselip di sela-sela jarinya. Baru naik satu anak tangga saja, Sakura merasa hal ini akan sulit sekali dilakukan, karena anak tangganya cukup banyak, dan tenaganya tidak akan begitu kuat untuk mengangkat kedua kopernya.
'Bagaimana ini...' dia terus berpikir, hingga seseorang muncul di anak tangga paling atas.
"Kau kenapa?"
Sakura terkaget mendengar suara tersebut dan menoleh ke atas. Ternyata, yang bertanya padanya adalah Sasuke.
"Ano..." Sakura melirik ke arah kedua kopernya. Sasuke mengerti sinyal yang diberikan Sakura, lalu menghela nafas.
"Biar kubantu," Sasuke pun turun untuk membantu Sakura mengangkat koper-kopernya.
"A-Ah, tidak apa-apa?" Sakura terkejut akan respon Sasuke.
Sasuke mengukur terlebih dahulu berat kedua koper Sakura. Ia angkat, lalu ia turunkan, lalu melakukan hal yang sama pada koper yang satunya.
"Kau bawa yang itu, karena yang itu lebih ringan. Aku bawa yang ini," Sasuke mengangkat salah satu koper milik Sakura dan langsung berjalan ke atas.
"Eeeeh!?" Sakura mengira Sasuke akan mengangkat kedua kopernya, namun hanya satu, dan membiarkan satunya lagi di samping Sakura dan menyuruhnya untuk membawanya sendiri ke lantai atas. Sakura sedikit manyun, lalu mengerahkan semua tenaganya untuk mengangkat koper tersebut sampai ke atas.
Sasuke telah lebih dulu sampai ke lantai atas lebih dulu daripada Sakura, dan berjalan ke arah kamar yang akan ditempati oleh Sakura. Karena pemilik kamar itu belum sampai ke atas, ia memutuskan untuk menunggu di depan pintu sambil bersandar ke dinding. Satu menit kemudian, Sakura baru sampai di lantai atas bersama dengan kopernya. Ia langsung menarik dan membuang nafasnya berkali-kali.
"Lama," komentar Sasuke.
"Maaf..." Sakura masih berusaha mengatur nafasnya. Setelah sekiranya nafasnya mulai stabil, Sakura berjalan ke pintu kamarnya dan membuka kuncinya. Sasuke pun langsung memasukkan kedua koper Sakura ke dalam kamar, lalu tanpa basa-basi langsung kembali ke kamarnya yang persis bersebelahan dengan kamar Sakura.
"Maaf telah merepotkanmu," kata Sakura sebelum Sasuke masuk ke dalam kamarnya. Sasuke pun berhenti dan menoleh ke Sakura.
"Hn, tidak apa-apa, Sakura."
"Eh?"
Sakura kaget mendengar Sasuke memanggil nama kecilnya, dan bukan nama keluarganya. Selama satu detik, Sasuke memikirkan kenapa Sakura bereaksi seperti itu, lalu ia menyadari bahwa ia telah memanggil Sakura dengan nama kecilnya walaupun mereka baru berkenalan dengan satu sama lain.
'Dasar Uchiha bodoh, bodoh,' umpatnya pada diri sendiri.
"Maaf, maksudku, Haru—"
"Tidak apa-apa, panggil saja aku Sakura," Sakura tidak melarang Sasuke, dan malah memperbolehkan Sasuke untuk memanggilnya dengan nama kecilnya.
"B-Baiklah..." jawab Sasuke.
Sakura pun tersenyum lembut, "mohon bantuannya..."
"...Uchiha-san."
DEZIGH.
Hati Sasuke terasa seperti dipukul oleh sesuatu yang keras setelah mendengar Sakura memanggilnya dengan nama keluarga. Apa tidak ada hubungan timbal balik atas Sasuke yang memanggil Sakura dengan nama kecilnya, dan bukan nama keluarganya? Rasanya seperti lagu Sakitnya Tuh Disini sedang diputar untuk memperjelas keadaan hati Sasuke.
"Y-Ya..." jawab Sasuke cepat dengan ekspresi wajah yang kecut, lalu ia langsung masuk ke kamarnya, meninggalkan Sakura dengan wajah yang kebingungan karena respon Sasuke.
Ting tong ting tong~
"Baiklah, pelajaran kita berakhir disini," guru Bahasa Jepang dengan rambut blonde dan diikat ponytail dan memakai kacamata dengan bentuk pusaran di lensanya, Shiho-sensei, mengakhiri pelajarannya di kelas 11-A setelah mendengar bel tanda pulang berbunyi. Jam dinding di kelas yang terletak di atas papan tulis telah menunjukkan pukul tiga sore.
"Berdiri..." Shikamaru, selaku ketua kelas 11-A yang baru dipilih pada pagi itu memberikan komando pada seluruh murid di dalam kelas. Mereka mengikuti komando Shikamaru.
"Beri hormat."
"Arigatou gozaimashita~" para murid membungkuk pada Shiho-sensei selama dua detik, lalu kembali tegap. Saat mereka kembali tegap lah saat waktu proses belajar mengajar benar-benar berakhir pada hari itu. Semua murid membereskan semua barang-barang dari atas meja ke dalam tasnya, dan langsung pulang ke dorm masing-masing.
"Hey, Sasuke, tadi Kiba mengajakku, Chouji, dan Shikamaru untuk bermain sepak bola sebelum pulang, kau mau ikut bersama kami tidak?" Naruto berbalik badan dan langsung bertanya kepada Sasuke.
"Tidak, aku malas," jawab Sasuke singkat sambil membereskan barang-barangnya.
"Heeeeh... baiklah," kata Naruto, lalu berbalik badan lagi untuk membereskan barang-barangnya.
Beda dengan hari sebelumnya, murid Konoha Private School yang bertempat tinggal di dorm milik sekolah diwajibkan kembali ke dorm dengan berjalan kaki. Untung saja letak sekolah dan komplek dorm-nya tidak begitu jauh, hanya berjarak sekitar 800 meter, bisa ditempuh dengan sepuluh sampai dua puluh menit dengan berjalan kaki.
Sasuke menukar uwabaki-nya dengan sepatu biasanya di loker yang sudah ditempel dengan namanya, menutup, mengunci lokernya, lalu keluar dari gedung sekolah. Saat ia baru mengambil beberapa langkah dan melirik ke arah lain, ia menemukan Sakura sedang berdiri, terlihat seperti menunggu orang lain.
'Sakura... sedang apa?' Sasuke berhenti dan melihat ke arah Sakura yang terus melihat ke dalam sekolah, ke ponselnya, dan ke sekitarnya secara berulang-ulang.
'Mungkin ia ingin mencari teman untuk pulang bersamanya. Tapi dimana Ino, Hinata, dan Tenten? Apa aku hampiri saja ya?' Sasuke terus berpikir.
'Tapi kenapa aku harus menghampirinya? Apa yang akan kulakukan? Mengajaknya pulang bersama? Tidak mungkin orang seperti aku—mungkin memang seharusnya aku mengajaknya pulang ya,' Sasuke pun memutuskan untuk mengajak Sakura pulang bersamanya. Ia mengumpulkan keberianiannya terlebih dahulu untuk pertama kalinya mengajak seorang perempuan untuk pulang bersamanya.
Namun ketika Sasuke hendak berjalan, ia melihat Sakura tersenyum sangat lebar, menampilkan giginya yang rapih dan putih dan eyesmile-nya yang sangat lucu. Setelah itu, seorang siswa berambut hitam, jabrik namun sedikit berantakan, menghampiri Sakura dari salah satu sisi gedung sekolah.
.
.
Dan setelah itu...
.
.
...mereka bergandengan tangan.
...demiapa hampir 6rb words padahal cuma isi fic tanpa A/N nya di atas sama bawah hahahahahahahaha :"D beban berat, beban berat menunggu AAAHHHH :""""D
Btw aku sedikit sharing deh yang menurutku bakal asing buat yang belum begitu tau tentang budaya Jepang sekalian buat nambah ilmu pembaca fic ini (buat yang udah tau skip aja gapapa HEHEHE), kalo udah pada tau sebutan buat senior itu senpai, sebutan buat juniornya itu kouhai. Uwabaki itu sandal khusus untuk dipake di dalam ruangan, umumnya kayak di dalem rumah, sekolah, beberapa perusahaan sama gedung yang dibuka untuk publik tapi yang tertentu aja, atau misalkan karena ruangannya itu lantainya dilapisin karpet, atau lantainya dibuat dari lantai kayu yang halus, apalagi tatami, itu mengharuskan untuk pake uwabaki, biar mengurangi waktu si office boy atau janitor tertjinta buat nyapu ngepel gitchu, kan gedungnya gede gitchuuuu :3 segitu aja untuk sharing di chapter ini :D
Gak suka sama endingnya ya? Wuuuuu aku pengen nyiksa Sasuke :3 /ditampol/ tapi ya gini lah ficku, bakal kuselipin bagianbagian yang bikin galau sampe bikin mabok ehuehuehu~ btw kalo nemu dua horizontal line numpuk, sorry ya aku udah berusaha betulin tapi pas disave garisnya ilang di bagian situ doang jadi aku taroin sekali lagi tapi tetep gamau nongol, kalo tetep gaada dan bingung kok tibatiba ceritanya lompat, aku udah berusaha ya ^^ aku janji bakal ngelanjutin fic ini, gak bakal aku telantarin, soalnya aku udah dari lama banget nepsong bikin fic ini, dan kalo kalian ada menemukan kesamaan fic aku sama fic author lain, jangan segansegan buat tulis soal itu di review ya, beserta judulnya biar aku bisa cek, tapi aku ingetin sekali lagi, I just came back from the dead ^^
Wokeh, sampai jumpa di chapter berikutnya~ setelahsayamenyelesaikanduamingguUASdarikampusyangselaluterlambat :"D
