Mark milik Jeno, Jeno milik saya /?
Rating : T
Genre : Romance, sisanya tentukan sendiri
Pairing : MarkNo
Warning : OOC, typo, BL/boys love/shonen ai/slash, alur datar.
DLDR!
.
Drabble Collection : MarkNo
.
— A collection of drabbles about MarkNo. —
.
Pernyataan Cinta (Alternative Universe!)
Mark duduk di halte bus sambil memegang ponselnya. Matanya melirik ponsel itu, tidak ada sinyal. Ia memasukkan benda itu ke dalam saku celana, kemudian melirik Lee Jeno di sampingnya.
Awalnya ia duduk sendirian di halte ini, menunggu hujan reda —atau setidaknya, cukup reda untuk diterobos— sampai tiba-tiba Jeno datang dan mereka duduk bersebelahan. Lee Jeno adalah adik kelasnya. Mereka tidak begitu dekat, hanya saling mengenal karena keduanya mengambil ekstrakurikuler yang sama, basket.
Jeno sedang menunduk, kaleng jus di tangannya telah kosong. Ia memperhatikan rintik hujan yang mendarat di jalan. Ia pernah berkali-kali bertemu Mark dan duduk berdampingan dengan pemuda itu sebelumnya, tapi ini pertama kalinya mereka duduk bersebelahan, hanya berdua. Rasanya sedikit canggung.
"Kau tidak meminta orang tuamu untuk menjemput?" Mark bersuara. Jeno meliriknya sekilas. "Baterai ponselku habis. Hyung sendiri?"
"Ponselku tidak ada sinyal."
Mereka kembali diam. Mark benci keheningan dan kecanggungan, tapi ia sendiri tidak pandai menghidupkan suasana, atau sekedar mencari topik obrolan. Ia mengambil kembali ponselnya dari saku, membuka layar kunci tanpa ada tujuan apa-apa. Jeno tak sengaja melihat wallpaper ponsel Mark. Foto Mark bersama seorang gadis yang tampak lebih tua.
"Siapa dia?" Jeno tak sengaja menyuarakan rasa penasarannya terlalu keras. Menyadari bahwa Mark mendengar monolognya, ia segera melanjutkan, "Ah, ia cantik sekali. Apa dia kekasih Hyung?"
Mark menggeleng. "Ini kakakku. Dia telah memiliki suami dan seorang anak perempuan yang manis."
Jeno ber'oh' panjang. "Hyung kelihatan akrab dengan kakak Hyung."
"Hm, begitulah."
"Kukira dia kekasih Hyung karena ia kelihatan awet muda."
Mark tertawa kecil. "Aku belum punya kekasih."
Jeno kembali mengucapkan 'oh'.
"Bagaimana denganmu? Kau sudah punya?"
Jeno menggeleng. "Aku belum punya pacar. Tapi aku punya seseorang yang aku sukai."
Mark tampak tertarik sekaligus penasaran. "Kalau aku boleh tahu, siapa orang yang kau sukai?"
"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku menyukai Hyung?" Jeno belum sadar dengan kalimatnya, dan setelah ucapannya mengudara, ia tak bisa menariknya kembali. Ia menatap wajah terkejut kakak kelasnya. Sudah terlanjur, pikirnya. Lebih baik sekalian saja ia katakan!
"Aku mencintaimu, Hyung."
Mark bungkam, tak tahu harus apa. Kepalanya terasa kosong. Ini mendadak sekali, ia sangat terkejut!
"Apa Hyung akan menolakku?" Jeno bertanya. Ia menunduk. Tak sanggup menatap mata kakak kelas yang telah mencuri hatinya.
"Tentu sajaㅡ"
"Begitu, ya. Sudah kuduga. Ah, hujannya sudah cukup reda. Aku pulang duluan, ya!" Jeno berkata cepat, seakan tak membiarkan Mark memotongnya. Ia memaksakan senyuman singkat sebelum berlari menjauhi Mark yang belum sempat melanjutkan kata-katanya.
"ㅡaku akan menerimamu."
Berpakaian (Alternative Universe!)
"Jeno, cepat bangun!"
Jeno memaksa membuka mata. Setelah mengumpulkan nyawa, ia merapikan ranjang.
"Jeno, tolong antarkan ini ke rumah Jihyo." Ibu Jeno menyerahkan sebuah kotak. Dengan bermalas-malasan, Jeno berangkat ke rumah tetangganya.
"Hei, kau yakin mau mengunjungi rumah Jihyo dengan piyama yang sama kusutnya dengan wajahmu? Kau tidak malu menemui seorang gadis cantik dengan penampilan seperti itu?" Tegur kakak Jeno, Lee Taeyong.
Jeno mengangkat bahu. "Aku hanya ingin cepat-cepat agar bisa kembali tidur."
Taeyong hanya menggelengkan kepala. Pantas saja sampai sekarang, adiknya itu masih menjomblo.
Ting Tong!
Jihyo membuka pintu rumahnya. "Jeno? Selamat pagi. Ada apa, ya?" Gadis manis itu sedikit terkejut dengan penampilan Jeno yang khas orang baru bangun tidur.
"Ibuku menyuruhku mengantar ini." Jeno menyerahkan kotak yang dibawanya. "Itu saja. Sampai jumpa."
Jihyo menerimanya, mengangguk, lalu tersenyum tipis. "Sampai jumpa."
Jeno melangkah ke rumah. Sesampainya, ia baru akan masuk ke kamarnya sebelum Taeyong memanggil.
"Jeno! Cepat ke sini!"
Pemuda itu menggerutu. "Kenapa, Hyung?"
"Tadi temanmu menelepon. Kalau tidak salah namanya Mark." jelas Taeyong. "Dia bilang ingin bertemu denganmu pukul sepuluh di taman biasa."
Jeno melihat jam dinding. Pukul setengah sepuluh. Pemuda itu segera berlari ke kamarnya, memilih baju terbaik, kemudian berlari ke kamar mandi.
Setelah berpakaian rapi, ia mematut dirinya di cermin. Ia mengenakan kemeja putih di dalam sweater merah, juga celana jeans hitam.
"Apa aku kelihatan aneh? Apa sebaiknya aku ganti baju?"
Ia membuka lemari baju, mengacak-acak isinya. Sampai tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu.
"Kenapa aku merasa harus berpakaian bagus di depan Mark Hyung?"
Mimpi
"Jen, bangun. Mimpinya dilanjutkan nanti malam lagi." ujar Haechan seraya menggoyang-goyangkan kuat tubuh Jeno. Akan tetapi, Jeno tidak terganggu sama sekali. Ia masih tertidur lelap.
"Jeno, bangun! Yang lain sudah siap untuk sarapan. Kalau kau tidak mau bangun, bagianmu akan aku habiskan!"
Jeno masih tidak memberikan respon.
"Jeno!" Haechan menarik tubuh Jeno. Tadinya ia ingin melempar tubuh itu ke lantai, sayangnya hatinya tidak tega. Karena bagimanapun, Jeno tetap sahabatnya.
(Alasan sebenarnya sih, ia takut diamuk nantinya)
"Jeno, kalau kau tidak bangun pada hitungan kelima, aku akan benar-benar menghabiskan sarapanmu."
Haechan mulai menghitung, "Satu."
"Dua."
"Tiga."
"Empat." Ia melirik Jeno. Menggoyangkan tubuh itu lagi.
"Lima. Baiklah, kau tidak sarapan pagi ini."
Baru saja ia bangkit, Jeno tiba-tiba membuka matanya.
"Akhirnya kau bangun." ujar Haechan kesal. Tapi Jeno tidak menghiraukannya, ia tampak melamun.
"Jeno?"
Jeno melirik Haechan. "Haechan...?"
"Iya? Ada apa?" Haechan mendekat.
Bugh!
Betapa terkejutnya Haechan ketika Jeno mendorongnya kuat. Ia terjatuh.
"Aduh! Hei, kau kenapa?"
Jeno bangun dari tidurnya. Ia menuruni ranjang, kemudian kembali memukuli Haechan dengan kuat. Yang dipukuli meringis kesakitan.
"Jeno, sakit! Kau kenapa, sih? Jeno, hentikan!"
Jeno masih memukuli Haechan dengan wajah kesalnya.
"Hei, kau marah karena aku mengganggu tidurmu? Jeno, jangan memukulku! Mark Hyung! MARK HYUNG!"
Mark segera datang ke kamar Jeno dengan terburu-buru. Ia tak bisa berkata-kata ketika mendapati Jeno menindih Haechan dan memukulinya.
"Mark Hyung, Jeno kesurupan! Dia tiba-tiba bangun lalu memukuliku!"
Singkat cerita, Haechan berhasil terlepas dari siksaan Jeno. Sekarang Mark memberi jarak antara Haechan dan Jeno jauh-jauh. Kini keenam anggota NCT Dream menikmati sarapannya dengan keheningan yang canggung.
Setelah sarapan usai, Mark menahan para anggota (Sebenarnya Mark hanya menahan Jeno dan Haechan, tapi yang lain penasaran). "Aku ingin bertanya pada Jeno dan Haechan." ujarnya.
"Kenapa tadi kalian bertengkar?"
"Kami tidak bertengkar! Aku hanya membangunkan Jeno, tapi ia tidak kunjung bangun. Saat aku akan meninggalkannya, dia bangun dan langsung mendorong dan memukuliku." jelas Haechan berapi-api.
"Aku marah pada Haechan, karena dia sangat menyebalkan!" itu jawaban Jeno.
"Kenapa aku menyebalkan?!"
"Habisnya, saat aku tidur, aku bermimpi sedang berduaan dengan Mark Hyung. Lalu tiba-tiba Haechan datang dan merebut Mark Hyung dariku! Jadi, Mark Hyung menemani Haechan dan meninggalkanku. Makanya aku marah pada Haechan! Dasar PHO! Menyebalkan!"
Menghibur
Jeno terkejut ketika Mark tiba-tiba menyenderkan kepala ke bahunya dengan gaya orang kehilangan semangat hidup. Apa Mark sedang memiliki masalah? Apa ia merasa kesulitan dalam pelajaran sekolah? Kalau masalah itu, Jeno angkat tangan karena ia sendiri juga sering kesulitan. Tapi bagaimana kalau ternyata itu masalah lain? Seperti kelelahan, misalnya? Mark kan debut di tiga unit berbeda. Itu membuatnya harus bekerja keras. Bekerja terlalu banyak ditambah harus belajar karena masih menjadi siswa SMA pasti melelahkan. Jangan-jangan Mark stres karena terlalu banyak tekanan?!
Duh, Jeno perhatian sekali, ya. Namanya juga adik (dalam tanda kutip).
"Apa apa, Hyung?"
"Aku merasa sedikit sedih."
Jeno mengelus bahu Mark. "Ceritakan saja, jika itu bisa membuat Hyung merasa lebih baik."
Sayangnya, Mark menolak untuk bercerita. "Kurasa jika aku menceritakannya, aku akan merasa semakin sedih. Bagaimana jika kau menghiburku saja?"
"Menghibur...?" ulang Jeno. "Dengan cara apa?"
"Mungkin... melucu di depanku? Atau melakukan aegyo. Aku pasti terhibur."
Jeno sedikit merona. "Aku tidak mau melakukan aegyo."
"Kalau begitu, coba melucu."
Jeno merengut. Duh, apa Mark tidak ingat kalau Jeno itu garing? Kalau soal melucu, lebih baik serahkan pada Haechan, kan?
"Aku tidak tahu," kata Jeno sambil meringis. "Hyung kan tahu aku tidak bisa melucu seperti Haechan. Kalau aku melucu juga pasti jadi garing."
Mark tertawa. "Iya juga, sih. Tapi tidak apa-apa. Lagipula kau sudah lucu dan menggemaskan."
Insomnia
Jeno mengambil ponsel di nakas, mendapati saat ini telah larut malam. Pukul satu dini hari. Jeno kembali meletakkan ponselnya, memeluk guling, lalu memejamkan mata. Memberi perintah untuk segera jatuh tertidur.
Sayangnya, ia masih belum terlelap juga.
Menyerah, Jeno mengambil bantal miliknya. Mengendap-endap agar tidak membangunkan teman sekamarnya, Jeno membuka pintu. Ia menuju salah satu kamar.
Kamar Mark dan Jaemin.
Ia membuka pintu. Kamar itu gelap gulita. Jeno bisa mendengar suara deru nafas beraturan khas orang yang tertidur. Ia menutup pintu, kemudian menyelinap ke dalam selimut Mark, membuat pemuda yang lebih tua terbangun.
"Jeno?"
Yang namanya dipanggil bergumam pelan. "Tidak bisa tidur." Ia meletakkan bantal, menyamankan posisi tidurnya. "Aku tidur bareng Hyung, ya."
Mark mengangguk. Ia tidak berniat untuk mrnanyakan kenapa Jeno memilih tidur di kamarnya, padahal Jeno memiliki teman sekamar. Ia juga tidak mau memusingkan kenapa Jeno ingin seranjang dengannya, meskipun ada ranjang Jaemin yang bisa ditidurinya.
"Aku suka memeluk Mark Hyung." Pemuda ber-eye smile itu memeluk sang leader dari NCT Dream manja. Kepalanya ditenggelamkan di dada si pemuda Kanada. Mark balas memeluk Jeno. Ia menghirup dalam-dalam aroma rambut 'adik'nya.
Yang lebih muda mengangkat wajah. "Selamat tidur, Hyung." Mengatakan itu, sebelum mendaratkan kecupan manis di pipi sang leader.
Ah, mulai besok, Mark akan (baca: harus) memastikan kalau Jeno tidak akan mengalami insomnia lagi. Karena sikap manis Jeno sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
Ciuman Pertama
"Hyung," Jeno mendorong sedikit bahu Mark. "wajahmu terlalu dekat."
Mark mengabaikannya. Kedua tangannya masih berada di sisi kepala Jeno, dan wajahnya masih terlalu dekat.
"Memangnya kenapa?"
Jeno mengalihkan pandangan, semburat merah tipis menghiasi pipinya. "Aku malu. Ini perama kalinya."
Mark semakin mendekatkan wajah mereka. Ia bisa merasakan hembusan nafas Jeno di wajahnya.
"Jadi," Mark berkata, "boleh?"
"Hyung tidak perlu bertanya lagi, kan?" balas Jeno. Ia memejamkan mata.
Mark semakin mendekatkan wajahnya. Matanya menutup ketika bibir mereka bersentuhan lembut.
Rasanya memalukan dan canggung. Apalagi, Mark belum pernah berciuman sebelumnya. Tapi sebagai siswa sekolah menengah atas, Mark juga pernah menonton beberapa film dewasa. Ia tahu caranya berciuman.
Mark membuka sedikit matanya ketika merasakan bibir Jeno menekan bibirnya. Jeno masih menutup mata, ia kelihatan malu. Mark tersenyum kecil saat bibir Jeno bergesekan dengan bibirnya. Jeno memang cerdas. Ia belajar dengan cepat.
Tanpa sadar, Jeno telah mengalungkan tangannya di leher Mark. Mark menghisap bibir Jeno lembut. Tanpa sadar ia menggerakkan lidahnya menjilat bibir Jeno, memasuki rongga mulutnya.
Jeno terkejut. Ia mengerang pelan, membuka mata. Mark juga membuka matanya. Mereka saling tatap sejenak, sampai Jeno kembali menutup mata. Ia tidak tahan dengan rasa menggelitik di perutnya jika menatap Mark saat mereka sedang sedekat ini.
Mark menyapu setiap bagian mulut Jeno. Mengabsen setiap giginya, menyentuh langit-langit mulut, mengajak lidah Jeno turut andil.
"Mmmh...!" Alis Jeno mengerut. Sekujur tubuhnya terasa panas dibakar gairah. Keringat muncul karena suhu tubuh yang naik. Perutnya menggelitik, seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam sana. Dan ia menyukai kenikmatan tabu ini.
Dengan telaten layaknya seorang good kisser, Mark menuntun lidah Jeno untuk bergerak. Saling membelit, bergulat, berdansa. Sesekali keduanya melenguh menikmati ciuman ini. Saliva keduanya yang telah tercampur menetes menuruni dagu.
Mark mengakhiri pergulatan lidah mereka sebagai pemenang. Desahan lembut keluar dari mulut Jeno ketika Mark mendominasi penuh bibirnya. Lidahnya menjulur, dan Mark menyambutnya dengan hisapan kuat.
"Ngggh..."
Mark membuka mata. Wajah Jeno tampak sangat menikmati. Ekspresi pemuda itu sangat menggoda, menimbulkan gairah Mark untuk memilikinya seutuhnya.
Sebenang saliva terbentuk ketika Mark akhirnya menjauhkan wajah mereka. Didapatinya wajah merona Jeno, dengan mata sayu, nafas terengah-engah, dan saliva yang membasahi dagu hingga lehernya. Namun bagi Mark, Jeno tetap terlihat menawan. Ia mendaratkan kecupan singkat di bibir si pemuda yang masih mengatur nafasnya.
Jeno merasakan kepalanya seakan berputar, matanya berkunang-kunang, dan sensasi tadi masih menggelitik dirinya. Ia mencoba berbicara,
"Itu.. luar biasa. Untukku."
Mark mengusap dagu Jeno. "Sebenarnya aku selalu berharap memiliki ciuman pertama yang hebat dan panas, tapi ciuman pertama kita tidak buruk. Aku menyukai rasa malu dan canggung tadi."
Jeno tersenyum manis ketika ia berhasil mengatur nafasnya. Ia mengusap saliva yang membasahi dagu dan lehernya.
"Aku juga menyukai ciuman pertama kita."
Note :
Nggak ada keterangan finish atau TBC, karena saya gak tau bakal ngelanjutin ini atau nggak. Tergantung keinginan saya aja.
Maaf kalau ada yang nggak jelas (terutama yang Menghibur, saya sendiri merasa yang itu gak jelas banget. Tapi masukin aja lah, hitung-hitung nambahin words) atau garing, karena saya emang receh. Maaf juga kalau banyak typo
Sekian, terima kasih yang udah baca. Mind to review?
