Summery : mereka berdua, dijuluki Tangan Tuhan. Pengorbanan yang mereka lakukan tak mengenal waktu. Bahkan hingga kebahagiaan mereka ikut dikorbankan untuk orang lain./ "Terimakasih dok, Akhirnya anak saya sembuh.." Hanya kedua batu nisan itu yang ditatap oleh manik hitam Sasuke.
Pairing : [ NaruSaku ]
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : T
Catatan manja dari Author : fanfic Cuma buat senang-senang aja, dan bila ada typo tolong dikoreksi ya wkwk..
Hands from Heaven
Pantulan wajah dari tubuh kekar yang tengah mengaitkan kancing baju itu terlihat begitu kusut, maklum dua hari sudah lelaki bermata safir itu tidak tidur. Terlihat sekarang kantung matanya yang menebal dan menghitam pada wajah tampan itu.
"Kau yakin akan pergi ke sana?" Sang istri membantu menautkan kancing terakhir pada leher kekar itu. "Hm.. ini tanggung jawabku.. Aku harus datang, dan berduka untuknya" Balas si-pirang sembari mengusap bagian dagu yang ditumbuhi bulu halus yang belum sempat ia cukur dengan rapi pagi ini.
"Aku mengeri.. jangan selalu menyalahkan dirimu.. semua itu sudah menjadi jalan takdirnya, Kami-sama sayang dengan anak itu. Kami-sama ingin dia kembali, percayalah.." Diusapnya lembut dada bidang suaminya yang kini telah rapi dengan setelan kemeja hitam. Wanita merah muda itu berjinjit untuk mencium sekilas bibir merah tipis suaminya. "Aku mencintaimu.." Bisiknya.
Kemudian ditolehkannya kepala pirang itu kesamping kini emerald dan safir itu bertemu. Mata yang sama-sama merasakan luka, merasa lelah, dan merasa kehilangan kini menjadi satu.
"Baiklah.. tapi setelah itu kau harus janji langsung pulang! Jangan mampir ke kedai atau café karena aku akan memasakkan sesuatu yang spesial untuk makan siang kita.." Senyum lembut dari wanita matang itu, memberi semangat pada lelaki jabrik itu.
"Tentu, Aku akan segera pulang.."
"Cepatlah turun aku sudah membuatkan bubur untuk sarapan kita pagi ini.." Setelah berucap wanita yang hanya mengenakan baju tipis berwarna putih itu undur diri dan keluar dari kamar, menuju dapu.
Naruto POV start
Aku, Naruto Uzumaki. Tidak ada yang spesial dariku, aku hanya seorang pria mapan yang sudah beristri. Oh iya jangan lupakan gelar dokter yang telah aku sandang dari 9 tahun lalu, menjadi dokter adalah cita-citaku semenjak kecil. Awalnya aku bingung akan mengambil spesialis apa untuk gelar dokterku, dan akhirnya telah aku putuskan aku memilih dokter spesialis anak.
Aku senang melihat anak-anak.
Apalagi jika mereka tumbuh dengan sehat dan bahagia. Sungguh hal yang paling menyenangkan bila bisa bermain dan bercanda dengan mereka. Untuk itulah aku akan selalu melindungi senyuman mereka, selalu memastikan agar mereka sehat dan tumbuh menjadi kebanggaan bangsa.
Sudah cukup dengan motivasiku!
Kali ini aku gagal, aku tidak bisa melindungi senyumnya lagi. Oh Kami-sama, seorang bayi yang baru berumur 8 bulan, meninggal karena overdosis obat yang diberikan oleh Koas dibawah bimbinganku. Sungguh miris bayi yang sedang aktif dan sedang lucu-lucunya itu harus kembali pada Kami-sama.
Dan sekarang adalah hari pemakamannya, aku akan datang dan mendoakannya. Meminta maaf padanya dan kedua orang tuanya atas kelalaian anak didiku. Tentu saja aku tidak akan lepas tangan pada kasus ini, dan aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kejadian ini pada Koas yang baru menjalani training selama 4 bulan itu.
Walaupun dari pihak rumah sakit sendiri telah memberikan santunan dan meminta maaf langsung pada seluruh anggota keluarganya. Tetap saja rasa bersalah yang sangat besar menyerang hati kecilku sebagai seorang dokter spesialis anak di rumah sakit Konoha.
Sekali lagi aku menatap diriku, dicermin. Memang terlihat aneh! aku yang biasanya selalu memakai setelan kemeja putih dan jas dokter yang memang berwarna putih, kini harus memakai warna gelap. Aku benci ini!
Naruto POV end
"Sayang.. Mau ditambah lagi?" Uzumaki Sakura menggenggam sendok sayur dan mengarahkannya tepat pada wajah Naruto. Pria yang awalnya sempat melamun itu kini tersadar, dan sedikit kaget.
Raut wajah sedih membingkai wajah cantik Sakura, bolehkah ia jujur?
Kali ini Sakura merasa kesal dengan suaminya, karena memaksakan diri untuk menghadiri acara pemakaman itu. Sakura memang tau kalau mental Naruto akan down jika berurusan dengan hal seperti kasus kematian anak ini.
Hening
Haya ada suara benturan antara sendok dan mangkok yang memenuhi ruang makan keluarga Uzumaki itu.
Sraaggg..
"Sebaiknya aku berangkat sekarang.."
Sakura bahkan tak mau melihat wajah tegas suaminya yang meminta pamit padanya. Wanita emerald itu memalingkan wajahnya kemudian segera membereskan seluruh makanan yang tersisa untuk disimpannya di lemari es.
"Kau mendengarkanku tidak?" Karena kesal tak disahuti suara Naruto meninggi 1 oktaf.
"Iya aku dengar sayang.. hati-hati dijalan.." Balas Sakura kemudian sedikit tersenyum miring untuk meyakinkan suaminya.
"Baiklah, tunggu aku dirumah.. hari ini kau libur kan? Aku ingin mengajakmu pergi keluar nanti.." Masih berdiri, Naruto menunggu jawaban dari Sakura.
"Iya, aku akan menunggumu sambil bersih-bersih rumah.."
Tak berselang lama kemudian suara deruman mobil meninggalkan rumah. Sakura menghela nafas kasar. Setelah selesai dengan dua mangkuk kotor itu, kaki jenjangnya menuntun wanita berkulit putih itu menuju ruang tengah dan membereskan beberapa barang yang berserakan disana.
Sakura POV start
Aku lelah,
hidupku memiliki awal cerita yang bahagia. Sangat malahan!
Aku lulus dengan nilai terbaik dari universitas ternama diKonoha, kemudian menikah diumur yang sudah aku targetkan dan mendapat suami idaman yang mapan serta bergelar dokter spesialis pula. Siapa gadis jaman sekarang yang tidak menginginkan itu semua?
Bodoh!
Jangan lupa aku juga memiliki gelar yang sama dengan suamiku hanya saja spesialis kami yang berbeda, aku adalah dokter spesialis bedah dan penyakit dalam. Lucunya aku dan Naruto bekerja dirumah sakit yang sama. Jadi aku tidak perlu khawatir jika suamiku akan bermain mata dengan wanita lain. Karena aku selalu mengawasinya!
Beberapa kali aku sempat memperingatkan beberapa suster baru agar sedikit mejaga jarak dengan Naruto. Bukannya aku tipe wanita pencemburu atau apa! Tapi yang jelas aku menjaga suamiku agar terhindar dari skandal perselingkuhan. Kalian tau kan kalau suster muda jaman sekarang rupanya itu cantik-cantik semua.
Aku hanya takut menjadi yang kedua. Itu saja.. tapi aku yakin iman suamiku kuat dia tidak akan tergoda untuk berpaling dariku, karena kalau sampai itu terjadi aku sendirilah yang akan membunuhnya hahaha,..
Hm.. Apa tadi aku bilang kalau aku ini lelah?
Iya rasa lelah dan jenuh itu hadir saat pernikahanku berusia 8 tahun yang tepat jatuh pada bulan September tahun ini. Sesuatu terjadi dan membuat kami (aku dan Naruto) sedikit merenggang. Berjalan dengan arah yang berbeda membuatku merasa kehilangan sosok hangatnya kini.
Kami yang setiap hari sibuk dengan ratusan pasien di rumah sakit membuat waktu kebersamaan kami menjadi semakin berkurang. Bahkan pernah di suatu malam, padahal kami sedang melakukan 'itu' Pihak rumah sakit menghubungiku karena ada pasien korban tabrak lari yang harus segera mendapat penanganan operasi.
Kami sempat berdebat malam itu, Aku yang bersikeras memilih untuk melanjutkan kegiatan kami yang sempat tertunda sedangkan Naruto bersikeras agar aku segera menolong pasien itu.
Akhirnya perdebatan itu dimenangkan oleh Naruto karena aku tersentuh dengan jiwa kemanusiaan suamiku yang tinggi ia bahkan rela melepaskanku walaupun kami berdua belum mendapat puncak dari kenikmatan duniawi itu.
Apa aku harus bersyukur atau bagaimana sekarang?
Cintaku terlancur tertanam kuat pada pria kuning tampan itu!
Yap kesimpulannya aku sangat mencintai suamiku, kami berdua adalah pasangan dokter terbaik di rumah sakit Konoha dan kami akan selalu berusaha keras untuk menyelamatkan banyak nyawa, serta ratusan senyuman keluarga pasien. Walaupun pada akhirnya kamilah yang harus mengorbankan kebahagiaan kami.
Sakura POV end
Telpon rumah itu berdering sangat nyaring, Sakura yang kebetulan tengah menyapu di sekitan sofa ruang tamu langsung berhamburan menuju tempat telpon rumah yang ada disamping lemari kaca dekat dengan televisi itu.
"Hallo selamat pagi, ini dengan kediaman Uzumaki ada yang bisa saya bantu?"
" Hallo Dokter Sakura?"
"Iya saya sendiri.. Anda siapa ya?"
"Dok, dari tadi saya menghubungi ponsel anda tapi tidak diangkat.. ini saya Ino Yamanaka Koas nomor 3.."
Sakura melebarkan matanya sesaat kemudian ia kembali menyahuti lawan bicaranya. "Oh Maaf mungkin ponsel saya masih dalam mode senyap, apa ada masalah Ino?"
"Begini Dok, sebenarnya saya kurang enak mengganggu hari libur anda, tapi saat ini di UGD sedang dipadati oleh pasien luka-luka dan salah satu di antara mereka memerlukan penanganan operasi segera.. Dokter Neji yang menjaga ruang operasi sedang keluar, saya sempat menghubunginya namun beliau bilang bahwa dirinya tidak bisa kembali ke rumah sakit karena ada hal penting dan mendesak yang tidak bisa beliau tinggalkan.."
Sempat terdiam sesaat karena pikirannya harus memproses data yang masuk namun, Sakura akhirnya menjawab "Baiklah aku akan segera ke rumah sakit, kau siapkan semua reka medis pasien itu, usahakan sedetail mungkin dan tolong siapkan ruang operasinya juga.."
"Baik Dok, maaf saya akan tutup teleponnya.."
Tut tut tut..
Tarikan nafas kasar lagi-lagi terlontar dari kedua lubang hidung milik Sakura. Kemudain tanpa basa basi lagi wanita itu segera bergegas. Mandi sedikit dan memakai setelan jas dokternya, kemudian Sakura berhenti didapur. Nyonya Uzumaki itu tak lupa untuk meninggalkan sebuah note khusus untuk suami tercintanya.
Dan dengan terpaksa janji yang telah ia buat tadi tidak dapat Sakura penuhi pada Naruto.
"Maaf Sayang.." Gumam Sakura. Lantas ia pergi ke rumah sakit.
Naruto scene upacara pemakaman.
Safir itu sempat berkaca-kaca kala peti berukuran setengah meter itu turun ke liang lahat. Kini semua orang menaburkan bunga pada makam yang bertuliskan nama Reizuke Kuro bayi 8 bulan.
Naruto berdoa dalam diam, kemudian ia bertemu secara langsung dengan kedua orang tua Reizuke untuk meminta maaf, walanya Naruto sempat mendapat pukulan telak dari ayah Reizuke dibagian perutnya saat masih dirumah sakit dan kini sepertinya ayah muda itu telah merelakan kepergian anaknya untuk selamaya. Karena terlihat dari safir Naruto tak ada lagi aura kemarahan pada lelaki itu.
"Iya saya sangat, menghargai niat baik anda Dok. Kau bahkan menyempatkan diri untuk hadir di pemakaman anak saya.."
"Hm.. semua ini tanggungjawab saya, Saya benar-benar menyesal atas kejadian ini.." Terang Naruto.
"Iya saya mengerti.. saya juga minta maaf karena telah memukul anda saat itu, saya begitu lancang dan tak sepantasnya berperilaku buruk pada anda Dok, saya yakin dan percaya saat itu anda telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan anak saya.." Akhir dari kalimat itu, kedua orang tua Reizuke menyambut hangat jabatan tangan permintaan maaf Naruto.
Tak terasa waktu telah menunjukan pukul sebelas siang, Naruto baru saja memarkirkan mobilnya digarasi rumah. Sempat bingung dengan hilangnya mobil sang istri yang tak terparkir digarasi lagi. Naruto mengerutkan keningnya, pasti ada yang tak beres hingga Sakura memutuskan untuk pergi dengan mobil.
Ketika tangan tan itu menggenggam daun pintu dan memutarnya, rumah dengan gaya minimalis itu terlihat sepi tak ada penghuninya. Lalu Naruto berjalan menuju dapur, terlihat disafirnya sebuah kertas sedikit panjang dengan berwarna kuning tertempel di pintu kulkas.
"Maaf aku harus pergi kerumah sakit, dan membatalkan janji kita tapi aku akan segera pulang setelah selesai disana.
Istrimu Uzumaki Sakura :)"
Dipandangnya datar kertas memo itu, Naruto lantas beranjak dari dapur menuju halaman belakang rumah. Sesampainya disana safir itu melebar, sungguh kotor halaman rumahnya, dipenuhi oleh dedauan kering dan beberapa pot bunga yang layu karena jarang disirami air.
Beginilah realita dokter yang dielu-elukan kehebatannya dirumah sakit, hanya untuk merawat rumahnya saja mereka kekurangan waktu. Naruto harus berfikir dan menegosiasikan masalah pembantu baru dengan Sakura, mengingat mereka hanya tinggal berdua dan jarang berada dirumah. Setidaknya dengan kehadiran pembantu keadaan rumah minimalis ini akan lebih layak dihuni.
"Ash.. kasihan sekali, bunga-bunga ini.." Naruto berjongkok, lalu ia melipat lengan baju hitam yang dikenakannya. Dengan kedua tangannya yang kuat ia memindahkan pot bunga itu satu-persatu ke tempat sumber air dipojok.
Dengan inisiatif tinggi pria bertubuh jangkung itu, menyapu sedikit halaman rumahnya. Setelah beberama menit Naruto tersenyum senang karena terlihat kini di safirnya penampakan halaman rumahnya sudah lebih baik dari yang sebelumnya.
"Yosh, sedikit lagi.." Karena keringat yang menetes deras dikeningnya, tangan kiri Naruto terangkat untuk mengelapnya.
"Hallo Dokter Naruto?" Naruto terkaget, karena mendengar suara panggilan dari tetangganya. Dengan cepat Naruto menoleh pada laki-laki paruh baya diseberang tembok rumahnya.
"Oh.. tuan Iruka rupanya, saya kira siapa yang memanggil.."
"Hhahaha.. iya begitulah, apa anda sedang bersih-bersih?" Naruto tersenyum dengan pertanyaan tetangganya yang ramah itu.
"Iya, seperti itulah saya tidak bisa membiarkan sampah ini menumpuk tuan hahaha.." Garing Naruto.
"Kemarin malam anginnya memang sedikit kencang Dokter, dan mungkin angin itu yang menggugurkan banyak daun pohon mangga milik anda Dok.." Lanjut Iruka dengan nada riang.
"Oh iya ngomong-ngomgong untuk apa anda membawa tangga?"
"Begini, Konohamaru menginginkan layangan yang tersangkut didahan pohon mangga anda Dok.." Dengan malu-malu Iruka berujar karena pada awalnya ayah satu anak itu tidak berniat untuk meminta ijin mengambil barang yang berada di pekarangan rumah Naruto.
"Ah..tidak apa-apa, tak perlu sungkan tuan Iruka ambil saja.. Saya rasa jika anda mengambilnya Konohamaru pasti sangat senang.." Entah kenapa ada sedikit ada rasa iri dihati Naruto, ia menatap Iruka yang sedang mencoba melebarkan kaki tangga dan mulai memanjat didahan pohon yang sedikit menjorok melewati tembok pekarangan rumahnya.
Tak mau hanya menjadi penonton kemudian Naruto bergegas masuk kedalam rumahnya, karena rasa haus yang mendera kaki yang berbalut celana panjang berwarna hitam itu membawa Naruto menuju dapur.
Yah makan siang sendiri. Karena tak ada teman mengobrol Naruto akhirnya memainkan ponselnya. Ia membuka beberapa timeline berita di E-news dan makan sambil membaca adalah pilihan terbaik saat ini untuk mengusir rasa kesepiannya.
Hingga waktu telah menunjukan jam 4 sore Sakura bahkan belum juga pulang. Naruto sedikit resah, lelaki itu bahkan sempat mendapat jam tidur siang selama satu jam penuh dan telah membersiihkan diri dengan air shower yang dingin hingga membuat kulit tubuhnya segar dan wangi.
Saat Naruto memutuskan untuk menghubungi ponsel istrinya malah zong. Nomor ponsel Sakura tidak aktif, Naruto semakin mengkerutkan dahinya. Lagi-lagi janji palsu diantara keduanya menjadi awal pertengkaran mereka. Naruto mulai kesal. Ayolah hari ini adalah hari minggu dan sudah sangat jelas bahwa jadwal praktek Sakura dirumah sakit mulai dari hari senin hingga jumat.
Ia mengunci seluruh pintu rumah dan melesat menuju rumah sakit, sesampainya disana beberapa Koas menyambut kedatangan Naruto dengan sapaan hangat saat mereka berpapasan disepanjang koridor rumah sakit. Manik safir Naruto dengan teliti melihat keadaan sekitar untuk mencari keberadaan sang istri.
Kriieett..
Pintu yang bertuliskan nama Dokter Uzumaki Sakura itu dibuka dengan perlahan oleh Naruto, namun ketika ia masuk lebih dalam ke ruangan itu. ia tidak menemukan keberadaan wanita merah mudanya.
"Dokter Naruto?"
Alis Naruto terangkat ketika seseorang memanggilnya. Kemudian Naruto memutar tubuhnya agar menghadap ke lawan bicaranya. "Dokter Kabuto.. apa kau melihat Sakura?" To The poin Naruto.
"Itulah yang ingin aku katakan, sejak melihatmu memasuki ruangan Sakura. Istrimu tertidur diruang istirahat.. tidak ada yang berani membangunkannya, karena dia menyelesaikan dua proses operasi sekaligus siang tadi.."
Senyum getir diperlihatkan oleh Naruto kemudian ia menepuk pundak temannya itu. "Terimakasih, karena telah memberitauku.."
Sepanjang perjalanan menuju ruang istirahat, Naruto beberapa kali berpapasan dengan pasien anak-anak yang sedang menjalani rawat inap, ia berhenti untuk menghibur anak-anak yang tengah digendong oleh orang tuanya agar berhenti menangis.
"Terimakasih Dokter, akhirnya putra saya berhenti menangis.." Seorang ibu muda tersenyum senang karena telah dibantu oleh Naruto untuk menenangkan anaknya.
"Sama-sama nyonya.. putra anda benar-benar lucu, kalau begitu saya permisi.."
"Iya silahkan Dokter.." Ramah si-wanita.
Beberapa Koas terkejut melihat penampakan Naruto yang hanya mengenakan baju polo serta celana panjang masuk keruang istirahat.
"Selamat sore Dokter.." Sapa para Koas berjamaah. Dan Naruto hanya tersenyum kecil untuk mereka. Safirnya melirik wanita berambut pink yang tengah meringkuk tertidur di bagian pojok ruangan.
"Yaampun apa dia merepotkan kalian.. ?' Tanya Naruto sambil menujuk tubuh istrinya.
"Sama sekali tidak Dok, justru Dokter Sakura banyak membantu dan mengajari kami banyak hal hari ini.. kami ingin menunggunya hingga siuman untuk mengucapkan terimakasih.." Balas salah satu Koas didikan Sakura tapi Naruto lupa siapa nama panggilan Koas dengan rambut panjang berwarna pirang pucat itu.
"Kalian tidak perlu sampai segitunya.. lebih baik kalian pulang, dan istirahat dirumah. Besok akan akan ada lebih banyak pasien lagi yang harus kalian tangani.. kalian harus siap dengan stamina yang kuat.." Setelah mendengar ceramah singkat dari Naruto para Koas itu mengangguk mantap.
"Aku akan mengurusnya.. Kalian hati-hati dijalan.." Lanjut Naruto lagi dan kini pria itu telah berjongkok dan berusaha membangunkan istrinya.
"Baik Dokter, kalau begitu kami permisi.. selamat sore.."
"Hei Sayang bangun.." Ditepuknya pelan kedua pipi putih istrinya. Membuat Sakura melenguh pelan.
Perlahan kelopak emerald itu terbuka. "Ngh.. Naruto?" Gumam Sakura, dan wanita itu berusaha untuk mendudukan dirinya.
"Ah Naru maaf, sepertinya aku ketiduran.. jam berapa sekarang?" Naruto tertawa kecil dengan tingkah istrinya yang seperti orang panikan.
"Hei, tenanglah sekarang masih sore.. dan kumpulkan dulu nyawamu yang masih tercecer itu.." Gurau Naruto.
Dengan gusar Sakura mengusap wajahnya dengan kedua tangannya "Iya-iya…"
"Ayo kita pulang.. kita berdua sama-sama berhutang janji, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" Tangan tan itu terulur untuk membantu Sakura berdiri.
"Aku rasa tidak buruk juga.. aku ingin ke pantai.." Dengan melepas stetoskop yang melingkari lehernya, Sakura kemudian mengamit tangan suaminya dan segera beranjak dari ruangan peristirahan itu.
Bersambung…
Enak ya, buat fic baru lagi..
Judulnya aneh banget sumpah, demi dewa rasanya malu banget buat publis tapi karena udah terlanjur. yaudah deh, buat nyenengin hatiku aja mumpung lagi free..
Cerita Ini terinspirasi dari beberapa fanficsi yang sudah pernah aku baca dan juga dari film korea yang judulnya emergency couple, descendants of the sun dan film miracle from heaven. Moga aku nggak salah nyebutin judul filmnya soalnya aku rada-rada lupa wkwk..
See you next chaper.
