Yukeh: Ini fic request dari Ucha Ranger a.k.a. Sabaku no Azura a.k.a. Chatryne Bhrysaisz a.k.a. chatryne a.k.a. Abal! Puas lo, Bal? –nendang Ucha-. Oh ya, juga request dari Omoidani a.k.a. Dani a.k.a. My Mad Friend. Gak hanya buat Ucha dan Dani, buat semua deh ^^ terutama buat pencinta SasuIno dan Pembenci SasuSaku :D Okeh, Happy reading ^^
-oOo-
My Never-ending Embarrassing Life © Yuki-chan
Naruto © Masashi Kishimoto
Rated: K+
Pairing: SasuIno, SaiIno
Genre: Humor/romance
-oOo-
Aku memasuki ruangan kelas dengan langkah gontai. Atasan seragamku pun tak sempat kurapikan. Dasiku pun tertata dengan begitu semerawutan. Sedangkan kedua mataku sudah kupastikan, pasti bengkak dengan ukuran wah!
Sudahlah. Meski penampilanku segembel dan segelandangan apapun, tak kurang yang menyukaiku. Aku terlalu PD? Emang!
"Sasukeee!!!"
Bugh!
"AW!" Aku mengaduh kesakitan campur marah campur karena nyaris kena serangan jantung dadakan saat mukaku yang emang udah lebam, sekarang kena tonjok dari seseorang yang bahkan belum sempat ku lihat siapa dia.
Aku berdiri dari posisi dudukku karena terjatuh. Kurasakan punggungku rasanya mau patah karena tadi aku dengan begitu kerasnya menabrak pembatas balkon kelas.
Oke, hari ini emang hari tersialku! Biar nanti ku catat dalam buku diaryku.
"Sasuke!! Lihat!! Lihat!!"
Suara yang terdengar sangat mengganggu itu akhirnya terdengar juga olehku. Saat aku menatap depan, sosok pendek, rambut kuning khas duren, jaket oren yang menutupi seragam buluknya, dekil, bodoh, ingusan, kere, miskin, oke, maaf, aku terlalu sebal sama dia.
"Kau kenapa memukulku?!" tanyaku garang sembari mengusap darah yang mengalir di sudut bibirku.
Melihat mukaku yang garang dan seperti siap makan orang, bukannya takut ato apa, dia malah hanya meringis. Sudah kuduga…
"Tadi anggap aja sebagai ucapan selamat pagi," ujarnya dengan alasan yang bahkan di otak orang gilapun, tak akan mampu diterima.
"Nanti aku akan membunuhmu sebagai ucapan selamat siang," dengusku muak.
"Ahahah, Teme, kau bisa aja deh," ujarnya sembari kembali meringis, tanpa sekalipun peduli dengan muka ku yang pasti sekarang tambah lebam dan biru. Sudah cukup tadi pagi aku kena tonjok Itachi karena ketahuan mau bakar video 'biru' nya. Tanya kenapa? Iseng aja! Aku suka jika kakakku menderita!
Aku melangkah masuk ke kelas dengan sebelah tanganku diseret kuat oleh Naruto. Otakku langsung membayangkan adegan seorang budak hina yang diseret paksa majikkannya dengan tujuan untuk dijual. Huh…
"Lihat! See? You see it? You are not blind, aren't you? Can you spell it correctly? What does it mean?" ujar Naruto yang pada intinya hanya bertanya 'Lo lihat?' sembari menunjuk ke arah papan tulis. Dan aku langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh tangan Naruto.
Hanya ada tulisan, Ulang Tahun seorang Seniman berbakat. March 17th, 2009. Come and Die. Just kidding. Come and Enjoy.
"Hah…gue ngantuk," ujarku sembari mengibaskan tanganku dari cekalan erat Naruto. Lalu duduk di bangkuku. Sudah kutahu, siapa Seniman berbakat yang dimaksud di papan itu.
"Kok gak semangat, sih, Teme?" ujar Naruto sembari menyusul diriku dan langsung duduk di kursi di samping kursiku.
"Apa aku harus semangat pada tulisan yang bahkan udah ada di papan tulis itu sejak seminggu yang lalu?" ujarku muak.
"But March 17th is tomorrow, isn't it, Teme?" ujar Naruto dengan logat bulenya. Membuatku rasanya lebih baik ngomong ama orang Afrika daripada dia. Sumpah, medhok banget!
"Heh, pergi! Itu bangku Gaara!" usirku dengan mendorong bahunya.
"Emang kenapa? Lo ngomong gitu kayak Gaara pacar lo aja," ujar Naruto menantang maut. Tapi langsung nyengir begitu aku sudah siap melempar sepatuku yang udah terlepas dari kakiku.
Aku tak menghiraukannya. Aku langsung menaruh kepalaku ke atas meja, dan langsung menutupi wajahku dengan sebuah buku tulis. Aku tak mau, pemandangan ketika seorang Uchiha Sasuke tertidur polos akan terekspos. Oke, aku kembali menjadi sangat PD.
-oOo-
"Sasuke-kun!!"
Aku mempercepat langkahku meski aku tahu ada orang yang memanggilku.
"Sasuke-kun!!"
Aku semakin cepat!
"Teme! I hear someone calling your name!" ujar Naruto sembari memaksaku berhenti dengan cekalan kedua tangannya di kedua kakiku.
Aku menunduk dan menatap dirinya yang sekarang berlutut di depanku. Kupasang wajah 'Plis deh, jangan lebay'. Oke, jadi nostalgia sama duo penyanyi cewek favorit Itachi.
"Sasuke-kun! Kya!"
Sudah seperti dugaanku, ternyata yang memanggilku adalah Haruno. Haruno Sakura.
"Eh, Sakura-chan," ujar Naruto sembari bangkit dan merapikan rambutnya. Dia tersenyum kepada Sakura. Tetapi Sakura malah sama sekali tidak menoleh kepadanya dan hanya menatap padaku.
"Sasuke-kun, nanti ke pesta Sai mau sama siapa perginya?" tanya Sakura dengan pertanyaan yang sudah ku dapatkan 5 kali dalam hari ini.
"Naruto," ujarku singkat. Dan membuat tak hanya Sakura, Naruto bahkan juga syok.
"Eh, Teme! Stop saying such fu*king stuff!" ujar Naruto. "Gue mau pergi ama Hinata-chan, kok! Lo pikir gue gak laku amat apa, ampe mau jadi gigolo?"
Aku menoleh Naruto dan memberi dia sebuah death glare. Gigolo? Apanya dariku yang mirip tante-tante?
"Yey! Jadi bukan ama Naruto yah?" Sakura melonjak senang. "Sama aku ya, Sasuke-kun!" ujarnya.
"Sama Gaara, kok," ujarku langsung ngacir begitu saja. Aku sendiri heran, kenapa harus dengan jalan menciptakan imej 'gay' pada alasanku saat menolak para gadis? Padahal sungguh, aku masih normal! Aku masih terkadang suka curi-curi nonton film blue milik Itachi!
"Teme, tunggu!!" suara cempreng dan tidak merdu itu kembali terdengar. Kulirik dia saat dia sampai di sampingku dan dengan nafas terengah-engah, dia berusaha mensejajari langkahku. "Lo napa nolak semua cewek yang minta lo jadi pasangan mereka?"
"Mereka gak benar-benar niat, sih," jawabku pendek.
"Hah? Bahkan acara niat terjun dari lantai dua yang hampir dilakukan si Riona lo anggap 'gak niat'?" tanyanya sok.
Aku diam saja dan terus melangkahkan kakiku. Percuma. Makin diladeni, makin susah buat mengakhiri.
"Apa…lo masih mengharapkan mantan lo?" ujar Naruto yang langsung membuatku kejedot tiang karena keseimbangan kakiku kacau ketika pertanyaan bodoh itu terlontar. "Sasuke, bukankah Ino udah sama Sai?"
Aku mengernyit sakit sembari mengelus dahiku yang terbentur tiang dengan keras. Aku mengernyit bukan karena sakit di dahiku. Bukan pula karena telingaku mulai terasa nyeri saat mendengar ucapan Naruto.
Entah kenapa, dalam dada sini ada rasa gak enak. Ada rasa gak nyaman.
Ah, apakah Itachi sekarang kecelakaan?
Yah…doaku memang akan selalu jelek pada saudara kandungku itu!
-oOo-
Yamanaka Ino.
Bagus bukan namanya? Meskipun rada mirip nama binatang sih… Tetapi dia cantik, kok. Banget malah! Dia sungguh tipe cewek yang memerhatikan dunia trend dan penampilan. Tidak seperti aku, yang tidak peduli pada dunia trend dan penampilan. Trend apapun, gaya apapun yang sedang ngetop, aku tetep cinta kaos! T-shirt never dies!
Dia mantan pacarku. Dulu, waktu aku dan dia masih di kelas 2 smp. Meski itu sudah merupakan empat tahun silam, tapi aku masih terkadang suka…ah! Gak jadi deh. Gak enak aja kalo seorang Uchiha ngomong yang romantis-romantis.
Kami putus karena apa? Karena keegoisanku! Karena kekerasan kepalaku! Karena rasa sombong dan egoku! Karena aku merasa jenius, aku gengsi aja jika punya cewek bego macam Ino. Meski aku tahu dari awal kalo nilai Ino tak pernah lolos dari standar minimum di semua pelajaran, entah kenapa dulu aku toh menerimanya juga. Tetapi, satu hal yang membuatku kecewa!
Pada pelajaran biologi! Guru menerangkan tentang klasifikasi tumbuhan! Dan saat ditanya di diviso manakah tomat tergolong, masak Ino tidak tahu?! Itu membuatku kesal! Padahal dia tahu, aku sangat menyukai tomat! Bahkan pada awal-awal kami pacaran, sudah kupesan dia, jika dia ingin menjadi istriku kelak, dia harus bisa menciptakan berbagai masakan enak berbahan dasar tomat!
Untuk itulah, saat itu juga aku memutuskannya.
Nah, cara dan alasan putus yang aneh bukan? Maklum, waktu itu aku masih labil dan masih childish.
"Sasuke, ada yang nyari tuh," ujar Itachi dengan seenak keriputnya, membuka pintu kamar mandi saat aku sedang berdiri di bawah pancuran hanya dengan memakai boxer dan melamun Ino.
BRAK!
Satu kaca kecil yang tergantung di tembok meleset dari bidikan saat aku melemparnya ke arah Itachi. Kaca malang itu malah menabrak kaca besar di samping tempat tidurku, dan tentu saja, membuat kaca tempatku biasa merapikan penampilanku itu kini telah hancur pecah, dengan berbagai parfum dan alat dandan cowok yang tersemburat kemana-mana.
"PERGI LO, SETAN!!"
-oOo-
Aku sedikit terhenyak saat melihat siapa yang kini tengah duduk manis di sofa di ruang tamuku. Namun sebisa mungkin, kupasang wajah angkuh dan cool, dan menahan gejolak untuk berteriak dan meloncat girang.
"Sasuke-kun," dia bangkit dari posisi duduknya dan menghadapkan wajahnya kepadaku. Dia tersenyum manis. Maniiiissss banget.
"Ino," ujarku sembari melangkah maju dan duduk di sofa di depan sofa yang di duduki Ino.
"Apa kabar, Sasuke-kun?" tanyanya.
Aku meneliti penampilannya. Dia menggunakan pakaian sedemikian modisnya. Sedemikian sesuai dengan yang sekarang tengah marak di dunia remaja. Sedangkan aku? Aku menunduk dan mengamati apa yang melekat di tubuhku. Hanya kaos oblong biru tua dengan sebuah celana selutut gombrong buluk warna biru muda.
"Baik," jawabku tenang. "Untuk apa kau kesini?" tanyaku to the point. Menciptakan imej seorang Uchiha yang 'anti nerima tamu'.
Sejenak aku lihat dia terkejut. Sebelah alisnya terangkat sedikit, tanda bahwa dia heran.
"Lho? Bukannya kau yang menyuruhku datang kesini?" ujarnya kaget. Lalu menyodorkan HP nya kepadaku. "Dari Naruto."
Ku baca inbox di HP Ino.
Ino, Sasuke pengen ketemu kamu. Tapi dia hari ini gak masuk karena kena flu babi. Datang yah. keburu mati loh.
Aku menggeram kesal. Oke, akan kubunuh bocah tengik ini sebagai ucapan selamat malam.
-oOo-
Malam Hari, di kamar Sasuke.
To: Gembel Busuk
Heh, elo kalo ngerasa cowok, gue tunggu di lapangan biasa sekarang juga! –bawa golok-
Aku menggeram seraya melihat tanda 'sent' pada HP ku beberapa saat pesan duel maut itu ku kirimkan ke Naruto. Biar tahu rasa dia! Boleh-boleh saja jika dia berusaha mendekatkanku lagi dengan Ino, tetapi kenapa harus dengan alasan yang menistakan diriku?!
Ku dengar HP ku berbunyi. Segera ku sambar dan kutekan 'buka' saat ada pesan masuk di layar HP.
From: Gembel Busuk
Ini siapa?
Mukaku semakin menekuk. Sekarang dia dengan inosennya mengaku bahwa dia tidak mengenaliku? Tidak ingatkah dia siapa yang setiap hari membelikan makanan untuknya? Siapa yang selalu meminjaminya uang? Siapa yang selalu ngasih tumpangan pada dia? Siapa?! Inuzuka Kiba!!! Oke, gak nyambung. Aku tahu.
To: Gembel Busuk
Calon penghuni surga yang kau aniaya
Brengsek! Fu*king asshole! Moron! Lo sok gak ngenalin gue lagi!
Beberapa saat kemudian, ku dengar HP ku bergetar. Tanda ada sms masuk.
From: Gembel Busuk
Brengsek! Fu*king asshole! Moron! -- surga mana yang mau nampung orang macam kamu?
Disini nomor kamu dinamai 'Gembel Busuk'
Jadi saya gak tahu kamu siapa
Aku membacanya sembari sweat dropped. Kok Naruto namain kontak gue dengan nama yang sama persis ama yang gue pake buat namain kontaknya?
To: Gembel Busuk
Bentar deh, kau siapa?
Aku menunggu balasan sembari mengira-ngira. Jangan-jangan dia ini orang tua Naruto? Duh. Kalo mereka tahu bahwa aku adalah Sasuke, hancurlah harga diriku! Selama ini, aku kalo ke rumah Naruto selalu pake 'topeng'. Bersikap sopan santun, rajin, kalo makan pake table manner, kalo pulang cium tangan Om dan Tante. Kalo dikasih ongkos, bilang terima kasih.
From: Gembel Busuk
Gue Yamanaka Ino.
Elo?
Saat itulah, aku rasanya melihat bulan jatuh tepat di atas kepalaku dan memendam dalam-dalam diriku ke neraka.
tO Be ConTiNueD
-oOo-
Yukeh: Bagaimana? Baguskah? ^^ Mana yang lebih kentel, romance-nya atau humor-nya? T_T Saya sampe sekarang juga kagak ngerti cara buat ngebikin fic yang bener2 romance :o okeh, terima kasih udah membaca ^^ dan maaf kalo tingkah Sasuke disini sangat amat lebay, narsis, PD, dan sangat anti pada Itachi :D
Review, kritik, saran, pendapat, apapun asal bukan flame,
Akan sangat saya nantikan dan hargai :D
Someday, Sometime
~Yukeh~
