Anime / Manga : Fairy Tail
Disclaimer : Hiro Mashima
Title : Light Witch and the 12 Zodiac
Pairing : Natsu x Lucy , and others
Genre : Fantasy, Action, Drama, Friendship, Romance
Rate : T
Warning : AU, Gaje, OOC, Aneh, Typo, alur cepat dll
.
.
.
Legenda...
Empat ratus tahun yang lalu hidup seorang 'Dark Mage' bernama Zeref. Di usianya yang masih terbilang muda, Ia telah berhasil menguasai seluruh sihir 'Dark Magic'. Sihir yang sangat kuat itu mampu membinasakan kehidupan di sekitarnya hanya dalam satu kedipan mata. Dan, dengan ini Zeref berambisi akan menciptakan dunia baru dengan dirinya sebagai pengatur kehidupan sekaligus Rajanya.
Namun rencananya sedikit terhambat ketika datang seorang Witch bernama Mavis mendatangi Zeref dan membujuknya agar menghentikan semua aksi kejinya. Tapi Zeref menolak. Ia menantang sang Witch dan menyatakan perang pada seluruh umat manusia.
Zeref menggunakan sihir terlarang 'Black Arts' untuk memanggil iblis-iblis dari neraka dan menjadikan mereka semua sebagai pasukannya. Sementara itu, Mavis yang tak ingin melibatkan umat manusia meminta bantuan 12 Enchanter pemilik sihir bintang untuk memerangi Zeref. Dan peperangan terbesar sepanjang sejarah pun terjadi.
Mavis yang hanya di bantu 12 Enchanter mampu mengalahkan seluruh iblis yang di panggil oleh Zeref. Tapi ia tak mampu mengalahkan sang Dark Mage. Walau begitu Mavis tak mau menyerah.
Ia mengorbankan nyawanya untuk menyegel sebagian besar kekuatan Zeref ke dalam kalungnya yang berbentuk kristal. Kalung itu membentuk sebuah lubang cahaya yang kemudian menghisap sihir Zeref. Lalu Zeref dengan sisa kekuatannya kabur, menghilang bagai di telan bumi.
Berangsur-angsur tubuh Mavis menghilang. Ia berpesan pada ke dua belas Enchanter agar mereka dapat menjadi pelindung untuk orang terpilih di masa depan yang akan mewarisi kekuatannya juga kalung kristal yang telah menyegel kekuatan Zeref. Orang itu akan mengemban tugas berat untuk mengalahkan Zeref karena Mavis yakin, Zeref akan kembali untuk merebut kekuatannya.
Untuk menjalankan pesan terakhirnya, para Enchanter sepakat. Mereka melepas sebagian roh mereka dan menjadi bagian dari kalung kristal dan sebagian roh dan raganya melesat ke langit menjadi bintang-bintang. Mereka akan menunggu orang-orang di masa depan yang akan menjadi pewaris kekuatan mereka dan membantu Witch terpilih untuk mengalahkan Zeref. Lalu kalung kristal itu menghilang.
Kisah ini menjadi dongeng yang sangat melegenda. Tak ada yang tahu dimana keberadaan kalung kristal. Dan untuk mengenang jasa Mavis mereka memanggilnya dengan sebutan Light Witch dan 12 Enchanter di kenal dengan sebutan 12 Zodiac.
.
.
.
CHAPTER 1.
Suara jeritan yang menyayat hati...
Ledakan-ledakan yang menghancurkan segalanya...
Tubuh-tubuh tergeletak berbanjirkan darah...
Lalu sosok itu mendekat...terus mendekat...
Gadis kecil itu berjalan mundur dengan tubuh terus bergetar
Ia sangat ketakutan
Tangan itu terangkat
Dan selanjutnya...
CRRAAASSHHH !
Darah terciprat ke tubuhnya
Gadis itu melebarkan iris karamelnya, meneteskan air mata
Mulutnya terbuka tak berucap
Tubuh orang itu terkoyak
Terjatuh di depannya, tak bergerak
Dan saat itulah ia sadar...
Ia telah kehilangan orang itu...
Orang yang sangat ia sayangi...
"MAMAAAA!"
.
.
.
"MAMAAA!"
Lucy Heartfilia terbangun sembari meneriakkan nama orang di dalam mimpinya. Surai pirangnya terlihat kusut. Mata membelalak nanar. Nafasnya memburu dan keringat mengalir deras dari kedua pelipisnya. Tangannya terangkat seolah menggapai sesuatu.
Suara langkah kaki cepat menggema dari luar ruangan. Lalu pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan sosok sang Ayah, Jude Heartfilia dan bawahannya Loki.
"Ada apa Lucy? Kenapa kamu berteriak?" tanya Jude setelah sampai di hadapan Lucy.
Lucy yang sadar dengan perbuatannya langsung merubah sikap. Ia mencoba tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa "Aku tidak apa-apa Ayah"
"Benarkah Anda tidak apa-apa Hime-sama?" Loki menatap khawatir gadis di depannya
"Iya, aku tidak apa-apa Loki. Maaf membuat kalian khawatir. Aku berteriak karena terbangun dari mimpi," Jelas Lucy.
Jude menatap miris putrinya "Apa mimpi itu lagi?"
Gadis bermata karamel itu mengangguk lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Jude merengkuh tubuh putrinya posesif.
"Sudahlah sayang, lupakan kejadian itu. Itu semua bukanlah salahmu."
Lucy mengangguk, membalas pelukan sang Ayah lalu melepaskannya setelah merasa cukup baik.
"Jika kau sudah merasa cukup tenang segeralah turun ke bawah karena hari ini kau harus ke sekolah," Lalu pria itu pergi meninggalkan Lucy di ikuti Loki yang sempat membungkuk sebentar padanya.
Setelah pintu tertutup, barulah emosi yang semula ia tahan meluap. Ia terisak, memeluk lututnya sendiri. Mimpi itu...kenapa mimpi itu selalu datang...
"Kenapa...hiks...mama..."
.
.
.
"Aku sudah selesai Ayah"
"kau tidak menghabiskan sarapanmu Lucy?"
Gadis bersurai pirang itu menggeleng. "Tidak, lagi pula aku hampir terlambat. Aku berangkat"
"Sayang, kau tidak perlu tergesa-gesa. Loki akan mengantarmu. Loki !"
Seorang pria bersurai oranye menghadap Jude. "Ya, Tuan"
"Antarkan Lucy ke sekolah barunya"
Lucy buru-buru menolak. "Tidak usah Ayah, aku bisa berangkat menggunakan bus"
"Kau bisa terlambat jika menaiki bus. Jadi lebih baik kau berangkat diantar Loki." Tegur pria berkepal blonde itu.
"Tapi-"
"Tidak ada tapi-tapian Lucy. Ini hari pertamamu sekolah di sekolah itu. Kau bisa berangkat menggunakan bus kapan-kapan." potong Jude.
Gadis bermanik karamel itu hanya bisa menghela napas. Sebenarnya dia tidak suka di antar jemput menggunakan mobil karena itu hanya akan menjadikannya di pandang menjadi orang kaya yang mungkin sombong atau angkuh. Ia tak ingin di pandang seperti itu. Ia hanya ingin di pandang sebagai gadis sekolahan biasa. Tapi Ayahnya bukanlah tipe orang yang suka dibantah. Jadi mau bagaimana lagi?
Lucy sedang menunggu Loki mengambil mobil di garasi. Setelah Loki datang, ia langsung masuk ke dalam mobil. Pria berambut oranye itu dengan sopan menutup pintu mobil. Lalu mobil silver metalik itu segera meninggalkan kediaman Heartfilia.
Selama perjalanan Lucy terus memasang wajah murung. Loki memperhatikannya dari tadi melalui spion mobil sambil tetap fokus pada jalanan.
"Hime-sama, kenapa Anda terlihat murung?"
Yang di panggil Hime lantas menatap dengan pandangan sedikit tidak suka. "Bukankah aku sudah sering bilang untuk tidak memanggilku Hime jika tidak ada Ayah?"
Pria itu hanya tersenyum. Nona mudanya ini memang berbeda. Ia lebih suka di panggil dengan nama panggilannya oleh siapa saja, termasuk pembantunya. "Baiklah, jadi kenapa kau murung Lucy?"
Lucy tersenyum sekilas namun tak lama kemudian ia kembali murung. " Aku tidak suka berpindah-pindah seperti ini ne, Loki"
"Tuan Jude melakukan ini untuk melindungimu Lucy, agar 'mereka' tidak bisa melacak keberadaanmu"
"Aku tahu. Tapi kalau begini terus aku tidak akan bisa mendapat teman. Dalam satu semester saja aku pindah 3-4 kali!" keluhnya " Sampai kapan aku akan terus seperti ini?"
Pria berkepala oranye itu ikut merasa sedih. Memang benar Lucy selalu berpindah-pindah sekolah semenjak kejadian 'itu'. Dan itu membuatnya jarang memiliki teman. Untuk membuat Hime-sama nya tersenyum kembali, Loki membuat sebuah candaan.
"Aku yakin kau akan mendapatkan banyak teman di sekolah barumu kali ini. Oh iya, lalu bagaimana dengan pacar ne, Lucy?"
Gadis bermata karamel itu menaikkan alisnya. " Maksudmu?"
"Aduh, masa orang yang suka baca novel Romance tidak tahu? Maksudku kapan kau akan punya pacar? Aku tidak pernah melihatmu membawa teman laki-laki ke rumah. Apa mungkin karena kau ini Tsundere ya? Makanya tidak ada pemuda yang berani mendekatimu." Ledek Loki.
Lucy langsung menghadiahi Loki dengan lemparan pulpen. "Hey, siapa yang kau panggil Tsundere?! Memang aku tidak pernah pacaran. Tapi itu bukan berarti karena mereka takut padaku atau aku tak laku! Apa kau mau Ayah langsung menendang mereka keluar jika tahu aku membawa teman laki-laki ke rumah? Memangnya kau sendiri sudah punya pacar?"
Doeeenggg !
Matilah kau Loki. Memang benar Loki ini di kenal dengan seorang play boy cap badak (ups..). Tapi selam ini tak ada satu pun wanita yang pernah digodanya yang menjadi kekasihnya. Dengan wajah kikuk, ia pun menjawab " Hahah... Aku sedang menunggumu dewasa agar bisa langsung menikah denganmu Lucy"
Dan sebuah tas melayang ke kepalanya.
.
.
.
Magnolia Academy
Salah satu Sekolah Menengah yang ada di kota Magnolia. Sekolah ini terletak cukup tersembunyi di pinggir kota.
Namun sekolah ini bukanlah sekolah biasa.
Seorang gadis berkulit putih melangkahkan kaki jenjangnya ke ruang Kepala Sekolah. Ia mengetuk pintu bercat coklat di depannya.
+Tok tok tok+
"Masuk" sahut suara dari dalam.
Pintu itu terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan yang cukup luas dengan rak-rak besar menjulang tinggi berisikan buku-buku dan benda-benda sihir. Lalu di tengah ruangan itu duduk seorang wanita tua berambut pink, tersenyum ramah padanya.
"Heartfilia-san, akhirnya Anda datang juga. Selamat datang di Magnolia Academy."
"Arigatou gozaimasu, maaf jika saya sedikit terlambat dan tidak perlu seformal itu pada saya."
"Ya baiklah. Kalau begitu perkenalkan aku Pirlyusica. Kepala sekolah di sini"
"Senang bertemu dengan Anda Porlyusica-san." Sahut Lucy sembari berjabat tangan dengan Ibu kepala sekolah itu.
"Mungkin kau ingin minum sesuatu dulu sebelum ke kelas?"
"Tidak perlu. Saya ingin langsung ke kelas."
"Sepertinya kau sudah tidak sabar. Kau bisa ke kelas bersama wali kelasmu"
"Ohayou Porlyusica-san"
Sebuah suara menyeramkan terdengar dari belakan Lucy. Sontak gadis itu membalikkan badannya dan betapa kagetnya dia. Dapat di lihatnya sosok bertubuh besar tengah menatapnya tajam hingga membuat gadis itu merinding. Mengerti perasaan gadis di depannya, sosok itu segera meminta maaf.
"Ahahaha...maaf jika saya menakuti Anda nona." Lalu sosok itu menyusut dan berubah menjadi pria tua bertubuh pendek berkumis tebal.
"Makarov, bisakah kau berubah seperti itu di hadapan siswi baru?" kesal sang ibu kepala sekolah sambil menunjukkan deathglarenya.
Pria tua yang di panggil Makarov hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Haha...gomennasai"
Porlyusica-san hanya menghela nafasnya. "Nah Heartfilia-san, dia adalah wali kelas barumu"
Makarov tampak terkejut. "Oh, jadi dia anak Jude Heartfilia? Kalau begitu perkenalkan aku Makarov Dreyar. Kau bisa memanggilku Makarov. Aku akan menjadi wali kelas barumu."
"Hai'. Mohon bimbingannya Makarov-sensei."
"Dengan senang hati. Dan kuucapkan selamat datang di Magnolia Academy. Satu-satunya Sekolah Sihir yang masih berdiri di kota ini."
Setelah memohon diri, Makarov keluar dari ruang kepala sekolah dengan Lucy yang sekarang menjadi anak didiknya. Di sepanjang perjalanan gadis itu terus berdecap kagum. Setiap papan kelas tidaklah bertuliskan kelas 2-A maupun 2-1. Melainkan bertulis nama seperti sebuah serikat beserta lambangnya. Benar-benar unik.
Lucy menghentikan langkahnya ketika melihat Makarov berhenti di depan sebuah kelas bertuliskan Fairy Tail. Lucy benar-benar suka nama itu.
Lucy sedikit terkejut ketika Makarov tiba-tiba berubah menjadi Giant lalu membuka pintu kelas itu dengan kasar. Dapat Ia dengar suara gaduh bak orang tawuran menggema dari dalam ruang kelas.
Dan benar saja! Keadaan kelas itu sangat kacau. Bahkan bisa di bilang parah karena para murid laki-laki sedang berkelahi. Meja, kursi, tas, bahkan manusia terlempar. Sementara para gadis-gadis sibuk mengobrol tanpa terganggu suara gaduh itu.
"Kalian anak-anak nakal, kembali ke bangku kalian masing-masing!" perintah Makarov langsung membuat seisi kelas hening. Dengan malas-malas mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.
"Dasar! Sudah SMA tapi masih bertingkah kekanakan! Bersikaplah sedikit sopan karena kalian kedatangan teman baru! Nah, kamu silakan masuk."
Lucy melangkahkan kakinya dengan sedikit gugup ke dalam kelas. Dapat ia lihat seluruh mata tertuju padanya juga suara bisik-bisik.
"Ohayou gozaimasu. Watashi wa Lucy Heartfilia desu. Yoroshiku onegaisimasu"
Setelah memperkenalkan diri, kelas kembali ramai.
"KAWAAIIII!" Pekik para siswa di dengan efek background penuh dengan gambar hati.
"Oh, dia dari keluarga kaya itu ya?"
"Dia sangat cantik"
"Kulitnya mulus..."
"Dia sangat OTOKU man-teman!" teriak you-know-who.
Melihat keadaan kelas yang semakin gaduh, Makarov berniat menghentikannya. Namun tak jadi karena tiba-tiba terdengar suara pintu yang di buka dengan kasar. Suara itu sukses mengalihkan perhatian seisi kelas.
Dari arah pintu yang terbuka lebar, tampak 3 pemuda tengah berdiri dengan sikap stay coolnya.
Pemuda pertama rambutnya hitam panjang dengan tindikan di sekitar wajahnya. Memakai ikat kepala dan kemeja yang tak dikancingkan. Wajah dan penampilannya terlihat sangar, tapi tetap berkesan keren.
Pemuda kedua berwajah tampan dengan rambut raven yang dibiarkan sedikit berantakan. Ia tak memakai baju sehingga memperlihatkan tubuh sixpacknya.
Pemuda terakhir berdiri di belakang keduanya. Ia mempunyai rambut yang cukup unik dan berkesan feminin karena berwarna pink. Mungkin kalian berpikir apakah pemuda itu mewarnai rambutnya? Tapi jelas tidak. Warna rambutnya pink alami dan malah menambah kesan keren padanya. Wajahnya sangat tampan dengan ekspresi datar yang terlihat cool. Ia berdiri sambil mengantongi kedua tangannya.
Ketiga pemuda itu begitu menarik perhatian Lucy, terutama pemuda bersurai pink itu. Tanpa sadar ia terus menatap pemuda itu dan secara tak terduga pemuda itu balas menatapnya. Karamel bertemu dengan onix. Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan sebelum si pemuda memutuskan kontak mata keduanya.
"Ayo kita pergi." Ajaknya pada kedua orang yang berdiri di depannya. Mereka membalikkan badan, bersiap melangkah pergi. Namun suara Makarov menginterupsi langkah ketiganya.
"Hey bocah, mau ke mana kalian?! Apa kalian bisa dengan mudahnya pergi begitu saja setelah datang terlambat?"
"Bukan urusanmu" balas pemuda bersurai pink lali pergi dengan cepat meninggalkan kelas.
Makarov menghela nafasnya. " Maafkan perilaku mereka Lucy"
"Tidak apa-apa, Makarov-sensei"
"Terima kasih atas pengertianmu. Kalau begitu kau bisa duduk di samping Levy McGarden."
Seorang gadis mungil berambut biru pendek mengangkat tangannya. Dapat terdengar dengan jelas suara desahan kecewa dari para siswa yang berharap bisa duduk sebangku dengannya. Lucy berjalan mendekati meja gadis manis itu.
"Levy McGarden desu"
"Lucy Heartfilia desu. Senang berkenalan denganmu McGarden-san"
"Ah, panggil saja Levy. Dan boleh aku memanggilmu Lu-chan?"
"Tentu saja. Kalau begitu aku akan memanggilmu Levy-chan"
Gadis itu tersenyum. Lucy membalasnya dengan tertawa kecil. Lucy senang karena bisa mendapat teman sebangku yang ramah. Lalu keduanya mulai fokus ke depan karena pelajaran akan segera dimulai.
Levy memperhatikan gadis di sampingnya. Ia mengernyitkan dahinya, merasa ada yang janggal. "Kenapa aku tidak bisa? Ini aneh"
Seeessshhh...
"Perasaan apa ini?!" Levy membatin. Ia merasakan ada aura aneh di sekitarnya. Ia kemvali menatap Lucy, penuh tanda tanya. 'Apa energi ini berasal darinya?'
"Ada apa Levy-chan?"
Lucy menatap Levy dengan heran karena sedari tadi gadis manis itu terus menatapnya. Levy menjawab dengan sedikit kelabakan.
"e-eto... Ah... Tidak ada apa-apa kok Lu-chan"
Lucy mengerucutkan bibirnya membentuk kata 'Oh' lalu kembali fokus ke pelajaran.
Levy masih bertanya-tanya. Ia teringat sesuatu. "Apakah dia ada hubungannya dengan mimpiku?"
###############
Tiga orang siswa terlihat tengah bersantai di atap salah satu bangunan sekolah saat jam pelajaran tengah berlangsung. Seorang yang tengah stripper tengah duduk bersandar sambil memakan es serut. Seorang dengan wajah penuh tindik tengah tiduran berbantalkan lengan kekarnya sambil mengunyah batang besi 0_o. Lalu yang terakhir, yang berambut salmon, tengah berdiri di tepi pagar pembatas sambil mengantongi kedua tangannya. Matanya menatap lurus langit biru yang cerah.
Sebuah daun kering jatuh tepat di telapak tangan pemuda itu. Tiba-tiba daun itu terbakar di tangannya, berubah menjadi abu lalu terbawa oleh tembusan angin. Pemuda berambut raven yang sedari tadi memperhatikannya mulai bersuara.
"Hey, Flame-head, jangan sampai apimu membakar sekolahan. Bisa-bisa kau dicekik orang tua cerewet itu"
Flame Head atau panggil saja Natsu Dragneel hanya melirik sekilas. "Urusai. Jangan berlebihan ice brain."
Ice Brain aka Gray Fullbuster hanya memutar bola matanya. Ia memasukkan sesendok es ke dalam mulutnya. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu hari ini? Tak biasanya kau mengajakku dan si Iron head pemalas itu membolos di jam pertama."
Iron Head, Gajeel Redfox yang telah menghabiskan batangan besinya lantas duduk. "Benar kata stripper. Kau agak aneh hari ini. Apa kau sedang ada masalah?"
Natsu hanya diam, tak merespons keheranan dari kedua orang yang telah ia anggap sebagai sahabat sekaligus rivalnya. Suasana kembali hening. Gajeel yang sudah bosan dengan keheningan ini mencoba membuka pembicaraan.
"Hey, sepertinya tadi ada anak baru ya di kelas kita?"
Gray berhenti memasukkan es ke dalam mulutnya. "Hontou ka? Yang mana?"
"Itu, gadis di depan kelas. Aku sempat mendengarnya memperkenalkan diri.(ini karena Gajeel punya pendengaran yang tajam). Siapa ya namanya? Lu...Lu...Luigi kalau tidak salah." Dan semangkuk es serutpun melayang ke wajahnya. Refleks Gajeel mengubah tangannya menjadi besi menggunakan sihir ironnya untuk menangkis mangkuk itu.
"Gadis itu namanya Lucy Heartfilia Iron-head baka" Koreksi si pelempar.
Gajeel bangkit. "Memang kau tahu dari mana? Dan siapa yang kau panggil baka ne, Ice Freak?!"
"Kau lupa dengan kemampuan mataku? Aku melihat name-tagnya. Jika memang pendengaranmu tajam kau tidak mungkin salah dengar. Dan...oh, kau bangkit ingin mengajakku bertarung."
"Gehehe... Tentu saja. Bersiaplah ice freak. Jangan menangis jika tinjuku mengenai wajahmu."
"Cih, kita lihat saja"
Gray mulai mengeluarkan aura dinginnya karena dia adalah penyihir es sementara Gajeel sudah bersiap dengan tangan besinya. Namun sebelum keduanya saling baku hantam, suara pemuda bersurai pink menginterupsi mereka.
"Apa kalian tidak merasakannya?"
Natsu memutar tubuhnya, menatap datar dua temannya yang saling menggantungkan tinju. Natsu kemudian duduk bersandar di pagar tanpa berniat menghentikan keduanya.
"Gadis itu. Aku mencium bau sihir aneh dari gadis itu."
Gajeel dan Gray menyudahi aksi mereka, lalu turut duduk. Gajeel melipat kedua tangannya. "Maksudmu murid baru itu?"
"Hn, aku rasa dia bukan gadis biasa. Bahkan aku merasakan ada sihir kuat yang menguar darinya."
Gray mengangguk. "Itu memang benar Flame-brain. Bahkan samar-samar aku bisa melihat cahaya yang mengelilinginya"
"Penciumanku memang tak setajam Flame-brain. Tapi aku mencium bau lain. Bau keberadaan roh"
"Aku juga menciumnya. Dan gadis itu sepertinya dari kalangan atas" tebak Natsu.
"Ya, Heartfilia adalah kalangan konglomerat yang sangat kaya di daerah Fiore" Jelas Gray.
"Wah...benarkah? Sepertinya dia akan sangat terkenal dengan sebutan marganya itu" ucap Gajeel.
"Apa kalian melihat kalungnya?"
Gajeel memiringkan kepalanya mendengar perkataan Natsu.
"Kalung apa?"
"Kalung yang dia pakai. Sepertinya ada sesuatu yang aneh pada kalung itu." cerca Pemuda bersurai pink.
"Aku jadi penasaran dengan kalungnya" tutur Gray
Natsu bangkit berdiri. Ia terlihat menyeringai kecil. "Gadis itu, menarik"
Dua orang rang sedang duduk di dekatnya hanya bisa saling melempar pandang. Tak biasanya teman mereka yang satu ini terlihat bersemangat hanya karena seorang gadis.
Tak berselang lama sebuah petir menyambar gerombolan itu. Dengan cepat mereka menghindar. Tangan Natsu sudah terbungkus api.
"Petir sialan. Kau ingin membunuh kami heh?" Ucapnya dengan nada mengejek pada seorang pemuda berkepala blonde yang telah berdiri sekitar 5 meter dari tempatnya berdiri. Dia Laxus Dreyard, cucu dari Makarov Dreyard. Laxus tersenyum sinis.
"Siapa juga yang ingin membunuh kalian. Itu hanya sekedar sapaan 'selamat pagi'." Jawabnya santai.
"Sepertinya bertarung di pagi hari lumayan juga heh" tantang Gajeel.
"Ya, sebagai pemanasan" tambah Gray.
"Boleh juga" terima Natsu.
"Baiklah. Akan ku layani" ucap Laxus.
Mereka berempat saling lempar pandang lalu berdiri di empat sisi yang berbeda. Gray mulai mengeluarkan esnya. Gajeel bersiap dengan tubuh besinya. Natsu menambah kekuatan api di tangannya dan Laxus mengeluarkan petir di sekelilingnya. Dan tak berselang lama baku hantampun terjadi, menggetarkan seluruh bangunan di sekitarnya.
