Entah bagaimanakah awalnya─tapi yang jelas, sekarang anak itu tersangkut di pohon.
Kuroko mengucek-ucek matanya, ini nyata apa mimpi? Tapi ternyata kejadian di depannya ini memang beneran terjadi, dan memang bukan mimpi.
"HUWEEE, TETSU! TOLONGIN AKU! AKU GAK BISA TURUN!" teriak korban yang tersangkut─Aomine Daiki.
Sreek. Oh, suara apaan tuh? Jelas banget kedengeran di telinga Kuroko dan…
…Innalillahi. Baju Aomine yang nyangkut di ranting pohon, sekarang sudah mulai bolong, pemirsah.
"ALAMAK TETSU BAJUKUUUUU!" jerit Aomine pilu sambil menangis-nangis lebay.
"A-Aomine-kun… aku tidak bisa memanjat pohonnya… lebih baik kamu diem aja daripada kaosmu tambah sobek…" kata Kuroko, sebenernya agak kasian juga sama Aomine yang terlihat seperti disandera oleh begal berwujud pohon (eh?).
"JAHAAAT! OY SATSUKI SITU JUGA JANGAN CUMAN DIEM AJAAH!" kali ini Aomine meminta bala-bala─ehm, bala bantuan kepada Momoi yang juga sedang menahan tawa menyaksikan kejadian tersebut.
"Eh, gomen ne Dai-chan… aku juga… gak bisa manjat pohon…," kata Momoi yang kemudian tawanya meledak seperti bomnya Wall Breaker level 5.
Sampai akhirnya─
Krekkk!
Gedubrag.
─ranting pohon itu patah dan menjatuhkan Aomine dengan wajahnya menghadap ke tanah, mohon bagi para fans Aomine agar kip setrong karena Aomine kini berciuman dengan tanah-chan.
Tapi kemudian dia berdiri dan mengusap-usap pantatnya yang sakit.
"Kalian…," Aomine menatap Kuroko dan Momoi dengan berkilat-kilat─iya, saking marah ples malunya, dia sampe masuk zone.
"Hah, sudahlah. Lebih baik aku pergi ke warung saja. Mau jajan oweo." Aomine berlalu meninggalkan dua sahabatnya.
"Tunggu, kaosnya Aomine-kun kan bolong?"
"Yah Tetsu-kun, kenapa diingetin!"
Oh iya lupa.
Wajah Aomine pun memerah seperti lampu setopan.
.
.
.
Colorful
By MeganeBabayan
Kuroko no Basuke © Fujimaki-sensei
Warnings: OOC, lebay, gaje, 4thGrader!Chara, judul ga nyambung, de-el-el.
.
Warna-warni kehidupan mereka ketika menemukan hobi baru─juga tempat baru untuk mereka bermain.
.
Happy reading! ;)
.
.
.
"Ih kok gitu? Gak takut ya, kalau ntar kaosnya sobek lagi gimana!" tanya Momoi melihat Aomine yang baru saja mengganti bajunya, sekarang sudah gelantungan di pohon lagi.
"Ah Satsuki sok ngatur, bodo amat yang penting asik. Yang bisa mengaturku hanyalah aku!" kata Aomine cuek, dan ternyata dia sudah membuktikan kalau dia ini anaknya pembantah ke ortunya, pemirsah.
"Aomine-kun jangan manjat terus, ntar mirip monyet loh." Kata Kuroko yang kemudian kejatohan buah mangga busuk kiriman dari Aomine.
"Ooooy~ Aominecchi, Kurokocchi~ main yuk-ssu!" terdengar sapaan familiar di telinga Kuroko dan Aomine.
"Oh! rupanya kamu, Kise. Ayok sini manjat sama aku!" ajak Aomine sambil turun dari pohon.
"Mou~ Ki-chan jahat, kok aku tidak disapa!" Momoi ngambek sambil menjambak rambut Kise.
"Kise-kun jangan mau manjat sama Aomine-kun, nanti berubah jadi monyet loh." Kata Kuroko dengan maksud nyindir Aomine.
"WOY TETSU NANTI AKU SUMPEL MULUTMU PAKE MANGGA BUSUK BARU TAU RASA." Ancam Aomine sambil memberikan death glare kepada Kuroko.
"Ahahaha~ daripada itu-ssu! Gimana kalau manjat pohon pisang ini aja-ssu?" tanya Kise ngawur gak masuk akal.
Krik, krik, krik…
"MBUAHAHAHAHAHAH! KISE, JANGAN GILA OY." Tawa Aomine.
"Eeeh? Manjat pohon pisang? Memangnya bisa, ya?" tanya Momoi sok polos. Udah tau gak bisa. Kecuali kucing atau monyet kali.
"Tapi kalau Aomine-kun aku yakin bi─" omongan Kuroko terputus ketika Aomine betulan menyumpal mulutnya dengan tisu bekas buang ingus─yang sukses membuat Kuroko muntah di tempat.
"Dai-chan! Baong amat sih! jangan gitu dong!" marah Momoi kepada Aomine yang sedang ngakak melihat Kuroko muntah-muntah.
"Sudah, kalian ini! Nanti, mulut kalian berdua aku sumpel pake pisangku, loh!" teriak Kise, melerai dengan sejumlah kalimat ambigunya. Alhasil Kuroko pingsan saking mualnya.
"Ki-Kise?" tanya Aomine, mundur beberapa langkah menjauh dari Kise. Mengerikan banget dengarnya.
Maksud Kise, dia mau melakukan threesome gitu kepada Momoi dan Aomine?
Ih, mana boleh. Mereka kan masih baru kelas 4 SD.
"Ki-chan… a-apa maksud… mu?" tanya Momoi, gugup karena takut.
"Loooh~ kalian ini gimana sih! Tentu saja nanti pisangnya akan kupetik dulu dari pohon-ssu!" jelas Kise sambil manyun.
Ooh gitu, toh. Batin Momoi dan Aomine lega. Sampai akhirnya Kuroko bangun lagi. Keajaiban di dunia nambah satu.
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara yang tak asing bagi mereka berempat,
Cekris cekris.
Gunting itu, mata heterokrom itu, dan senyuman itu, mereka kenal.
"Ada apa kalian ngumpul-ngumpul tanpa mengajakku?" tanya anak itu,
"Apakah kalian akan ngebaso?"
"Aduuuuuh, Akashicchiiii~ kita ini lagi mau manjat pohon pisang tapi gak jadi melulu!" kata Kise sambil tepok jidat, "Bukannya mau ngebaso!"
"Idih Kise! Manjat pohon mangga saja gak bisa, gimana mau manjat pohon pisang!" ejek Aomine.
"Disini yang bisa manjat Dai-chan doang ya!" kata Momoi. Kise sedikit tersinggung mendengarnya.
"Uuukh kata siapa, Momocchi? Aku bisa manjat pohon juga kok." Pamernya.
"Oh, jadi begitu ya?" tanya Akashi, memasukkan guntingnya ke saku kemeja─ecie main aja pake kemeja segala─dan berkata, "Kalau gitu, ajarin aku manjat pohon juga, Daiki." Katanya, tersenyum sesuatu bingids.
"Eh?! Ta-tapi─"
Cekris. Sekali lagi, suara gunting terdengar. Memotong sehelai rambut biru Aomine.
"WUEEEH! MAIY HEIR! NOOO, MAIY LAPLI HEIR!" teriak Aomine lebay melihat rambutnya melayang dibawa angin. Plis deh Cuma sehelai doang… ckckck.
"Perintahku ini mutlak, Daiki. Kalo kata aku ajarin ya ajarin." Akashi kembali memasukkan gunting ke saku kemeja. Eh tunggu─pantesan dipake main, ternyata kemeja seragam sekolah toh. Atau, jangan-jangan Akashi males ganti baju sepulang sekolah yaaa… (Akashi: author, diam kamu.)
"I-Iya, kanjeng ratu…," kata Aomine, "Kalau gitu ayok."
"Ih aku gak diajakin? Huweee, Aominecchi hidoi-ssu!" tangis Kise sambil ikut Aomine yang sudah duluan naik ke pohon.
"Alamak juriiiiig." Seru Kuroko dengan nada datarnya, tapi berhasil membuat Aomine kaget dan terjatuh dengan menimpa Kise dan Akashi sekaligus.
"Hihihi~ Dai-chan ketipu ni yeee!" ledek Momoi.
"Hhhh, Satsuki awas kau─" belum sempet Aomine bergerak sesenti pun, ada tangan kecil (maaf, maaf. Tanganku juga kecil kok heheh) yang menarik bajunya.
"Daiki kamu katanya mau ngajarin aku, malah nimpuk aku terus malah mau caper ke Satsuki? Oh gitu ya kamu." Kata Akashi. Sebenarnya dia ini kenapa sih? Kenapa ditinggal sesenti saja juga gak mau. Aciyeeee jangan-jangan jatuh cinta?! (bletakkk.)
"Aominecchi! Sakit tauk! Tau gak sakitnya tuh disini!" Kise ikut-ikutan sambil memegangi perutnya. Ntah maksudnya tuh sakit hati (kan hati letaknya di perut?) atau kebelet buang air.
"Apaan sih kok aku jadi sial begini!" gerutu Aomine sambil berlinang air mata, dan dengan penuh kasih sayang Kuroko menghapus airmatanya─
─menggunakan lidahnya.
Eeeeh, tentu saja tidak. Memang pakai lidah, tapi bukan lidah Kuroko, melainkan lidahnya Nigou.
"Whuaaa! Sejak kapan anjing itu ada disini juga?! Tuhkan kata aku juga hari ini aku sial banget!" Aomine sibuk meratapi nasibnya. Sudah pusing, dijilat anjing pula.
"Itu karena kamu gak bawa lucky item-mu, padahal Cuma perlu kresek Indomalet yang dipake di kepala doang-nanodayo." Tiba-tiba muncul seorang anak berambut hijau dan berkacamata yang sedang membawa─tunggu─apaan tuh?
"Woooi ikutan gak izin dulu, Midorima teme!" geram Aomine, "Lagian itu apa yang kamu bawa!"
"Nanya segala," kata Midorima sok kul, "Tentu saja ini lucky item-ku. Tusuk gigi-nanodayo." Oh begitu rupanya.
"Ya sudah! Ayo aku gak sabar ingin manjaaaat~" kata Kise, dasar gak sabaran. Setidaknya tunggulah satu lagi yang sedang jajan sekeresek umaibou.
Bukan sekeresek kecil, kalau ditumpahin isinya mungkin bisa segentong gede penuh umaibou.
"Hahaha~ Kise juga pengen jadi monyet toh!" tawa Aomine, tapi kemudian berhenti begitu Midorima menusuknya dengan tusuk giginya.
"Kalau gini aku mau ikutan dong." Kata Kuroko.
"Eh?! Semuanya pada mau manjat? Aduuuh aku kan takut! Tega banget sih ninggalin aku di bawah sendirian!" gerutu Momoi.
.
"Naik, naik, ke puncak pohon~ tinggi, tinggi sekaliii~…" nyanyi Kuroko pelan, akhirnya dia bisa memanjat sampai di 'puncak' pohon yang melebihi genteng rumah itu. "Wow dari sini tinggi banget. Pohon pisangnya aja kalah. Hei, itukan rumahnya Murasakibara-kun." Katanya ngoceh sendiri. Abis yang lain pada takut, di bawah-bawah aja.
"Tetsuya, jangan terlalu tinggi. Nanti jatuh." Kata Akashi mengingatkan.
"Heh, Tetsu? Bagaimana bisa kau memanjat setinggi itu?!" kaget Aomine sambil mangap sampai akhirnya keselek lalat. Aomine batuk-batuk alay. Kemudian terdengar suara orang berteriak,
"Ooooooooy, Kuro-chiiiin! Kamu ngapaiiiin di atas situuuu?" dari kejauhan, Kuroko bisa mendengar suara Murasakibara yang memanggilnya.
Di balkon rumahnya yang menghadap ke genteng-genteng rumah sekaligus pohon itu, Murasakibara berteriak sambil melambaikan tangan.
"Murasakibara-kun, aku lagi manjat bersama yang lain! Mau ikut?" teriak Kuroko.
"Enggak aaah, aku lagi sakit. Sudah ya, baaay!" kemudian, Murasakibara masuk ke rumahnya.
"Kurokocchi, kamu bicara dengan Murasakibaracchi? Di mana dia-ssu?" tanya Kise celingukan.
"Kise-kun, dari sini aku bisa melihat rumahnya. Sudah jelas dia ada di rumah─"
"Dek Kuro. Manjatnya gak boleh tinggi-tinggi." Kemudian terdengar suara kakak sepupu Kuroko, Mayuzumi.
"Ternyata kamu manjat pohon toh, pantesan bajumu banyak noda kena getahnya."
"Gak boleh tinggi? Alah Chihiro-nii juga dulu suka manjat pohon kersen ketinggian." Kata Kuroko mengabaikan.
"Bahaya kan kalau kamu gak bisa turun. Cepetan turun sini!" suruh Mayuzumi. Takutnya ntar kayak dia waktu dulu ketinggian manjat pohon kersen. Sampe gak bisa turun. Dan akhirnya Mayuzumi bisa selamat─tapi dengan sedikit lecet dan memar di badannya.
"Gak mau, wleee." Kuroko memasang wajah ngajak berantem. Tapi di atas pohon. Hayolo gimanaaa?
Tiba-tiba Kise berseru senang,
"Eh! Temen-temen liaaat aku bisa bikin ayunan loh!" kata Kise riang.
.
.
TBC
.
BAHAHAHAHAH APAAN INI GAJE BANGET BAHAHAHAHAH~
RA INI BABAYAN BIKININ UNTUKMUH! GIMANA RA SUKA GAK? #capslockjebol
Oh iya ini adalah ficpertama Babayan… aneh? Gaje? Ada typo kah? Jelek? Humol-nya juga galing keliuk-keliuk kayak ayam klispi melempem? Ya, apapun itu kekurangannya mohon dimaafkan ya. :'3
Betewe, ini adalah cerita tentang Babayan ketika jaman kelas satu sampai kelas 5 SD. Babayan suka manjat pohon mangga punya tetangga bareng temen-temen. Ayunannya juga. Jadi kira-kira fic ini hanya perwujudan dari imajinasi Babayan kalau-kalau chara KnB main di situ, wkowkowkowko. #ditabok
Terus chara-chara nya OOC sangat, ya? Iya tau kok. Sengaja, sengaja. Maaf deh maaf… :3
Eh sekalian buat temenku sesama Duo Kullit deh! :v
Ya udah deh, kalau begitu…
SEE YOU NEXT CHAPTER! :D
