JJJ Present
Last Person
YoonMin
Warning! GS!
"Jimin-ah"
Aku menoleh setelah mendengar suara yang tidak lagi terdengar asing di telingaku. Aku tersenyum memandangnya yang kini sedang berjalan menuju tempatku sekarang.
"Jimin-ah"
Ucapnya sekali lagi. Suara yang selalu dapat membuat dadaku merasakan desiran lembut. Begitu merdu terdengar di telingaku. Aku sangat menyukainya saat ia memanggilku seperti ini.
"Ne, aku di sini." Balasku lembut. Kini ia telah berada tepat di depanku. Dan kini aku dapat memandang mata obsidiannya itu dengan jelas. Mata yang selalu dapat membuat ku berkeringat karena gugup saat ia memandangku. "waeyo oppa?"
Ya, dia adalah namjachinguku, Min Yoongi. Aku sangat menyukainya.. ah bukan, tetapi aku sangat mencintainya. ia telah menjadi namjachingku sejak kami masih berada di tingkat 2 sekolah menengah atas kurang lebih 5 tahun yang lalu. Tapi perasaanku padanya tidak berubah sampai saat ini dan kurasa tidak akan pernah berubah samapai kapanpun. Aku berharap ia juga merasakan hal yang sama, karena aku merasa tidak bisa lagi menemukan lelaki yang sepertinya. Selalu ada di setiap aku membutuhkannya, selalu membuat aku tersenyum dan masih banyak lagi hal hal yang tidak bisa kusebutkan, baik yang besar maupun yang kecil. Aku begitu menyanyanginya.
"Aku ingin mengajak mu makan malam." Jawabnya sambil memperlihatkan senyumannya yang jarang sekali ia tampilkan pada orang lain. Senyuman yang dapat membuat yeoja manapun yang melihatnya pasti akan meleleh, begitu juga dengan aku sendiri.
Aku menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang mungkin kini terlihat merah. Aisshh… Jimin, kenapa aku harus malu, bukannya Yoongi juga sering mengajak makan malam, bahkan dengan keluarganya maupun keluargaku sendiri juga sudah sering. Tapi aku rasa kali ini ada yang berbeda. Aku sangat merasakannya.
"Ya! Kenapa kau harus menunduk seperti itu? Bukannya aku sudah sering mengajkmu makan malam bahkan berkencan, tapi kenapa kau masih saja terlihat malu malu seperti itu, kucing manisku." Godanya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya untuk menengadahkan kepalaku memandangnya walaupun tinggi kami tidak jauh berbeda.
"Aniyo.." ucapku pelan sambil melepaskan kedua tangannya. Aiissh.. aku malu sekali.
"Ah.. baiklah kalau kau masih tidak mau mengakuinya." Sahutnya sambil menyentil pelan hidungku.
"Oppa!" bentakku dan kulihat ia masih terkekeh dengan sentakkanku barusan. Bahkan kadang kadang ia sangat menyebalkan sekali. Karena membuatku marah dan sesaat kemudian harus kembali menundukkan wajahku yang kembali memerah. Kau menyebalkan sekali Min Yoongi.
"Pakailah gaun yang ku berikan waktu itu." Ucapnya serius tanpa menghiraukanku yang masih malu dibuatnya.
Dengan segera aku kembali mendongakkan kepalaku untuk mencari kebohongan dimatanya, karena ia tidak pernah mengajakku makan malam dengan nada seserius ini. Tapi aku tidak sedikitpun menemukan kebohongan di sana, yang kudapati malah sebuah tatapan yang tidak bisa kuartikan apa maksudnya. Kenapa kau membuatku tiba tiba khawatir seperti ini?
"... dan jangan lupa berdandan yang cantik, karena aku tidak mau menjadi pusat perhatian orang karena seorang Min Yoongi yang dikenal sebagai pria tampan pewaris utama perusahaan terbesar di Seoul, mengajak dinner seorang badut kucing seperti mu." Lanjutnya memecah keheningan dan tidak lupa pula diikuti oleh tawanya. Aigoo.. ku kira kau sungguh sungguh, ternyata memang kau tidak pernah punya kesadaran agar tidak membuatku cemas. Dasar kau si tukang tidur jelek.
"Mwoya? Kenapa kau terus mengataiku badut kucing? Apa aku seburuk itu? Dan kalau iya kenapa kau mau menjadi namjachinguku? Bukannya Min Yoongi pria paling tampan seorang pewaris perusahaan terbesar di Seoul akan bisa mendapatkan yeoja yang lebih dariku. Iya kan?!" jawabku ketus. Dia itu memang benar benar menyebalkan.
"Aigoo… kau manis sekali…" ucapnya sambil mencubit gemas pipi cubby ku. "aku sendiri juga heran kenapa aku lebih memilih badut kucing seperti ini daripada yeoja yeoja diliuar sana yang bahkan lebih seksi darimu." Ucapnya sambil sedikit mendekatkan bibirnya ke telingaku sehingga membuat aku sedikir merasa geli.
Plaakk
"Oppa! Sekali lagi kau mengataiku badut kucing, akan kubuat kau tidak bisa berjalan dengan jurus taekwondo-ku yang sudah kepelajari sejak aku di sekolah dasar!" bentakku sambil 'menggeplak' pelan lengannya.
"baiklah… mianhae yeojaku yang manis, aku tidak akan mengulanginya lagi. Tapi tolong jangan pernah kau memparaktekkan jurus taekwondo-mu itu kepada ku, cukup sekali saja saat aku masih mengejarmu di SMA. Aku tidak mau lagi merasakannya, chagi." Ucapnya memelas. Ah benar juga, dia pernah merasakan jurus taekwondo-ku saat dulu ia sedang mengejarku, ah.. bahkan tidak sampai terpikir olehku jika hubungan kami akan bertahan selama ini karena dulu Yoongi oppa itu orang yang sangat menyebalkan. Ya, aku masih mengingatkanya dengan jelas.
"baiklah aku pulang dulu!" ujarku tanpa menghiraukannya, aku pura pura marah. Ah… pasti kalau sudah sepeti ini ia pasti akan memohon mohon padaku untuk memaafkannya. Hhmm… aku ingat wajahnya lucu sekali waktu itu.
"ne, aku minta maaf Jiminnie. Aku tidak kan mengulanginya lagi aku berjanji." Tuh kan, dia pasti akan melakukan hal bodoh lagi. Hei.. siapa yang marah padamu Min Yoongi? Kenapa kau terlihat begitu bodoh saat di depan yeoja seperti ini? Pabboya…
"Stop! Kenapa kau menarik narik bajuku seperti ini sih? Kalau sobek bagaimana?" jawabku masih dengan nada 'ngambek'.
"Tuh kan. Jiminnie chagi masih marah." Sahutnya sambil memajukan sedikir bibirnya itu.
"jangan bertingah bodoh sepeti itu Oppa. Kau ini bukan anak umur 5 tahun lagi. Arraseo!" jawabku menasihatinya.
"ne oemma…"
"Ya! Aku ini bukan eommamu!" bentakku.
"aku tau itu! Eh.. tapi bukannya kau ini calon istri ku , Min Jimin?" ucapnya sambil meninggalkanku yang masih terpaku mendengar perkataannya barusan. Calon istri?
"Oppa! Namaku PARK Jimin, bukan Min Jimin!" teriakku sambil mengejarnya. Hihi… aku harus marah atau malah senang ya mendengar Yoongi oppa memanggilku dengan membel embel namanya di depan namaku? Aihh… aku malu sekali.
Aku sedang mematut diriku di depan cermin besar yang berada di kamarku yang luas. Ah… lihatlah betapa cantiknya aku apalagi dengan gaun peach selutut hadiah dari namjachingu ku yang melekat di tubuhku ini. Ah.. aku merasa seperti seorang tuan puteri yang akan pergi ke pesta dansa yang diadakan oleh pangerannya. Semoga saja Yoongi oppa suka.
Aku terperangah kaget melihat siapa yang tengah berdiri di depanku untuk mempersilahkan aku duduk. Ya Tuhan apakah ini Min Yoongi, namja yang tadi siang baru saja bertindak aegyo di depanku? Tapi kenapa sekarang ia terlihat begitu pas dengan kemeja biru muda yang rupanya adalah kemeja pemberianku dan tak lupa dengan setelan jas hitamnya. Ah… tampan sekali namjaku malam ini.
"silahkan duduk Park Jimin-sshi." Ucapnya formal sambil menarik kursi di depanku dan mempersilahkan aku duduk.
"aisshh.. kenapa oppa berbicara dengan bahasa formal seperti itu? Aku kan jadi malu." Ucapku sambil duduk ditempat itu.
"Ani… aku hanya ingin berbicara sedikit sopan saja dengan mu." Jawabnya kembali ketempatnya semula.
"ehmm… oppa, apakah kau yang mempersiapkan ini semua?" tanyaku kepada Yoongi oppa setelah beberapa saat terpana dengan pemandangan apa yang ada di hadapanku sekarang. Pemandangan kota Seoul pada malam hari yang dihiasi oleh lampu lampu jalanan yang dominan berwarna orange dari menara Namsan ini dan tidak lupa beberapa lilin kecil yang berada di sekitar tempat duduk kami berdua.
"aku hanya ingin mengganti suasananya saja, selama ini bukannya kita selalu makan malam dengan cara tidak formal seperti ini selain para orang tua kita." Jawabnya santai sambil mengikuti pandangan mataku yang kembali tertuju pada pemandangan kota Seoul itu setelah sebelumnya sempat menoleh padanya.
"ah… jeogmal gamsahamida." Ucapku berterima kasih atas apa yang ia lakukan saat ini kepada ku. Rasanya aku memang benar benar menjadi seorang wanita yang amat beruntung telah berhasil menaklukkan hatinya.
Ia hanya membalasnya dengan senyuman. Ah.. aku suka sekalu dengan senyumannya itu.
Setelah kami menghabisakan makanan yang kami pesan. Yoongi Oppa mengajakku untuk berjalan jalan di luar restaurant yang masih berada di lantai teratas N Tower di Namsan ini. Aku begitu takjub, setelah melihat ke langit ternyata banyak sekali bintang bintang yang bertaburan di sana.
"Jimin-ah…" panggilnya pelan, tapi aku masih dapat mendengarnya sehingga ku tolehkan kepalaku untuk memandangnya.
"Ne…" jawabku.
"…saranghae…" ucapnya tiba tiba setelah menghentikan langkahnya dan kedua tangannya dengan sigap menggenggam kedua tanganku.
"nado… nado saranghaeyo." Jawabku sambil memejamkan mataku setelah kurasakan ada sesuatu yang lembut menyentuh keningku. Dia mencium keningku.
"Min…"
Aku kembali membuka mataku saat kurasa posisi kami kebali seperti semula. Kembali kutatap mata obsidiannya dengan tatapan penuh arti. Kulihat ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna baby pink, kesukaanku. Dia membukanya perlahan dan menujukkannya kepadaku.
Tidakkah aku bermimpi saat ini? Aku tidak percaya apa yang terjadi saat ini. Sebuah cinicin perak dengan berlian kecil ditengahnya membuat kesan manis pada cincin itu.
"would you marry me?"
DEG
Apa? Apa katanya tadi? Saat ini aku sedang membelalakkan mataku mendengar apa yang dikatakan Yoongi oppa barusan. Akhirnya saat saat seperti ini terjadi juga, saat saat yang kutunggu akhirnya datang juga.
Kurasakan ia menggenggam tanganku dan memasangkan cinicin itu di jari manisku. Aku memandangnya tidak percaya. ah… memang benar benar manis jariku sekarang. Jeogmal gomawoyo chagiya.
"I do…" jawabku akhirnya setelah ia kembali menatap ku dengan lembut.
"Gomawo… jjinja gomawo Jimin-ah." Ucapnya sambil memeluk erat tubuh mungilku. Hangat sekali rasanya ditengah semilir angin malam yang mulai terasa dingin diakhir musim semi ini.
"Saranghaeyo… neomu saranghaeyo…" bisiknya pelan di telingaku.
"Nado saranghaeyo… jeogmal saranghaeyo… neomu saranghaeyo…" jawabku lirih masih dalam pelukannya.
"Jangan pernah kau meninggalkan ku, walaupun aku tak berada di sisimu, untuk sementara saja." Bisiknya lagi.
Reflek aku melepaskan pelukannya. "Apa? Oppa bilang apa? Kenapa aku harus meninggalkan Oppa? Dengan alasan apa aku meninggalakan oppa?" tanyaku bertubi tubi namun ia hanya membalasnya dengan senyuman. Hangat sekali senyumannya.
"Baiklah ku pegang janjimu." Ucap Yoongi akhirnya.
"Memangnya kenapa oppa bertanya seperti itu ? ada apa?" tanyaku lagi.
Dia menghela napas sejenak. Entah kenapa aku takut mendengan jawaban yang akan diberikan olehnya. Kenapa ini?
"aku akan segera pergi ke Amerika." Jawabnya singkat.
Aku masih melongo tidak percaya. "Apa? Amerika? Untuk apa kau ke sana?" tanyaku akhirnya.
"Untuk mengurus perusahaan Appa yang ada di sana." Jawabnya sambil memalingkan wajahnya dariku dan berjalan menuju pagar pembatas.
"Min Yoongi! Kau sedang bercandakan? Kenapa kau berkata seperti itu setelah kau melamar ku hah?" bentakku padanya dan kemudian aku menyusulnya.
"Mianhae Jimin-ah… tapi aku tidak punya pilihan lain." Jawabnya kali ini sambil menghadapkan lagi dirinya pada ku. Tak terasa air mataku yang sejak tadi kutahan tak dapat lagi bertahan pada tempatnya. Kini pipiku mungkin telah basah karena air mataku.
"Uljima… aku tidak akan lama… aku akan segera kembali dan menikah denganmu. Bukannya orang tua kita sudah saling menyetujui?" ujarnya sambil menghapus dengan pelan dan lembut air mata yang meleleh di pipiku.
"Kau harus percaya denganku. Aku bersungguh sungguh ingin menikah denganmu." Lanjutnya yang semakin membuat aku tak dapat lagi menahan air mataku lama lama.
"Oppa… oppa .. harus berjanji." Jawabku terbata sambil memegang kedua tangannya yang sedari tadi masih menagkup di wajahku.
"ne.. yaksok…"
"yaksok…"
Kami mengaitkan kedua kelingking kami sebagai tanda 'perjanjian' kami. Aku sangat sedih mendengar bahwa ia harus pergi ke Amerika untuk mengelola cabang perusahaan Appanya. Tapi bagaimana lagi, aku tidak bisa melakukan apapun yang bisa kulakukan hanya saling mengikat janji bersamanya. Bagaimana ini?
Ia kembali memelukku sesaat dan kemudian kurasakan nafasnya semakin mendekat ke wajahku, dan beberapa saat kemudian kurasakan ada sebuah benada lembut mendarat di bibirku. Walaupun kurasakan adanya lumatan tapi tetap saja Dia menciumku dengan sangat lembut dan sarat akan kasih sayang yang mendalam.
Aigoo… ini sudah 6 bulan setelah Yoongi Oppa pergi ke Amerika, rasanya hari hariku sepi sekali. Ah… apalagi sekarang aku juga sedang bekerja di perusahaan milik appaku. Hanya sekali seminggu saja aku berhubungan dengannya. Apakah karena kesibukan kami masing masing? Mungkin saja.
Saat ini aku sedang berangkat ke kantor dengan menaikki mobil sportku ini. Menggunakan mobil ini mengingatkan ku pada Yoongi Oppa, astaga padahal aku masih ditinggal 6 bulan olehnya tapi kenapa aku begitu merindukannya? Oppa bogoshipo…
BRRAAAKKKK
Oppa… ada apa ini? kenapa kepalaku sakit sekali? Kenapa suaraku tidak mau keluar padahal aku ingin berteriak…. Arrgghh…. Sakit sekali kepalaku…
-tbc-
hai salam kenal.. saya author baru di ffn dan harap maklum buat readers karena saya masih belum sepenuhnya paham gimana cara kerjanya ffn ini :( jadi buat readers sekalian mohon bantuan kalian buat si newbie ini yaaaa
buat readers sekalian yang rela mampir dan membaca ff debut saya di ffn ini saya ucapkan terima kasih bangeetttttt. saya tau kok kalo readers ffn ini pada baik hati dan tidak sombong hehehe oiya dan juga rajin ninggalin comment sana sini soalnya saya sendiri udah lama cuma jadi reader dan ngoment sana sini -yaaa emang bukan akun yang ini- sih tapi belum percaya diri debut sebagai author.
dan sekali lagi yang terakhir, saya minta saran buat para readers nih soal status kelanjutan ff ini. terimakasihhhhh Salam YOONMIN HARDSHIPPER!
