Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.


Oreo


Sasuke meletakkan mug porselen miliknya yang berisikan kopi panas ke atas meja. Tangannya meraih remot tv sebelum duduk di atas sofa, menyamankan tubuhnya persis di sebelah Naruto yang sedari tadi diam dengan mata fokus menatap biskuit berwarna hitam dengan isian krim putih di tengahnya.

Awalnya Sasuke tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan pria si pirang di sebelahnya, karena dia juga tidak menyukai makanan manis. Namun berkali-kali dia melirik, Naruto tetap tidak menghiraukannya, dan lama-kelamaan, entah mengapa dia merasa cukup terganggu.

"Apa yang kau lakukan?" selidik Sasuke tidak suka. Netra menatap aneh, dengan sepasang alis mengernyit.

Naruto menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan tanpa berpaling dari biskuit dalam genggam. "Berpikir," sahutnya singkat.

"Biskuit?" ucap Sasuke tidak habis pikir. Dia meletakan remot tv kembali ke atas meja lalu berbalik menghadap Naruto, seakan-akan mereka sedang membicarakan hal yang serius saat ini.

"Biskuit ini," sahut Naruto terpotong. Tidak melanjutkan kalimat, memilih meyipitkan kedua netra.

Sepasang netra hitam Sasuke ikut menatap ke arah biskuit di tangan Naruto. Dia sudah menunggu cukup lama. Namun si pirang itu tidak juga memberi respon. Kesal, dia membuka mulutnya. "Huh? Kau tidak lanjut bicara?"

Disindir seperti itu membuat Naruto tertawa tertahan. Dia menggaruk belakang kepala mu sebelum menoleh ke arah Sasuke yang saat ini menatap ke arahnya tidak sabar. "Biskuit ini sama seperti kita," sahutnya.

Sasuke bungkam, tidak mengerti apa maksud yang dikatakan Naruto.

"Kita berdua sama seperti Oreo ini. Sasuke, kau adalah biskuitnya, dan aku krimnya," ucap Naruto yang dibalas tatapan tidak paham dari Sasuke. "Biskuitnya yang berwarna hitam mungkin yang pertama kali kau lihat karena penampilannya yang menarik dan berbeda, tapi ketika kau merasakan krimnya yang lembut, rasa manisnya tentu akan jauh lebih mendominasi dibandingkan rasa biskuitnya yang sedikit pahit. Jika kau memakannya bersamaan, rasanya akan menjadi luar biasa, dan tentu saja krimnya yang menahan kedua biskuit ini bersatu," lanjutnya dengan senyum puas di bibir.

Awalnya Sasuke hendak membuka mulut untuk membalas perkataan Naruto. Namun dia mengatupkannya lagi rapat-rapat.

Melihat respon yang diberikan Sasuke, Naruto menggaruk belakang kepalanya kaku. Netra birunya menatap ragu-ragu. "Kau ... tidak akan mengatakan sesuatu?"

"Aku tetap tidak menyukai makanan manis," sahut Sasuke cepat, bangkit dari atas sofa. Detik selanjutnya dia sudah meninggalkan ruangan.

Naruto terdiam layaknya patung untuk sesaat. Mengedikan bahu dengan menaikkan sebelah alis, dia memakan seluruh biskuit di tangan dalam satu gigitan.

Namun...

Besoknya ketika Naruto membuka pintu lemari pendingin untuk mengambil air mineral, sepasang netra disambut oleh bungkus warna biru mendominasi seluruh isi lemari pendingin.

Tanpa harus berpikir dua kali dia tentu tahu, itu bungkus Oreo.

"Dasar teme." Senyuman lebar menghiasi bibir Naruto. Sejak saat itu, diam-diam dia tahu jika Oreo camilan kesukaan Sasuke selain tomat potong dadu.

.

End