Summary: Saat Mitsuba mulai merasa sehat, tiba-tiba saja Sougo jatuh sakit. TBC. Sementara Mitsuba makin merasa sehat, kondisi Sougo kian memburuk. Seolah Sougo menggantikan Mitsuba...

A/N: Cerita ini bukan buatan saya. Ini buatan 篩-san di pixiv yang berjudul さいごうのてがみ. Saya cuma minta izin nerjemahin aja karena ceritanya bagus. PoV ganti-ganti, semoga nggak membingungkan. Kalo dalam bahasa Jepang sih cara ngomong mereka beda-beda, jadi langsung ketauan. Maaf juga kalo bahasanya ada yang agak aneh. Yang bisa bahasa Jepang mungkin lebih enak baca langsung dari pixiv-nya: [www . pixiv / novel / show . php?id=2375616] (hapus spasinya)

Disclaimer: Gintama © Sorachi Hideaki; Saigo no Tegami © 篩

Rating: T

Genre: Angst


.

.

Surat Terakhir (Saigo no Tegami)

.

.

Souchan. Hanya ada satu orang yang memanggilku begitu.

Yang mengusap kepalaku dengan tangan yang lembut dan suara yang lembut. Dari dulu hingga sekarang, hanya Aneue seorang.

Saat aku membuka mata sambil mengumpulkan kesadaran, senyum Aneue yang seperti bunga itu terlihat.

Ini di mana? Sebenarnya apa yang...? Sesaat kemudian aku tahu jawabannya. Benar juga, aku ambruk ya? Tiba-tiba saja, di barak.

"Aneue... Kau datang?"

"Iya. Kau ambruk. Ingat?"

"Ya, aku ingat. Kenapa ya?"

"Itu pertanyaanku. Kau tidak enak badan ya, Souchan?"

"Mungkin kelelahan karena terlalu banyak bekerja. Tidak perlu khawatir. Daripada itu, Aneue tidak apa-apa? Udara di Edo kan tidak bagus."

Kalau kukatakan terlalu banyak bekerja, sebelum aku bekerja terlalu banyak pasti pekerjaan kuserahkan pada Hijikata-san, jadi sebenarnya aku tidak punya ide tentang apa yang terjadi padaku.

Tetapi, melihat wajah Aneue aku tahu kalau ia sangat mengkhawatirkanku, karena itu aku berusaha keras memperlihatkan senyum cerah padanya.

"Tidak apa-apa. Sekarang aku lebih mengkhawatirkan Souchan."

"Aku baik-baik saja, kok."

"Bicara begitu dengan penampilan seperti ini sama sekali tidak meyakinkan, tahu. Ah, jangan bangun. Kau harus tidur."

"Sudah kubilang aku baik-baik saja."

Aku senang dimanjakan oleh Aneue, tapi aku tidak mau membuatnya khawatir. Tubuh Aneue lemah, jadi aku tidak boleh membuatnya cemas. Badan hanya sedikit terasa berat saja, bukan hal yang besar. Mungkin hanya sedang tidak fit saja ya.

Saat aku bangkit dan melihat sekitar, aku ada di ruang rawat inap. Eksklusif. Jarum infus yang menusuk tanganku terasa sedikit sakit.

"Sampai tadi Kondou-san juga ada di sini, tapi sepertinya ada pekerjaan."

"Begitu ya."

"Kata dokter, tidak lama lagi hasilnya akan keluar."

Aneue menatapku dengan tatapan cemas, meraba dahiku. Tangan Aneue agak berkeringat, dingin.

"Tadi agak demam, tapi kelihatannya sudah tidak apa-apa."

"Makanya sudah kukatakan kan? Aku baik-baik saja."

"Fufu. Sejak dulu Souchan tidak bisa diam sih ya."

Setelah itu kami berbincang-bincang sedikt. Aneue masih kelihatan khawatir, tetapi diperlakukan seperti ini hanya karena belum tahu kenapa aku ambruk, rasanya berlebihan kan? Siapa sih yang membawaku ke rumah sakit sampai memanggil Aneue segala?

"Ngomong-ngomong, Souchan. Kemarin aku bertemu dengan anak itu."

"Anak itu?"

"Anak perempuan manis yang memakan pakaian China yang manis. Kagura-chan."

Akhir-akhir ini sepertinya Aneue akrab dengan si China dari Yorozuya. Sepertinya mereka juga menentukan rute jalan-jalan. Menurutku udara di Edo tidak bagus, juga banyak orang-orang jahat hingga aku tidak mau Aneue terlalu sering keluar, tapi karena akhir-akhir ini kondisi Aneue baik, ia sering keluar. Setelah keluar, Aneue akan menceritakan tentang orang-orang yang ditemuinya dengan wajah senang. Aneue memang paling cocok jika tersenyum, jadi kalau ada waktu, aku juga akan menemaninya jalan-jalan.

Karena semalam aku terpaksa tidur di barak, aku tidak berbincang-bincang dengan Aneue.

"Souchan sejak dulu tidak dekat dengan anak perempuan kan? Makanya sekarang aku agak tenang."

Entah kenapa Aneue tertawa senang. Aah, ini. Aneue kelihatan sangat hidup.

"Tolong hentikan, Aneue. Aku dan dia bukan seperti itu."

"Lalu apa?"

"Cuma... A, rival saja. Meski kelihatan begitu, cewek itu juga punya otot."

Ia teman berkelahi seperti Hijikata. Ternyata aku memang tidak bisa berkata seperti itu di depan Aneue.

"Begitu? Meski perempuan tapi kuat? Hebat dong. Enak ya..."

"Aneue tidak boleh jadi seperti itu. Aneue yang sekarang sudah sempurna."

"Ara. Tapi Souchan tertarik pada Kagura-chan yang kuat itu kan?"

"Ha?"

"Terus, Kagura-chan juga."

"...Aneue. Tolong hentikan."

Aneue tertawa, lalu kembali menatapku lekat. Saat aku bilang haus, Aneue segera memberikan minum padaku. Karena selama ini selalu Aneue yang berada di posisi dirawat, ada di kondisi yang jarang-jarang seperti ini membuatku agak senang.

Saat itu aku tidak tahu.

Saat mendengar nama penyakit itu, aku menyesal tidak menyuruh Aneue segera pulang sebelumnya.

.

.

.

Souchan...

Adik kesayanganku... Adikku satu-satunya...

"Sudah, tolong jangan datang lagi, Aneue."

"Kenapa?"

"Penyakit ini menular. Padahal akhir-akhir ini Aneue sudah sehat. Kalau tertular, nanti bagaimana."

...TBC, katanya.

Peyakit berbahaya yang menular, dan dalam kedokteran saat ini belum ada obatnya. Souchan segera diisolasi di salah satu ruangan di barak. Di rumah sakit terdekat tidak ada ruang untuk isolasi, dan sepertinya di rumah sakit yang lebih besar juga tidak ada kamar kosong.

Souchan bilang jangan datang dan tidak membukakan pintu untukku. Menurut perawat, aku dilarang karena tubuhku lemah. Tidak begitu. Sekarang ini kondisiku baik sekali. Padahal anak itu, adikku satu-satunya. Beberapa hari sejak saat itu, aku bahkan tidak diizinkan masuk ke dalam barak Shinsengumi. Padahal sebelumnya aku dibiarkan masuk karena aku kakak Souchan, sekarang penjaga mengusirku tanpa berani menatap mataku. Meminta tolong Kondou-san, Yamazaki-san, bahkan Toushirou-san di luar barak pun hasilnya sama saja.

"Are? Oneesan?"
"Eh?"

Mendengar suara yang familiar, aku menganggkat kepala dan melihat Kagura-chan mendekat sambil mengemut sukonbu. Saat aku melihat sekeliling, sepertinya tanpa sadar aku sudah memasuki daerah Kabuki-chou.

"Mitsuba-nee. Wajahmu pucat aru. Ada apa?"

Kagura-chan menatapku dengan wajah cemas. Aah, tidak boleh begini. Anak ini tahu kalau tubuhku lemah.

"Tidak apa-apa. Aku sudah jauh lebih baik. Karena itu, kalau aku, aku baik-baik saja."

"'Kalau aku'?"

Yang kondisinya buruk... Yang tidak baik...

Aah, bagaimana ini?

Tadinya Souchan sehat-sehat saja. Kapanpun tersenyum cerah, melakukan keusilan dengan semangat, anak yang seperti matahari.

Bagaimana ini? Bagaimana ini? Aku, apa yang harus kulakukan?

Setidaknya aku ingin merawatnya. Tertular juga aku tidak keberatan.

"...Mitsuba-nee. Sudah kuduga sedang tidak enak badan ne? Ke sini."

Kagura-chan menarik tanganku ke taman dan mendudukanku di kursi. Payungnya juga diposisikan di atasku, dan ia menatapku dengan wajah cemas. Anak yang ramah dan baik.

"Tidak apa-apa aru ka? Aku tidak punya uang, jadi tidak bisa membelikan minuman aru..."

"Tidak apa-apa. Terima kasih, Kagura-chan."

"Jangan-jangan orang-orang menyebalkan itu mengatakan sesuatu aru ka? Karena inilah grup berisi gorila, mayo, dan sadis itu menyusahkan aru!"

"Bu, bukan begitu. Semuanya orang-orang yang sangat baik padaku. Bukan itu, tapi Souchan..."

"...dia kenapa aru ka?"

Ditatap lekat-lekat oleh mata berwarna langit itu, aku terkesiap. Aah...

"...yang pucat, juga tidak sehat, bukan aku. Tapi Souchan."

"Luka lagi aru ka? Jangan khawatir, luka untuknya itu biasa aru ne. Sebentar lagi juga dia akan kembali..."

"Bukan...luka..."

"Eh?"

Ne, Souchan.

Souchan menyukai anak ini kan? Meski Souchan tidak bilang, hanya dengan melihat wajahmu saja aku sudah tahu lho. Memangnya kau pikir sudah berapa tahun aku menjadi kakakmu?

Lalu, anak ini... Kagura-chan juga...

Aku ingin membuat Souchan bahagia. Untuk adik laki-lakiku yang paling berharga dari siapapun. Seharusnya aku tidak datang ke Edo. Aku, menyerahkan penyakitku pada Souchan yang sehat. 'Hanya perasaanmu saja, bukan seperti itu.' Aku tahu kalian akan berkata seperti itu. Tapi, padahal Souchan selama ini selalu sehat. Saat di Bushuu pun dia banyak melompat sana-sini, dan meski sering terluka, ia hampir tidak pernah sakit.

Tepat saat aku datang ke Edo, Souchan ambruk. Di sisi lain, kondisiku sangat bagus.

Padahal ia adikku yang sangat sangat berharga.

TBC... Tidak... Penyakit seperti itu... Penyakit itu... Souchan...

"Mitsuba-nee. Pegang ini."

"E...eeh?!"

Kagura-chan menyerahkan payungnya kepadaku. Saat aku refleks menerimanya, tubuhku terangkat. Kagura-chan yang kecil menggendongku.

"Eh? Kagu..."

"Saat seperti ini yang paling penting adalah menyerang aru!"

"Ap... Tapi, aku, dilarang masuk."

"Hal itu tidak berpengaruh untuk Kagura-sama ne!"

Meski sambil menggendongku pun, Kagura-chan melangkah lincah. Dalam waktu singkat kami tiba di barak Shinsengumi, melompati pagar saat tidak ada orang yang melihat.

Dari sana dekat dengan kamar Souchan.

"Yang disebut timing yang buruk itu yang seperti ini ya."

Suara Souchan.

Aku tidak bisa bergerak. Bersembunyi di balik tembok, aku menahan napas.

"Mungkin aku dapatkan dari misi sebelum ini ya. Yah, untunglah aku yang menyelesaikannya sendirian."

"... Jangan mengatakan hal yang bodoh."

Suara Souchan terdengar teredam, tetapi suara yang satunya terdengar jelas. Toushirou-san.

"Kalau melihatmu sebagai bagian dari kelompok, satu orang memang terkesan ringan. Tapi, bagaimana dengan kakakmu?"

"Ada kau kan?"

"Sougo..."

"Bukannya aku mengakuimu. Tapi kalau sudah begini apa boleh buat. Tolong jaga Aneue. Menjauhkan Aneue karena tidak ingin dia tertular, kurasa mungkin itu juga menyakiti hatinya. Kau sampai memback-up seperti ini..."

"...Sougo."

"Aku tidak pandai bicara, jadi tolong, Followkata-san. Bukankah aku pengganggu? Ia merawatku sebagai pengganti orangtua, melakukan pekerjaan rumah, terlambat menikah, bahkan saat melihat cahaya kebahagiaan seperti orang-orang, calon suaminya seperti itu. Pada akhirnya gawat kalau meninggal. Aku ingin Aneue hidup lebih banyak, tertawa lebih banyak, menjadi nenek yang manis, panjang umur. Banyak hutang budi yang harus kukembalikan pada Aneue. Untuk itu, aku tidak keberatan kalau harus menyerahkan tubuhku."

"Sougo, kau..."

"Tapi, Hijikata-san. Aku adalah adiknya. Ada batas dari apa yang bisa kulakukan. Bagaimanapun aku ingin ia bahagia, bagaimanapun aku berharap, hanya ini yang bisa kulakukan. Karena itu, kumohon Hijikata-san. Aku memohon padamu adalah hal yang langka kan, karena itu setidaknya kabulkan saja."

"Kalau kau tidak ada, kau pikir ia akan bahagia?"

"Itu sih aku pun berusaha keras untuk hidup. Karena aku tidak ingin membuatnya menangis. Tapi pada dasarnya aku ini egois kan. Asalkan Aneue hidup, aku tidak keberatan. Hijikata-san, karena itu, peranmu adalah melanjutkan bagianku. Aneue itu, sekarang pasti sedang menyalahkan diri. Karena itu, aku tidak bisa bertemu dengannya. Kedatangan Aneue denga penyakitku tidak ada hubungannya. Meski begitu, ia pasti menyalahkan dirinya. Ia orang yang seperti itu. Padahal sudah dikatakan bukan begitu."

Souchan...

Kalau kau mengerti sampai situ...

Kenapa?

Suaraku tidak keluar. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan tangan gemetar.

"Seandainya, Aneueku sehat, dan aku yang mengambil bagian sakitnya pun, aku sudah puas. Dengan begitu aku bisa membalas budi."

Hutang budi katanya...

Hal yang seperti itu tidak ada. Karena...kita bersaudara kan? Keluarga kita hanya kita berdua kan?

Lalu, aku bisa hidup selama ini karena ada Souchan. Karena ada Souchan maka aku bisa tetap hidup meski orangtua kami meninggal. Selalu, aku menggunakan Souchan sebagai alasan untuk hidup.

Hei...

Karena itu, yang berhutang budi justru aku...

"Oi!"

Saat itu terdengar sebuah suara. Suara ini...

"Chi, China Musume..."

Suara Kagura-chan.

Kagura-chan menatap Toushirou-san dengan tatapan tajam, lalu mendekati mereka. Aku menatap sosoknya dari tempatku berdiri

"Sakit atau apapun aku tidak peduli. Tapi kalau ada yang membuat wanita menangis, Ratu Kabukichou ini tidak akan memaafkan kalian aru."

"Ha? Wanita...!"

Toushirou-san mengangkap sosokku. Jelas tergambar ekspresi panik di wajahnya. Tidak seperti biasanya, sepertinya ia benar-benar tidak sadar. Biasanya ia sensitif pada keberadaan seseorang.

Kagura-chan melewati Toushirou-san, berdiri di depan shoji yang tertutup.

"Sado. Sedang apa kau mengunci diri? Cepat keluar."

"... China ya? Sejak kapan kau ada di situ? Mencuri dengar adalah hobi yang buruk tahu."

"Coba katakan itu pada Mitsuba-san."

"Aneue? Kenapa...?"

Souchan tidak melanjutkan kata-katanya. Kagura-chan menendang shoji hingga terbuka.

Di balik shoji yang lepas, terlihat Souchan yang membatu.

Mata kami bertemu.

"Ane...ue..."

Maaf ya Kagura-chan. Aku memperlihatkan sosok lemah padamu yang lebih muda dariku.

Aku bergegas menghampiri Souchan. Saat aku melewati Toushirou-san, Souchan menjadi panik. Jangan mendekat, katanya. Tapi aku tidak mendengarkan. Tidak mendengarkan, aku duduk di depan Souchan.

PLAK!

Mengeluarkan suara yang lebih keras dari yang kurencanakan, aku menampar pipi Souchan.

"Jangan mengatakan hal bodoh!"

"..."

"Tanpa mendapat darimu pun, aku sudah cukup bahagia!"

Aku tidak berpikir kalau kita akan kembali tinggal bersama. Meski Souchan yang sudah besar tidak lagi menarik tanganku seperti dulu, aku kaget melihatnya tumbuh menjadi laki-laki yang hebat. Tetapi yang kulihat masih tetap Souchan yang manis, aku jadi tenang.

Karena itu, jangan berkata seperti itu.

Aku memeluk Souchan. Tanganku melingkari punggungnya yang sudah membesar. Souchan memanggilku "Aneue" dengan suara bergetar.

"Nanti kau akan tertular."

"Aku tidak peduli."

"Tolong...jangan bilang begitu."

"Aku ingin tinggal bersama Souchan. Souchan tidak mau?"

"...Haha... Benar-benar skak mat."

Dengan lengannya yang lebih panjang dari dulu, Souchan memelukku.

.

.

.

Bersambung


.

.

shoji: pintu geser dengan rangka kayu yang berlapis kertas

A/N: Huaaah... Nggak nyangka seharian bisa selesai juga nerjemahin satu part. Di aslinya tinggal satu part lagi. Semoga sanggup nerjemahin langsung jadi satu part juga.