"Hinata-chan, kau akan berkunjung kesini musim panas nanti kan?" Tanya bocah pirang berumur 8 tahun pada gadis kecil berumur 6 tahun dengan antusias.

"Hu'um, aku pasti kesini saat musim panas tiba, dan kita bisa bermain bersama lagi Naruto-kun!" balas gadis kecil bernama Hinata itu dengan anggukan ceria. "Baiklah, kita janji akan bertemu lagi musim panas nanti!" Sahut Naruto sambil mengacungkan jari kelingkingnya, gadis kecil bernama Hinata itu pun tanpa ragu menautkan jari kelingkingnya "Huum ini janji kita!"

Dan Hinata kecil pun berangkat kebandara dengan mengendarai mobil BMW hitam bersama ayah dan ibunya, meninggalkan Naruto yang hampir menangis karena berpisah dari teman baiknya. "Naruto-kun... berjanjilah untuk menungguku!" teriak Hinata dari dalam mobil.

"Aku akan selalu menunggumu Hinata-chan!" balas Naruto berteriak dan mobil BMW milik keluarga Hyuuga itupun semakin menjauh dan menjauh lagi.

"Ayah, ibu... Hinata-chan akan kembali lagi kan?" Tanya Naruto pada ayah dan ibunya setelah mobil itu tak tarlihat lagi.

"Tentu saja Naru-chan!"

MEMBUATMU CINTA PADAKU

Disclaimer : Masashi kashimoto

Rate : T

Genre : Romance, Comedy

Author : retsuya02

KRIIIINNNGGGGG...!

Suara jam weker terdengar begitu nyaring dikamar seorang pria berumur 23 tahun dan membangunkan dirinya dari mimpi. Dengan malas pria tersebut meraih jam weker yang masih berbunyi.

Brakk..!

Dan jam weker itupun pecah berantakan setelah dilemparkan ketembok. Hening, tak ada suara sekarang. Meski masih terasa berat namun pria itu tetap bangun dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi dan mencuci muka.

Setelah selesai, pria tersebut langsung membuka pintu kamarnya untuk menuju dapur, namun langkahnya terhenti ketika kakinya menginjak selembar kertas yang berisi pesan singkat dibawah pintu kamarnya, ia pun kemudian memungutnya dan membacanya pelan.

Naruto, ibu dan ayahmu akan pergi keluar kota beberapa hari untuk keperluan bisnis kau tak perlu khawatir teman terbaikmu akan menemanimu selama kami tak ada dirumah. Jadi anak yang baik yah, dan jangan membiarkannya pergi.

Pria bernama Naruto itu pun hanya bisa membaca pesan ibunya itu dengan raut bingung "Teman terbaik? Apa maksudnya? Aku kan punya banyak teman, masa mereka kusuruh kesini semuanya!" Gumam Naruto sambil berjalan menuruni tangga untuk menuju dapur "Dan jangan membiarkannya pergi? Ngeh.. apa lagi maksudnya itu?" lanjutnya sambil berbelok memasuki ruang dapur, karena terlalu asik menatap kertas ditangannya ia tak melihat kedepan dan tetap berjalan melewati meja makan begitu saja dan bahkan ia tak menyadari kehadiran sosok gadis yang duduk disalah satu kursi dimeja makan tersebut.

Naruto mendekati kulkas sambil bersiul siul dan lansung membuka pintu kulkas ia membungkuk mencari roti didalamnya tak lupa susu dalam kemasan pun ia ambil dari dalam "Hah.. kurasa pagi ini aku makan roti saja sebelum kerumah Sasuke main game!" Gumam Naruto dan masih belum menyadari sosok gadis dibelakangnya.

"Ibu bilang hari ini kau tak boleh kemana-mana kecuali bersamaku!" Naruto yang masih membungkuk didepan kulkas itu menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar suara datar dan tanpa ekspresi dari belakang "Sepertinya aku baru saja mendengar suara wanita!" Tanya Naruto dalam hati, karena penasaran ia pun berdiri tegak dan membalik badannya. Mata Naruto pun seketika membulat.

"K-kau...!"

Naruto menjatuhkan roti ditangannya ketika melihat gadis berambut indigo panjang dengan mata bulan tengah duduk manis dikursi meja makan dan menatapnya dengan datar tanpa ekspresi apaun. Naruto sangat mengenali gadis itu.

"Lama tidak bertemu, Naruto-kun, kurasa kau masih mengenalku?" Tanya sigadis dengan tenang, sedangkan Naruto tak tahu harus bagaimana, disatu sisi ia senang bertemu dengan wanita itu setelah sekian tahun lamanya terpisah namun, disisi lainnya Naruto merasa marah atas kehadiran tiba-tiba wanita tersebut.

"Hi-Hinata, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Naruto berusaha tenang dari debaran aneh yang tiba-tiba ia rasakan, "Oh, jadi kau belum tahu kalau kau dan aku dijodohkan, dan bulan depan kita akan menikah!"Jawab Hinata dengan suara datar membuat Naruto terkejut setengah mati.

"APA? Aku tak tahu perihal tersebut lagipula jika itu memang benar aku MENOLAK!" Sahut Naruto sambil mengepalkan kedua tangannya, dan Hinata yang mendengar itu tampak tenang-tenang saja namun dimatanya terbesit api kemarahan, ia kemudian berdiri dari kursinya dan melangkah mendekati Naruto yang tampak kikuk melihat wajah datar Hinata.

"Apa alasanmu menolak, apa kau sudah punya pacar hem?" Tanya Hinata dengan aura menakutkan membuat nyali Naruto menciut "So-soal itu... belum!" Jawab Naruto melangkah mundur karena Hinata terus melangkah kearahnya, dan saat punggung Naruto menabrak kulkas dibelakangnya ia pun hanya bisa gemetaran melihat mata hinata yang menyeramkan apa lagi jarak wajah mereka kini hanya beberapa senti saja.

"Lalu, apa alasannmu?" Tanya Hinata tenang

"Ka-karena aku.. ti-tidak menyukaimu!" bagaikan menyiram api dengan minyak kemarahan Hinata meledak. Dengan aura yang semakin menakutkan ia mencekik leher Naruto dan kembali berkata dengan suara datar "Kalau begitu akan kupaksa sampai kau menyukaiku!"

Naruto yang kaget mendapat cekikan Hinata hanya bisa meronta "Hi-hinata aku tak bisa be-bernafas!" Kata Naruto dengan suara terputus-putus, tenggorokannya terasa mau pecah. "Kalau ingin hidup, setujui perjodohan ini!" Sahut Hinata tenang dan naruto hanya mengangguk setuju karena memang tak punya pilihan lain. Hinata pun langsung melepaskan cekikan mautnya pada Naruto.

"Gwahh.. hosh..hosh.. aku pikir aku akan mati tadi!" ucap Naruto terduduk dilantai sambil memegangi lehernya yang baru saja terbebas dari cekikan maut Hinata. "Kalau begitu, apa yang membuatmu ingin menikah denganku?" Tanya naruto sambil kembali berdiri dan Hinata hanya menuduk menyembunyikan wajahnya yang merona "Karena aku mencintaimu, dan kuingin kau juga mencintaiku!" jawab Hinata.

"Tapi aku tidak menc-..!"

GREPP..!

"kalau begitu akan kubuat kau mencintaiku!" ucapan Naruto langsung terhenti karena wajahnya diremas oleh Hinata dengan garang .

SKIP

Naruto hanya bisa duduk dikursi meja makan sambil menjambak rambut pirangnya sendiri dengan kasar karena merasa terganggu dengan kehadiran Hinata apalagi diluar dugaan Naruto sifat Hinata bisa seperti itu, dan memaksanya untuk menyetujui perjodohan mereka, jika boleh jujur Naruto senang mengetahuinya namun entah ada perasaan apa Naruto enggan menerima perjodohan itu. Sekarang Naruto benar-benar dibuat pusing. "ibu, ayah, apa yang sebenarnya kalian rencanakan?" gumam Naruto.

Ketika Naruto masih asik dengan pikiranya yang campur aduk, Hinata dengan santai melangkah menuju kamar mandi yang tak jauh dari tempat Naruto duduk, ia kini hanya mengenakan handuk yang melilit ditubuhnya karena memang Hinata berniat untuk mandi, namun langkang Hinata terhenti tepat didepan pintu kamar mandi itu, ia hanya berdiri tegak sambil terus menatap pintu kamar mandi itu dengan datar. Cukup lama ia seperti itu dan itu menarik perhatian Naruto.

"Hei, sampai kapan kau akan berdiri begitu terus?" Tanya Naruto, Hinata menoleh pada Naruto dan bertanya "Pintu ini, kenapa tidak mau terbuka sendiri?"

"KARENA ITU BUKAN PINTU OTOMATIS TAHU!" teriak Naruto kesal sedangkan Hinata hanya ber-oh ria dengan tenang "Kalau begitu, bukakan pintu ini untukku!" pinta Hinata tanpa dosa.

"Cih, kau ini!" gerutu Naruto sambil bangkit berdiri dan malangkah ketempat dimana Hinata berdiri dan langsung membuka pintu kamar mandi untuk Hinata "Nah, sekarang masuklah dan mandi sepuasmu!" perintah Naruto malas.

Hinata tak bergeming dan malah tetap berdiri ditempatnya membuat Naruto kembali bertanya "Apa lagi? pintu ini kan sudah kukbukakan untukmu!" Hinata tampak berfikir sejenak

"Naruto-kun, apa kau tidak ingin mengintipku mandi?" Tanya Hinata tanpa ekspresi apapun.

"NANI? Apa kau sudah gila?" Sahut Naruto terkejut. Dan Hinata langsung menatapnya

"Apa kau tak ingin mengintipku mandi?" ulang Hinata

"TIDAK!"

"Kau tidak ingin melihat dadaku?"

"TIDAK, TERIMA KASIH!"

"Oh!" sahut Hinata dengan wajah aneh dimata Naruto

"JANGAN PASANG WAJAH SEPERTI ITU!" teriak Naruto kesekian kali.

GREPP..

Hinata langsung mencekik lagi leher Naruto dan membuat Naruto kembali merasa tenggorokannya terasa mau pecah "Hi-Hinata ak-aku tak bis-bisa berna..fas..!"

"Kalau ingin kulepaskan kau harus mengintipku mandi!" kata Hinata datar sedangkan Naruto hanya mengangguk lagi dari pada nyawanya melayang.

"Ba-baik!"

"Ah.. Naruto-kun, tak kusangka kau begitu!" ucap Hinata menunduk malu-malu dan sedikit merona. "ngeh, begitu apanya? aku dipaksa tahu!" umpat Naruto kesal.

Karena takut lehernya dicekik oleh Hinata lagi, Naruto denga perasaan campur aduk ikut masuk kedalam kamar mandi bersama Hinata, sekujur tubuh naruto bergetar hebat, keringatnya terus mengalir deras dan Naruto berkali-kali menelan ludahnya sendiri karena ini pertama kalinya ia akan melihat wanita secara langsung mandi didepan matanya.

Hinata yang semula membelakangi Naruto kini menoleh kearahya, dengan senyuman tipis Hinata kembali mendekati Naruto yang terus gemetar "Naruto-kun apa kau mau melihat ini?" Tanya Hinata sambil mengangakt tangannya bersiap melepas lilitan handuknya dan Naruto hanya diam dengan tubuh yang semakin bergetar hebat bahkan lututnya kini terasa lemas "Akan kulepas dan kau harus melihatnya!" lanjutnya kemudian.

Mata Naruto membulat sempurna, sedangkan Hinata nyaris membuka handuknya namun...

CLAK...!

"WOOOAAAA... MATAKU...MATAKU TERASA TERBAKAR DI LAHAR YANG MENDIDIH!" Teriak Naruto sambil berguling-guling dilantai dan memegangi matanya karena baru saja kedua matanya ditusuk oleh dua jari Hinata dengan telak.

"Naruto-kun no ecchi, seorang pria tak boleh mengintip wanita mandi!" ucap Hinata tanpa dosa.

"SESEORANG BUNUH AKU SEKARAAANNGG...!" teriak Naruto gaje.

Bersambung?

Yoshh... untuk sementara sampai disini dulu, fic ini Cuma dua chapter aja kok hehehe

Sifat hinata aku terinspirasi dari KIRISHIMA SOUKO dalam anime BAKA TO TEST semoga ga maksa