"Ayo putus."
Mark diam sejenak. Mencerna dua kata yang simple tapi sangat susah dipahami. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari lelaki dihadapannya; tanpa memikirkan perasaan Mark dan betapa sulitnya mencerna kata-kata itu.
"Apa?"
"Ayo putus."
"Kenapa?"
"Kita sudah tidak cocok lagi."
Klasik. Tidak cocok adalah alasan banyak orang mengakhiri hubungan.
"Apanya yang tidak cocok?" Mark bisa mendengar suaranya bergetar. Tapi Haechan, lelaki di hadapannya itu, terlihat tak acuh.
"Ya pokoknya tidak cocok. Kita tidak bisa sama-sama lagi. Jadi ayo putus."
Sekali lagi Mark Lee ingin tanya kenapa. Tapi lidahnya terlalu kelu. Dia menyayangi lelaki di hadapannya ini. Tapi apakah putus balasan yang tepat untuknya?
"Ayo putus, Mark."
Mark tercekat. Terlalu bingung untuk membalas.
"Ayo putusㅡ"
"Ya."
"Apa?"
"Ya. Ayo putus."
Karena Mark Lee tidak bisa berkata tidak demi kebahagiaan seorang Lee Haechan.
Halo, ini author monstacookie. Sengaja buat akun baru karena akun lama gak bisa publish cerita. Ada yg tahu kenapa?
Don't forget to review, sekian terima gajiㅋㅋ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ㅡomake;
"Cut!"
Mark menghela nafas, lega. Akhirnya scene paling sulit ini selesai juga. Dia melirik Haechan, yang diam-diam sedang menahan tawa.
"Mukamu kelihatan seperti camar menahan buang air besar." komentar Haechan.
"Berkacalah, bocah dekil," Mark memutar bola matanya, sebal, "Mukamu juga sebelas-duabelas dengan kudanil beranak."
"Sialan," Haechan tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia tertawa keras-keras sampai staff disekelilingnya ikut tertawa juga. Dia memang yang paling konyol dari semua makhluk di muka bumi.
Mark menoyor kepala Haechan pelan sambil tertawa, "Dasar tidak sopan,"
"Hei, bagaimana dengan cake dan kopi di cafe seberang setelah ini?" tanya Haechan setelah tawanya tersudahi.
"Bilang saja kau minta ditraktir,"
"Aku lapar. Lihat mukamu di scene ini saja bikin aku lelah," Haechan menjawab sembarang, lalu dibalas dengan toyoran lagi dari Mark.
"Baiklah, bocah dekilku." Mark dengan cepat mencuri kecupan di pipi Haechan. "Bereskan barang-barangmu sana."
"Oki-doki, Markeuli!"
; end ;
