Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, gaje, amatiran
Romikus
.
by nopi
Chapter 1
"Ah! Reviewnya sudah genap 300!"
"Apa kubilang, ceritamu itu memang seru. Selamat ya!"
Sakura tersenyum gembira saat Ino menyikut pelan rusuknya sambil memberi ucapan selamat. "Yasudah, kita lanjut kerja lagi. Berapa lembar lagi, Pig?" Sakura menjulurkan kepalanya untuk melihat sketsa yang sedang dikerjakan Ino. "Ini yang terakhir," Ino menjejalkan dua lembar sketsa untuk Sakura, sementara dia kembali melanjutkan sketsa bagiannya yang sudah hampir selesai. Sakura mengangguk lalu mengerjakannya.
Menjadi mudah baginya, karena dari tiga puluh dua lembar sketsa, dia hanya mengerjakan dua belas lembar. Sakura sangat berterimakasih pada Ino yang datang untuk membantunya menyelesaikan sketsa-sketsa ini. Padahal ini pertengahan bulan desember; yang seharusnya dipakai Ino untuk bersenang-senang bersama keluarganya ataupun temannya—mengingat Ino selalu mempunyai rencana-rencana spektakuler jika sedang libur akhir tahun seperti ini. Sedangkan Sakura adalah kebalikannya; ia sebagai komikus sudah pasti selalu sibuk di rumah untuk mengerjakan sketsa-sketsa sebelum tenggat waktu datang.
Sakura tinggal sendirian di mansionnya karena orangtuanya tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis. Sakura tidakpunya waktu untuk memikirkan rasa kesepian dan kesendiriannya, setiap hari ia diharuskan untuk selalu berhadapan dengan lembaran kertas dan botol-botol tinta. Terkadang sahabat-sahabatnya akan mengunjunginya untuk sekedar membawa cemilan atau juga ikut membantunya. Dan hari ini adalah jadwal Ino yang hadir, ia menolak semua ajakan berbelanja natal demi membantu Sakura. Bahkan tadi Ino mengambil alih sebagian besar pekerjaan Sakura agar Sakura bisa melanjutkan tulisan cerita fiksinya di salah satu forum online. Memang disamping pekerjaannya menjadi komikus, Sakura juga suka menulis cerita saat ia sedang bosan. Hanya cerita ringan yang terbagi beberapa chapter—namun Sakura perlu bekerja keras untuk melanjutkan cerita-ceritanya yang sudah dipublish namun masih menggantung. Seperti tadi, Sakura baru mempublish chapter baru di cerita yang baru dibuatnya tiga minggu yang lalu dan ternyata reviewnya sudah mencapai tiga ratus. Sakura selalu menyukai review dari pembaca ceritanya. Ada rasa bangga dan senang jikalau para pembaca itu menyukai ceritanya.
Ino yang sudah menyelesaikan pekerjaannya bangkit berdiri dan beranjak ke dapur untuk menyeduh dua cangkir coklat panas. Setelah itu, dia membawanya ke ruang tengah. Menaruh cangkir milik Sakura di meja sedangkan cangkir miliknya dia pegang sendiri.
"Hei Forehead, kau belum membaca reviewnya ya? Aku yang baca ya!" seru Ino seraya berjalan menuju laptop Sakura yang hidup di atas meja belajar di pojok ruangan. "Iya!" Sakura berseru lalu melanjutkan kembali goresan tintanya.
"Hm…." Ino mangut-mangut saat melihat review itu, seperti biasa, para pembaca sangat menyukai cerita Sakura dan sangat puas dengan chapter baru yang tadi dipublish. Ino meneliti satu-satu review itu sampai kebawah. "Sepertinya tidak ada yang memberikan kritik untuk hari ini," gumam Ino. Itu wajar, karena semakin hari cerita Sakura juga semakin fresh, mungkin para pembaca sudah puas akan hal itu dan hanya memberinya pujian saja.
"Tu—TUNGGU! APA TADI?!" Ino kembali menuju layar atas, sepertinya ada review yang berbeda tadi. Lalu detik berikutnya Ino membelalak, mengulang berkali-kali agar dia tak salah lihat. Seseorang dengan nama yang aneh memberi review dengan kalimat yang sangat sulit untuk dipercaya.
Devil
Fanfictionmu ini sangat buruk. Tidak ada hal menariknya sama sekali. Gaya penulisannya sangat berlebihan seperti anak remaja yang baru pubertas. Dialognya juga aneh. Ceritanya tidak dapat menyangkut di hati. Mungkin, orang butapun tidak sudi membaca tulisanmu yang jelek ini. Kau lebih cocok menjadi komikus daripada penulis, jadi berhentilah menulis disini. Mengganggu citra para penulis muda berbakat saja.
—begitu tulisannya. Ino sudah sering melihat kritik dan saran yang dilontarkan pembaca pada Sakura melalui daftar review, namun baru kali ini ia melihat ada seseorang yang berkomentar panjang lebar namun tidak memberikan motivasi sama sekali. Ini bukan kritik, apalagi saran. Ini namanya penghinaan. Enak saja Sakura disuruh untuk berhenti penulis. Ino tidak terima ini.
"Forehead!" Ino berseru, memanggil Sakura yang masih sibuk dengan bagian terakhir di sketsa itu. "Sini deh!" Sakura mendongak sebentar. "Sebentar! Ini hampir selesai."
Sambil menunggu Sakura menyelesaikan pekerjaannya, Ino dengan emosi yang meledak-ledak membuka profile orang itu. Devil? Benar-benar nama yang cocok untuk komentar tak berperasaannya barusan. Tidak ada history disana, sepertinya ia membuat akun hanya untuk membaca dan mengomentari tulisan orang lain. Namun tetap saja yang barusan itu bukan termasuk komentar yang baik.
"Ada apa?" Sakura muncul di sebelah Ino sambil menyesap sedikit cokelat panasnya. "Coba lihat ini!" Ino menunjuk satu nama di kolom review. Sakura membacanya dalam hati lalu menutup mulutnya dengan tangan, terlalu kaget saat mengetahui dan membaca komentar itu.
"Jahat sekali 'kan? Siapa sih dia? Memangnya dia mampu membuat cerita fiksi yang sangat bagus?! Cih! Menyebalkan sekali," gerutu Ino kesal.
"Apa dia adalah seorang penulis yang sedang menjelajahi tulisan-tulisan di forum ini ya?" celetuk Sakura.
"Tidak mungkin! Mana ada seorang penulis yang memberikan komentar macam itu! Tidak membangun dan sangat kasar, penulis macam itu?!" Ino bersedekap dada. "Dia tuh yang anak remaja baru pubertas! Makanya dia tidak mengerti tentang ceritamu yang bagus, huh." Sakura tidak menyahut, ia juga merasa kesal. Bagaimanapun Sakura selalu mengerjakan ceritanya dengan serius untuk memuaskan hati pembaca, tentu saja ia tidak terima jika mendapat hinaan seperti ini terlebih lagi orang itu menyuruhnya untuk berhenti menulis. Benar-benar menyebalkan.
"Sudahlah Ino, biarkan saja. Bagaimana kalau sekarang kita memasak kare? Aku lapar, kau juga 'kan?" kata Sakura. Sakura tahu Ino adalah orang yang gampang meledak-ledak, bukan tidak mungkin Ino akan mencari siapa gerangan yang bersembunyi dibalik nama 'Devil' itu, namun sekarang Sakura tidak ingin Ino membuang waktunya dengan sia-sia.
"Kau yakin takmau menghapusnya?"
Sakura menggeleng. "Biarkan saja. Lagipula masih banyak komentar yang bagus 'kan? Tidak perlu terlalu dipikirkan. Ayo," Sakura menarik tangan Ino. Ino mendesah lalu memutar bola matanya. "Terserah kau saja deh."
"Kau bilang apa?"
"Kupikir aku sudah mengucapkannya dengan sangat jelas tadi," Itachi memutar bola matanya. "Sudah dulu ya, aku ingin makan siang bersama Konan." Itachi beranjak pergi, meninggalkan adik semata wayangnya yang masih bergeming di sana dengan terbelalak marah.
"Itachi sialan!"
"Ah! Sasuke." Sasuke menoleh dengan cepat saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Perempuan cantik bersurai ungu sedang berdiri di hadapannya dengan tangan yang mendekap map merah di dada. "Apa benar yang dikatakan Itachi tadi?" Sasuke bertanya dengan tatapan tajam. Merasa tidakpunya waktu untuk mengatur nada bicaranya menjadi sopan pada kakak iparnya ini. Kalau perkataan Itachi tadi benar, Sasuke tidak akan peduli lagi dengan fakta bahwa ia sedang berhadapan dengan Konan yang selalu baik hati padanya ini.
"Ah, Itachi sudah memberitahumu?" tanya Konan dengan nada ramah. Sasuke mengangguk cepat. "Iya, itu benar. Kali ini aku sangat membutuhkanmu Sasuke," kata Konan dengan nada tenang sedikit mengerti penyebab wajah Sasuke yang sekarang sedang merengut.
"Aku menjadi editor komik?! Yang benar saja! Aku ini komikus, kalau kau lupa!" Sasuke mengatur napasnya sejenak. Konan sedikit terkejut lalu berusaha kembali normal dan tersenyum. "Tapi kata Itachi, kau sedang break membuat komik 'kan?" Sasuke semakin mengerut dan diam-diam membenarkan perkataan Konan dalam hati. Itu memang benar. Ia sedang tidak ingin membuat komik saat ini, ia sedang ingin bermalas-malasan tanpa pekerjaan apapun di rumah.
"Tolong ya, Sasuke, hanya kau harapanku satu-satunya. Kau tahu 'kan editor yang seharusnya mengerjakan ini seminggu yang lalu mengalami kecelakaan dan masih koma di rumah sakit dan aku tidaksempat untuk mencari penggantinya." Konan tahu Sasuke akan menolak, namun sekarang tak ada pilihan lagi selain membujuknya seperti ini. "Kau yang paling mengerti soal komik, editor ini tidak sulit kok. Kau 'kan sudah tahu bagaimana editor bekerja. Ayolah, kumohon…"
Sasuke bersedekap dada, masih belum ingin mengalah. Namun melihat wajah Konan dan mendengar pemintaannya itu, Sasuke menjadi tidak tega. Apa susahnya menjadi editor sementara? Semua yang Konan ucapkan itu benar. Sasuke menggerutu dalam hati saat merasakan pertahanannya sedikit demi sedikit melunak.
"Sasuke? Mau ya? Setelah ini aku tidak akan menyuruhmu lagi kok, janji deh. Kali ini saja, demi aku. Kumohon…." Konan masih berupaya membujuk Sasuke, mengeluarkan tatapan puppy eyes miliknya dan memohon dengan nada sedih.
"Hn." Sasuke segera beranjak pergi meninggalkan Konan. Terlalu gengsi baginya untuk mengatakan secara langsung bahwa ia mengalah. Konan adalah orang kedua setelah ibunya, yang membuatnya tidak memakai argumen dan mampu membuat pendirian awalnya kalah. Hebat, gerutu Sasuke dalam hati.
Di tempat yang sama, Konan tersenyum lebar lalu bersorak, sangat tahu gumaman samar Sasuke yang barusan itu bertanda setuju. Ternyata kemampuannya membujuk adik iparnya itu masih ada dan masih berpengaruh sangat ampuh bagi Sasuke. Konan merogoh ponselnya dan menghubungi salah satu nomor yang ada di kontaknya.
"—Ah, sepertinya aku sudah menemukan editor pengganti sementara untukmu. Nanti akan kuhubungi lagi jika dia sudah siap untuk menjemput sketsamu. Oke?"
.
.
TBC…
.
.
A/N: awalnya sih mau ngebuat Saku jadi penulis novel gitu, tapi kayaknya ada yang nggak cocok deh hehe, akhirnya jadi komikus deh. btw saya udah ngebuat cerita ini satu bulan yang lalu sih dan hampir aja lupa sama dokumen ini kalo gak ngubek-ngubek file lama tadi pagi. terus ada banyak adegan yang kayaknya nggak cocok untuk chapter awal, jadi akhirnya saya hapus dokumennya terus buat ulang bener-bener dari awal selama 20 menit. rekor banget, guys. semoga memuaskan aja deh hihiw:3
RnR?
26.06.2015
