WARNING : AU, OOC BERAT, BL, INCEST, HAREMxSANJI, TYPO(S), BAHASA BAKU & GAK BAKU, dsb. DLDR!
A/N : Setting latar disini adalah Grandline versi modern namun kemampuan buah iblis tetap bisa dipakai.
.
.
.
One Piece milik © Eichiro Oda Sensei
No Reason to Love You © Hiria-Ka
.
.
.
DRAP DRAP DRAP
Sanji berjalan dengan cepat melewati lorong-lorong kelas menuju ruangan kepala sekolah. Ekspresi wajahnya terlihat sangat kesal. Ia tak habis pikir! Walaupun ia adalah seorang wakil ketua OSIS, dirinya malah teramat sering di panggil oleh kepala sekolah bukan karena kegiatan OSIS-nya melainkan karena seorang adik yang teramat sangat ia sayangi tapi juga yang selalu membuatnya jengkel setiap saat.
BRAK
"OI! MARIMO BODOH! APA LAGI YANG KAU PERBUAT HAAHH?!"
Sanji yang baru sampai langsung saja membuka pintu ruang Kepala Sekolah dengan kencang dan menyemprot Zoro yang sedang duduk menghadap kepala sekolah dengan dongkol.
"KAU TAU, KAU INI SELALU SAJA MEMBUATKU REPOT! ADIK BODOH! TAK CUKUPKAH KAU MEMBUAT KESALAHAN LAIN DI DALAM SEKOLAH? DASAR MARIMO BAKA!" omelnya sambil menjotos jidat Zoro dengan kedua jarinya— sampai-sampai jidat Zoro memar karena jotosan maut dari sang kakak.
Zoro yang dimarahi hanya bisa diam tanpa mengucap sepatah katapun. Sedangkan kepala sekolah— a.k.a Monkey D Garp— hanya menatap datar kedua saudara itu. Ia sudah biasa menyaksikan Sanji yang mengomel-ngomel pada Zoro. Sebenarnya ia bisa saja mengeluarkan Zoro dari sekolahnya, tapi, mau bagaimana lagi. Kalau saja Zoro bukan teman dekat Luffy— cucunya, pasti ia tak akan segan-segan mengeluarkan si bocah berambut hijau dungu itu dari sekolah ini.
Dilihat dari sudut manapun mereka berdua bukan seperti adik kakak yang sewajarnya. Garp sangat yakin bahwa; mungkin saat ibu mereka melahirkan Zoro bayinya 'tertukar' dengan bayi yakuza sehingga Zoro mempunyai sifat brutal seperti itu, berbeda jauh dengan sifat kakaknya—Oh tunggu!— Garp hampir saja lupa, bukankah si bocah berambut rumput itu memang anak dari seorang Yakuza?
Ah iya... sifatnya memang sama dengan ayahnya—Donquixote Doflamingo seorang Yakuza yang terkenal akan kekejamannya dan memiliki anak buah hampir diseluruh Kota Grandline ini. Jujur saja, Garp lebih menyukai Sanji ketimbang Zoro, apalagi Luffy sering bilang padanya bahwa Sanji benar-benar orang yang baik, dia selalu memberikan makanan pada Luffy di saat ia kelaparan. Bahkan Luffy pernah bilang pada Garp kalau ia ingin sekali menukar Ace dengan Sanji agar Sanji menjadi kakaknya sementara lantaran Ace tidak pernah bisa membuatkannya beberapa makanan yang layak konsumsi. Sungguh pemikiran yang luar biasa bodohnya.
Garp mengangguk-angguk sambil memegang dagunya saat berpikir. Ia kembali lagi melihat duo saudara itu.
"Hei bocah pirang"
Sanji menoleh saat Garp memanggilnya.
"Aaa— maafkan aku, Garp no Jii-san." Sanji menundukan kepalanya lalu melototi Zoro dan menjitaknya pelan.
"Keh..." Zoro sendiri hanya mendengus sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Huff... kesalahan apa lagi yang diperbuatnya Jii-san?" tanyanya lelah. Padahal baru saja ia selesai rapat OSIS ia malah langsung di panggil kesini karena ulah dari adik tercintanya.
"Aku sudah menanyai si rumput bodoh ini kenapa ia menghajar Kohza anak dari konglomerat itu sampai tidak sadarkan diri, tapi adikmu ini tidak mengatakan sepatah kata pun" jawab Garp bosan.
Sanji mulai menampakan wajah horror "Ahh... kau berkelahi lagi Marimo?" geramnya dongkol.
"Anak itu yang memulainya" Zoro hanya menjawab cuek dan dingin seperti biasa.
"ehh—? ap—"
"Sudahlah kakek. Cepat berikan hukumannya padaku. Aku tidak suka bertele-tele" tanpa memberi sang kakak kesempatan untuk bertanya lebih lanjut Zoro mengalihkan topik pada Garp dengan malasnya.
"Sopanlah sedikit Marimo!" bentak Sanji yang kemudian menslap kepala Zoro.
"Heh, aku sudah tidak punya hukuman apapun lagi untuk mu bocah rumput" decih Garp sambil makan donat yang entah datangnya dari mana.
"Hee? Lalu kenapa kau memanggilku kesini Jii-san?" Sanji memiringkan kepalanya bingung seraya menatap Garp yang masih setia memakan donatnya.
"Aku serahkan hukuman bocah ini padamu. Aku sudah bosan memberinya hukuman"
"Ehee? Kenapa harus aku Jii-san?"
"Karena kau adalah saudara dari bocah rumput ini. Maka aku serahkan dia padamu. Terserah kau mau menghukumnya bagaimana. Lagi pula meski aku memberinya hukuman, Luffy pasti akan membantunya dengan segala cara(?)"
"Ta-Tapi—"
"Tak ada tapi-tapian. Jika kau menolak akan kuturunkan jabatan mu sebagai wakil ketua OSIS! Sekarang, pergi kalian!"
Dan dengan begitu Garp pun mengusir kakak beradik itu keluar dari ruangannya.
'Bagaimana ini? Kalau aku tidak memberikan hukuman pada marimo, jabatanku sebagai wakil ketua OSIS akan di turunkan! Dan gadis-gadis pasti akan menjauhiku Argh! Merepotkan sekali sih punya adik laki-laki! Grrraaahh! Kenapa aku tidak diberkati dengan adik perempuan yang cantik dan penurut saja...' Batin Sanji sebal.
Ia berjalan sambil memelototi Zoro dengan tajam— setajam-tajamnya(?)— sedangkan yang di pelototi hanya memalingkan wajah ke arah lain dengan keringat dingin yang mengucur dari dahinya.
Takut akan omelan sang kakak yang sepertinya sebentar lagi akan meledak, Zoro melangkah lebih cepat mendahului Sanji, namun— tentu saja Sanji tak tinggal diam, ia segera menarik kerah belakang baju Zoro agar tidak kabur. Dan... bersyukurlah karena sepertinya kali ini dewi fortuna sedang ada di pihak Zoro. Sebab, baru saja Sanji hendak memarahinya tiba-tiba—
"SANJIIIIIIIIIIIIIIIIII~" sesosok bocah karet bernama Luffy berlari dan menerjang sang kakak dari belakang. Dan alhasil... mereka— Luffy, Sanji dan Zoro jatuh tersungkur saling menindih. Membuat siswa siswi yang ada disana memperhatikan mereka dengan pandangan aneh.
"Gaaahh! Apa yang kau lakukan Luffy!" Sanji yang memang lagi kesal langsung saja memarahi Luffy yang dengan seenak dengkulnya menyerangnya secara mendadak.
Ia berusaha mendorong Luffy yang kini telah menindihnya dari belakang namun Luffy malah memeluknya dengan erat.
"Sanji~ Haraheta~" rengeknya manja pada ketua klub memasak yang sekaligus juga kakak dari Roronoa Zoro. "Ah! Hey Zoro! Sedang apa kau disitu?" celetuknya dengan nada polos tanpa dosa saat melihat Zoro yang sedang tengkurap sambil mencium lantai.
Sanji yang tersadar akan ucapan Luffy barusan langsung kembali menolehkan kepala pada Zoro yang tertimpa olehnya. Dan...
"Whaaa! Zoro!"
Dengan panik Sanji langsung menendang Luffy jauh-jauh dan melihat keadaan adiknya yang mungkin sudah sekarat.
"Marimo kau tidak apa-apa? Ah! Hidung mu berdarah!"
Zoro berdiri. Ia hendak mengelap hidungnya yang berdarah sehabis 'mencium' lantai. Tapi tidak jadi karena dengan cekatan Sanji langsung mengunakan sapu tangannya untuk mengelap darah yang keluar dari hidungnya. Mendapat perlakuan seperti itu Zoropun hanya membiarkannya saja tanpa berniat untuk protes. Dia selalu senang bila mendapat perhatian dari sang kakak.
"Lihat perbuatan mu ini Luffy!" Sanji kembali memarahi Luffy yang masih tersungkur beberapa meter di ujung koridor sana.
Luffy pun bangkit berdiri dan kembali mendekati duo kakak beradik itu.
"Maaf" tukasnya datar, nyaris tak ada nada bersalah dalam ucapannya dan hal itu membuat Sanji memunculkan urat siku-siku di pelipisnya.
"Kau sungguh-sungguh minta maaf atau mau mengajak ku berkelahi Hah?"
Oke, dan sekarang seluruh perhatian Sanji menjadi milik Luffy. Zoro yang melihatnya entah mengapa merasa agak kecewa sehingga ia memutuskan untuk pergi duluan dari sana.
"Aku harus ke klub kendo, sekarang juga" setelah mengatakan hal itu ia pun melengos pergi dari sana, meninggalkan Sanji dan Luffy yang terdiam menatap kepergiannya.
"Ada apa dengan Marimo itu? kenapa buru-buru sekali..." pikir Sanji heran, namun tak lama karena rengekan Luffy kembali terdengar
"Sanji~ aku lapar~ ayo kita ke kantin, yang lainnya pasti sudah menunggu"
Dan tanpa basa-basi lagi berhubung ia juga sudah lapar mau tak mau Sanji harus mengikuti ajakan Luffy.
.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya di kantin Sanji langsung saja ngibrit secepat kilat ke arah Robin, Nami dan Vivi yang sudah duduk bersama dengan teman-teman yang lain.
"Ah! Itu Sanji! Sanjiiiiiiiiiii~" teriak Chopper. Berharap bahwa Sanji akan menyapanya kembali. Tapi sayang harapannya tidak terwujud karena Sanji malah menghampiri Nami, Robin dan Vivi.
"Nami-swaaaan~~ Robin-chwaaaan~~ Vivi-chwaaaan~~ Aku rindu sekali dengan Kalian~" ujarnya dengan mata lope lope dan menciumi tangan Nami, Robin dan Vivi bergantian.
Setelah melakukan ritual gaje nya— yaitu menggombal-gembel pada Nami, Robin, dan Vivi. Sanji pun duduk di sebelah Brook yang tengah menyesapi teh nya. Ia mengeluarkan kotak bekalnya dan hendak memakan bekalnya, namun, teriakan dari seseorang membuatnya menolehkan kepalanya kebelakang dan terpaksa harus menunda untuk melahap makan siangnya. Begitu pula dengan teman-teman yang lain.
"OIIII MINNAA!" Ace tiba-tiba datang dengan keadaan yang mengenaskan seperti habis di keroyok masa. Ia di bantu oleh Marco dan Sabo untuk berjalan kearah Sanji dan kawan-kawan. Ketika sampai, Ace pun langsung mendudukan dirinya di sebelah Sanji diikuti oleh Sabo yang duduk disebelah Luffy yang tengah asik makan dan Marco yang duduk di samping Chopper.
"Whoa Ace, kenapa kau berantakan seperti itu?" tanya Luffy pake muncrat mengenai wajah Ace yang tepat duduk di depannya.
Lalu... dengan santai, Ace mengelap wajahnya dan menjawab "Tadi aku—"
"—dia dikeroyok oleh Fansgirl nya" Marco memotong perkataan Ace sambil minum jus jeruk milik Sabo.
"Hoy! Kembalikan itu, jambul sialan!" dan jus jerukpun kembali direbut oleh Sabo, tak lupa si tinju api kedua memberikan hadiah geplakan di kepala Marco.
Ace sendiri malah asik pundung dengan background suram dibelakangnya. Membuat Sanji, Brook, dan Ussop yang ada di sebelahnya merinding tak nyaman akan hawa suram itu.
"Ah. Hahah.. aku rasa aku ingin tambah teh lagi. Yohohoho..." tukas Brook takut-takut dan pergi menjauh dari sana untuk memesan teh.
"Tu-tunggu! A—aku ikut!" dan diikuti Ussop yang mengejarnya. Meninggalkan Ace dan Sanji yang duduk berdampingan. Melihatnya saja Sanji jadi prihatin akan keadaan teman sekelasnya yang kini terlihat mengenaskan dengan baju compang-camping yang kotor seperti pemulung.
"Sudahlah, Ace. Beginilah nasib menjadi ketua OSIS" desisnya, bermaksud menenangkan Ace tapi perkataannya malah membuat Ace tambah pundung. Tidak kehabisan ide, Sanji pun menawarkan bekalnya pada Ace dengan maksud untuk menghiburnya— mengetahui kebiasaan Ace yang sangat mirip dengan Luffy—tukang makan.
"Oi Ace, ini, mau bento ku tidak?" ia mendorong bentonya pada Ace dengan harap-harap cemas. Dan benar! Mata Ace langsung berbinar bagaikan anak kecil yang baru saja mendapat permen. Luffy yang melihat Sanji meberikan bentonya pada Ace langsung berusaha merebutnya, tapi Ace segera menjauhkannya.
"Kau sudah punya makanan mu sendiri Luffy" sergahnya lalu memakan bento buatan Sanji.
"Ini tidak adil! Sanji, mengapa kau memberikan bentomu pada Ace!" Luffy protes.
"Makanan mu kan masih ada Luffy..." Jawab Sanji malas. Ia selalu saja bingung menghadapi dua orang kakak adik yang suka berebut makan itu.
"Aceeee~ Ayolah~ berbaik hatilah dengan adik mu ini~" Luffy mulai mengeluarkan jururs andalannya yaitu merengek pada sang kakak dengan wajah melas seperti orang yang tidak makan selama sebulan(?)
Akhirnya, dengan rasa iba, mau tak mau Ace pun membagi setengah bento itu pada Luffy. Namun sayang seribu sayang, baru saja ia mau melanjutkan makannya— tiba-tiba terdengar suara berisik dari sekelompok gadis-gadis yang baru memasuki kantin.
"AH! ITU DIA ACE-SAMA!" teriak salah satu leader dari kelompokan gadis-gadis itu.
Ace menengok kebelakang. Ia hanya terpaku melihat para fansgirlnya sambil memegang bento yang kini isinya telah lenyap di comot oleh Luffy semua. Ia bahkan tidak sadar kalau sekarang bentonya sudah tiada.
"Whoa whoa~ Mellorine~beruntung sekali kau Ace~ ku akui fansgirl mu memang lebih banyak darikuuu" oceh Sanji yang kumat akan penyakit pecinta wanitanya dengan mata lope lope.
"SEMUANYA AYO SERBUUUUU!" komando gadis berambut hijau bernama Porche yang diketahui adalah leader dari kelompok gadis-gadis itu.
Melihat para gadis-gadis gila— julukan dari Ace untuk para fansgirlnya— Ace segera menarik Sabo dan Marco kabur secepat kilat dari sana— bahkan sangking takutnya Ace dengan fansgirlnya itu ia tak sadar kalau ia juga membawa kotak bento Sanji yang sudah kosong tadi (°_°).
"Yah... beginilah nasib menjadi pria tampan dan populer" Nami menyeringai licik sambil menghitung uang-uang yang ia dapatkan dari dompet para fansgirl Ace yang lewat barusan. Vivi tercenggang melihatnya sedangkan Robin hanya tersenyum. Dan sisanya dua orang di sana— Franky dan Chopper hanya menelan ludah gugup 'benar-benar gadis iblis' pikir keduanya. Sedang Sanji sendiri malah kumat lagi stresnya.
"Ahh~ Nami-san tambah cantik bila seperti itu~~" pujinya dengan mata lope-lope jijay.
"Ara, Sanji-san. Dari tadi aku belum melihat Zoro, kemana dia?" dengan nada anggunnya Robin bertanya pada Sanji.
"Marimo? — Ah! Iya! Aku lupa belum memberi bento makan siangnya!" sekarang ia malah histeris. Bagaimana bisa ia melupakan hal yang sangat penting—merawat adik kesayangannya dengan baik agar tidak mati(?) kelaparan. Berterima kasihlah pada Robin yang telah mengingatkan nya.
"Fufufu.. sepertinya kau melupakan adik kesayangan mu itu ya... Kau harus mencarinya sebelum bel masuk berbunyi, lho" Robin memberi saran sambil tersenyum. Sanji hanya mengangguk setuju lalu pamit pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
BUAKH! BRUGH! TRAK— TRAK— TRAK
Terdengar suara Shinai yang sedang beradu dari dalam gymnasium olahraga.
"Bagus Zoro, jangan main dengan emosi. Fokus pada point! Johnny! Jangan lengah dengan Zoro!" teriak seorang wanita dengan surai hitam pendeknya—Kuina dari pinggir lapangan. Ia adalah senior sekaligus pelatih Zoro. Kuina adalah anak kelas dua, ia juga sekelas dengan Sanji. Selain itu ayah Kuina adalah teman dekat dari Ibu Zoro dan Sanji.
Sanji melangkah masuk kedalam ruangan itu. Ia berjalan menuju bench di pinggir lapangan untuk menunggu Zoro yang sedang berlatih sembari di awasi oleh Kuina. Ia hanya tersenyum memperhatikan Zoro yang benar-benar serius dengan latihannya. Ia kagum dengan adik bodohnya yang bisa seserius ini bila menyangkut tentang Kendo. Tapi terkadang ia juga iri dengan Zoro yang memiliki tubuh lebih kekar dan lebih tinggi darinya (walau hanya beda lima centi).
Dilihat dari sudut manapun, Zoro memang lebih dominan dengan sang ayah— Doflamingo, kalau saja rambutnya tidak berwarna hijau pasti ia akan sangat mirip dengan sang ayah. Bila kalian bingung kenapa Zoro bisa memiliki warna rambut berbeda, akan ku jelaskan. Itu karena, Ibu Zoro—Istri dari Doflamingo yang di ketahui bernama Monet, memiliki rambut berwarna hijau sama seperti Zoro. Dan perlu kalian ketahui, Ibu mereka juga memiliki sifat yang sangat lembut juga penyayang pada anak-anaknya— maka dari itu tak heran jika Sanji selalu memperhatikan Zoro— adik yang menurutnya kebangetan bodoh— dan selalu memanjakannya.
Yah.. asal kalian tau saja, jika berada disekolah atau di depan teman-temannya Zoro memang selalu bersifat datar, dingin dan kasar bahkan terlihat tak rukun dengan Sanji. Tapi, jika sudah sampai dirumah ia akan bermanja-manja pada sang kakak dengan cara apapun. Baaah, bukankah dia itu seperti anak kecil? Mereka memang pantas disebut kakak adik yang unik.
Melihat kehadiran seseorang, Kuina meninggalkan Zoro dan Johnny yang sedang latihan untuk menghampiri seseorang yang tengah duduk menunggu di bench.
"Lanjutkan latihan kalian. Jangan berhenti sebelum aku memberi perintah" titahnya dan menghampiri Sanji.
"Kau benar-benar kakak yang baik, Sanji-san" Kuina berkacak pinggang, tak lupa ia memperlihatkan senyum wibawanya. Sanji pun balas tersenyum tulus sebelum membalas sapaan Kuina "haha.. terima kasih pujiannya, Kuina-san" kata Sanji seperlunya tidak ada nada menggoda. Bukannya ia tak berani menggoda Kuina, tapi ia segan untuk menggoda apalagi menggombal-gembel pada Kuina yang notebene adalah seorang wanita yang berwibawa tinggi dan Sanji sangat menghormatinya.
"Zoro sangat beruntung ya mempunyai kakak yang perhatian sepertimu"
Sanji kembali tersenyum sambil mengedikkan bahunya. Kuina pun mengalihkan pandangannya pada Zoro dan Johnny "Hoy! Kalian bisa berhenti sekarang"
Zoro yang melihat sang kakak berada disana langsung saja menghampirinya. Ia membuka pelindung kepalanya lalu menatap datar Sanji dan Kuina. "Hey! Beginikah sikap mu pada kakakmu yang telah repot-repot membawakan makan siang untuk mu, Zoro?!" karena kesal Kuina memukul punggung Zoro dengan tenaga tomboy nya dan membuat Zoro tersedak.
"Buh—hahh! Apa yang kau lakukan wanita sialan!" Zoro membentak Kuina namun segera mendapat jitakan dari Sanji.
"Jaga bicaramu, Marimo! Jangan berkata kasar pada ladies! Ini makan siang mu"
Zoro hanya mendengus lalu segera mengambil kotak bento dari tangan Sanji dan duduk di sebelahnya. Ia membuka bentonya yang ternyata adalah makanan favoritnya— onigiri. Tanpa sadar ia tersenyum tipis dan kebetulan sekali Kuina melihatnya.
"Wahh... Lucu sekali kau Zoro~" Kuina menggoda bocah hijau yang langsung menatapnya tajam.
"Apa maksudmu? Tidak ada yang lucu disini" ucap Zoro sakartis sambil memakan satu onigirinya dengan sekali caplok. Membuat Kuina yang lagi-lagi melihat adegan lucu yang sangat langka dari Zoro yang sedang mengunyah dengan pipi yang gembung, langsung saja mencubit pipi si marimo dengan gemas.
"Wahh... kau pasti senang ya punya adik yang lucu seperti ini, Sanji-san" katanya sambil mengencangkan cubitannya pada pipi Zoro— yang langsung saja menepis tangan Kuina.
Sanji hanya tersenyum tipis "hah.. Marimo ini lebih banyak menyusahkanku dari pada membuatku senang, Kuina-san" keluhnya sambil menyeka sisa makanan yang berada di sudut bibir Zoro, sedangkan Zoro sendiri hanya melanjutkan makannya tanpa mempedulikan apapun.
Kuina yang melihat hal itu hanya tercenggang 'Ma—manis nya~' pikirnya gemas pada dua kakak adik itu.
Tadinya suasana di sekitar mereka bertiga sangat tenang, dan hanya terdengar suara kunyahan Zoro. Tapi, tiba-tiba terdengar suara cempreng seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan memakai kacamata meneriaki nama Zoro dengan antusias.
"RORONOA-SAAAAANN~~"
Sontak Zoro langsung terdiam dengan wajah yang horror saat mendengar suara yang sangat familiar tetapi juga mengerikan baginya. Ia segera melompat kebelakang Sanji seperti seorang anak yang sedang berlindung pada ibunya saat ketakutan. Sanji yang melihatnya hanya bisa bingung dengan tingkahlaku Zoro yang tiba-tiba aneh. Ia menatap Kuina seakan-akan bertanya 'Kenapa anak ini?' dan dengan malas wanita tomboy itu pun menjelaskan pada Sanji.
"Zoro takut pada gadis itu, Sanji-san" ucapnya singkat padat dan jelas. Membuat Sanji menolehkan kepalanya pada Zoro yang masih ngumpet di balik punggungnya lalu memandang remeh.
"Kau takut pada wanita huh?" ejeknya, dan tentu saja Zoro menjawab dengan konyol "Aku tidak takut, aku hanya alergi!" dengan wajah horror. Membuat Sanji menepuk jidatnya frustasi 'sama saja seperti Ace' batinnya.
"Roronoa-san!"
"Huwaaa!"
.
.
.
.
.
TBC...
Dan fic ini pun bersambung dengan gajenya
Gyahahahah! Saya menemukan spesies baru! DoflaxMonet = ZoSan! Fu*k YEAH!
