Bisakah Aku Memiliki Dirinya ?

.

.

.

Author : RaraCyber

Disclaimer : Naruto dkk milik Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Family, Romance, Hurt, Comfort

Pair : Naruto, Hinata, Boruto

Warning : Diusahakan tidak terlalu OOC, semoga feel nya berasa, maaf kalo ada typo

Namikaze's Home [ Pagi Hari ]

"Boruto, papa berangkat dulu."

Naruto melayangkan kecupan ringan di dahi anak semata wayangnya, Namikaze Boruto.

"Kau yakin ingin tinggal dirumah ?"

Boruto mengangguk.

Sebenar nya Naruto tidak tega meninggalkan putra nya yang masih berusia 6 tahun itu di rumah sendiri. Setiap Naruto berangkat kerja, Boruto selalu dititipkan di penitipan anak dekat kantornya. Namun entah kenapa anak nya itu menolak pergi kesana dan memilih untuk dirumah sendirian.

Lalu dimana ibunya ?

Naruto adalah seorang duda. Istrinya, Namikaze Shion sudah lama meninggal karena melahirkan Boruto. Akibat melahirkan di usia muda.

"Baiklah, kalau itu maumu." Akhirnya Naruto menuruti permintaan anaknya. Dengan terpaksa. "Kalau kau mau sesuatu mintalah pada tante Shizune, papa menitipkan uang jajan mu padanya."

Sekali lagi Naruto mencium kening Boruto. Tidak rela rasanya meninggalkan dia sendiri dirumah.

Boruto tersenyum menanggapi perkataan ayahnya.

"Nanti papa akan pulang cepat kan ?" Naruto tadi sempat berjanji akan pulang cepat waktu sarapan tadi.

Naruto mengangguk. "Pasti !"

Akhirnya dengan berat hati, Naruto meninggalkan Boruto untuk bekerja.

[,,,]

Konoha Jyogakuen

"Pagi sensei~"

"Selamat pagi sensei~"

"Wah, hari ioni sensei cantik sekali~"

Hinata hanya tersenyum menanggapi sapaan murid nya.

Sebenarnya Hinata bukan guru di Konoha Jyogakuen, dia hanya sekedar praktek mengajar untuk tugas kuliahnya.

"Ohayou Hinata-nee~"

Tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang menyapanya.

"Ohayou mo Sakura, Ino."

Hanya mereka berdua sajalah yang memanggil nya begitu. Hinata tidak mempermasalahkan hal itu, memang umur nya tidak begitu jauh dengan mereka.

"Hari ini Hinata-nee seksi sekali~" ucap Sakura dengan cengiran di wajahnya.

Tadi cantik sekarang seksi. Kenapa murid nya senang sekali menggodanya.

"Tumben sekali hari ini pakai rok." lanjut Sakura. "Biasanya selalu celana panjang." timpal Ino di selingi tawa kecil nya.

"Memang tidak pantas ya ?"

Sakura dan Ino menggeleng cepat.

"Pantas kok !" ucap mereka bersamaan dengan senyum di wajah manis mereka.

"Syukurlah~" Hinata menghela nafas lega.

Karena terlalu fokus mengobrol tanpa terasa mereka sudah sampai di kelas.

[...]

Pukul 14.00

Naruto membereskan peralatan kantornya. Bersiap-siap untuk pulang.

Boruto pasti sudah menunggu, aku harus cepat !

Tanpa menunggu waktu lama, Naruto bergegas keluar dari kantor nya dan segera mengambil mobil nya di parkiran. Dan langsung tancap gas. Sepertinya tidak sabar ingin segera bertemu putranya.

Kriiing ... kriiing .. kriiing ...

Bel pulang sudah berbunyi. Hinata mengakhiri pelajaran nya untuk hari ini.

"Nee, hari ini mau pulang bareng ?" tanya Sakura.

"Um." Hinata mengangguk.

Segera, Hinata bereskan buku pelajaran nya. Dan bergegas keluar kelas bersama Sakura dan Ino.

Diperjalanan tak henti-hentinya dua sahabat itu mengoceh tentang betapa membosankan nya pelajaran Hinata.

"Bilang saja kalau kalian tidak bisa." Hinata tertawa kecil melihat tingkah mereka berdua. Di kelas, Hinata mengajar Matematika. Dan menurut mereka berdua, itu pelajaran yang membosankan.

"Habisnya sulit sih~" ucap mereka bersamaan, lagi. Jangan lupa wajah cemberutnya.

"Hari ini mau naik apa ? Aku lelah jalan kaki terus~" rengek Ino. Sambil tengok sana tengok sini, tidak ada taksi atau bis. Sakura pun melakukan hal yang sama seperti Ino.

"Kita jalan dulu sampai depan, disana kan jalan raya, pasti ada bis." ucap Hinata.

Mereka mengangguk dan meneruskan jalan nya.

Criiing ... criiing ... criiing ...

Naruto membuka handphone nya, melihat nya kekilas.

Click!

"Iya Boruto, papa sedang dijalan ini."

"Iya, sebentar lagi papa sampai rumah."

Naruto menutup kembali handphone nya.

Boruto sudah menungguku, aku harus cepat !

"Jalan raya nya sudah kelihatan !" seru Sakura sambil menunjuk persimpangan di depan sana.

"Ayo cepat ! Kakiku sudah pegal." ucap Ino sambil berlari mendahului Sakura dan Hinata di belakangnya.

Hinata dan Sakura pun mau tidak mau ikut berlari, padahal berlari lebih melelahkan dari pada berjalan kan.

Semakin dekat.

Terlihat halte bis di seberang.

Aku harus cepat !

Tanpa melihat sekitarnya, Naruto tancap gas secepat mungkin. Karena Jepang masih sepi mengingat sekarang masih jam nya orang kerja dan juga, anak nya sudah menunggunya dari tadi.

Yang di pikiran Naruto hanyalah Boruto. Tanpa memperhatikan persimpangan di depannya.

Sebelum-

"Awaasss !"

Dengan secepat kilat Naruto menginjak rem mobilnya.

Tapi-

Bruukkk!

Naruto membelalakan matanya, shock dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dan apa yang sudah dia lakukan.

Keringat dingin mulai menetes di pelipis Naruto.

Dia sudah menabrak orang.

Sakura dan Ino juga shock di tempat. Untung saja mereka bisa menghindar. Tapi, senseinya ?

Ya, Hinatalah yang sudah di tabrak Naruto.

Naruto turun dari mobilnya dan menghampiri Hinata. Dia pingsan, meskipun Naruto menabraknya tidak terlalu keras. Dilihatnya tidak ada luka yang serius.

"Ka-kalian temannya ?" tanya Naruto pada Sakura dan Ino.

Mereka hanya mengangguk tanpa mampu berbicara.

Segera, Naruto membopong Hinata ke dalam mobilnya.

"Kalian juga masuklah." perintah Naruto seraya menoleh pda Sakura dan Ino.

Namikaze's Home

Dok dok dok !

"Bolt buka pintunya !"

Tak menunggu lama, pintu terbuka memperlihatkan sosok Boruto yang kebingungan melihat ayahnya.

Tanpa memperdulikan Boruto yang menatap bingung padanya, dia langsung menuju kamar nya dan membaringkan Hinata disana.

"Kenapa kau membawanya kesini ?! Kupikir kau akan membawanya ke rumah sakit !" protes Sakura dengan nada kesal.

"Aku akan di tanyai macam-macam kalau dia kubawa ke rumah sakit !" jawab Naruto. Dia juga ikut-ikutan kesal karena sedari tadi kedua orang itu terus marah-marah di mobilnya.

"Bolt bisakah kau panggil Shizune kesini ?" Boruto yang berdiri tidak jauh darinya mengangguk dan melesat pergi.

Tidak lama kemudian Boruto kembali bersama Shizune.

"Tolong aku Shizune-neechan, aku tidak sengaja menabraknya, apa dia baik-baik saja ?"

belum sempat Shizune bertanya, Naruto sudah menjawabnya.

"Bisakah kalian keluar sebentar ? Aku akan memeriksanya."

Mereka semua serempak mengangguk.

[...]

"Papa, apa yang terjadi ?"

Boruto sedari tadi bingung, dia tidak mengerti apapun. Tadi pagi papanya itu pergi sendiri lalu pulang dengan orang lain.

Naruto mengusap kepala Boruto.

"Tidak papa sayang~" ucap Naruto sembari tersenyum. "Maaf ya, sudah membuatmu menunggu lama."

Naruto menggendong Boruto ke dalam pangkuannya.

"Kau sudah makan ?"

Boruto menggeleng. Naruto mengecup kening Boruto. "Papa akan buatkan makanan untukmu. Kau tetap di sini." Lalu Naruto bergegas menuju dapur.

Boruto hanya menatap bingung Sakura dan Ino. Dia ingin bertanya namun mengurungkan niatnya karena dilihatnya wajah mereka pucat dan terlihat sangat khawatir.

Pasti karena kakak yang di dalam itu. Pikir Boruto.

Cklek!

Pintu terbuka memperlihatkan Shizune yang berjalan keluar.

"Bagaimana ?" tanya Sakura dan Ino dengan antusias.

Shizune tersenyum. "Dia baik-baik saja. Mungkin nanti badan nya pegal-pegal karena benturan tadi, dia hanya perlu istirahat." Shizune tersenyum lagi, "Untung saja tabrakan nya cukup pelan." lanjutnya.

"Syukurlah~"

Sakura dan Ino bernafas lega.

Naruto menghampiri empat orang itu dengan celemek melekan di badan nya.

"Apa dia baik-baik saja Shizune-neechan ?"

"Dia baik-baik saja ! Untung saja tidak terluka ! Kalau tadi Hinata-nee terluka aku bisa melaporkan mu pada polisi tahu !"

Belum sempat Shizune menjawab, Sakura langsung memarahi Naruto. Jangan lupakan wajah kesalnya.

"Ma-maaf kan aku." sesal Naruto.

"Memang apa yang papa lakukan ?" Bolt menyerngit bingung.

"Papa mu ini sudah menabrak orang, bocah !" jawab Sakura dengan nada kesal.

Bolt memandang Naruto. Naruto hanya tersenyum getir.

[...]

Bolt tak henti-hentinya menatap wajah Hinata yang tengah pingsan. Tadi ia disuruh papa nya untuk mengawasi Hinata.

Tapi kau tidak harus terus-terusan menatapnya Bolt.

Kapan kakak ini bangun ?

Lama sekali.

Tiba-tiba kepala Hinata bergerak pelan.

"Ah!"

Hinata membuka perlahan kedua matanya.

He ? Anak kecil ?

Hinata menyerngit bingung.

Setelah kesadaran nya kembali pulih ia mengubah posisinya menjadi duduk. Melihat sekitarnya, terlihat asing baginya.

Apalagi bocah di depannya yang melihatnya tanpa berkedip.

"Ano, ini dimana ?" tanya Hinata.

"Mama."

"Hah ?"

To be continued...

Yosh ! Akhirnya chapter 1 selesai \^0^/

Silahkan kritik, pendapat dan saran nya~

Silahkan REVIEW~