Fall of Dimension
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto & Highschool DxD © Ichie Ishibumi
This Story © Bocah sekolah
Rate : M
Genre : Adventure, Fantasy, Romance, and Sci-fi?
Pair : Naruto x (belum ditentukan)
Warning : AU, Fanon semi Canon, OOC, OC, Bahasa tidak baku, EYD ancur, dll.
Summary :
Great War adalah perang antara 3 fraksi yang menyebabkan bencana di dunia. Namun karena distorsi antar dimensi yang tidak terduga menyebabkan dunia bawah, dunia atas, dan surga menyatu. Lalu apa yang terjadi/Ini adalah cerita tentang sihir dan pertarungan/Selamat datang di Konoha Magic Academy.
Chapter 1 : Prolog?
Kami-sama adalah keberadaan yang dikiranya sudah terbunuh karena perang besar antara 3 fraksi paling berpengaruh dimuka bumi. Hal tersebut di dukung dengan menghilangnya eksistensi dari zat-Nya dari seluruh alam semesta. Lalu kenapa sekarang, zat yang seharusnya sudah menghilang itu berdiri di hadapan ketiadaan yang terbungkus oleh kegelapan tiada berdasar.
Kabalah.
Sebuah ruang hampa tiada berbentuk yang terisolasi dari seluruh alam semesta. Perpaduan dari seluruh keburukan yang pernah muncul ke permukaan dunia, tempat terburuk untuk siapapun mereka yang melakukan kejahatan luar biasa di antara makhluk supernatural.
Tidak hanya menjadi sisi mencekam bagi para kaum iblis, para malaikatpun tidak akan pernah berani mendekati tempat itu barang hanya niat saja. Tetapi karena sebuah urusan yang menjadi kerahasiaan antara Kami-sama dan dia. Zat yang di klaim telah tiada itu harus datang kesini untuk melakukannya.
Di angkatnya jari telunjuk-Nya dalam sudut yang begitu kecil untuk membelah ruang yang telah tersegel selama ribuan tahun lamanya. Ia berjalan masuk ke dalam ketiadaan untuk menemukan dia yang sudah dijanjikan kebebasan.
Memikirkan jika ada seseorang yang terpenjara di tempat mengerikan itu. Tidak hanya luka fisik karena tekanan super besar yang menjadi atmosfir pokok dari Kabalah, pikiran serta mental juga bisa hancur karena secara terus menerus menerima keburukan tiada berakhir dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar.
Bahkan tak jarang pula mereka menerima mimpi akan kematiannya sendiri setiap waktu hingga melewati jumlah yang mengagumkan.
Tidak diragukan lagi, kabalah adalah tempat penyiksaan terburuk yang bisa menghancurkan fisik maupun mental.
Tetapi bukan keterpurukan ataupun keputusasaan yang Kami-sama temukan di dalamnya. Melainkan sebuah ruangan selebar 15 tatami yang terisi oleh tv berukukan 32 inc, meja hangat, makanan ringan, konsol game keluaran terbaru, majalah playboy edisi bulan lalu, futon, dan seonggok daging bersurai pirang yang tengah menatap layar laptopnya dengan seksama.
Menggelengkan kepala dengan ekspresi masam, Kami-sama menyapa daging (pemuda) bersurai pirang itu ramah.
"Sepertinya kau baik-baik saja, Naruto."
Merasa namanya di panggil setelah sekian lama terasingkan membuat pemuda itu agak linglung, ia melepaskan pandangannya dari lcd laptop dan mencari asal suara tersebut. Dan apa yang bisa ia lihat melalui iris shafirenya adalah sebuah Zat tidak terdefiniskan yang tengah menatapnya hangat.
"Kami-sama?"
"Tentu, memangnya siapa lagi?"
"Tunggu dulu, kalau Kami-sama disini. Berarti hukumanku?"
"Benar." Balas Kami-sama mengulum senyum. "Tapi kelihatannya kau menikmati masa hukumanmu." lanjutnya memperhatikan setiap sudut ruangan.
Naruto ikut memperhatikan arah pandangan Kami-sama. Kalau dipikir-pikir, tempat ini seharusnya menjadi penjara yang penuh siksaan. Tetapi keadaannya ... "Ah, ya. Aku hanya ingin membuat tempat ini jadi layak huni, jadi ku ubah seluruh medannya menjadi seperti sekarang."
... berubah drastis setelah kedatangan Naruto.
"Aku mengerti."
Setelahnya Naruto mengemasi barang-barangnya pada sebuah tas yang secara ajaib bisa memuat semua benda di ruangan tersebut. Sepasang pistol berwarna hitam yang berpadu dengan warna merah gelap tertangkap oleh indra penglihatan Kami-sama. Sekilas memang itu terlihat seperti pistol yang biasa digunakan oleh manusia. Tetapi ...
"Apa kau menciptakan sesuatu lagi?"
"Ini..." Naruto berujar sambil memperlihatkan dua pistolnya, "... hanya gear yang aku ciptakan selama berada disini. Speknya lebih baik dari 13 lainnya, tapi aku tidak tahu performanya. Karena ini masih belum selesai ..."
"Hoo ... sesuatu yang lebih baik dari 13 lainnya? Apa kau berniat untuk membuat gear yang bisa membunuhku ... lagi?"
Naruto tertawa renyah mendengar ucapan Kami-sama. Memangnya ada gear yang bisa membunuh kami-sama?
"Tidak, tidak. Ini hanya upayaku membunuh bosan. Tidak lebih." Jawab Naruto dengan senyum hangat seraya memasukkan kedua pistolnya ke dalam ruang hampa, "Tapi karena Kami-sama sudah membahasnya, aku penasaran dengan gear yang lain? Apa semua ciptaanku membawa dunia pada arah yang lebih baik, atau justru sebaliknya."
"Aku tidak bisa menjawabnya secara pasti. Karena hati manusia adalah apa yang aku bebaskan atas kehendak mereka, tetapi jika melihat bagaimana aliran takdir berjalan ... banyak Gear yang digunakan untuk kepentingan pribadi."
Naruto terdiam menatap tasnya yang tidak kunjung penuh, iris shafirenya agak meredup mendengar perkataan Kami-sama. "Begitu ya."
Suasana kabalah perlahan kembali ke keadaan asalnya, kabut hitam bertabur perasaan misterius menyebar ke penjuru ruangan. Menyesatkan perasaan ke titik terdalam dari alam bawah sadar yang tidak bisa digapai tanpa adanya penderitaan tiada berakhir. Kami-sama berjalan mendekat, disentuhnya bahu Naruto dengan perasaan menenangkan yang terus terpancar.
"Yang lalu biarlah berlalu. Kau sudah mempertanggung jawabkan dosamu dengan menciptakan Gear dan terpenjara disini, itu sudah lebih dari cukup untuk menutup takdir akhir yang menanti dunia."
"Tapi itu harus dibayar dengan perginya Engkau ke tempat yang lebih jauh dari ciptaan suci-Mu, dan mungkin ... siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada makhluk-Mu ketika keabsenan-Mu dari alam semesta..." Balas Naruto pelan yang terselipkan perasaan bersalah.
"Jangan mengkhawatirkanku, Naruto. Aku bukannya mati tapi hanya sekedar menjauh, Aku bukannya tidak ada hanya sekedar menyingkir. Percayalah ... bahkan ketika seluruh alam semesta mengira aku sudah mati, tidak ada satupun dari mereka yang luput dari pengawasan-Ku."
Senyum tipis tersungging di wajah rupawan Naruto, ia mengemasi tiap-tiap barangnya dengan perasaan yang membaik. Dirasakannya atmosfir hangat menjalar ketubuhnya, dan sosok Kami-sama telah menghilang dari tempat tersebut. Naruto bersiap dengan pertarungan di kehidupannya yang sekarang ...
"Bahkan jika dunia telah berubah dari jalur yang di tetapkan, bukan berarti aku hanya akan diam dan menonton. Ketika aku terbebas maka dia juga terlahir, takdir yang sudah tertera di buku kehidupan ... adalah apa yang harus ku hadapi."
Dan begitulah awal mula terbebasnya penjahat paling berdosa dari Kabalah. Ia yang pernah mengubah takdir seluruh makhluk kini keluar dari penjaranya, menantikan kedatangan sang akhir untuk mengakhiri dosa yang telah dibuatnya.
End of Prolog.
Author Note
Pendatang baru, cerita yang terinspirasi dari cerita Yonkou-senpai. Tapi tenang aja, saya hanya mengambil konsep 'Distorsi ruang ketika Great War', sisanya adalah imaginasi saya sendiri.
Saya mengerti kalau gaya penulisan saya masih dibawah standart. Jadi saya harapkan untuk senpai-senpai di ffn bisa memberikan masukan. Entah itu kritikan atau pun saran, saya akan sangat menghargainya.
Trimakasih.
