Sedikit cuap-cuap penulis … Cerita ini terinspirasi oleh lagu YUI yang berjudul Simply White …

Disclaimer: La Corda D'Oro belongs to Yuki Kure. "Simply White" belongs to YUI …. Khukhu.. Hope you like it !!!


Oujo-sama no Hibi

Chapter 1 : Meeting

Rate : T

Genre : General/Romance


Shinpuru ni ikite mitai, ashita wo motto jiyuu ni tsukatte mitai yo,,,,

I want to live simply, I want to spend tomorrow more freely,,,,

Tok Tok Tok ….

"Oujo-sama, Tuan Shinobu dan tuan muda Keichi sudah menunggu nona dari tadi di ruang makan," kata seorang maid yang berambut hijau dan cukup pemalu.

"Iya Shouko-chan,, aku akan segera kesana,," kata sang nona yang berambut merah sebahu lebih yang masih di tempat tidur itu. Ia merentangkan kelima jarinya, membuntuk angka lima, menerawang langit-langit kamarnya yang cukup luas. "Lebih baik aku segera mandi," kata wanita itu segera menuju ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, nona itu berpakain, bersiap ke Seiso Gakuen. Lalu seperti biasa, ia berkaca sebentar…

Kahoko's POV

"Aku, seorang nona bernama Kahoko Hino. Nona yang terlahir dalam keluarga yang 'terlalu' berkecukupan. Hidup bagaikan seorang putri. Semua kebutuhan materiku 'lebih' dari cukup. Mungkin semua wanita berpikir bahwa terlahir menjadi keluarga bangsawan itu menyenangkan. Tapi dibalik semua hal yang ada, aku hanya wanita rapuh yang kesepian. Aku ingin memiliki banyak teman, hidup seperti wanita biasa pada umumnya. Merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta, indahnya persahabatan. Aku ingin hidup sederhana, aku ingin melewati hari-hariku dengan kebebasan.." batinku saat aku bercermin. Setiap aku bercermin, pasti aku merenungi nasibku yang terlahir dalam keluarga kaya.

"Oujo-sama, apa anda sudah selesai? Sepertinya anda lama sekali di dalam kamar,,," kata Shouko-chan lagi. Dia adalah maid kesayanganku. Orangnya sedikit pemalu, namun ia wanita yang sangat baik.

Kreeek,,,

"Maafkan aku Shouko-chan, ayo kita segera ke ruang makan,," kataku yang kasihan melihat Shouko-chan yang sudah menunggu di depan kamarku dengan cukup lama.

End of Kahoko's POV

Shinobu dan Keichi sudah menunggu Kahoko dengan lama. Padahal mereka berdua hanya ingin sarapan bersama sebelum Shinobu berangkat ke kantor. Shinobu melihat Kahoko sedang menuruni anak tangga sambil menenteng tas sekolahnya.

"Kahoko,, kenapa kau lama sekali?" Tanya Shinobu yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena dia tahu apa yang biasa Kahoko lakukan.

"Maaf nii-san, biasa, aku baru selesai berdandan. Hehehe,," Kahoko mengeluarkan cengir kuda andalannya untuk menghadapi tatapan 'apa-kau-tahu-bahwa-aku-dan-keichi-sudah-lapar-dari-tadi' kakak tersayangnya itu.

"Nee-chan lama sekali, aku sudah lapar dari tadi." Kata Keichi adik kesayangan Kahoko.

"Iya Keichi, maafkan aku,," Kahoko sudah duduk di ruang makan dan mulai mengoles rotinya dengan selai stroberi. "Oh iya, di mana ayah?" Tanya Kahoko memulai pembicaraan.

"Maaf nona, tadi ia sudah berangkat pagi sekali, katanya ada urusan kantor," jawab Ryoutaro. Buttler yang dimiliki oleh keluarga kaya itu.

"Uuum, padahal aku ingin bicara dengan si tua Bangka itu,," kata Kahoko sambil meminum susu yang bru Shouko tuang.

"Nee-chan, Nii-san,, ayo kita berangkat.." ajak Keichi yang sepertinya sudah tidak betah di ruang makan dari tadi.

"Baiklah, Shouko-chan, Ryoutaro-kun, tolong jaga rumah baik-baik ya,, kami berangkat dulu,," kata Shinobu sambil mengambil kunci mobil. Ia sudah mulai menyalakan mobil Alphard hitamnya. Keichi dan Kahoko masuk kedalam mobil. Kahoko melambai sesaat kepada buttler dan maid kesayangannya itu. Ia sudah menganggap bahwa Shouko-chan dan Ryoutaro-kun sebagai temannya sendiri. Di dalam mobil, Kahoko, Shinobu dan Keichi hanya berada dalam diam. Mereka mempunyai pikiran masing-masing. Sesampainya di sekolah, Kahoko dan Keichi turun dari mobil dan membungkuk berterima kasih kepada Shinobu. Walaupun baru datang, Kahoko bisa merasakan semua mata murid wanita tertuju padanya. Semua murid mulai berbisik tentangnya setiap Kahoko lewat. Tentu Kahoko merasa risih dengan keadaan ini. Melihat raut muka Kahoko yang aneh Keichi memulai perbincangan.

"Nee-chan, kau kenapa? Kenapa raut mukamu aneh begitu?" Tanya Keichi sedikit polos.

"Ah, entahlah Keichi, aku merasa semua orang sedang berbisik tentang kita,," jawab Kahoko dengan nada berbisik.

"Sudahlah nee-chan. Tidak usah dipikirkan. Sekalipun mereka membenci kita karena kita orang kaya, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka Cuma bisa berbisik dan menjelek-jelekan kita,," kata Keichi dengan santai.

"Keichi, apa di kelas kau memiliki teman?" Tanya Kahoko sedikit takut.

"Tentu, cello adalah temanku, setidaknya aku telah mencoba untuk berteman dengan mereka. Tapi mereka hanya berlaku tidak adil padaku. Aku sendiri tidak mengerti kenapa, tapi yang jelas aku mulai mengerti sesuatu,,," Keichi menghentikan perkataannya.

"Kenapa Keichi?" Tanya Kahoko penasaran.

"Aku sudah sampai di depan kelasku. Sampai jumpa nee-chan!" kata Keichi sambil memasuki kelasnya. Kahoko mulai berjalan, berusaha mencari kelasnya. Tetapi dia agak bengong. Banyak hal yang sedang ia pikirkan sampai-sampai….

BUGH !

"Adaw! Sakit!" kata Kahoko refleks sambil memegang lututnya. Ia tidak melihat siapa orang yang ia tabrak.

"Hei! Kalau jalan, lihatlah yang benar! Masa kau bisa menabrakku!?" kata orang itu setengah marah.

"Tsukimori-kun! Aku kan tidak sengaja, maafkan aku!" kata Kahoko yang tidak suka dengan sifat keras kepala Tsukimori-kun.

Tsukimori's POV

Aku sedang menyusuri sekolah. Berusaha mencari kelasku. Ini baru pertama kalinya aku tersesat. Padahal aku sudah satu tahun bersekolah di sini. Aku jadi merasa konyol…

BUGH!

"Adaw! Sakit!" kata seorang wanita refleks sambil memegang lututnya. Aku sedikit gontai karena tadi ia tabrak.

"Hei! Kalau jalan, lihatlah yang benar! Masa kau bisa menabrakku!?" kataku itu setengah marah.

"Tsukimori-kun! Aku kan tidak sengaja, maafkan aku!" kata Kahoko, wanita yang tadi menabrakku.

"Berhati-hatilah jika berjalan,,," aku langsung meninggalkannya sendiri.

End of Tsukimori's POV

"Ugh, menyebalkan.. dasar Tsukimori keras kepala!" Kahoko sebal melayani Tsukimori yang keras kepala itu. Kahoko terus berjalan menyusuri lorong ….. "Akhirnya ! ketemu juga kelas ini !!! yosh!" kata Kahoko memasuki kelas dan bel masuk sekolah pun berbunyi. Tanda kalau kelas akan segera dimulai.

Pulang sekolah…..

"Kahoko-chan! Hari ini ada pentas music di aula loh!" kata Nami, teman dari Kahoko.

"Lalu?" jawab Kahoko yang sedang malas gara-gara Tsukimori-kun.

"Hah? Kau kenapa? Dari tadi di kelas diam saja,,, sekarang tidak ingin menonton pentas music di aula? Padahal kau sangat menyukai musikkan?" Tanya Nami penasaran.

"Hu'uh ! Moodku rusak gara-gara dia!" kata Kahoko sebal.

"Dia?"

"Ia, Tsukimori-k,,,,"

"Ah! Hari ini dia yang tampil looh Kahoko-chan!" kata Nami bersemangat.

"Ugh! Menyebalkan! Aku ingin mencari adikku,," kata Kahoko mulai meninggalkan Nami.

"Bukannya adikmu sangat menyukai musik? Pasti dia akan datang ke pentas di aula itu," kata Nami memancing Kahoko.

"Iya, mungkin ia di sana, aku harus menjemputnya sebelum pentas dimulai!" kata Kahoko sedikit resah.


Kahoko's POV

Entah mengapa, aku sedikit resah setelah tahu bahwa yang pentas di aula adalah Tsukimori-kun. Jujur saja, sebenarnya Tsukimori-kun itu keren. Tapi, dia selalu bersikap sinis padaku. Padahal aku merasa tidak pernah membuat kesalahan padanya. Aku sedikit membenci Tsukimori-kun. Apa mungkin dia sinis karena aku kaya? Sepertinya tidak mungkin. Konyol sekali dia kalau seperti itu. Lagipula dia juga terlahir dari keluarga kaya. Sampailah aku di depan pintu aula…. Aku mulai mencari sosok adikku. Aku sudah cukup berharap agar segera menemukannya. Aku telat, pentas sudah di mulai. Len mulai memasuki panggung. Mulai memainkan karya Ave Maria. Entah kenapa, aku bisa merasakan apa yang ingin dia sampaikan lewat permainannya itu. Sedikit lembut, tidak, mungkin sangat lembut.

"Nee-chan, apa yang kau lakukan? Bukannya kau sama sekali tidak tertarik dengan musik?" Tanya Keichi yang sudah berdiri di depanku.

"Hah? Apa keichi?" aku sedikit salah tingkah.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau tidak tertarik dengan music sama sekali?" Tanya Keichi sekali lagi.

"Loh memang apa salahnya aku ke sini? A-aku hanya sekedar lewat,,"kataku dengan sedikit gugup. "Hei! Aku mencarimu Keichi!" kataku yang baru mengingat tujuanku ke aula.

"Untuk apa?" Tanya adikku yang benar benar polos ini.

"Aduuuh! Untuk mengajakmu pulang! Shinobu nii-san sudah menunggu," kataku yang langsung menarik tangan Keichi secara paksa.

"Ayolah nee-chan! Izinkan aku di sini, setidaknya sampai Len selesai memainkan Ave Maria-nya,,," pinta Keichi dengan memelas, namun aku berpura-pura tidak mendengarnya. Dan terus menarik tangan Keichi.

End of Kahoko's POV


Tsukimori's POV

Saat aku berada di atas panggung, aku sedikit gemetaran. Entahlah, aku merasa tidak seperti diriku yang biasanya. Dari kejauhan aku melihat seorang wanita. Wanita yang tadi menabrakku. Apa yang ia lakukan disini? Menggoyahkan kosentrasiku saja. Aku sedikit kesal pada diriku sendiri. Karena aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Menyebalkan!

Aku mulai memainkan Ave Maria. Entah kenapa aku merasa, wanita itu sedang memperhatikanku. Aku melirik sedikit ke arahnya. Hebatkan? Aku sempat meliriknya padahal aku harus berkonsentrasi. Ia sedang bicara dengan adiknya. Namun, entah kenapa aku sedikit kecewa. Wanita itu menarik tangan adiknya. Ia keluar dari aula. Entah ia pergi kemana, yang jelas,, aku sedikit kecewa.

End of Tsukimori's POV


Kediaman Keluarga Hino

"Selamat datang Oujo-sama, Tuan Muda Keichi," kata Shouko yang menjambut Kahoko dan Keichi yang baru pulang.

"Shouko, bisa buatkan aku segelas susu? Tolong antarkan ke balkon kamarku ya," kata Kahoko dengan singkat.

"Nee-chan, kau ini kenapa sih?" kata Keichi bingung dengan kakaknya yang sedikit aneh itu.

"Entahlah, aku ingin merenung,," Kahoko menaiki tangga dan langsung menutup pintu kamarnya.

"Ano~ shouko-chan, ryoutaro-kun, lebih baik kalian bicara pada nee-chan, aku takut dia kenapa-napa," kata Keichi yang sedikit khawatir.

"Kashiko arimashita,," kata buttler dan pelayan yang langsung melaksanakan tugas itu.

Tok Tok Tok…

"Oujo-sama, susunya sudah datang," kata Shouko dengan suara lembutnya seperti biasa. Kahoko mebuka pintunya …

"Shouko-chan,,," Kahoko agak terkejut melihat buttler kesayangannya ada di samping Shouko. "Bisa kalian masuk sebentar, aku ingin bicara beberapa hal …." Ryoutaro dan Shouko masuk ke kamar Kahoko yang bercat putih dengan luas 8x6 meter itu. Di dalam itu tak terlalu banyak barang. Yang jelas terkesan kosong, karena ukuran kamarnya luas, namun sedikit barang yang tersimpan. Balkonya menghadap ke sebuah gunung dan pedesaan yang indah.

"Ano~ Shouko-chan, apa kau ska menjadi pelayanku?" Kahoko memulai pembicaraan.

"Apa maksudmu Oujo-sama?" Tanya Shouko yang sedikit bingung. "Tentunya saja aku senag,," Shouko melanjutkan kalimatnya.

Kahoko hanya tersenyum mendengar jawaban Shouko. Tapi Shouko bisa tahu bahwa senyum itu sedikit dipaksakan. "Ryoutarou-kun, apa kau senang menjadi buttlerku?"

"Tentu saja, aku sangat merasa terhormat mendapat kepercayaan untuk menjaga Oujo-sama,," jawab Ryoutaro dengan senyum manisnya. Tapi, Kahoko malah tertawa mendengar jawaban Ryoutaro.

"Maaf maaf! Hahaha,, kalian berdua sangat setia. Aku bersyukur memiliki kalian berdua! Sungguh,,," kata Kahoko yang lalu pandangannya menerawang ke arah langit yang saat itu terlihat biru dengan berbagai awannya.

"Oujo-sama,, apa yang sebenarnya anda pikirkan?" Tanya Shouko sdikit hati-hati.

"Shouko-chan, maukah kau menjadi seorang sepertiku? Hidup bagai putri, memiliki banyak harta?" Tanya Kahoko dengan nada berkhayal.

"Tentu aku mau, dengan begitu aku bisa membahagiakan teman temanku," jawab Shouko polos.

"Tapi bukannya menjadi seorang sepertiku ini tidak enak, bahkan semua orang memusuhiku karena aku kaya,,," lagi-lagi menjawab dengan nada berkhayal, namun kali ini, suaranya cukup bergetar.

"Oujo-sama, jika seperti itu, mereka semua iri pada nona,,," jawab Ryoutaro berusaha menghibur.

"Hontou desuka?"

"Nona,,,," Shouko mulai angkat bicara.

"Apakah nona mensyukuri semua yang nona miliki?" Tanya Shouko sedikit tegas.

"Maksudmu?" Kahoko mulai tertarik dengan perkataan pelayannya.

"Syukurilah semua yang nona miliki. Jika perlu, berbagilah. Maka nona akan merasa bahagia,,"

"Sungguh, sebenarnya aku hanya ingin hidup bebas. Memiliki banyak teman. Memiliki kehidupan layaknya remaja putri biasa…." Kata Kahoko masih menerawang langit.

"Nona, mereka hanya iri dengan nona. Bahkan seorang putri pun bisa mengalami jatuh cinta.. iya kan shouko-chan?" kata Ryoutaro berusaha menghibur nonanya.

"Jatuh cinta?" Kahoko malah terbayang Tsukimori-kun.

"Nona, pertama, syukuri apa yang nona miliki. Kedua, jangan selalu melihat keatas. Karena banyak hal yang bisa kita pelajari saat melihat kebawah. Dan jika nona melihat kebawah, nona akan sangat bersyukur karena Kami-Sama telah memberikan nona hidup yang indah dengan tercukupnya berbagai kehidupan…" kata Shouko dengan tegas.

"Dan ingat nona! Jika orang di sekolah menjauhi nona, nona masih memiliki kami! Dan, jika nona sedang jatuh cinta dan membutuhkan saran, Tanya saja pada kami! Hehehe,,," kata Ryoutaro dengan cengir kudanya.

"Huaaaa !!! Arigatou Shouko-chan, Ryoutaro-kun !!!" kata Kahoko yang meneteskan sedikit air mata. Ryoutaro hanya bisa merangkul Kahoko agar ia tidak menangis lagi.

"Tenanglah Oujo-sama, semua akan baik baik saja. Kami-Sama pasti akan memberikan jalan untukmu,,," kata Ryoutaro. Kahoko masih sedikit terisak.

"Uuum,, oujo-sama. Susunya, sudah dingin,," kata Shouko polos.

"Haaaah?" Kahoko dan Ryoutaro tercengang mendengar Shouko berbicara seperti itu.


Perusahaan Keluarga Hino

"Shinobu-kun, aku mempunyai sedikit rencana untuk meneruskan memajukan perusahaan kita," kata Kanazawa yang ternyata ayah dari Shinobu.

"Rencana apa ayah?" Tanya Shinobu sambil menyeduh kopinya di jam makan siang itu.

"Aku berencana menjodohkan Kahoko dengan anak laki-laki dari teman ayah," kata Kanazawa dengan singkat.

"Teman ayah?" kata Shinobu yang sedikit ragu dengan ayahnya. Karena semua teman ayahnya rada-rada bersikap aneh.

"Iya, teman ayah akan mewariskan perusahaannya kepada anak laki-lakinya. Dan ayah ingin menjodohkan anak laki-laki itu dengan Kahoko,,,"

"Tapi ayah tidak bisa berbuat seenak itu. Kahoko harus tahu ini dulu!" kata Shinobu yang sangat saying pada adik perempuan satu-satunya itu.

"Ah, mau tidak mau Kahoko harus menikah dengan anak laki-laki itu!" perintah Kanazawa yang ngotot.

"Memangnya siapa nama laki-laki itu?" Tanya Shinobu yang sedikit tidak suka dengan ide ayahnya.

"Aoi Kaji,,,,"


RnR please ! thank you so much :)