Ini Rose. Sebenarnya Rose mau bikin fanfic baru. Tapi karena fanfic lama juga belum kelar, kayaknya ada yang ngganjel. Terutama karena khusus 'Hinata's Diary' (fanfic ini) konfliknya udah cukup berat. Kayaknya udah banyak banget yang nunggu, padahal fanficnya banyak yang kepingin Rose edit. Jadi, terpaksa hiatus berbulan-bulan gini cuma buat istirahat, nyiapin tes UKK sama mikir buat fanfic 'super-pikir' ini. Kadang rasanya ada yang kurang pass lagi baca sendiri. Tapi kalau ini makin jelek sih.. *amit-amit, semoga enggak, ya?

Happy reading Minna-san

Hinata's Diary

Chapter#1: "Badgirl"

(Disclaimer : Masashi Kishimoto)

.

.

.

'Brak !' terlihat setumpuk buku tulis diletakkan semena-mena oleh pemiliknya di atas sebuah meja .

"Kyaaaa !" teriak gadis berkacamata yang duduk di depan meja itu .

"Aku tidak mau tau ! Sekarang , cepat kerjakan tugasku dan teman-temanku !" bentak gadis berambut merah muda yang sekarang sedang berdiri di depan sang gadis berkacamata yang merinding ketakutan . Mau tak mau ia harus bilang ,

"B-b-baiklah . Haruno-san..." jawabnya terbata-bata sambil membuka sampul buku yang diserahkan kepadanya secara paksa . "A-aku a-akan mengerjakannya ." ucap gadis berkacamata bulat dengan obat nyamuk di tengahnya itu sopan . Takut-takut , gadis di depannya itu akan menghajarnya atau apa .

Setelah tau bocah berkacamata bulat itu benar-benar akan mengerjakannya , anak perempuan berambut pink dengan marga Haruno itu akhirnya mengalihkan perhatiannya ke pintu keluar . Dia beranjak pergi dari kelas itu dengan beberapa anak perempuan sebayanya yang menatap Shiho-gadis berkacamata itu dengan tatapan 'rasakan' .

Namun sepertinya jika sang gadis bermahkotakan bubblegum itu tidak ada , mereka tidak akan sedikitpun berani bertingkah semacam itu . Intinya , Haruno Sakura adalah pelindung bagi mereka sekaligus inang yang akan dihisap sari-sarinya tanpa balas . Mereka menjadi temannya hanya karena ingin memanfaatkan gadis yang tak mengerti apa-apa soal persahabatan itu .

Ya , persahabatan . Juga kasih sayang dan belas kasihan yang menghilang tiba-tiba dari hati kecilnya . Hatinya serasa mati . Kini hidupnya hanya akan terbuang sia-sia dengan jati dirinya yang tertutup sempurna oleh sampah-sampah yang dibuatnya selama ini sebagai seorang badgirl .

-oo0oo-

"Wah , wah ada berita apa ini ? Berita duka , ya ?" seru salah satu siswa berjalan ke depan menerobos kerumunan murid yang memadati tempat di sekitar mading .

Sakura tiba-tiba datang diikuti beberapa 'bodyguard'nya ke tempat kerumunan itu . Dilihat dari mimiknya , kelihatan dia tertarik dengan apa yang sedang dirubung oleh murid-murid . Apakah ada sesuatu yang menarik ? , pikirnya . Dengan beberapa langkah dari tempat awal , ia berjalan ke depan dengan cepat , menerobos kerumunan itu dengan kasar .

"Minggir ! Minggir !" serunya sambil menyingkirkan satu demi satu manusia yang menghalangi jalannya . Mau tak mau mereka harus menyingkir . Dan beberapa dari mereka pun melirik sinis kepada Sakura yang sepertinya tidak peduli dengan mereka .

'Turut berduka cita atas meninggalnya Hyuuga Hinata' , itu yang saat ini mata emeraldnya tangkap ke dalam retinanya . Matanya sempat melebar tak percaya melihat apa yang di hadapannya sekarang . Ia bahkan hampir tertawa . Para siswa yang berkerumun di tempat itu seketika menarik kakinya dari area yang mungkin sudah diklaim oleh bocah berambut pink tersebut.

Tiba-tiba ia merasakan lengan kirinya dihantam oleh sebuah benda lancip . Sakura pun mengaduh kesakitan sambil matanya melihat pelaku yang tepat berada di belakangnya . Ternyata seorang pemuda berambut blonde yang telah menyikutnya dengan keras .

"Kau terkejut , Haruno Sakura ? Bukannya kau seharusnya senang bisa melihat ini pada akhirnya ? Kau senang , kan ? Puas ?" tukas pemuda itu sambil menunjuk-nunjuk sebuah kertas HVS yang ditempelkan di mading itu .

"Apa maumu ?" kata Sakura acuh .

Dari tatapan mata azurenya , pemuda itu kelihatan sangat depresi atas meninggalnya Hyuuga Hinata sebagai kekasihnya itu . Terlebih lagi , saat kekasihnya hidup , Sakuralah yang kerap membuatnya bersedih dan nyaris mengalami gangguan kejiwaan karena beban mental yang dijatuhkan Sakura kepadanya .

"Apa mauku , katamu ? Tertawalah sepuasmu !" Naruto (nama pemuda itu) pun mulai mendekat ke wajah Sakura yang masa bodoh lalu membentaknya lagi , "Dengar , aku tidak segan-segan menyakitimu jika kau menimbulkan korban lain , terutama teman-temanku ."

"Siapa ta-" ucapan dari bibir Sakura berhenti ketika mulutnya tiba-tiba terkunci oleh sentuhan dari bibir orang lain yang tiba-tiba .

Bibir siapa lagi kalau bukan bibir Naruto . Dengan kasar Sakura mendorong bahu Naruto supaya menjauh darinya . Naruto pun segera mundur satu-dua langkah karena dia juga merasa jijik telah mencium dan dicium oleh orang yang terlanjur dibencinya .

"Dasar mesum ! Beraninya kau mencuri first kissku , eh ?!" protes Sakura sambil berkacak pinggang .

"Bukan aku tapi..." Naruto menyangal dan kemudian berbalik ke belakang . Ternyata seorang siswa dengan kulit pucat sedang tersenyum tanpa dosa . "Sai !" geram Naruto . "Kau yang mendorongku , ya ?" tuduh Naruto sambil menunjuk Sai .

"Bukan , tapi tanganku yang melakukannya ." jawabnya tanpa beban . "Lalu , kenapa ?"

"Apanya yang kenapa ?! Kau i-" belum selesai ia berteriak-teriak sambil memejamkan matanya Sai malah menghilang entah kemana . 'cepat sekali , larinya .' pikirnya . Naruto sendiri tidak bisa mengira , sejak kapan anak berwajah seperti mayat itu pergi ? Dia bingung . 'Kakinya Sai ada berapa , sih ?' pikirnya lagi .

Untung suasana disitu sudah sepi . Siswa-siswi yang berlalu lalang sudah jarang-jarang yang kelihatan . Jadi , adegan tidak disengaja tadi hanya dilihat oleh Sai dan ...

Seorang anak di samping Sai , Shion . Gawat ! Dia adalah anak perempuan centil yang terkenal sebagai miss gossip seantero sekolahnya . Bisa-bisa reputasinya remuk setelah ia digosipkan oleh Shion telah mencium orang yang paling ia dan banyak orang benci . Itu tidak boleh terjadi . Ia harus ambil langkah yang tepat agar dapat membungkam mulut gatal Shion .

"Itu tidak boleh terjadi !" teriak Naruto lalu pergi meninggalkan Sakura dengan langkahnya yang terburu-buru menuju kelasnya . Sementara Sakura ? Dia masih berdiri mematung sambil menyentuh bibirnya lembut dengan jari telunjuknya sambil berpikir . Yang jelas di pikirannya sekarang hanyalah kejadian yang dialaminya tadi .

'Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng !' tidak disangkanya bel sekolah telah menjerit meminta seluruh murid untuk kembali memasuki kelasnya masing-masing . Sakura pun sadar dari alam bawah sadarnya dan segera beranjak lari menyusul Naruto yang lari terlebih dahulu meninggalkannya .

"Argggghhh ! Gawat , aku akan terlambat !" seru Sakura masih sambil berlari . Helaian soft pinknya yang indah tergerai bebas bergerak-gerak saat ia berlari dengan gesitnya .

Dia sangat menyesalkan letak kelasnya yang berada paling ujung . Pilih kasih sekali , kan ? Hingga ia pun harus berlari sejauh puluhan meter melewati lorong-lorong jika dia terlambat masuk ke kelas . Oleh karena itu , ia paling malas kalau keluar kelas . Tapi bodohnya dia , tadi dia keluar begitu lama sehigga membuatnya terlambat masuk ke kelas .

Sekian menit ia berlari . Bukan berarti ia berlari tanpa tujuan . Hanya saja , jaraklah yang membuat waktu perjalanannya begitu lama . Ia pun menggesekkan punggung tangannya ke pelipisnya yang sudah meneteskan keringat setetes demi setetes .

Begitu langkahnya terhenti sempurna , matanya yang hijau menatap seseorang yang berdiri di depannya sedang memandangi pintu yang tertutup untuknya .Sakura menatapnya benci seakan dia telah melakukan hal yang paling buruk baginya . Dia kemudian mendekap kedua tangannya . Seorang yang disampingnya itu ternyata segera menyadarinya dan menoleh ke arahnya lalu membalas tatapan sengitnya .

"Kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu ?" tanya Sakura tidak nyaman . Tadinya dia kira anak itu tidak akan menyadari keberadaanya .

"Kau yang duluan , tau ? Dasar sombong !" balas Naruto dengan penuh penekanan pada kata 'sombong' . Sakura pun mendecih kemudian berjalan melewati Naruto yang menatapnya benci . Lebih baik ia masuk ke kelas daripada harus meladeni seseorang terlebih lagi Naruto .

Perlahan ia menarik gagang pintu itu . Suara para siswa mulai masuk dan menembus celah-celah telinganya . Kakinya yang terlapisi sepatu kulit hitam itu buru-buru masuk akan tetapi usahanya gagal karena sebuah tangan dari dalam ruangan menarik pintu dan memperlihatkan wajahnya .

"Kau tak punya sopan santun , Haruno ?" tegas seorang pria berkepala botak yang berdiri tepat di depan Sakura saat ini . Tatapan matanya tajam seperti burung elang , itu yang membuat bulu kuduk Sakura merinding meski dia bukan hantu . "Kau tidak ketuk pintu sebelum masuk . Ditambah lagi , kau terlambat masuk kelas . Kau dihukum !"

"Ta-ta-tapi-" bibir Sakura bergetar ditambah tubuh Sakura yang seakan membeku setelah dimarahi oleh guru paling killer di sekolahnya , Morino Ibiki .

"Tak ada tapi-tapian ! Sekarang juga , aku beri hukuman !" seru Ibiki . Mau tak mau sekalipun ia adalah badgirl alias preman di sekolahnya , ia harus menuruti perintah dari guru berwajah sangar ini .

"B-baik..." kata Sakura menurut .

-oo0oo-

"Ngahahahahahahahahahahahah ! Rasakan , kau dihukum !" tawa Naruto yang terbahak-bahak membuat Sakura mendengus kesal . Dengan ketidakikhlasannya , ia menarik seember air yang sudah dicampur pembersih kamar mandi .

"Kuh , apa bedanya kau dengan aku ? Kau kan juga dihukum ?" ucap Sakura mengandalkan logikanya .

"Aku hanya dihukum setrap . Sementara kau disuruh membersihkan kamar mandi . Itu beda jauh , kau tau ?"

"Ya , aku tau itu . Berhentilah memperdulikanku mulai detik ini juga ." balas Sakura sengit . Ia merasa tidak membutuhkan Naruto . Karena semenjak ia melihat kertas yang berisi berita kematian Hinata , Naruto selalu mengejeknya . Ia tidak mau diperdulikan .

Tidak mau .

-oo0oo-

"Ne, Karin !" bisik seorang gadis berambut merah sambil menepuk pundak seorang siswa yang duduk di depannya .

"Hn ." jawab anak itu acuh . Begitu tak pedulinya dengan panggilan temannya yang lirih , ia tak menengokkan kepalanya ke belakang .

"Kau ini ! Ini semua gara-gara kau ! Tau , kan ?"

"Salahku yang mana , Ta-chan ?" Karin berlagak tak mengerti ucapan Tayuya . Ia memilih memperlihatkan wajahnya .

"Nah , begitu lebih baik ." sela Tayuya . "Well , salahmu itu di bagian saat kau mengajakku meninggalkan Sakura ." ucap Tayuya menyalahkan Karin .

"Begitukah ? Tapi , mana mau kau aku tinggal bersama 'setan' itu ?" eyel Karin . Matanya berkilat tajam .

"Oh , begitu , ya ? Tapi , kalau kita disalahkan , pelaku utamanya adalah kau !" tuntut Tayuya .

"Siapa peduli . Lagipula dia itu 'bukan temanku' !" ucap Karin sinis dengan penuh penekanan pada bagian 'bukan temanku' . Sadisnya , berbicara hal-hal buruk milik orang lain dibelakang punggungnya . Terlebih lagi yang menganggapnya seperti itu . Hanya menumpang saja dan kupikir itu lebih rendah dari apapun .

Tanpa mereka ketahui , dibelakang mereka yang sedang asyik mengobrol , sebersit cahaya kilap melintas dengan mulus di sepasang piringan kaca berbentuk lingkaran yang dibingkai plastik berwarna merah hati dan sepasang rambut pirang yang kusut di bagian samping kacamata .

"Jadi , kalian tidak menganggapnya teman ?" ucap gadis itu hambar , tak sedikitpun takut .

"Begitulah . Lalu , kenapa ?" ujar Karin .

"Kalian ini penghianat !"

"Kami , maksudmu ? Aku dan Karin , penghianat ?" telunjuk Tayuya satu menunjuk tubuhnya sendiri dan yang lain menunjuk Karin , seakan tak percaya dan berusaha mengeyel seperti keadaannya Tayuya sebagai pengacara , Karin sebagai pelaku dan Shiho sebagai jaksa di dalam sebuah ruang pengadilan sempit yang hanya dihuni tiga orang itu saja .

Suasana disitu remang dengan cahaya lampu sorot berwarna keemasan yang menggantung di atap . Tiga orang itu masih asyik beradu opini masing-masing . Di sekeliling mereka tak ada apapun kecuali gelap malam di dalam ruangan lembap itu . Tapi tiba-tiba ,

'splek !' suara tombol lampu yang ditekan secara tiba-tiba membuat mereka semua kembali ke dunia nyata dimana ketiganya duduk di kursi kayu dengan menggunakan seragam sekolah dan di depan mereka seorang pria bertubuh tinggi besar sedang menyentuhkan jarinya di meja salah satu murid . Ternyata suara tadi adalah suara ketukan meja , bukan tombol lampu .

Karin pun menggigit jarinya takut-takut . Tayuya bersikap manis berpura-pura merapikan bukunya yang semrawut dan memasukkan kembali pulpen berwarna ungu ke dalam kotak pensilnya . Shiho menundukkan kepalanya seakan mengaku bersalah .

"Kalau mau ribut terus , silahkan ribut sambil berdiri disana !" perintah guru killer itu kepada ketiga muridnya sambil menunjuk tempat kosong di depan papan tulis . Mau tak mau , ketiga murid bandel itu mengangguk pelan sambil berkata ,

"Baik , Ibiki-sensei ." seru mereka bertiga serentak . Keenam kaki itu pun berbaris menuju ke depan kelas .

-oo0oo-

Sudah sekian waktu yang lalu gadis itu menggosok lantai kamar mandi dengan sikat di genggamannya . Dia mendengus kesal sesaat setelah suara dering bel pulang tercipta . Apalagi lantai di bawah kakinya belum juga bersih dari kotoran (entah kotoran apa) . Ia pun menutup hidungnya dengan dasi yang membelit kerahnya karena memikirkan hal-hal yang menjijikkan .

Baik , kakinya sekarang pegal . Kenapa ? Dia terlalu lama berjongkok di kamar mandi . Sepertinya ia harus mengundang tukang pijat ke rumahnnya . Dengan susah payah ia berdiri dengan tangan yang ditempelkan di dinding sebagai titik tumpunya .

Setelah ia berdiri , baru ia mengambil kedua perlengkapan perangnya . Untuk apa lagi ? Tentu saja , untuk memerangi kuman dan kotoran yang bersarang di kamar mandi itu . Ini saja baru satu kamar mandi . Artinya , kamar mandi lain juga menyimpan milyaran bakteri . Untung saja , ia hanya ditugaskan membereskan satu .

Belum habis langkahnya menuju keluar area kamar mandi , mata emeraldnya sudah melirik ke arah loker . Dengan perlahan kakinya melangkah ke arah loker akan tetapi tiba-tiba ,

'Blak !'

"OUCCHH !" erangnya kesakitan sambil mengusap-ngusap kepalanya yang terlanjur pening sehabis tertimpa sesuatu yang keras dari atas . Dengan ringan , kepalanya tergeletak . Bukan mati , tapi pingsan . Dan entah sejak kapan gadis yang kuat ini mudah sekali pingsan .

Tak disangka , tak dikira , ternyata yang menimpa kepalanya adalah buku setebal seratus lembar dengan sampul tebal berwarna lavender yang benar-benar keras . Di sampul itu sendiri terdapat sebuah gambar bunga anggrek berwarna violet dan di bawahnya terdapat beberapa huruf kanji yang dibaca Hyuuga Hinata .

~o~o~o~

Okaa-san...

Seorang wanita berambut oranye terang meraih sisir cantik berwarna biru lalu menggerakkannya dengan teratur di atas rambut soft pink anaknya. Dengan lembut, dibelai-belainya, dikepang-kepang kecil sampai menjadi jalinan model rambut. Gadis kecil itu melebarkan matanya saat melihat wajahnya di cermin dengan model rambut yang aneh, tapi ia tertawa. "Ahahahahaha..."

Mebuki Haruno yang merasa terejek pun kembali mengarahkan jari-jarinya ke arah rambut putrinya. Hanya saja..., rambutnya kembali menjadi lebih awut-awutan karena ulah sang ibu.

Dan...

"Hnahhh?! Tidak mungkin..! Mebuki! Tidak mungkin Mebuki mati!" tuan rumah Haruno berteriak dengan telepon rumah berwarna putih porselen di telinganya.

Gadis kecil hanya menyepi di balik jendela, memandangi air hujan yang turun dari langit dengan wajah kosongnya. Kaa-san...

Tou-san...

"Andaikan aku bisa, andaikan aku bisa melihat Tou-san berada di sampingku" ratapnya lagi.

Saat kemudian sang ayah menjadi seseorang yang hidup di dunia ini hanya demi mencari uang. Saat Tou-san bekerja keras menghidupi anaknya namun menjadi lupa memberi perhatian kepada putri kecilnya.

"Tou-san, kapan kita jalan-jalan?"

"Tou-san, dimana Tou-san?"

'Sakura, Tou-san berangat lebih awal. Sarapan ada di meja makan. Jangan lupa kerjakan PR-mu dan jangan lupa gosok gigi sebelum tidur. -Tou-san-'

Hanya selembar kertas yang berbicara, ia melayang diterpa angin.

Ino-chan...

"Hei.. bunga ini lebih cantik dari bunga itu." eyel Ino. "Ini mawar, lambang cinta!"

"Aku tidak peduli! Bunga ini lebih cantik. Warnanya putih dan lembut." kata Sakura.

"Itu hanya bunga liar." ucap Ino sambil berbaring di rumput.

"Biarpun bunga liar, asalkan dia bisa tumbuh dengan subur dan cantik, bunga ini adalah bunga yang istimewa."

"Hmm...? Kalau itu menurutmu, sih..Tapi bunga mawar tetap yang tercantik!"

"Tidak! Bunga ini jauh lebih spesial!"

Dan lebih banyak lagi yang diperdebatkan kedua bocah tersebut. Akan tetapi...

Ino berjalan di samping ibunya. Ia membawa tas kecil yang berisi barang-barang kecil Ino seperti jepit rambut dan semacamnya. Kemudian, saat Sakura keluar dari pintu rumah sambil membawa boneka teddy bear, Sakura berlari riang ke arahnya.

"Ayo main, Ino-chan." ajak Sakura.

Ino tampak menatap ibunya dan ibunya hanya tersenyum kepada Sakura kecil.

"Gomen, Sakura-chan. Kata Kaa-san, kami akan keluar kota malam ini. Jadi, jaa ne~!" ucap Ino.

"Jaa..!" Sakura tersenyum.

Dan itu adalah senyum terakhir gadis kecil berambut merah muda.

Andaikan kau bisa tersenyum lagi.

~o~o~o~

"Bangun !" samar-samar sepasang manik azure terlihat dari mata kehijauan milik Sakura . Entah kenapa suara itu sudah sangat familiar baginya . Ya , suara yang menggema baru-baru ini di telinganya . "Ah , aku baru tau , kalau ada seorang gadis sulit sekali dibangunkan" ucapnya lagi .

"Ah , Namikaze !" Sakura terkaget-kaget .

"He ? Sudah bangun , ya ? Baguslah kalau begitu ."

"Kenapa kau membangunkanku? Kau sama sekali tidak takut padaku ?"

"Hei, jangan salah sangka ya? Aku hanya tidak ingin membiarkan seorang wanita sepertimu sendirian di salah satu titik terangker di sekolah ini terutama karena matahari sudah hampir terbenam." jawab Naruto. "Lagipula kenapa aku harus takut?"

"Aku ini badgirl . Kau tidak takut pasukan gangsterku mendadak menyerangmu ?"

"Aku tidak peduli . Aku punya kekuatanku sendiri yang aku percayai . Dan belum tentu , semua senjata yang kau sebut-sebut sebagai anak buahmu itu dapat dipercaya ." baru kali ini Naruto berkata dengan bijak . Inikah yang namanya Out of Character ?"Cepatlah kau pulang ! Ini sudah sore ."

"Tak usah memperdulikanku . Aku tau kau kehilangan Hinata . Tapi , jangan perlakukan aku seperti ini ! Jangan anggap aku seperti si gagap itu !"

Merasa tersinggung Naruto , tangannya berniat menampar pipi Sakura . Tapi , niatnya patah ketika tangannya berhasil dihadang oleh tangan Sakura yang jelas-jelas lebih kecil daripada kepunyaannya .

'This girl is really dangerous .' pikirnya sesaat .

"Aku ini badgirl , kau tau ?" ucap Sakura dengan muka bosan . Bosan akan kemampuan Naruto sebagai lelaki yang berada jauh di bawahnya . "Aku berkuasa."

~ TBC ~

Hadeh... setelah diedit, ternyata ini malah lebih pendek dari yang kemaren. Rose salah bagian mana, ya? Rasanya susah bikin chapter pengenalan yang rada panjang buat Hinata's Diary. Apa flashbacknya Hinata musthi ditambah-tambahin, ya? Atau clue chapter di masa mendatang juga harus termasuk? Ekh.. tapi kayaknya kurang bagus nambah-nambahin yang berat-berat gietoe, ya? Aduh... gomen, malah curhat.

.

Demikian ,

Beauty-rose