Title: Darling With The Dark

Cast:

-Kim Ryeowook

-Kim Yesung

Genre: Romance, little bit Crime

Disclaimer: Ini ff remake karya Santhy Agatha. Saya hanya memberikan beberapa perubahan seperlunya.

Summary: Ryeowook merupakan target pembunuhan oleh "Sang Pembunuh". Tapi bagaimana jika "Sang Pembunuh" itu adalah orang terpenting dalam hidup Ryeowook di masa lalu?

Warning: Genderswitch, Typho(s) bertebaran. Don't Like Don't Read, ok?

Ketika malam itu bergayut, Ryeowook duduk termenung di atas ranjang, entah kenapa malam ini tidak seperti biasanya. Ryeowook merasa ngeri, rasa ngeri ini hampir sama dengan kengerian

yang selalu menyerangnya di malam-malam dulu. Burung di pepohonan depan yang rimbut

berbunyi-bunyi dengan suara menakutkan, mencicit seolah memberi pertanda.

Tetapi pertanda apa?

Ryeowook bolak-balik memeriksa alarm pintunya, dan menghela napas panjang. Alarm sudah

terpasang dengan sempurna, pintu sudah tertutup rapat dengan kunci dan gerendel terpasang.

Kenapa dia tetap merasa takut?

Ryeowook masuk lagi ke kamar, mengunci pintu kamarnya dan berbaring, menarik selimutnya

sampai ke punggung. Seharusnya dia sudah merasa bebas, seharusnya dia tidak didera

ketakutan lagi. Tetapi kenapa perasaan ini sama? Rasanya sama seperti dulu...jauh di masa

lalu, dimana kenangan buruk menyeruak, kenangan yang sangat ingin dilupakannya.

Tiba-tiba terdengar suara keras di pintu belakang rumahnya. Ryeowook begitu terperanjat sampai

terlompat dari tempat tidurnya. Jantungnya berdebar dengan keras, dia menatap ke arah

pintunya dan meringis...

Apakah dia tadi sudah mengunci pintu kamarnya?...Apakah ada seseorang yang menerobos

pintu belakangnya? Bagaimana kalau orang itu masuk ke kamarnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong Ryeowook melompat panik, dan kemudian memeriksa

kunci pintu kamarnya.

Terkunci...tentu saja ...

Ryeowook menghela napas panjang, dan menyandarkan tubuhnya di pintu. Lama dia menunggu,

mungkin akan ada suara-suara lagi diluar sambil menahankan debaran jantungnya yang

membuatnya makin sesak napas.

Tetapi suasana sungguh hening, tidak ada suara apapun. Ryeowook bahkan merasa bahwa dia

hampir mendengar debaran jantungnya sendiri yang berpacu dengan begitu kuatnya.

Apakah suara di pintu belakangnya tadi hanyalah halusinasinya?

Setelah menghela napas panjang, Ryeowook membuka kunci pintunya. Dia tahu bahwa dia telah

melakukan tindakan bodoh seperti di film-film horor yang sering dilihatnya, mendengar suara

aneh... bukannya lari dan bersembunyi tetapi malahan mendatangi bagaikan ngengat yang

tertarik mendatangi api yang akan membunuhnya.

Rumah Ryeowook kecil sehingga kamarnya langsung mengarah ke ruang tamu yang merangkap

sebagai ruang keluarga dengan TV besar mendominasi bagian tengahnya, lalu ada lorong kecil

ke area dapur... dapur tempat suara itu berasal.

Ryeowook menyalakan lampu ruang tengah dan menghela napas panjang ketika menyadari bahwa

tidak ada siapapun di sana. Jantungnya makin berdebar ketika menunggu melangkah ke arah

dapur... di sana gelap dan pekat. Dengan hati-hati Ryeowook menyalakan saklar lampu tetapi

langsung mengerutkan kening ketakutan ketika saklar itu putus. Lampu dapur tidak menyala

dan Ryeowook mengernyit menyadari kegelapan di depannya. Tangannya meraba-raba mencari

ponsel yang tadi sempat dimasukkannya ke dalam saku piyama.

Dengan pencahayaan ponsel yang seadanya, Ryeowook melangkah maju memasuki area dapur itu.

Cahayanya gelap dan remang-remang, membuat Ryeowook merasakan bulu kuduknya berdiri.

Tampaknya di dapur tidak ada siapapun. Tetapi kemudian mata Ryeowook terpaku pada sesuatu di dapur.

Sesuatu yang membuat jantungnya berpacu cepat dan wajahnya pucat pasi. Sesuatu

yang memancarkan cahaya lembut berwarna kuning redup terselubungi lilin yang berwarna

biru.

Masa tenang kehidupannya sudah berakhir...impian untuk menjalani hari-harinya seperti

orang biasa musnah sudah.

Ryeowook berpegangan ke dinding untuk menopang kakinya yang gemetaran, matanya menatap

ke arah benda itu. Sebuah tanda...tanda yang samar-samar menyeruak ke dalam alam bawah

sadarnya, menarik ingatan Ryeowook yang telah lama hilang dan mengingatkannya.

Seketika pengetahuan mendalam muncul di benak Ryeowook, membuatnya merasakan ngeri yang

luar biasa. Lilin berwarna biru yang menyala itu adalah tanda, tanda yang ditinggalkan oleh

sang pembunuh paling kejam yang dia tahu entah kenapa.

Pembunuh itu sudah menemukannya...

Selesailah sudah. Nyawa Ryeowook mungkin tinggal beberapa saat lagi. Matanya melirik

ketakutan ke arah tanda di meja dapurnya.

Lilin berwarna biru itu... jumlahnya ada sembilan buah...diletakkan dengan rapi dan diatur

indah setengah lingkaran di atas meja dapurnya, cahaya redupnya tampak kontras dengan

ruangan dapur yang gelap gulita...

Lalu seperti muncul begitu saja dari bayangan gelap di belakangnya, jemari yang kuat tiba-

tiba menyentuh lehernya dari belakang, lembut dan tenang. Ryeowook tercekat, tetapi tidak bisa

memberontak, pada akhirnya yang bisa dilakukannya hanyalah memejamkan matanya.

xXxXx

Tanpa perlawanan yang berarti tubuh Ryeowook lunglai dalam pelukannya, ada rasa sakit dan

terkejut luar biasa di sana. Mata Ryeowook yang membelalak mengatakan demikian. hingga

beberapa detik kemudian, mata Ryeowook kehilangan cahayanya, menutup dengan lemah,

meninggalkan bercak gelap yang merintih tak bersuara disana.

Sang Pembunuh alih-alih melarikan diri terburu-buru, malahan dengan tenang mengangkat

tubuh Ryeowook yang pingsan dengan kedua tangannya, ke sudut ruangan, ke bagian ruang

tengah rumah berlantai kayu yang dipernis mulus itu. Dia duduk di sana dan memangku tubuh

Ryeowook yang lunglai tanpa daya, dibelainya rambut hitam panjang Ryeowook, diciuminya aroma

leher korbannya. Sungguh diperlakukannya Ryeowook bagai kekasih tertidur yang akan ditinggal

pergi diam-diam. Sorot mata Sang Pembunuh adalah sorot mata kekasih, penuh cinta dan

harapan yang meluap-luap.

Bukan sekali dua kali ini ia membereskan seseorang yang lemah seperti Ryeowook, ia sering

menyebutnya 'order kecil '. Cepat, mudah dan tak jarang korbannya cantik luar biasa, seperti

apa yang dilihatnya sekarang. Anehnya Sang Pembunuh selalu saja menetapkan harga yang

amat sangat tinggi untuk order kecil seperti ini.

Tanpa alasan jelas , ia selalu bilang begitu kepada kliennya, karena tak mungkin mereka

mengetahui bahwa Sang Pembunuh adalah pemuja wanita, butuh pengorbanan besar dari

nurani untuk membunuh seseorang, tetapi bahkan ia akan mengorbankan lebih besar lagi

untuk membunuh Ryeowook, satu-satunya wanita yang telah menyentuh hatinya.

Bibir sang pembunuh menyentuh bibir Ryeowook, melumatnya lembut penuh cinta. Sebelum

akhirnya gelap dan pekatnya malam yang semakin dalam, menelan mereka berdua.

TBC

Annyeong.. saya bawa lagi ff remake sembari menunggu munculnya ide untuk ff lainnya..

Ini masih prolog. Kalau responnya lumayan baik, secepatnya akan saya lanjutkan.

See you..