My Cool Princess
Title : My Cool Princess Writer : Helloannyeongg Genre : Romance, Drama, friendship Rated : T Main Cast : (HunHan) Oh Sehun Xi Luhan Other casts :Exo members and others SM artists
Semua Cast disini milik diri mereka masing-masing, orangtua, dan Tuhan. Author cuma memakai mereka sementara sebagai Cast di FF abal-abal author ini.
Warning : GS, TYPO(S), OOC dan Bahasa pun tidak baku.
Cerita ini hanyalah fiktif belaka jika ada kesamaan kejadian mungkin ini hanya sebuah kebetulan. Cerita ini milik SAYA. Penulis cerita ini adalah SAYA. Ide dalam menulis berasal dari ide SAYA. Please don't be a PLAGIATOR!
::::::::::::::: *Helloannyeongg present* :::::::::::::::
Luhan seorang yeoja imut yang bisa terbilang populer disekolahnya. Ia biasa disebut sebagai 'Cool Princess' karena sifatnya yang terlalu cuek dan sensitif. Jika ia mendengar atau melihat hal-hal yang tidak disukainya tentang orang lain, ia pasti akan membenci orang itu, seperti yang dialami seorang murid baru sekaligus hoobae nya di sekolah Oh Sehun. Lalu apa yang membuat Luhan membenci hoobae nya itu?
*Helloannyeongg*
Seorang yeoja imut berambut coklat keemasan sedang duduk sendirian di bangku taman. Nafasnya sedikit terengah-engah setelah mencoba menghindari beberapa orang namja yang selalu mengejar-ngejarnya disekolah. Ya, dia yeoja yang cukup populer. Bukan karena wajahnya saja yang terlihat cantik namun ia juga sangat pintar. Namun sayang namanya manusia tidak ada yang sempurna. Yeoja itu selalu biasa dipanggil sebagai Cool Princess. Ya, dia memang yeoja yang sangat dingin dan cuek.
"YA XI LUHAN!" teriak seorang yeoja bereyeliner dengan suara cemprengnya hingga dapat menggugurkan pohon oak di taman itu. /lebay. Emang disana lagi musim gugur kali thor. Oke abaikan -_-/
"Kau berlari cepat sekali! Hosh hosh hosh aku lelah. Susah ya punya teman yang sangat populer." Keluh yeoja bereyeliner itu.
"Ya Baekhyun... Aku tidak populer." Elak Luhan.
"Namja-namja tadi selalu mengejar-ngejarmu setiap hari dan berusaha mendekatimu. Apa itu masih belum cukup membuktikan jika kau sungguh populer, Cool Princess?" Ucap Baekhyun tegas.
"Ya jangan panggil aku seperti itu. Nama yang sangat mengerikan." Komentar Luhan.
"Wajar saja jika orang-orang memanggilmu seperti itu. Kau tahu kenapa? Kau itu terlalu cuek sekali. Lihatlah dirimu! Tidak pernah berdandan sedikitpun. Kau itu yeoja, Lu. Dandanlah sedikit." Keluh Baekhyun.
"Maaf... Aku sangat anti dengan yang namanya make up. Merepotkan tahu!" Jawab Luhan enteng.
"Ya, ya, ya. Terserahmu lah. Dan oh omo! Lu itu kan si... Kyaaa dia tampan sekali!" Baekhyun berteriak histeris saat ia melihat seorang namja yang tidak sengaja lewat di dekat mereka.
"Lu kau lihat? Murid baru itu sungguh sangat tampan dan mempesona. Caranya berjalan, caranya tersenyum, kyaaa sungguh tampan. Aku tidak menyangka jika dia junior kita. Ya ampun Lu coba kau lihat!" Baekhyun menepuk-nepuk bahu Luhan berharap yeoja itu juga melihat 'pemandangan' yang dilihatnya. Namun Luhan tentu saja tidak tertarik.
-Kenapa semua yeoja di sekolah ini -kecuali aku- memuji-muji dirinya? Anak baru yang selalu mencari-cari perhatian mulai dari seangkatannya maupun sunbae-sunbaenya. Dan juga sok kenal. Selalu sok akrab dengan murid-murid lainnya bahkan sunbaenya sendiri. Namun maaf aku tidak suka dengan orang yang bersikap seperti itu.- batin Luhan.
"Lu! Lu! Kau lihat? Lu! Luhan! Ya Luhan kau mau kemana?" Teriak Baekhyun saat mendapati Luhan yang sudah pergi dari taman itu dan masuk ke dalam gedung sekolah.
-Kenapa sih dengan Cool Princess itu? Kenapa dia tidak pernah tertarik dengan seorang namja? Apakah ia- ahh lupakan! Aku rasa dia tidak mungkin seperti itu!- batin Baekhyun.
Akhirnya ia terpaksa meninggalkan taman dan mengikuti Luhan yang sudah masuk ke dalam gedung dan harus merelakan sedikit waktunya yang pas untuk memandangi 'pemandangan' indah itu.
.
*Helloannyeongg*
Luhan sudah masuk ke dalam kelasnya. Kelas 3-1 ya bisa dibilang kelas ini termasuk kelas unggulan dibanding 3 kelas lainnya. Karena di dalam kelas ini diisi dengan berbagai murid-murid yang memiliki prestasi terbaik. Contohnya Choi Siwon pemegang medali emas olimpiade Fisika, Kim Junmyeon sang ketua kelas pemegang medali perak Matematika -medali emas tentu saja dipegang Luhan-, Kim Jongdae si pemegang medali emas Kimia dan lain sebagainya. Luhan menempati bangku paling belakang di dekat jendela. Ia sangat menyukai tempat duduknya itu. Setiap ia merasa bosan saat pelajaran, ia selalu mencuri-curi pandang ke taman bunga di belakang sekolah yang sangat cantik yang bisa dilihat dari jendela di dekatnya itu.
"Lu! Lagi-lagi kau meninggalkanku!" Protes Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya.
"Maaf..." jawab Luhan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari taman yang ia lihat di jendela.
"Kau menyebalkan!" Umpat Baekhyun sedikit kesal. Baekhyun memang yeoja yang sangat sabar. Buktinya ia tahan berteman dengan si Cool Princess macam Luhan. Namun namanya manusia, kadang batas kesabarannya pun dapat habis.
"Maaf." Jawab Luhan lagi. Baekhyun hanya bisa mengelus dadanya akan sikap Luhan itu. Ya dia tahu dan sangat tahu jika sikap Luhan ya memang seperti ini.
"Luhan noona, maaf Jung songsaenim memanggilmu." Ucap seorang namja yang benar-benar Luhan benci.
"Oh Sehun?" Mata Baekhyun terbelalak seketika saat melihat Sehun dari dekat. Sehun ada di sampingnya! Sekali lagi, Sehun ada disampingnya! Baekhyun merasa sangat senang dan bagai terbang di angkasa. Ini adalah kesempatan langka bisa dekat dengan namja yang terbilang sangat populer dan banyak digandrungi para yeoja di sekolah itu ya meski Sehun sendiri adalah hoobaenya.
"Jung songsaenim? Ya aku akan menemuinya." Jawab Luhan dengan nada sedikit ketus. Ia sangat tidak suka bertatapan apalagi berbicara panjang lebar dengan namja itu. Luhan mulai bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar dari kelas itu.
"Sehun! Hay..." Baekhyun mencoba menyapa Sehun namun hanya ditanggapi seulas senyum dari Sehun yang berjalan keluar kelas mengikuti Luhan.
-Omo omo! Tadi Sehun tersenyum padaku! Kyaaaa- batin Baekhyun senang.
Baekhyun pun mulai bangkit dan kembali ke kelasnya. Ya dia memang bukan murid kelas 3-1 namun murid kelas 3-3. Dirinya tidak sepintar Luhan maka dari itu ia tidak masuk ke dalam kelas unggulan.
"Ya bocah pendek! Kenapa kau senyum-senyum seperti itu?" Teriak seorang namja tinggi saat melihat Baekhyun yang masuk kedalam kelas dengan wajah yang berseri-seri.
"Ya tiang listrik! Apa urusanmu!" Jawab Baekhyun kesal.
"Ya aku Park Chanyeol! Ingat, Park Chanyeol! Jangan memanggilku dengan sebutan tiang listrik!" Ucap Chanyeol kesal.
"Kau juga memanggilku bocah pendek! Sudahlah aku tidak sedang mood bertengkar denganmu. Aku sedang happy sekarang." Ucap Baekhyun dan segera duduk di kursinya dengan wajah yang masih berseri-seri.
-Aneh. Ada apa dengannya? Dia terlihat senang sekali.- batin Chanyeol.
.
*Helloannyeongg*
"Nah kalian sudah datang? Baiklah ada yang ingin saya ucapkan pada kalian. Luhan, tahun lalu kau ikut Olimpiade Matematika kan?"
"Ne, songsaenim." Jawab Luhan singkat.
"Tahun ini kau juga harus ikut olimpiade itu."
"Ne, songsaenim."
"Dan mulai besok kau sudah bisa memulai kelas tambahan dan bekerjasama dengan Sehun. Namun maaf besok songsaenim tidak bisa menemani kalian saat jam tambahan. Anak songsaenim sedang sakit. Tak apakan jika kalian hanya berdua saja?" Luhan membelalakkan matanya tidak percaya. Ia tidak suka berurusan dengan namja yang bernama Sehun itu.
"Apa? Hanya berdua? Dengan dia? Tapi... Dan bukankah biasanya Junmyeon yang ikut Olimpiade ini?" Tanya Luhan ragu.
"Tidak. Tahun ini songsaenim hanya akan mengajak 1 orang murid kelas 2 dan 1 orang murid kelas 3. Dan kebetulan sekali murid baru bernama Sehun ini juga ahli dalam Matematika. Jadi songsaenim memintanya untuk ikut Olimpiade bersamamu sebagai perwakilan SM High School. Songsaenim berharap kau bisa mengajari dan bekerjasama dengan Sehun." Jelas songsaenim.
-Ahh kenapa bukan Junmyeon saja yang ikut? Dan hey namja sok ini menjadi partnerku dalam belajar? Cobaan apa ini. Mimpi apa aku semalam?- batin Luhan.
"Saya rasa kalian sudah paham. Baiklah kalian bisa kembali istirahat. Songsaenim sangat berharap kalian bisa meraih juara. Dan tentunya kau, Luhan. Pertahankan kemenanganmu. Good luck!"
Luhan berjalan gontai kembali ke kelasnya. Ia merasa sangat malas. Ya, dia sangat malas jika harus berurusan dengan namja bernama Sehun ini.
"Noona selamat bekerja sama." Ucap Sehun sambil mengulurkan tangan kanannya dengan senyum manis yang tersungging diwajahnya.
"Ya selamat bekerjasama." Ucap Luhan tanpa menerima uluran tangan dari Sehun dan malah meninggalkan Sehun dan kembali masuk ke kelasnya.
-Noona yang aneh. Tapi ia noona yang sangat menarik. Okay noona sampai bertemu besok di kelas tambahan.- batin Sehun.
.
*Helloannyeongg*
Luhan mengetuk-ngetuk sebuah pena yang dipegangnya pada sebuah meja kayu. Ya hari ini ia -dan Sehun- mulai menjalani kelas tambahan untuk persiapan Olimpiade Matematika yang diadakan setiap tahunnya. Seperti yang dibicarakan songsaenim kemarin, hari ini mereka hanya berdua saja. Hanya BERDUA saja di dalam kelas 3-1. Ia nampak berpikir serius. Baru kali ini ia terlihat bingung mengerjakan sebuah soal Matematika. Biasanya ia akan dengan mudahnya menyelesaikan soal-soal penuh angka dengan rumus-rumus yang membuat pusing kepala.
"Noona terlihat bingung. Apa ada yang bisa kubantu?" Sehun memberikan sebuah tawaran.
"Tidak perlu." Tolak Luhan.
Luhan masih terus berpikir dan mulai membuka berbagai macam buku untuk mencari rumus yang bisa digunakan untuk menjawab soal matematika itu.
"Sepertinya noona tidak suka bekerjasama denganku. Memang apa salahku, noona?" Tanya Sehun membuat Luhan menghentikan kegiatannya yang sedang membolak-balik buku.
"Tidak. Aku tidak seperti itu kok." Bantah Luhan.
"Jinjja? Lalu kenapa noona selalu bersikap dingin padaku? Noona selalu menolak niat baikku untuk menolong noona." Luhan menatap Sehun dengan dengan tatapan bertanya.
"Maaf. Aku hanya tidak ingin merepotkanmu. Lagipula aku bisa mengatasinya sendiri."
"Tapi aku tidak merasa direpotkan kok. Aku malah senang jika bisa membantu noona." Sehun memberikan senyum terbaiknya.
"Kamsahamnida." Balas Luhan datar dan mulai kembali sibuk dengan berbagai macam buku di hadapannya.
-Noona ini memang noona yang sangat berbeda dengan noona-noona bahkan yeoja lainnya. Biasanya jika aku tersenyun atau aku bantu pasti tidak akan ada yang menolak dan bahkan tidak jarang mereka sendiri yang tidak sungkan mencoba membujukku untuk menolong mereka.- batin Sehun.
"Hmm noona bisa tolong bantu aku mengerjakan soal ini?" Ucap Sehun memecah keheningan.
"Soal trigonometri ini? Kau lihat saja rumus dibuku ini. Dan aku yakin kau pasti bisa mengerjakannya." Luhan memberikan sebuah buku Matematika Trigonometri kepada Sehun.
"Kamsahamnida noona." Ucap Sehun kecewa. Luhan sudah kembali sibuk membuka buku-buku rumus di hadapannya.
-Ishh rencanaku gagal. Noona memang sangat cocok jika disebut sebagai Cool Princess. Tapi aku tidak akan menyerah seperti ini noona. Tunggulah Oh Sehun beraksi. Noona juga pasti pada akhirnya bisa melihatku dan mengagumiku seperti lainnya. Akan aku tunjukkan pesona Oh Sehun.- batin Sehun penuh percaya diri.
Tik tok tik tok Hening. Suasana dikelas itu sangat hening. Tidak ada pembicaraan diantara mereka lagi. Luhan masih sibuk mengerjakan soal-soal sedangkan Sehun sibuk menatap wajah Luhan yang serius. Sehun sudah selesai mengerjakan semua soal-soalnya.
"Hoammm" Sehun menguap cukup lebar.
"Kau mengantuk? Soal-soalnya juga sudah selesai kau kerjakan?" Tanya Luhan namun pandangannya tetap saja ke kertas soal yang masih ia kerjakan.
"Ne."
"Sudah malam. Kau pulanglah."
"Tidak."
"Apa yang mau kau lakukan lagi? Sudah kau pulanglah dan istirahat."
"Lalu noona?"
"Ya aku masih harus disini. Mengerjakan semua soal-soal ini hingga selesai."
"Kalau begitu aku juga disini saja. Aku ingin menunggu noona sampai noona selesai mengerjakan soal-soal itu."
DEG Luhan berhenti mengerjakan soal-soalnya dan menatap Sehun dengan pandangan tidak mengerti. Entah kenapa jantungnya juga berdetak tidak karuan.
-Lu? Kenapa kau seperti ini saat mendengar ucapan namja sok itu? Luhan sadarlah.- batin Luhan.
"Ya aku akan mengantar noona pulang. Tidak baik jika seorang yeoja pulang sendiri malam-malam seperti ini." Jelas Sehun.
"Tidak perlu. Aku sudah biasa pulang sendiri." Tolak Luhan dan kembali memandangi soal-soalnya.
"Aku tidak terima penolakan." Tegas Sehun.
"Hah? Egois sekali kau."
"Tidak apakan? Lagipula maksudku baik. Namja mana yang membiarkan seorang yeoja semanis noona pulang sendirian malam-malam seperti ini."
"Rayuanmu tidak berlaku padaku." Luhan tertawa merendahkan.
"Terserah apa kata noona mau itu sebagai rayuan atau bualan atau gombalan ya terserah. Yang jelas aku ini namja sejati dan aku akan selalu menghargai setiap yeoja yang ada. Jadi aku tidak akan membiarkan seorang yeoja pulang sendirian malan-malam seperti ini."
"Ya,ya,ya terserah padamu lah." Ucap Luhan pasrah. Sehun tersenyum penuh kemenangan.
-Rencana pertama sukses. Dan aku pasti akan membuat noona melihatku dan tidak akan berpaling sedetikpun padaku. Aku Oh Sehun! Jangan pernah remehkan aku!- batin Sehun.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 KST. SM High School sudah terlihat sepi. Wajar saja karena kegiatan belajar mengakar sudah selesai pukul 16.00 KST dan kegiatan ekskul pun sudah selesai pukul 17.30 KST. Luhan sudah menyelesaikan semua soal-soalnya. Ia merasa senang karena Luhan paling tidak suka jika harus mengerjakan tugas tanggung-tanggung.
"Ahh akhirnya aku selesai mengerjakannya." Luhan mencoba meregangkan otot-otot tangannya yang terasa pegal.
"Engg noona sudah selesai? Hoamm" Sehun mengucek-ngucek matanya. Ia baru saja bangun dari tidur lelapnya. Ya selama menunggu Luhan menyelesaikan soalnya, Sehun tertidur disana.
"Ya sudah." Jawab Luhan singkat.
"Baiklah kajja kita pulang!" Sehun menarik tangan kanan Luhan dan keluar dari ruang kelas itu. Wajahnya masih terlihat mengantuk namun Sehun tidak menghiraukannya.
"Ya lepaskan! Lepaskan!" Luhan memberontak minta untuk Sehun melepaskan genggaman tangannya.
"Ne, maaf noona.." akhirnya Sehun pun melepaskan tangannya.
"Noona tunggu sebentar ya.." ucap Sehun dan berlari meninggalkan Luhan sendirian di koridor kelas.
"Mau kemana lagi bocah itu? Ya!" Luhan terlihat kesal.
"Sudahlah aku duluan saja." Luhan pun akhirnya pergi menuju lift untuk mengantarkannya ke lantai bawah meninggalkan Sehun yang berlari entah kemana.
Drapp drapp drapp Luhan menghentikan langkah kakinya. Ia mendengar beberapa langkah orang-orang yang sedang berlari padahal ia tidak melihat seorangpun di sana.
Tringg Pintu Lift terbuka. Namun Luhan kembali menghentikan langkahnya saat mendengar suara-suara yang aneh. Tangannya mulai gemetar. Luhan tidak suka suasana seperti ini.
"Ya Xi Luhan! Jangan takut! Kau bukan seorang pengecut!" Luhan pun mulai masuk ke dalam lift.
GREP
"Kyaaaaa" teriak Luhan. Ia sangat terkejut karena tiba-tiba ada yang menyentuh bahu kirinya.
"Ya OH SEHUN!" Teriak Luhan kesal saat mendapati Sehun yang melakukannya.
"Noona! Tega sekali noona meninggalkanku. Aku kan sudah bilang agar noona menungguku." Ucap Sehun dengan wajah cemberut.
"Salah sendiri kenapa kau tiba-tiba menghilang." Jawab Luhan ketus.
"Maaf... hmm ini untuk noona." Sehun memberikan sekaleng minuman hangat untuk Luhan.
"Tidak, terima kasih." Luhan menolak minuman yang diberikan Sehun itu.
"Ambillah, noona. Kau pasti kedinginan. Tangan noona begitu dingin." Sehun terus memberikan minuman itu.
"Tidak usah. Aku tidak merasa kedinginan kok." Tolak Luhan lagi.
"Ambillah! Terserah noona mau meminumnya atau tidak. Sudah aku bilang aku benci penolakan!" Sehun menarik paksa tangan Luhan untuk menerima minuman hangat itu.
"Ishh ne,ne... Terima kasih." Ucap Luhan akhirnya.
"Kajja kita pulang noona! Sudah malam!" Akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam lift yang mengantar mereka dari lantai 3 ke lantai dasar.
*Helloannyeongg*
Luhan sudah berada di dalam mobil sport milik Sehun. Ya Sehun memang terlahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya adalah pengusaha hotel yang kaya raya, Oh Kyuhyun dan ibunya adalah seorang model terkenal Oh Sungmin. Sesekali Sehun melirik Luhan yang memandang jalanan kota Seoul dari balik kaca mobilnya.
"Ehem aku lapar. Apa noona juga merasa lapar?" Sehun mencoba membuka obrolan.
"Tidak aku ti-"
Kruyukkkrukk Sehun tertawa mendengar suara rintihan(?) perut Luhan. Sedangkan Luhan hanya bisa menundukkan wajahnya merasa sangat malu.
"Aku tahu noona pasti lapar. Baiklah kita mampir dulu ke sebuah restoran. Lagipula aku sudah lama tidak ke restoran itu." Sehun menyimpulkan seenaknya. Luhan tidak mau berkomentar apalagi menolak. Karena ia tahu Sehun itu 'pemaksa' jadi ia pasrah saja.
Ckittt Mobil sport putih Sehun sudah terparkir disebuah restoran Italia dengan arsitektur klasik yang terbilang cukup ramai. Beberapa pelayan terlihat sangat kerepotan membawakan pesanan para pelanggan.
"Wah ramai sekali..." Sehun mulai mengomentari.
"Sudahlah lebih baik kita pulang saja."
"Aku tidak tega membiarkan cacing-cacing diperut noona kelaparan. Ayo masuk!" Sehun lagi-lagi menarik tangan kanan Luhan dan mengajaknya masuk ke restoran itu.
"Aku tidak cacingan! Dan bagaimana kita bisa mendapatkan tempat kosong?" Luhan mengedarkan pandangan kesekeliling restoran itu dan tidak mendapati tempat yang kosong.
"Tenanglah. Pasti akan selalu ada tempat kosong untuk seorang Oh Sehun." Jawab Sehun dengan penuh percaya diri.
"Tuan Oh Sehun? Mari silakan masuk. Tuan Kim sudah menunggu anda di atas." Ucap seorang pelayan bername tag Taemin.
"Kamsahamnida noona." Balas Sehun ramah. Luhan hanya terdiam tidak bisa berkomentar apa-apa.
Luhan mengira jika lantai 2 restoran ini terdapat ruang VIP ataupun VVIP bagi para tamu. Namun dugaannya salah. Di lantai 2 restoran ini justru malah tempat tinggal si pemilik restoran. Tempat yang cukup luas dan tentu saja berarsitektur klasik seperti restorannya.
"Ya Oh Sehun! Sudah sangat lama kau tidak kemari!" Seorang namja yang sepertinya sudah berusia lanjut memeluk tubuh Sehun penuh kasih.
"Apakabar paman?" Tanya Sehun.
"Paman baik-baik saja. Bagaimana kabarmu dan eomma appamu?" Tanya namja itu.
"Appa dan eomma baik-baik saja dan mereka sedang menikmati liburan di Prancis meninggalkan anaknya yang tampan ini sendirian di Seoul." Jelas Sehun dengan mimik muka sedih.
"Sudah sepantasnya mereka liburan dan mungkin appa dan eommamu akan memberikan adik baru setelah pulang liburan nanti hahaha..."
"Ya paman ini bisa saja! Hahaha... Lalu dimana bibi Eunhyuk?" Sehun memandang sekeliling rumah itu namun tidak mendapati orang yang dicarinya.
"Dia sedang pergi dengan Jongin dan kekasihnya."
"Wah si kkamjong itu sudah besar ternyata! Dia sudah punya pacar saja hahaha..."
"Kau ini memang benar-benar tidak berubah! Jongin itu tetaplah lebih tua darimu ya meski paman akui sifatnya berbeda denganmu. Dan bagaimana kau bisa tahu? Kau saja yang sudah lama tidak kemari dan bertemu dia. Apa kau sudah merasa betah tinggal di Jepang? Dan yeoja ini apakah-"
"Oh iya. Noona, kenalkan ini paman Lee. Dan paman, kenalkan dia adalah Luhan noona." Sehun memperkenalkan Luhan dengan pamannya itu.
"Annyeonghasaeyo ahjushi. Aku Xi Luhan. Bangapsumnida..." Luhan membungkukkan badannya dengan sopan.
"Ya annyeong. Aku Lee Donghae tapi kau bisa memanggilku Lee ahjushi. Mari silakan masuk." Donghae mempersilakan keponakan dan teman keponakannya ini masuk ke dalam rumahnya.
"Yeobeo kami pulang... Loh Sehun? Kau kemari? Dan yeoja ini apakah dia-"
"Bibi! Apa kabar? Kalian selalu saja salah paham. Dia Luhan noona, sunbaeku disekolah." Jelas Sehun.
"Annyeonghasaeyo ahjumma..." Luhan kembali membungkukkan badannya sopan.
"Ya-ya silakan duduk dan sebentar bibi akan menyiapkan sesuatu untuk kalian." Eunhyuk masuk ke dalam dapur sambil membawa kantung belanjaan.
"Appa! Dan hah? Sehun? Oh Mija? Apa kabar?" Teriak seorang namja berkulit tan di pintu masuk.
"Ya kkamjong apa kabar kau? Lama tidak bertemu. Dan apakah benar kau sudah punya..." tanya Sehun sambil melirik seorang yeoja bermata bulat disamping Kai.
"Ya tentu saja! Memangnya kau! Hahaha.. Perkenalkan dia Do Kyungsoo, yeojachinguku. Dan Kyunggie, dia ini Oh Sehun, sepupuku yang sudah lama tak pulang ke negara asalnya."
"Annyeonghasaeyo Sehun-ssi..."
"Annyeonghasaeyo Kyungsoo-ssi..."
"Dan ya Oh Sehun apakah dia yeojachingumu?" Ucap Kai sambil menunjuk Luhan yang berdiri dibelakang Sehun.
"Bukan. Perkenalkan dia Luhan noona, sunbaeku di sekolah baru."
"Salam kenal Noona. Aku Kai sepupu Sehun yang seumuran dengannya."
-Sehun dan sepupunya ini sama saja. Sok akrab denganku. Buktinya mereka langsung saja memanggilku dengan sebutan noona.- batin Luhan.
"Loh Lulu?" D.O membelalakkan matanya tidak percaya dengan seseorang yang ia lihat dihadapannya.
"Ya D.O? Apa kabar?" Wajah Luhan terlihat berbinar-binar.
"Baik. Tidak aku sangka kita bisa bertemu disini lagi. Semenjak kelulusan SMP, kita jadi tidak bisa bertemu lagi ya. Dan dimana Baekhyun." D.O memeluk tubuh Luhan yang sudah lama tidak dijumpainya.
"Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya kqi dan Sehun bersamaan.
"Tentu saja. Lulu dan Baekhyun adalah sahabatku saat di SMP."
"Lalu dimana gadis eyeliner itu? Bagaimana kabarnya? Masih cerewetkah ia?"
"Hahaha tentu saja. Dia masih tetap cerewet."
"Sudah-sudah duduklah dulu dan kalian bisa lanjutkan obrolan kalian. Paman mau ke dapur dulu." Pamit Donghae.
"Lu lalu bagaimana sekolahmu?" D.O kembali bertanya kepada Luhan.
"Ya, begitulah. Kau itu sulit sekali dihubungi."
"Maaf... Ponselku sempat hilang dan contact kalian jadi ikut-ikutan menghilang."
"Kalau begitu, nih hubungilah aku. Kita kumpul-kumpul dan jalan-jalan lagi seperti dulu." Luhan menyerahkan selembar kertas berisi nomor ponsel dan alamat email miliknya.
"Pasti akan aku hubungi. Andai waktu itu aku masuk SM High School ya."
"Kyunggie jika begitu, kau tidak akan bisa bertemu dengan namja berbakat dan setanpanku loh." Ujar Kai penuh percaya diri.
"Mwo? Berbakat? Tanpan? Kau terlalu percaya diri Kkamjong! Hahaha..." Sehun mentertawakan sepupunya, Kai.
"Ya kalian kemarilah. Kita makan sama-sama dulu." Teriak Eunhyuk dari arah dapur.
Kai dan Sehun sudah berjalan menuju ke ruang makan diikuti D.O dan Luhan di belakang mereka yang masih asik mengobrol dan tertawa-tawa.
"Nah silakan duduk. Ini Lasagna special dari Chef Eunhyuk." Ucap Eunhyuk sambil memberikan mereka masing-masing satu porsi besar Lasagna.
"Ahjumma ini terlalu banyak untukku." Ucap D.O dan Luhan bersamaan dan ditutupi tawa mereka akhirnya.
"Kalian kompak sekali. Jika seperti ini bagaimana?" Eunhyuk membagi seporsi besar Lasagna dalan dua bagian 1 untuk Luhan dan lainnya untuk D.O.
"Kamsahamnida ahjumma..." ucap D.O dan Luhan bersamaan lagi.
"Kalian begitu kompak." Puji Donghae.
"Ya mereka bilang dulunya mereka ini adalah sahabat saat SMP." Jelas Kai.
"Bukan hanya dulu, tapi sampai sekarang kok. Benarkan, Lu?" Ralat D.O dan mendapat anggukan dari Luhan.
"Oh jadi begitu. Baiklah sebaiknya kita makan selama Lasagna ini masih hangat."
Kim Family, Sehun, D.O serta Luhan pun mulai menikmati Lasagna special yang dibuat oleh Eunhyuk. Luhan tampak sangat menikmati Lasagna itu. Diam-diam Sehun terus mencuri-curi pandang kepada Luhan dan sesekali tersenyum.
"Uhuk uhuk" Sehub tersedak Lasagna nya saat mata nya bertemu pandang dengan mata Luhan. Ia jadi ketahuan jika terus memperhatikan Luhan.
"Sehun, makanlah perlahan." Ujar Eunhyuk sambil menyerahkan segelas air putih.
"Ahhh gomawo bi." Balas Sehun.
-Namja pabbo.- batin Luhan.
SKIP
Setelah selesai menyantap Lasagna itu hingga habis, Sehun dan Luhan pun pamit untuk pulang. Begitupula dengan Kai. Ia berniat mengantarkan D.O pulang ke rumahnya.
"Kalian tidak perlu mengantar kami. Kami bisa pulang bersama-sama kok."
"Kyunggie tidak bisa seperti itu. Aku tidak akan membiarkan kau hanya pulang berdua saja dengan Luhan noona. Bahaya Kyunggie.."
"Benar. Noona kajja aku antarkan noona pulang!"
"Tapi..."
"Aku tidak suka penolakkan! Kajja! Kkamjong kami pamit ya."
"Ne,ne... hati-hati kau membawa seorang gadis pulang dan jangan mengebut!"
"Kata-katamu seperti appa saja! Hahaha..."
"D.O kalau begitu aku pulang ya. Sampai ketemu lagi... bye..." Luhan melambaikan tangan kearah D.O.
"Byebye Lu... hati-hati..." balas D.O. Sehun dan Luhan pun sudah masuk ke dalam mobil sport milik Sehun.
"Kai aku rasa sepupumu itu tertarik pada sahabatku Luhan."
"Aku juga berpikiran yang sama denganmu. Sehun tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia tidak akan mengajak dan mengenalkan seorang yeoja padaku jika ia tidak benar-benar serius menyukainya."
"Benarkah?"
"Ya tentu saja. Aku tahu sifatnya seperti apa. Lalu bagaimana ya dengan sahabatmu itu? Apa ia tertarik juga dengan sepupuku?"
"Entahlah. Selama aku bersahabat dengannya, ia tidak pernah sekalipun menceritakan seseorang yang ia sukai padaku atau pada Baekhyun."
"Begitukah? Kita lihat saja nanti. Kajja aku antar kau pulang." Kai membukakan pintu mobil untuk D.O.
"Gomawo..."
Mobil sedan hitam Kai pun melaju meninggalkan restoran sekaligus rumahnya menuju ke rumah D.O pujaan hatinya itu.
SKIP
"Noona jadi kau tinggal disini?" Tanya Sehun kepada Luhan sambil menatap sebuah gedung apartemen.
"Ya tentu. Sudah malam. Sebaiknya kau kembali. Terima kasih sudah mengantarku dan mengajakku makan malam hingga bisa bertemu dengan sahabatku lagi."
"Jadi aku pasti sangat berjasa pada noona karena bisa mempertemukan noona lagi dengan sahabat noona. Baiklah selamat malam noona... Jaljayo..." Sehun mengelus rambut Luhan dengan lembut sebelum kembali masuk ke dalam mobilnya. Luhan hanya bisa terdiam dan mengatur detak jantungnya agar bisa berdetak dengan normal.
Brummm Sehun melajukan mobilnya meninggalkan Luhan yang masih berdiri mematung di depan gedung apartemen.
-Lu ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini lagi?- batin Luhan.
Sehun tersenyum selama perjalanan pulang dari tugas mengantar Luhan pulang. Rencana-rencana yang ia lakukan berhasil. Dia sangat percaya diri jika sebentar lagi Luhan akan jatuh ke dalam pesona yang ia punya.
*Helloannyeongg*
Matahari mulai terbit. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 KST. Luhan terlihat terburu-buru keluar dari apartemennya. Ia bangun kesiangan dan sepertinya ia akan datang terlambat ke sekolah.
"Omo! 30 menit lagi! Aku harus cepat-cepat ke halte dan mendapatkan bis dan aku tidak jadi terlambat." Luhan berlari menuju ke halte di sebrang apartemennya.
"Ck 20 menit lagi. Mana bis nya? Bisa-bisa aku terlambat ke sekolah." Luhan terlihat panik. Sudah 10 menit ia menunggu bisa namun tidak satupun ada yang berhenti di halte itu.
Tinnn tinn "Noona naiklah. Noona pasti mau ke sekolah kan?" Tawar Sehun dari dalam mobilnya.
"Tidak perlu. Aku naik bis saja. Mungkin sebentar lagi bis nya datang." Tolak Luhan.
"Noona cepatlah naik. Kau bisa terlambat. 20 menit lagi bel berbunyi." Bujuk Sehun.
"Hmm baiklah. Maaf merepotkanmu lagi." Akhirnya Luhan dengan terpaksa menerima ajakan Sehun.
"Aku tidak merasa direpotkan kok. Pakai seatbelt nya dan kita berangkat..."
Sehun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Perjalanan ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari halte bis itu jika dengan kecepatan standar. Akhirnya Luhan dan Sehun tiba di sekolah tepat waktu bell berbunyi. Jika terlambat sedikit mungkin mereka akan mendapatkan hukuman dari Guru Kedisiplinan.
"Kamsahamnida atas tumpangannya."
"Ne, cheonma noona. Sampai bertemu nanti di kelas tambahan sepulang sekolah." Sehun pergi ke Gedung A tempat kelasnya berada sedangkan Luhan pergi ke Gedung C.
"LU! LUHAN!" Seseorang meneriakkan nama Luhan dengan lantang membuat Luhan sedikit terkejut.
"Baek jangan berteriak-teriak seperti itu!" Omel Luhan.
"Maaf... Lu tadi aku melihat kau pergi bersama Sehun ya?"
"Darimana kau tahu?"
"Tentu saja aku tahu. Bukan cuma aku yang tahu bahkan mungkin hampir seluruh murid disini tahu jika tadi kau turun dari mobil Sehun." Jelas Baekhyun.
-Pabbo! Luhan kau bodoh sekali! Harusnya kau turun dari mobil itu di luar lingkungan sekolah agar murid-murid lain tidak tahu. Ya pabbo! Pabbo!- batin Luhan.
"Hmm itu tadi aku hmm..."
"Hei kalian cepat masuk ke kelas kalian!"
"Ne songsaenim..." jawab Baekhyun dan Luhan bersamaan dan kembali berjalan menuju ke kelas mereka masing-masing.
-Syukurlah jadi aku tidak perlu mencari alasan untuk mengelaknya. Fiuhh~- batin Luhan.
Teng Teng Teng Teng Bel istirahat berbunyi. Baru saja Luhan ingin ke kantin, Baekhyun sudah mendatanginya di kelas. Luhan merasa khawatir, ia tahu pasti Baekhyun masih penasaran dengan kejadian tadi pagi itu.
"Hai Lu. Mau ke kantin bareng? Aku lapar..." ajak Baekhyun.
"Baiklah... ayo!"
Luhan dan Baekhyun segera menuju ke kantin yang letaknya cukup jauh. Ya kantin itu berada di gedung B. Langkah Luhan terhenti ketika beberapa namja berdiri di hadapannya.
"Hay Luhan..." ucap namja itu bersamaan.
"Iya hay..."
"Luhan terimalah hadiah ini dariku..." ucap seorang namja tinggi.
"Maaf Minho-ssi aku tidak bisa menerimanya. Maaf..." tolak Luhan.
"Kalau begitu terimalah bunga ini dariku... Aku tahu kau pasti menyukai bunga." Ucap namja berambut blonde.
"Maaf Henry-ssi aku tidak bisa menerimanya.." tolak Luhan lagi.
"Kalau begitu noona maukah kau menerima cokelat dariku?" Ucap seorang namja bermata sipit.
"Ahh sekali lagi maaf Kibum-ssi. Aku tidak bisa menerima hadiah dari kalian. Maaf..." Luhan meninggalkan namja-namja itu begitu saja.
"Ta-tapi... Luhan! Luhan! Noona!"
"Maaf kami sedang buru-buru pergi. Maaf..." ucap Baekhyun sambil berlari mengejar Luhan.
Akhirnya Baekhyun dan Luhan pun sampai di kantin. Mereka kini sudah mengambil nampan dan mengantri untuk mengambil makanan. Pergi ke kantin bukanlah hal yang mudah untuk mereka berdua karena dimanapun mereka berada, mereka pasti selalu bertemu dengan para penggemar Luhan.
"Lu lagi-lagi seperti ini. Aku lelah. Penggemarmu makin banyak saja. Bahkan sekarang banyak penggemarmu dari anak-anak kelas 1. Mereka rela pergi ke gedung C hanya untuk memberikanmu hadiah." Keluh Baekhyun.
"Aku juga tidak mengerti. Padahal sudah berulang kali aku menolaknya namun tetap saja mereka tidak menyerah juga."
"Kyaaa Sehun! Sehunna! Kyaaa..." suasana kantin tiba-tiba semakin ramai sejak kedatangan Sehun.
"Omo itu Sehun! Kyaaa dia tampan sekali. Ya kan Lu?" Puji Baekhyun.
"Baek kau mau kemana? Kau tidak jadi makan? Ya Baek! Baekkie!"Luhan berusaha memanggil Baekhyun yang sudah keluar dari antrian.
"Mian Lu aku tidak jadi makan. Mianhae..." teriak Baekhyun sambil berlalu pergi meninggalkan Luhan yang masih mengantri.
"Aishh terserahlah. Aku tidak peduli. Lebih baik aku mengantri dan makan dengan tenang." Ucap Luhan pada dirinya sendiri.
1 piring nasi goreng kimchi, 1 bungkus keripik kentang bertabur keju serta segelas ice tea menjadi menu makan siang Luhan saat ini. Luhan duduk di bagian paling pojok kantin yang terpencil dan lebih tenang. Iya lebih suka menjauh dari hiruk pikuk kantin yang semakin lama semakin ramai saja. Dan sebenarnya hanya meja inilah yang masih tersisa. Murid-murid lain kurang suka dengan tempat duduk itu.
"Noona boleh aku duduk disini?" Tanya seorang namja.
"Loh? Kau? Sedang apa?"
"Tentu saja untuk makan. Noona jadi bolehkah aku duduk disini?"
"Sehunna kau duduk disini saja. Disini kosong kok." Tawar seorang yeoja bername tag Jessica.
"Iya kau boleh duduk disini bersama kami." Ucap yeoja lainnya yang bernama Sunny.
"Hmm tidak perlu noona. Lagipula bukankah kursi itu tempat duduk Sooyoung noona?"
"Ahh tidak kok. Aku tidak apa-apa. Aku bisa duduk di tempat lain." Ujar Sooyoung.
"Maaf sebaiknya tidak. Biar aku duduk disini saja bersama Luhan noona." Tolak Sehun secara halus sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Noona jadi aku boleh duduk disini kan? Ya kan?" Luhan melihat sekelilingnya dan benar semua tempat duduk di kantin itu sudah penuh dan hanya tersisa satu kursi di mejanya.
"Haaa baiklah. Silakan." Luhan pun menyerah dan membiarkan Sehun duduk di meja yang sama dengannya.
"Gomawo noona." Sehun pun duduk dengan gembira.
Tidak berbeda jauh dengan Luhan, Sehun mengambil sepiring nasi goreng kimchi serta milkshake. Sehun nampak lahap menyantap makanannya.
"Noona hari ini kita ada kelas tambahan lagi kan?"
"Ya tentu saja. Kelas tambahan kan diadakan setiap hari. Waeyo? Kau mau membolos?"
"Aku? Membolos? Tidak mungkin seorang Oh Sehun membolos, noona. Aku hanya ingin memastikannya saja."
"Oh iya kita kan ikut kelas tambahan dan otomatis kita bakal pulang lebih malam dari murid-murid yang lain. Jadi hmm noona biar aku yang antarkan pulang saja ya setiap harinya."
"MWO? Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri kok. Lagipula tidak semua yeoja itu lemah aku bisa menjaga diriku sendiri." Ucap Luhan marah.
"Bukan maksudku untuk bilang yeoja itu lemah. Tapi aku hanya berusaha ingin menolong saja kok. Malam hari itu sangat rawan dengan kejahatan. Kalau terjadi apa-apa dengan noona bagaimana?"
"Aku akan baik-baik saja. Sudahlah aku mau kembali ke kelas." Luhan bangkit dari posisi duduknya.
"Loh? Makanan noona saja belum habis. Masa sudah mau kembali ke kelas?" Sehun berusaha menahan Luhan agar tidak pergi.
"Aku sudah kenyang." Jawab Luhan akhirnya dan segera mungkin pergi meninggalkan kantin itu.
-Ahh noona kau selalu salah paham saja. Aku hanya ingin menjadi orang yang perhatian dan menolongmu saja kok.- batin Sehun.
SKIP
Luhan berjalan sendirian untuk kembali ke kelasnya. Sesungguhnya ia masih merasa lapar. Namun karena Sehun, nafsu makannya malah menghilang. Tiba-tiba Baekhyun berlari menghampiri Luhan.
"Hosh hosh Lu tunggu aku!" Teriak Baekhyun. Merasa terpanggil, Luhan pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah sumber suara.
"Lu kau kemana tadi?"
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kemana saja kau? Tiba-tiba langsung menghilang seperti itu." Luhan merasa kesal.
"Maaf-maaf tadi saat aku mau kembali menghampirimu Chanyeol memanggilku dan katanya ingin mentraktirku. Karena aku pikir akan makan gratis, ya tenru saja aku tidak menolak hehehe... Maaf ya harisnya aku bilang padamu dulu." Jelas Baekhyun.
"Hanya karena makanan gratis kau tega meninggalkan aku makan sendirian?"
"Mianhae... tapi tadi aku lihat kau tidak makan sendirian tuh."
"A-apa maksudmu?"
"Ya aku lihat kok. Tadi kau makan bersama Sehun kan? Aku jadi semakin penasaran sebenarnya kalian ada hubungan apa sih? Dan bukannya kau membenci Sehun?" Baekhyun mulai menginterogasi Luhan.
-Mati aku! Baek kau membuatku serba salah. Aku tidak mungkin memberitahumu jika Sehun itu adalah partnerku saat Olimpiade nanti. Jika tau, kau pasti akan sangat heboh dan merepotkanku. Kau pasti akan menyebarkan berita ini. Aku sudah cukup repot dengan hari-hariku. Aku tidak ingin dibuat bertambah repot lagi dengan gosip-gosip lain.- batin Luhan.
"Lu! Kok malah melamun sih? Jawab pertanyaanku dong." Baekhyun mempoutkan bibirnya merasa sebal karena didiami oleh Luhan.
"Kami hanya sebagai partner belajar. Iyakan noona?" Jawab Sehun yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Luhan dan Baekhyun.
"Oh Sehun? Benarkan itu Lu?" Baekhyun meminta kejelasan dari sahabatnya, Luhan.
"Ahh untuk soal itu.. itu hmm..."
"Noona apa susahnya sih untuk menjawab iya."
"Ini semua juga gara-garamu!"
"Loh apa salahku? Aku hanya mencoba menjawab jujur saja kok. Noona sendiri kenapa harus berbohong?"
"Ya! Diamlah! Iya kami memang dipasangkan untuk menjadi partner oleh Jung songsaenim."
"Mwo? Lalu kenapa kau tidak bercerita padaku?"
"Untuk apa aku bercerita padamu?"
"Karena kau kan sahabatku! Kenapa kau selalu saja menyembunyikan sesuatu dariku!"
"Itu karena... hmm..."
"Terserah padamu sajalah. Mungkin aku bukan sahabat yang baik untukmu." Baekhyun akhirnya pergi meninggalkan Luhan dan Sehun.
"Ya Baek! Tunggu aku Baek! Baekhyun! Ishh jinjja! Ini semua gara-gara kau!" Luhan kembali menyalahkan Sehun.
"Loh kenapa noona selalu menyalahkanku?"
"Karena kau memang yang paling pantas untuk disalahkan!" Luhan pun pergi dengan perasaan kesal.
-Apa salahnya berkata jujur. Terserahlah.-batin Sehun.
Drrrtt Drrrttt Drrttt
From : Appa Ya Sehun! Maaf appa baru bisa menghubungimu. Lalu bagaimana sekolahmu?
To : Appa Tidak apa. Sekolahku berjalan dengan baik kok. Appa tidak perlu khawatir. Eomma juga.
SEND
Drtttt Drrrttt Drrttttt
From : Appa Baguslah. Dan oh iya sepulang appa dan eomma dari liburan, ada yang ingin kami bicarakan padamu.
To : Appa Ne, appa. Bersenang-senanglah :)
SEND
*Helloannyeongg*
My Cool Princess -c-
Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 KST dan waktunya untuk Luhan dan Sehun mengikuti kelas tambahan mereka. Kali ini mereka tidak hanya berdua karena Jung songsaenin sudah bisa mengajar mereka kembali.
"Nah ini. Songsaenim memiliki beberapa soal untuk kalian kerjakan. Jika merasa bingung, kalian bisa langsung bertanya pada songsaenim." Jung songsaenim memberikan masing-masing selembar kertas berisikan 20 soal matematika kepada Luhan dan Sehun.
"Nae songsaenim..." Luhan dan Sehun pun mulai mengerjakan soal-soal itu dengan penuh konsentrasi.
30 menit berlalu Sehun merenggangkan otot-otot tangannya. Ia sudah selesai mengerjakan semua soal yang diberikan oleh Jung songsaenim tanpa merasa kesulitan sedikitpun. Sedangkan Luhan masih terus mengerjakan soal-soal itu. Berulang kali ia sering bertanya dan mencari-cari rumus di buku miliknya.
"Songsaenim aku sudah selesai mengerjakannya." Sehun menyerahkan kertas jawaban dan soal itu kepada Jung songsaenim untuk diperiksa.
"Baiklah akan songsaenim periksa dulu." Jung songsaenim segera memeriksa semua jawaban dari Sehun.
"Noona apa ada yang bisa aku bantu?" Tawar Sehun.
"Tidak perlu. Aku bisa mengerjakannya sendiri kok." Tolak Luhan.
-Apa? Mau menyombongkan diri karena kau lebih duluan menyelesaikannya? Lagipula belum tentu semuanya benarkan?- batin Luhan.
"Daebak! Semua jawabanmu benar! Ini sungguh luar biasa! Hanya dalam 30 menit kau bisa menyelesaikannya dan hasilnya sempurna. Tidak salah jika songsaenin memilihmu untuk mengikuti olimpiade." Puji Jung songasenim.
"Songsaenim terlalu berlebihan." Ucap Sehun merendah.
"Luhan apa kau masih merasa kesulitan? Kau bisa bertanya-tanya juga pada Sehun. Ia bisa mengerjakannya dengan lancar."
-Mwo? Aku tidak sudi dibantu olehnya! Aku ingin mengerjakan soal-soal ini sendiri! Mau taruh dimana mukaku jika aku harus diajari oleh hoobar ku sendiri? Dan aku yang seorang peraih medali emas Olimpiade Matematika tahun lalu masa harus diajari oleh dirinya yang masih belum punya pengalaman apapun.- batin Luhan.
"Yap noona tidak usah sungkan-sungkan meminta bantuanku. Aku pasti akan mebolong noona kok." Ucap Sehun penuh ketulusan.
"Tidak perlu. Aku bisa mengerjakannya kok. Aku mau menyelesaikan semuanya dengan usahaku sendiri." Tolak Luhan.
"Apa boleh buat..."
"Sepertinya songsaenim harus pulang sekarang. Tapi apa kalian tidak apa jika songsaenim tinggal?" Tanya Jung songsaenim ragu.
"Ya tentu. Kami mengerti kok."
"Baiklah kalau begitu. Dan Sehun bisakah nanti kau mengantarkan Luhan pulang? Sangat bahaya jika seorang yeoja harus pulang sendirian dimalam hari."
"Tentu saja songsaenim."
"Ahh tidak perlu songsaenim. Aku bisa menjaga diriku sendiri kok." Tolak Luhan. Ia jadi merasa tidak enak.
"Loh noona tenang saja. Aku tidak merasa direpotkan sama sekali kok jadi noona bisa aku antarkan pulang."
"Nah baiklah. Sehun pokoknya kau harus antarkan Luhan pulang ya. Baiklah songsaenim harus segera pulang." Pamit Jung songsaenim.
"Hati-hati dijalan..." ucap Sehun dan Luhan bersamaan.
"Sudah nanti kau tidak usah mengantarku."
"Noona..."
"Tidak usah mengantarku!"
"Haa baiklah-baiklah..."
15 menit kemudian Luhan baru menyelesaikan semua soal-soalnya. Ia merasa sangat senang karena bisa menyelesaikan semua soal-soal itu ya meskipun sedikit lama dibandingkan Sehun.
"Noona sudah selesai mengerjakannya?" Tanya Sehun.
"Ne. Waeyo?"
"Tidak apa."
Luhan mengeluarkan sebuah bekal dari dalam tas nya. Sepotong roti cokelat yang memang sengaja ia siapkan karena ia tahu jika ia akan pulang lebih malam dari yang lainnya.
"Noona membawa bekal?"
"Ne. Wae? Kau mau?" Luhan berbasa-basi menawarkan roti itu kepada Sehun.
"Ani. Terima kasih. Noona pasti lapar, kan?" Tolak Sehun.
"Baiklah..."
Kryukkk kruyuuukkk
Baru saja Luhan mau memakan roti nya namun ia menghentikannya saat mendengar suara perut Sehun yang kelaparan.
"Ini untukmu." Luhan memberikan sebagian potong rotinya untuk Sehun. Walaupun ia tidak suka dengan namja itu, tapi ia juga tidak akan tega membiarkan orang lain kelaparan.
"Ahh tidak usah noona..."
"Ambillah! Aku tidak suka penolakkan!" Paksa Luhan.
"Tapi noona..."
"Makan ini! Aku tidak suka melihat orang lain yang kelaparan!" Luhan memaksa Sehun untuk mengambil setengah potong rotinya.
"Hmm gomawo noona..."
"Lain kali kau harus membawa bekal. Kau tahu kan jika setiap harinya kita akan pulang lebih malam." Saran Luhan.
"Bekal? Apa yang harus aku bawa? Aku tidak bisa memasak apapun. Bibi Song yang biasa membersihkan rumah selama ini sudah mengundurkan diri jadi..."
"Ckckck sudahlah kau makan saja. Walau kau belum merasa kenyang, tak apalah anggap saja roti ini sebagai pengganjal dan mengurangi sedikit rasa laparmu."
"Gomawo noona..."
-Walaupun noona terlihat sangat cuek, tapi noona memang sangat baik. Aku baru menyadarinya sekarang.- batin Sehun.
Setelah selesai menyantap bekal -roti- yang dibawanya, Luhan bermaksud untuk pulang. Hari sudah semakin malam dan ia takut ketinggalan bus.
"Noona yakin tidak mau aku antar?" Tanya Sehun ragu.
"Iya. Aku bisa pulangs sendiri kok. Bye..."
Luhan sudah meninggalkan gedung sekolah itu untuk menuju ke halte yang letaknya cukup jauh dari gedung sekolah. Dari jauh terlihat ada beberapa orang namja di halte bus yang sepi itu. Ada perasaan takut yang menyelimuti Luhan. Ia berjalan sangat pelan menuju halte bus itu.
GREP Luhan membelalakkan matanya. Tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dan menyeretnya menuju ke sebuah gang yang sangat sepi dan gelap. Luhan berusaha memberontak namun karena tenaga orang itu lebih kuat dari tenaganya, ia masih belum bisa melepaskan diri.
"Yeoja yang sangat manis. Pastilah ia bisa memuaskan kita malam ini." Ucap seorang namja kepada temannya yang lain.
"Chagi~ puaskan kami malam ini ya..." namja lainnya mulai menyentuh pipi, dagu serta leher Luhan.
"Tolongggg..." Luhan berusaha berteriak namun sangat susah karena mulutnya yang masih dibekap dengan kedua namja itu.
"Kau ingin meminta tolong kesiapa? Disini tidak ada siapa-siapa selain kami. Hahaha..." namja itu mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Luhan satu persatu.
"Ya kalian! Hentikan perbuatan kalian!"
"Hahh bocah! Mau apa kau? Kau mengganggu kesenangan kami saja! Cihh"
Bughh
1 tinjuan Sehun dapatkan dari namja yang berusaha memperkosa Luhan. Sehun yang sudah merasa geram, mulai membalas tinjuan kepada namja-namja itu.
Bugh Bugh Bugh Brakkk
"Ayo lari!" Kedua namja itu sudah babak belur dan mencoba melarikan diri mereka.
"Cih namja-namja sialan!" Maki Sehun.
"Noona? Apa noona tidak apa-apa?" Sehun mencoba menolong Luhan yang sudah sangat terlihat kacau. Wajahnya sudah penuh dengan air mata dan pakaiannya sudah benar-benar berantakan. 2 kancing kemeja bagian atas Luhan sudah terlepas dan mengekspos sedikit bahunya yang putih.
"Hikss hikss..." Luhan menangis dan memukul-mukuli dirinya sendiri.
"Noona tenanglah... Mari aku bantu noona." Sehun mengulurkan tangannya mencoba membantu Luhan.
"Jangan menyentuhku!" Teriak Luhan.
"Noona..."
"Jangan menyentuhku!" Teriak Luhan lagi membuat Sehun semakin bingung.
"Noona pakailah ini..." Sehun memberikan jaket yang digunakannya untuk menutupi tubuh Luhan.
"Hikss hiks.."
"Noona ayo kita kembali. Akan aku antarkan noona pulang." Bujuk Sehun. Luhan hanya terdiam membuat Sehun semakin bingung.
GREP "Hikss hikss" Luhan memeluk tubuh Sehun dan menangis sejadi-jadinya di dada namja itu.
"Noona tenanglah. Noona akan baik-baik saja..." Sehun mencoba menenangkan Luhan.
"Ayo noona... Kita pulang sekarang..." Sehun membantu Luhan untuk berdiri dan menuntunnya untuk berjalan masuk ke dalam mobilnya.
"Noona tenanglah. Noona sudah aman." Sehun memasangkan seatbelt untuk Luhan dan sedikit memundurkan jok Luhan membiarkan Luhan untuk berbaring.
Sehun segera menghidupkan mobil sport miliknya dan segera menjalankannya menuju ke apartemen Luhan. Luhan sudah terlihat lebih tenang dan terlelap. Sehun merasa lebih tenang melihat Luhan yang seperti itu.
Ckittt
Sehun mengerem mobilnya. Mereka sudah sampai di tempat parkir apartemen Luhan. Namun Sehun merasa bodoh karena ia sama sekali tidak mengetahui berapa nomor apartemen Luhan. Ia tidak tega harus membangunkan Luhan yang sudah terlelap.
"Ck mau bagaimana lagi!" Sehun kembali melajukan mobilnya dan keluar dari gedung apartemen bertingkat itu membawa Luhan entah kemana.
Tidak lama kemudian Sehun sudah memarkirkan mobilnya disebuah garasi rumah yang mewah. Rumah bercat putih dan bernuansa klasik khas Eropa. Sehun segera menggendong tubuh Luhan dan membawanya ke dalam rumah.
CKLEK Sehun merebahkan tubuh Luhan di tempat tidur di salah satu kamar di rumah itu. Ia melepaskan sepatu yang dikenakan oleh Luhan dan menyelimuti Luhan. Setelahnya ia keluar dari kamar itu dan tidak lupa mematikan lampu.
*Helloannyeongg*
Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidur nya kali ini benar-benar sangat lelap. Saat ia membuka mata, Luhan sangat terkejut karena sudah mendapati dirinya du sebuah kamar yang tidak pernah di kenalnya. Ia melihat pakaian yang dikenakannya juga sudah berantakan. Kancingnya yang lepas, bahunya yang sobek dan sebagainya. Dengan segera Luhan bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar itu.
Trangg Trangg Luhan terkejut saat mendengar keributan dari arah dapur. Dengan segera Luhan mengikuti asal suara itu. Kini Luhan sudah tiba di dalam dapur. Ia melihat ada seorang namja tinggi berambut blonde sedang mencoba memasak. Dapurnya terlihat begitu berantakan mungkin karena namja itu yang sungguh payah dalam memasak.
"Loh noona sudah bangun?" Sehun terlihat terkejut saat melihat Luhan yang sudah berdiri di depan pintu dapur.
"Kau? Jadi ini..."
"Ne. Maaf aku membawa noona ke rumahku. Habis aku tidak tahu nomor apartemen noona dan aku juga tidak tega membangunkan noona. Maaf jika aku berbuat seenaknya. Tapi aku berani bersumpah selama noona menginap dirumahku semalam, aku tidak berbuat apa-apa kok." Ucap Sehun.
"Ne,ne,ne... Terima kasih Sehun, kau sudah menolongku. Aku tidak tahu lagi bagaimana nasibku jika kau tidak menolongku." Luhan tersenyum miris.
"Sudahlah noona... Kejadian semalam jangan noona ingat-ingat lagi. Anggap saja itu sebagai mimpi buruk."
"Ne, goma- loh Sehun bibirmu..."
"Ini tidak apa-apa kok. Sudah aku kompres. Noona tidak perlu khawatir. Nah ini aku sudah membuat sarapan untuk noona." Sehun memberikan sepiring nasi yang hampir gosong untuk Luhan.
"Apa ini?"
"Nasi goreng. Maaf jika tampilannya sangat buruk tapi aku yakin rasanya tidaklah seburuk tampilannya." Luhan terlihat ragu untuk memakannya namun akhirnya ia menyuapkan sesendok kedalam mulutnya.
"Uhuk uhuk uhuk" Luhan tersedak. Sehun segera memberikan segelas air putih untuk Luhan.
"Ah mianhae... Apa masakanku rasanya sangat buruk?" Tanya Sehun namun Luhan tidak menjawabnya membuat Sehun penasaran. Sehun segera mencicipi nasi goreng buatannya itu.
"Rasa apa-apaan ini! Mianhae noona... Aku memang tidak becus dalam hal memasak." Sehun merasa malu di hadapan Luhan.
"Tidak apa. Terima kasih karena kau sudah mencoba membuatkanku sarapan ya meski hasilnya sangat..."
"Buruk. Ya, buruk. Aku sangat tahu itu." Sehun mulai memelas.
"Tenanglah. Apa kau masih punya bahan lain yang bisa dimasak?"
"Masih ada di dalam kulkas. Loh memang apa yang mau noona lakukan?"
"Tentu saja memasak." Luhan segera menuju ke kulkas untuk mengambil bahan makanan.
"Noona seharusnya noona tidak perlu repot-repot seperti ini."
"Aku tidak merasa direpotkan kok. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasihku karena semalam kau sudah menolongku."
"Tapi... Sudahlah tak apa." Luhan sudah mengambil beberapa bahan makanan dari dalam kulkas.
"Noona apa ada yang bisa aku bantu?"
"Boleh saja. Tapi jangan sampai kau menghancurkan dapur lagi ya." Canda Luhan.
"Ya noona! Tidak kali ini aku tidak akan menghancurkan dapurku sendiri..."
"Baiklah apa kau bisa membantuku memotong-motong sosis dan tomat ini?"
"Tentu saja.." Sehun segera memotong beberapa sosis dan 2 buah tomat menjadi potongan yang lebih kecil.
"Baiklah lalu hmm ah ini dia..." Luhan mengambil sebuah panci dan mengisinya dengan air lalu dimasak.
"Sebenarnya apa yang ingin noona buat?" Tanya Sehun sambil terus memotong-motong sosis.
"Spagetti. Aku tadi melihat ada spagetti juga di lemari dapurmu. Wae? Apa kau tidak suka spagetti?"
"Aku sangat suka malah. Tapi aku yah noona pasti tahu jika aku tidak bisa memasak." Jawab Sehun jujur.
"Iya aku tahu. Nah aku akan mengajarimu bagaimana cara membuat spagetti yang benar. Perhatikan ya..."
"Ne, songsaenim..."
"Songsaenim? Hahaha kau ini ada-ada saja." Luhan tertawa.
"Noona. Apa noona tahu jika tertawa seperti itu, noona terlihat sangat manis." Puji Sehun membuat wajah Luhan memerah seketika.
"Aku tidak akan termakan rayuanmu!"
"Tapi wajah noona sudah memerah seperti itu."
"Aniya! Wajahku tidak memerah kok!" Elak Luhan sambik menyembunyikan wajahnya.
"Ne,ne, ne aku hanya bercanda kok..."
"Nah air nya sudah mendidih! Noona masukkan spagettinya!" Luhan pun segera memasukkan spagetti ke dalam air mendidih.
"Noona aku sudah selesai memotong tomat dan sosisnya lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Tanya Sehun penasaran.
"Membuat saus. Tentu saja." Luhan mulai mencari-cari bumbu-bumbu dapur di lemari dapur Sehun. Namun karena lemari itu tinggi, Luhan terpaksa harus menggunakan pijakan.
"Hap nah bumbunya sudah siap loh loh loh kyaaa..."
"Noona awas!" Sehun menahan tubuh Luhan agar tidak langsung terjatuh ke lantai.
"Haaa hampir saja..." kini jarak diantara Luhan dan Sehun hanya tinggal beberapa senti saja bahkan hidung mereka pun hampir saja bersentuhan.
"A-ahhh hmm gomawo..." Luhan menjauhkan dirinya dari Sehun. Wajahnya sudah memerah.
"Tidak apa. Noona kajja kita buat saus spagettinya!"
15 menit kemudian mereka telah selesai memasak spagetti. Sehun belajar banyak dari Luhan hari ini. Ia sudah diajarkan bagaimana cara membuat spagetti dengan benar.
"Huaa noona gomawo sudah mengajariku memasak spagetti dan rasanya sangat enak!" Sehun memakan spagettinya dengan lahap.
"Cheonma. Ini tidak seberapa kok." Balas Luhan.
"Aku pikir membuat spagetti itu hal yang sulit namun ternyata tidak sesulit seperti yang kupikirkan."
"Kau tidak bisa menilai sesuatu hanya karena pikiranmu sendiri. Kau harus lebih mengenalnya dan mencobanya. Maka tidak akan seburuk dan sesulit yang kau kira..."
DEG -Bukankah kata-kata itu lebih cocok untukku ya? Ya aku. Aku yang hanya menilai orang dari segala apa yang aku lihat dan aku dengar. Aku sudah mencap dan membenci orang lain sebelum aku mengenalnya lebih jauh.- batin Luhan.
"Noona? Kenapa noona tidak menghabiskan spagettinya?" Sehun membuyarkan lamunan Luhan.
"Oh iya aku masih memakannya kok. Lalu spagettimu sudah habis?" Luhan melihat piring Sehun yang sudah kosong.
"Ne. Habis spagettinya enak sekali!" Sehun memberikan 2 jempol kepada Luhan.
"Oh iya noona kan tidak memiliki baju ganti, bagaimana jika menggunakan bajuku dulu? Lagipula hari ini hari Minggu dan nanti aku akan mengantar noona pulang."
"Tidak perlu. Aku sunggih sudah merepotkanmu."
"Noona tidak merepotkanku kok. Noona saja bahkan sudah mau memasakkanku sarapan seenak ini."
"Spagetti ini tidak seberapa Sehunna..."
-Noona? Kau memanggil namaku? Baru kali ini aku mendengat kau memanggil namaku.-batin Sehun.
Setelah selesai sarapan, Sehun segera memberikan sebuah handuk dan sebuah hoodie berwarna putih miliknya untuk dipinjamkan kepada Luhan. Luhan dipaksa untuk menerimanya dan dipaksa untuk mandi dirumah Sehun itu.
"Noona kau sudah selesai mandi? Lalu apa noona ingin pulang sekarang?"
"Hmm baiklah. Terima kasih untuk pinjaman hoodie dan tumpangan kamar mandinya." Ucap Luhan sambil tersenyum tulus.
"Ne, cheonma. Kajja noona!" Sehun dan Luhan segera melangkah keluar.
Pipp Pipp
Sehun membuka kunci mobilnya dan mempersilakan Luhan untuk masuk dahulu. Setelahnya, ia masuk juga ke dalam dan mulai menjalankan mobilnya menuju ke apartemen Luhan. Sepanjang perjalanan, Luhan dan Sehun saling bergurau. Sepertinya mereka sudah tampak akrab berbeda dari sebelum-sebelumnya. Tanpa terasa mereka sudah tiba di gedung apartemen Luhan.
"Gomawo sudah mengantarku dan gomawo sudah menolongku." Luhan membungkukkan badannya di hadapan Sehun.
"Noona janhan sesungkan itu padaku. Jika noona membutuhkan pertolongan, jangan sungkan-sungkan juga memintanya padaku. Lalu hmm noona tinggal di apartemen nomor berapa?"
"Gomaeo... Hah? Hmm apartemen nomor 88. Waeyo?"
"Tidak apa. Mungkin kapan-kapan aku bisa mampir kesini. Baiklah aku harus kembali. Bye noona... Sampai bertemu besok di sekolah..." Sehun melambaikan tangannya dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
-Aku salah menilaimu. Ternyata kau sangat baik. Maaf jika selama ini aku sudah sangat merepotkanmu.- batin Luhan.
Luhan berjalan masuk ke gedung apartemennya. Tepat didepan pintu apartemannya, ia melihat seorang yeoja yang terlihat kebingungan. Berulang kali ia menekan tombol apartemen Luhan.
"Baek?"
"Lu? Syukurlah... Aku khawatir! Aku kira terjadi sesuatu padamu..." Baekhyun memeluk tubuh Luhan dengan erat.
"Aku tidak apa-apa kok."
"Loh Lu? Tapi kenapa kau masih menggunakan rok ini? Semalam kau tidak pulang? Apa ter..."
"Ceritanya panjang Baek..." Luhan segera membuka pintu apartemennya dan mempersilakan Baekhyun untuk masuk.
"Kau bisa menceritakannya padaku jika kau mau." Tawar Baekhyun. Luhan tampak sedikit ragu.
"Aku tidak akan memaksamu. Dan maaf atas kejadian kemarin. Aku hanya merasa sedikit kecewa saja padamu. Harusnya aku tidak boleh terlalu ikut campur dengan semua urusanmu. Aku minta maaf Lu..."
"Kau tidak bersalah Baek. Akulah yang harusnya meminta maaf padamu. Aku selalu saja menyimpan semuanya sendirian bahkan kau yang sahabatku saja tidak pernah mengetahuinya."
"Itu tidak masalah, Lu. Aku menghargai privasimu."
"Hmm Baek... Mulai hari ini aku akan menceritakan semua apa yang terjadi padaku. Hmm semalam aku..." Luhan menceritakan semua kejadian yang dialaminya semalam. Baekhyun dengan setia mendengarkan semuanya.
"Lu... Maaf harusnya aku ada disampingmu." Mata Baekhyun mulai berkaca-kaca.
"Baek kau tidak bersalah. Mungkin ini memang takdir. Sudahlah yang jelas semua sudah berakhir dan aku baik-baik saja." Ucap Luhan sambil tersenyum.
"Ne, kau harus berterima kasih pada Sehun, Lu. Ia sudah banyak menolongmu."
"Ya aku memang harus melakukannya. Aku menyesal sudah mencap nya tidak baik."
"Tidak apa Lu. Mungkin karena kau memang belum tahu seperti apa dirinya saat itu. Ia juga pasti sudah memahaminya."
"Ya. Dan oh iya aku baru ingat kemarin aku bertemu dengan D.O!" Luhan jadi teringat tentang pertemuannya dengan D.O kembali.
"Benarkah? Bagaimana bisa kalian bertemu?" Tanya Baekhyun penasaran.
"Ceritanya panjang. Kemarin itu..."
Luhan dan Baekhyun kini sudah asik membicarakan sahabat lama mereka D.O yang sudah sangat lama yang tidak mereka temui. Luhan menceritakan pertemuannya kembali dengan D.O dan memberikan nomor ponsel serta alamat email kepada Baekhyun. Mereka sudah larut ke dalam obrolan itu dan melupakan masalah Luhan kemarin malam.
*Helloannyeongg*
Pagi ini Sehun sangat terlihat bersemangat. Ia sudah bersiap-siap menuju ke sekolahnya. Hari ini ia bertemu lagi dengan yeoja yang diam-diam sangat menarik perhatiannya, Luhan. Dengan santainya ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk segera berangkat ke sekolah.
"Ya Sehun!" Panggil seseorang membuat Sehun memutar kepalanya.
"Appa? Eomma? Kalian sudah pulang? Bukankah besok lusa kalian baru pulang?"
"Kami segera pulang karena ulahmu! Apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Kyuhyun, appanya.
"Yang aku lakukan? Maksud apa?" Sehun benar-benar tidak mengerti dengan yang diucapkan appanya.
"Ini! Coba kau lihat dan baca! Apa maksud dari ini semua?" Teriak Kyuhyun penuh amarah.
# To be Continued#
Annyeong readers^^ masih ingatkah dengan author? Huahahaha kali ini author kembali lagi dengan FF baru dan mungkin bertambah gaje nih FFnya hehehe... Awalnya sih author ingin membuat FF ini Oneshoot namun karena ide-ide nya terus mengalir, entah kenapa malah jadi begini, berChapter :( but FF kali ini gak akan sepanjang FF author sebelumnya kok. Kemungkinan sih hanya ada 2-3 chap aja. Gak terlalu banyak kan ya? Hehehe...
Oke cukup basa-basinya. Mohon untuk di baca dan di review ya readers... Kritis dan sarannya juga boleh... Byebye^^ .
.
My Twitter :
Helloannyeongg (Mention for folback^^ gomawo^^)
