Title : Who R U?
Author : Lee Mico (Tunangannya Ten SM Rookies) :v
Main Cast : Jo Twins
Other Cast : Find bye your self :p
Lenght : Chaptered (maybe).
Genre : Supranatural, Mistery, Shounen-Ai, etc.
Rating : T
A/N : Mico is back~ Setelah lama hiatus dari dunia per-FF-an, bocah absurd ini kembali dengan sebuah FF yg ntah menarik atau nggak. Berharap reader tidak menimpukinya dengan telor asin/? karena main bikin FF baru, tapi FF sebelumnya gak diselesaikan. Maaf yg nunggu FF Wizard Love, ide kabur sementara. Lupa jalan cerita :v Mungkin kalo udah inget bakal Mico lanjutin nanti :v Oke VIXX~ Ini FF Jo Twins pertama Mico, ini juga pertama kali pake genre beginian. Harap dimaklumi perombakan sifat yg OOC :v Dan inilah hasilnya, berawal dari kisah nyata Mico yg dirombak dengan khayalan yg kurang masuk akal :v Sorry kalo FFnya absurd, karena itu emang ciri khas Mico :3 Yaudah daripada kebanyakan bacot mending kita ChenKaiDo.t aja :v Hope you like it! Okay, Lets Get Started!
Disclaimer : Kwangmin milik Youngmin. Youngmin milik Kwangmin. Jo Twins saling memiliki. Jo Twins juga milik Tuhan, StarshipEnt, Boyfriend dan juga orangtuanya masing-masing. Kalau Mico hanya milik Yuta dan Ten tentunya B))
Warning : Boy x Boy, Shounen-Ai, Gaje, Typo(s), abal, feel gadapet, OOC, tulisan berantakan dan banyak kekurangan lainnya-_-
DON'T LIKE? DON'T READ! PLAGIAT? GO AWAY FROM HERE!
DON'T BE SILENT READER!
The Story Is Begin
*Kwangmin PoV
Bosan. Berkali-kali aku mendengus kesal karena pelajaran yeoja cerewet itu belum juga usai. Sibuk menjelaskan tentang gaya hukum pascal dan snellius. Hari ini moodku benar-benar buruk, jadi aku sama sekali tak tertarik. Walau sebenarnya aku memang tak pernah tertarik dengan mata pelajaran ini. 20 menit kemudian, bel berbunyi. Akhirnya pelajaran paling membosankan -setelah pelajaran bahasa- ini usai. Aku menidurkan kepalaku diatas meja, bermain dengan pulpen pikachu yg diberi pamanku sebagai oleh-oleh musim dingin kemarin. Mengetuk-ngetuknya dengan ritme tak beraturan. Mem-bo-san-kan.
"Hei kwang, boleh aku pinjam buku catatan fisikamu?" Tanya Minwoo yg sebenarnya sudah mengacak isi tasku. Mencari buku fisika yg tak ku keluarkan sedari tadi. Aku meliriknya tanpa minat, membiarkannya mengacak-ngacak tasku. Sekedar info, minggu kemarin ia tak hadir karena menemani kekasihnya yg berulang tahun jalan-jalan ke Myeongdong. Dasar anak bodoh-_-
"Yak! Jo Kwangmin! Kau tak mencatat lagi?!" Bocah itu berteriak ditelingaku, memaksaku mengangkat kepala dari mejaku yg nyaman. Sepertinya dia menemukan buku catatanku yg -lagi lagi- kosong.
"Bisakah kau berhenti berteriak No Minwoo? Sakit telingaku mendengar teriakan bodohmu." Ia mendelik. Hah, apa peduli.
"Yak! Kau itu bodoh atau apa sih Kwang?! Kau masuk sekolah tapi tak mencatat? Lalu untuk apa kau membawa buku sebanyak itu ditasmu pabo?" Oh ayolah, kelas ini terasa lebih membosankan lagi karena teriakan bocah tak bisa diam ini.
"Pakai buku milikku saja Minwoo. Kau sama bodohnya jika mengharapkan bocah pemalas itu mencatat." Ujar namja mata sipit yg setengah mencibir ke arahku. Lagi-lagi aku tak peduli akan perkataan namja yg duduk didepanku. Bukankah memang benar yg dikatakan namja bernama Jeongmin itu? Aku memang jarang mencatat. Bahkan bisa kau lihat ruang-ruang kosong dibuku-buku pelajaranku lebih dominan dibanding yg terisi tinta hitam. Dan untuk kesekiankalinya aku tak peduli. Membiarkan Jeongmin sekarang menceramahiku dibantu Minwoo. Apa-apaan mereka -_- Mau mencatat atau tidak itu bukan urusan mereka bukan? Orang-orang jaman sekarang memang terlalu mengurusi kehidupan orang lain. Terutama kedua orang tadi yg selalu berusaha mengurusi dan mengatur hidupku.
"Yak! Jo Kwangmin! Apa kau mendengarkan hyungmu?!" Aku memutar bola mataku malas. Jeongmin tengah mendelik ke arahku. Selalu begitu. Apa kalian tau? Jeongmin selalu menceramahiku setiap kali aku membuat kesalahan. Ia selalu memperhatikan setiap gerak-gerikku dikelas. Dan Ia selalu menganggapku bayi kecil yg tak bisa ia lepas dari pengawasan dan penjagaannya. Membuatku terlampau jengkel, tapi sekaligus menghormatinya juga terkadang.
"Aku tak mood hyung. Jangan merusak mood ku." Ucapanku barusan sepertinya malah memancing Jeongmin untuk mengomeliku lebih lama. Namja ini benar-benar cerewet-_- Sedangkan Minwoo sepertinya kesenangan melihatku mendapat ceramah gratis dari Jeongmin untuk beberapa jam kedepan. Oke itu berlebihan, tapi ocehan Jeongmin memang panjang-lebar. Terasa seperti berjam-jam membuat telingaku terasa panas.
"Permisi, apa Jeongmin hyung ada?" Sebuah suara menginterupsi tiba-tiba, dan membuat ocehan Jeongmin berhenti. Aku bernafas sedikit lega. Ku lihat Johnny sedang berdiri diambang pintu kelas kami. Dia menjadi malaikat penyelamatku hari ini. Sepertinya aku harus berterimakasih nanti padanya. Ia terlihat bercakap sebentar dengan Jeongmin lalu berbalik kembali ke kelasnya, setelah sebelumnya menyapaku sambil melambaikan tangannya -Dia termasuk hoobae yg paling dekat denganku-. Kini Jeongmin kembali dihadapanku, tapi tak mengoceh, nampak sibuk dengan kertas-kertas yg baru saja diberikan Johnny padanya. Sepertinya sekarang akan menjadi jam kosong, mengingat Jeongmin terlihat sibuk dengan banyak kertas. Artinya, sang songsaengnim berhalangan hadir. Ia memang ketua kelas yg menghandle segalanya.
"Hari ini pembagian hasil test Fisika dan Kimia 2 minggu yg lalu!" Teriaknya ntah pada siapa. Dia selalu berlebihan dalam bereaksi-_- Padahal ada aku didepannya yg bisa tuli karena ia berteriak. Oke, lagi-lagi aku berlebihan.
"Mwo? Test kemarin itu? Aaaaa Jeongmin hyung, apa nilaiku bagus?" Minwoo terlihat khawatir. Tak hanya Minwoo sepertinya, kebanyakan teman-teman dikelasku mulai gaduh dan khawatir dengan nilainya masing-masing. Dan aku? Masih tak peduli seperti tadi. Ku beritahu saja, sikapku akan terus begini jika dalam mood kurang baik.
"Heii.. tenang-tenang. Akan ku bagikan hasil ulangannya sekarang." Jeongmin mulai berkeliling membagikan hasil ulangan kemarin. Ku lihat ekspresi teman-temanku yg aneh. Ada yg tertawa, cemberut, kesal, berkaca-kaca dan lainnya.
"Haaaaa, kenapa nilaiku jelek begini? Aaaaa~ Eotteokhae?" Minwoo mulai mengoceh tak jelas. Ku lirik sebentar kertas ulangannya. 58 untuk fisika, dan 62 untuk kimia. Hah, pantas saja ia berteriak. Tapi bukankah bocah itu memang selalu mendapat nilai begitu? Setidaknya ini tidak lebih buruk dari test matematik kemarin yg hanya mendapat 47. Haha, aku malah membicarakan aib orang.
"Jeongmin hyung, kau dapat nilai berapa?" Minwoo menatap namja sipit itu penasaran dan setengah cemberut. Jeongmin menunjukan kertasnya. 80 untuk kimia dan 84 untuk fisika. Ia tersenyum bangga. Baiklah, semua orang tahu bahwa namja ini memang pintar, terutama dalam fisika dan kimia. Hah, aku muak melihat senyum jeleknya itu. Dia selalu tersenyum aneh seperti orang gila saat mendapat nilai bagus. Dan parahnya, ia sering mendapat nilai bagus. Jadi menurutku, mungkin ia bisa disebut gila juga.
"Kwang! Kenapa kau diam? Ayo tunjukan hasil ulanganmu!" Seru Jeongmin. Sepertinya dia mau pamer. Ku tebak, ia pasti mengira nilainya yg terbaik dikelas. Ya, tapi itu memang sering terjadi juga sebenarnya. Aku menatapnya malas. Minwoo disampingnya pun ikut memandangku penasaran.
"Lihat saja sendiri." Aku malas melihatnya. Nilaiku sering jelek untuk dua mata pelajaran ini. Sebenarnya tak terlalu jelek sih, tapi selalu dibawah namja sipit maniak cermin itu.
"JO KWANGMIN! Aku meminta penjelasan akan nilaimu!" Lagi-lagi namja sipit itu berteriak. Oh ayolah, apakah nilaiku separah itu sampai dia berteriak? Jeongmin meletakkan dua lembar kertas itu dihadapanku. Mataku terbelakak. Bukan. Ini bukan karena nilaiku buruk, tapi.. 89 untuk kimia, dan 93 untuk fisika. Yg benar saja? Ini benar-benar milikku? Ku cek tulisan tangannya memang benar-benar tulisanku. Padahal aku mengisinya menurut teoriku sendiri -Aku sering membaca ensiklopedi dan membuat kesimpulan sendiri atas apa yg ku baca-. Memang tak berbeda jauh dengan teori sebenarnya, tapi aku tak menyangka akan mendapat nilai seperti ini.
"Kau membuat contekan eoh?" Tanya Jeongmin dengan nada mengintrogasi. Sedangkan Minwoo menatapku seperti orang bodoh. Aku menggelengkan kepalaku.
"Kau browsing saat ulangan?" Lagi-lagi aku menggeleng.
"Lalu bagaimana caranya kau bisa mendapat nilai sebagus itu? Bahkan kau tak pernah untuk sekedar mencatat apa yg songsaengnim jelaskan!" Jeongmin terlihat kesal. Tentu saja, ia yg belajar matian-matian untuk ulangan terlampaui nilainya olehku. Seorang bocah pemalas yg bahkan dibilang tak tau caranya menggunakan pena untuk mencatat. Tapi ayolah, apa karena aku tak pernah mencatat dan belajar, artinya aku itu bodoh? Apa harus ku ingatkan bahwa aku punya daya tangkap dan IQ jauh diatasmu Lee Jeongmin? Huh, kenapa aku jadi menyombongkan diri? Bukan maksudku sombong. Aku hanya tak suka seseorang meremehkanku seperti itu. Terutama namja yg selalu menganggap dirinya yg paling pandai dikelas ini. Walau aku tak mencatat, aku selalu belajar dari apapun yg ada disekitarku tanpa ia ketahui.
"Aku juga tak tau." Jawabku akhirnya. Rasanya jawaban itu tak membuat seorang Lee Jeongmin puas. Ia masih menggerutu tak jelas padaku. Demi apapun, kalau bukan karena aku menghormatinya, sudah ku tendang ia ke dasar sungai nil.
"Lalu bagaimana bisa kau mendapat nilai itu? Kau dibantu hantu hah?" Ia masih tak puas mengintrogasiku.
"Mungkin." Jawabku asal lalu menghampiri bangku Hyunseung. Sekedar menumpang duduk dibangku sebelahnya yg memang kosong. Aku muak mendengar ocehan namja sipit itu sekarang, kalau terlalu lama disana bisa-bisa emosiku tersulut. Dan akan terjadi hal-hal tak diinginkan. Jika kalian ingin tau, aku agak abnormal sebenarnya. Kwangmin si psycho idiot, itulah julukan lain dari teman-temanku. Haha, tak usah kaget. Walau kadang dibilang psycho, aku tak sampai melukai orang lain. Aku lebih suka menyakiti diri sendiri. Terakhir aku begitu, kala namja menyebalkan bernama Kevin menyulut amarahku. Aku tak mengamuk, hanya saja mejaku rusak akan cakaran kuku jariku yg setelahnya rusak dan berdarah. Dan idiot, bisa dibilang aku manusia dengan kepribadian ganda. Jika moodku buruk, aku memang hanya diam seperti patung. Namun ketika aku berada dalam mood yg baik, aku akan sering mengoceh dan tertawa dengan segala hal seperti orang idiot, makanya mereka memanggilku si Psycho idiot. Tapi aku tetap tak peduli, lagipula julukan itu lumayan keren haha.
Ku lirik Hyunseung yg duduk tenang disampingku dengan cengiran anehnya. Aku yakin, dia pasti sedang merencanakan hal-hal memuakkan yg disebutnya romantis untuk Jeongmin. Namja disebelahku ini memang sedang mengejar si cerewet sejak beberapa minggu terakhir. Ku biarkan namja itu berkutat dengan rencana-rencana anehnya, aku tak ingin tahu. Lagipula tujuanku disini hanya menumpang duduk menghindari ocehan Jeongmin.
Aku memandang buku kosong dihadapanku, yg ntah kapan ku bawa dan ku buka. Ntah dorongan dari mana, tanganku mulai menggores-gores diatasnya. Tubuhku mulai bergerak sendiri lagi. Beberapa saat kemudian, sketsa wajah seorang namja berambut pirang dengan seragam sekolah berwarna maroon terbentuk diatas kertas yg tadinya kosong itu. Pirang? Maroon? Kenapa aku menyebut pirang dan maroon? Padahal sketsa ini tak punya warna sekalipun kecuali hitam dan putih. Kurasa aku sedang kembali ke alam bawah sadarku. Apa aku sudah bilang bahwa aku punya sixsense?
"Wah kau mulai menggerakan tanganmu lagi kwang. Kau menggambar manga dirimu sendiri ya?" Hyunseung menarik sketsaku dan memperhatikannya dengan seksama. Ia adalah pecinta seni lukis, tak aneh jika ia antusias dengan segala hal yg disebut 'gambaran tangan'. Eh sebentar? Diri sendiri?
"Maksudmu menggambar diri sendiri apa hyung?" Ia menatapku dengan tatapan yg seolah berkata 'Kau-selalu-berpura-pura-tak-tahu'. Tapi aku memang benar tak menangkap maksud perkataannya-_-
"Wahhh, gambar siapa ini? Kwangmin sedang narsis menggambar diri sendiri ya? Haha, apa kau akan memanjangkan rambutmu seperti ini Kwang? Woaaa~ Sepertinya uri Kwangie akan menjadi namja cantik." Gelak Minwoo yg ntah sejak kapan ada dibelakangku.
"Yak! Kalian bicara apa sih? Itu bukan aku! Aku tak akan menjadi cantik bodoh. Aku tampan." Minwoo dan Hyunseung terlihat mencibir ke arahku.
"Apanya yg bukan kau! Lihat saja dicermin, itu sketsa wajahmu Jo Kwangmin!" Aku benar-benar tak mengerti. Kenapa kerja otakku jadi lambat begini sih?
Ku rebut sketsa itu, menatapnya baik-baik. Tapi jika diperhatikan, memang mirip. Tapi, wajah ini lebih cantik. Apa ini aku? Ah tak mungkin. Gaya rambut dan mata sayu itu benar-benar bukan styleku.
"Seseorang dimasa lalu datang ya?" Si cerewet tiba-tiba bicara dengan nada misterius ditelingaku. Minwoo dan Hyunseung tampak bingung dengan perkataannya. Tapi aku mengerti. Aku menangkap jelas maksud perkataan namja ini.
"Sepertinya dia ingin bertemu denganmu Kwang. Wah wah, Kwangminnie akan punya malaikat pelindung sepertinya." Tambahnya.
"Padahal aku sedang malas. Mau apa dia datang?" Tanyaku, yg ku yakin hanya Jeongmin yg mengerti. Hampir lupa ku beritahu, si cerewet itu punya kelebihan yg sama denganku.
"Ntah, mungkin rindu. Tanya saja sendiri haha." Ucapnya sambil kembali duduk di bangkunya. Minwoo dan Hyunseung menatapku aneh.
"Akan ku jelaskan nanti, aku sedang malas. Kalau kalian tak sabar, tanya pada Jeongmin saja." Aku sangat mengerti tatapan aneh kedua orang itu. Mereka akan menatapku begitu ketika aku dan Jeongmin membicarakan hal-hal yg bisa dibilang diluar nalar manusia normal pada umumnya. Dan tatapan itu bisa diartikan seperti 'Jelaskan-yg-kalian-bicarakan-padaku'. Yah, kurang lebih seperti itu. Minwoo dan Hyunseung kini menyerbu Jeongmin yg duduk dua meja dibelakangku sekarang. Hah, biarkan saja. Mereka memang selalu begitu. Aku kembali fokus pada sketsa tadi. Namja ini tak tersenyum, wajah cantiknya tampak dingin. Tapi aku tahu, namja ini punya sesuatu yg belum ia capai, itulah sebabnya ia tak menampakan senyumnya.
Aku melihat sekelilingku. Putih. Semuanya putih. Serasa deja vu, aku mengingat tempat ini. Ini adalah alam bawah sadarku. Aku pernah kesini setahun lalu, saat bertemu mantan kekasihku yg saat itu sedang koma. Sesak kembali kurasakan di dadaku. Kenapa aku kembali ke tempat ini? Bahkan semenjak kepergiannya 10 bulan lalu, aku tak pernah kembali kemari. Tempat ini menyisakan kenangan buruk untukku. Masih kuingat saat aku memaksanya pulang. Wajah cantik itu hanya menggeleng dan tersenyum padaku untuk terakhir kalinya. Lalu berjalan menjauh dariku, membuatku berteriak dan menarikku kembali ke dunia sesungguhnya. Setelah saat itu, aku tak pernah kembali kesini. Tapi tiba-tiba kini aku kembali. Apa yg menarikku kembali? Aku pun masih bingung.
Ku edarkan pandanganku. Putih. Sejauh mana pun kau memandang, semuanya hanya putih. Tapi tunggu, ada seseorang duduk dibangku putih di arah timur sana. Bangku itu, bangku yg dulu di duduki Jaehyun mantan kekasihku dahulu. Ada perasaan aneh bergejolak dalam diriku, yg aku sendiri tak mengerti apa itu. Aku berjalan cepat menghampirinya, ah tidak, lebih tepat ini dibilang berlari.
DEGG!
Dadaku bergemuruh kala melihat wajah orang yg duduk dibangku tersebut. Seorang namja dengan rambut pirang dan seragam berwarna merah maroon itu tengah tersenyum hangat ke arahku. Cantik. Hanya itu yg bisa ku ucapkan untuk menggambarkan mahluk indah ini.
"Annyeonghaseyo Jo Kwangmin." Ia menyapaku dengan suara lembutnya. Apakah ini yg disebut malaikat? Tapi demi apapun, ia jauh lebih indah dibanding malaikat. Rambut pirangnya, mata sayunya, senyum indahnya. Apa aku sudah mati dan berada di surga?
"Kau belum mati. Ini bukan surga, kau juga tahu itukan." Ia berkata dengan senyum yg masih terlukis di bibir indahnya. Hei? Dia bisa membaca fikiranku?
"Tentu saja bisa." Aku terbelakak. Ia masih saja tersenyum ke arahku. Otakku rasanya menjadi lambat bereaksi kali ini.
"Kau s-siapa?"
TBC..
Okeh ini pendek banget :v Mico tau, soalnya ini buatnya cuma 2 jam. Jadi harap dimaklumi, takutnya nggak menarik sih XD Apakah FF ini pantas dilanjut atau tidak? Silahkan comment dan review setelah membacanya :3 Kalau responnya buruk, sepertinya Mico batal melanjutkan haha XD Yg baca gak comment atau review, semoga gagal terus ketemu biasnya :v *Jahat mode on*. Baiklah, sampai berjumpa di chapter berikutnya XD Pyonggg~
-Lee Mico Malfoy-
