Summary: Dengan keberanian yang minim, len membulatkan tekadnya untuk mengungkapkan apa yang sudah dipendamnya selama ini.

Warning: aneh, OOC, typo bertebaran, alur kecepetan, pendek, incest

Desclamair: vocaloid © yamaha dan crypton future media.

Ruthriftkya Vernal present:

Len's Feeling


Normal POV

Hari minggu.
Terdengar seperti surga bagi anak anak sekolah, hari dimana mereka bebas bangun siang setelah enam hari melawan perintah sang selimut yang meminta mereka kembali tidur di pagi hari.

Di kediaman kagamine salah satunya, terlihat si kembar yang tengah bermalas malasan didalam kamar si sulung. Sang kakak, kagamine rin tidur terlentang di atas tempat tidurnya, terlihat asik denga manga di genggaman tangan. Senyum kecil terukir di wajah manisnya, sebelum tergantikan dengan kikikan penuh rasa geli saat menemukan sesuatu yang menarik.

Di sebelahnya, Sang adik duduk bersila, menatap lekat sang kakak dengan pandangan yang sulit diartikan. Beberapa kali dia menggigit bibir bawahnya, lalu menghela nafas dan membuka mulutnya -seakan ingin mengucapkan sesuatu, namun diurungkannya dan menunduk bimbang.

Kembali dia menggigit bibir bawahnya, lalu menatap kakaknya dengan tegas, seolah sudah membulatkan tekadnya.

"Rin,"

Kagamine rin menghentikan kegiatan membacanya dan menoleh ke sumber suara dimana sang adik, kagamine len menatapnya lurus "Ada apa?" Menengadah kan kepalanya, rin menatap len bingung

"A-ada sesuatu yang harus ku bilang," Len mengumpulkan keberanian setiap titik keberanian dalam dirinya, meski nada gugup mendominasi setiap kata yang dikeluarkannya.

Rin mengerjap beberapa kali

"Ada apa? Kau dibully? Katakan padaku, akan ku hajar siapapun itu yang sudah menyakiti adik manisku tersayang," Rin berucap, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah manga yang sempat dianggurkannya selama beberapa saat.

"Ini penting,"
Rin kembali mengalihkan perhatiannya ke arah len. Sangat jarang adiknya membicarakan sesuatu dengan nada serius. Berarti, ini benar benar penting.

Rin bangkit dari posisinya dan duduk bersila di depan len dengan senyum kecil menghiasi wajah."Baiklah, kudengarkan. Katakanlah,"

Len tampak gelisah, ia memainkan kuku di tangan nya dengan alis agak bertaut. Merasa len tidak akan mengucapkan sesuatu, rin ingin menegurnya "Hei-"

"Aku menyukai mu,"

Len memotong teguran rin. Nada gugup sudah tidak terdengar dari kalimatnya tergantikan dengan nada tegas dan penuh keyakinan. Iris sapphire sebiru lautan miliknya memancarkan kilatan yang sama.

"Ha?" Rin bertanya bingung. Mulut yang terbuka sedikit dan alis mata yang mendekat membuktikannya.

"Aku menyukai mu, rin" ucap len

"Aku juga menyukai len," balas rin sembari tersenyum tipis

Len mengembangkan senyumnya "benarkah?"

"Iya, kau adalah adik yang manis dan penurut. Semua orang suka padamu," Balas rin

Perlahan senyum len memudar. "Bukan." Ucap len

"Eh?" Tanya rin bingung

"Aku... a-aku.., m-menyukai mu, aku... mencintaimu..." Ucap len diakhiri dengan bisikan diakhir

Rin terdiam

Len menundukkan kepalanya dalam dalam sembari menggigit bibir bawahnya untuk mengumpulkan keberaniannya "Aku... Aku mencintaimu, rin!" Seru len

Rin agak tersentak. Sejak kapan len yang acuh bersikap seperti gadis cengeng? Tapi itu tidak penting sekarang. Yang penting adalah apa yang baru saja diucapkan len padanya.

Rin bingung, sangat bingung. Ia jelas menyayangi adiknya. Tapi cinta... Sepertinya ia tidak memiliki perasaan seperti itu pada adiknya. Jelas dia tau perbedaan antara kata cinta dan suka. Lalu bagaimana dengan len? Jika dia mengucapkan kata kata tajam kepada len, len pasti akan sakit hati. Tapi ia tahu jelas, kalau yang dirasakan len itu salah. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang?

Tanpa aba aba rin menarik lengan len dan memeluknya. Rin dapat merasakan len tersentak dengan gerakan tiba-tibanya.

"Rin...?" Panggil len

"Len..." ucap rin lirih "aku menyayangimu, sangat sayang. kau tau jika perasaanmu padaku itu salah, kita adalah saudara kembar, wajar jika kau merasa begitu. Tapi..." Rin menggantungkan kalimatnya, len masih terdiam menanti lanjutan dari kalimat rin

"Aku akan membantumu melupakan perasaan khusus mu itu padaku, len..."

Len tersentak, rin bisa merasakannya oleh karenanya dia memeluk len semakin erat. Rin menghembuskan nafas perlahan, len sudah menyatakan perasaannya dan rin sudah menolaknya, lalu apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka? Ia tidak ingin hubungannya dengan len hancur hanya karena masalah seperti ini.

Berniat melihat wajah len, rin melepaskan pelukannya. Mendapati len yang menunduk dengan bibir bagian bawah yang digigitnya.

"Len..."

"Rin, a-aku sudah tau kau akan menolak…" Len berucap lirih. Kedua tangannya terkepal, mengakibatkan buku-buku jari tangannya memutih, menandakan seberapa kerasnya dia mengepalkannya "tapi, ini lebih sakit dari yang kubayangkan," Air mata mulai menetes dari mata len. "Keinginanku sangatlah muluk dan tidak bisa terkabul, ini hanya sia sia." Lanjut len

Rin kembali memeluk len, mencoba menenangkannya. Perlahan, tangan len mulai terangkat dan balas memeluk rin. Yang awalnya longgar, kini menjadi semakin erat seiring dengan len yang meluapkan semua perasannya dalam bentuk cairan kecil yang jatuh dari matanya.

"berhenti menangis cengeng. Ini tidak terlihat seperti dirimu," Ejek rin. Kekehan terdengar setelahnya bersamaan dengan kagamine len yang merengut kesal.

Tak lama, len mulai membalas "…terima kasih," Dengan suara lirih nan parau khas seseorang habis menangis

Kagamine len melepaskan pelukannya dari rin, menatap gadis bersurai pirang dihadapannya dengan ekspresi yang susah dijelaskan

"len?" Tanya rin bingung melihat len yang hanya memperhatikannya tanpa ada tanda untuk berbicara

"kau tau? Kau menyebalkan," Celetuk kagamine len.

"ha?" Rin semakin bingung

Kagamine len hanya tersenyum kecil. Perlahan, diangkatnya tangannya menyentuh dagu gadis dihadapannya. "meskipun ini dosa, biarkan aku melakukan ini," lirihnya

Rin terhenyak. Ia tau apa yang ingin dilakukan adik yang lebih muda lima menit darinya ini dan ia juga tau ini salah, tapi len tidak boleh lebih terluka dari ini. Bimbang, kagamine rin berdebat sengit dengan pikirannya hingga akhirnya dia menyerah. Apapun yang akan terjadi, biarkanlah.

Rin memejamkan matanya ketika merasakan nafas len dihidungnya begitu pula dengan len yang telah lebih dulu memejamkan matanya. Mereka pun berciuman selama beberapa saat sebelum len mengakhirinya karena dia dan rin sudah sama sama merona dan hampir kehabisan nafas.

Masih dengan nafas terengah, kagamine rin berusaha menunjukkan senyumnya pada len yang hanya dibalas senyum tipis yang sarat akan rasa sedih.

Omake

"yo, len, bagaimana dengan yang ini?"

Kagamine rin itu menyebalkan. Setelah acara tangis menangis didalam kamarnya bersama len –yang sangat memalukan bagi len-, dia memulai operasi rahasia miliknya yaitu mencarikan-pacar-yang-tepat-untuk-len. Berkali-kali ia menunjukkan sebuah foto beserta biodata dari beberapa gadis yang sekiranya akan membuat len tertarik, dan berkali-kali itu pula kagamine len menolaknya dengan ketus.

Seperti saat ini, kagamine rin dengan cengiran khasnya memamerkan foto seorang perempuan dengan surai tosca panjangnya dihadapan len yang tengah duduk di sofa sembari membaca buku

"tidak mau," Menolak dengan ketus, len mengalihkan pandangannya ke arah buku yang tengah dibacanya.

"eh…" Rin lesu mendengar len yang menolaknya dengan ketus, bahkan tidak melihat foto yang digenggamnya "setidaknya lihat dulu, aku susah susah mencarikanmu ini," Rin menggoyangkan foto di genggaman tangannya dihadapan len yang tidak begitu direspon

"aku tidak menyuruhmu mencarikan itu, lupakan saja."

"ayolah len…" Rin mencoba membujuk len, tak lupa puppy-eyes-no-jutsu yang sudah dilakukannya. Len melirik singkat ke arah rin sebelum akhirnya menghela nafas.

"baiklah,"

"yay!" Rin berteriak senang. Saking senangnya dia meloncat ke sebelah len yang sedang duduk di sofa hingga terjadi adegan tabrakan beruntun antara bahu dan kepala mereka. Serempak, mereka mengelus bahu dan kepala yang dimaksud sembari meringis

"santai sedikit kenapa," Rin hanya nyengir sebagai balasan dari tindakan protes len

Len melihat foto yang dimaksud rin dengan ogah-ogahan. Matanya melirik singkat lalu membuang foto itu kearah rin "tidak tertarik,"

"eh?!" Rin memekik tidak terima bercampur kaget "tapi, tapi, katanya dia itu suka padamu'loh!"

"rin, aku tau dia dan aku sangat tidak menyukainya," Len menjawab ketus dengan penekanan di kata 'sangat'. Kembali ia alihkan pandangannya ke arah buku yang tergeletak tak berdaya di lantai akibat insiden tadi.

Rin merengut sementara orang yang dibicarakan tengah bersin sembari menoleh panic ke segala arah.

"memangnya kenapa?" Rin mengerucutkan bibirnya, mencoba mencari penjelasan dari tindak penolakan len barusan

"dia itu terlalu ambisius, genit, obsesiv, menjijikan, bukan tipeku," Dalam satu kalimat len mengeluarkan semua opini tentang gadis yang dimaksud dihadapan rin yang hanya bisa terdiam.

Sementara orang yang dibicarakan sedang bersin bersin, tak lama ia merasakan sebuah pisau tak kasat mata menusuk jantungnya dengan kecepatan cahaya.

End


A/N: ye, selesai…

aku lagi nyoba nulis dengan benar (semogayanginibener) karena yang sebelumnya bener-bener ancur, ditambah gak ada niatan buat edit sama sekali. Belum lagi judulnya salah ketik orz. yah, mohon bantuannya soal tata cara menulis yang benar'ya.