Dua orang laki-laki terlihat berdiri saling berhadapan. Yang satu dengan senyum manisnya, sedangkan yang satunya dengan muka sedatar tembok. Yang satu berambut merah maron, sedangkan yang satunya berwarna biru muda. Yang satu membawa buket bunga besar yang berisi Blue Plumeria dan White Rose serta boneka panda dengan ukuran yang hampir sama dengan tinggi pemuda bersurai biru muda, yang satu hanya memegang Vanilla Milkshake.
"Aku menyukaimu, Tetsuya. Aku memberimu dua pilihan. Kau mau jadi pacarku atau tunanganku? Bagaimana?" Akashi menyodorkan boneka dan buket bunga besarnya.
"Akashi-kun gila." Tetsuya mengelak.
"Aku gila karena dirimu, Tetsuya." Akashi tetap pada pendiriannya.
"Aku tidak suka orang yang posesif."
"Nanti kau juga akan terbiasa."
"Aku tidak suka warna merah."
"Tentu saja. Karena yang kau sukai itu aku."
"Aku tidak suka dengan Akashi-kun."
"Tapi aku suka dengan Tetsuya."
"Aku menolak." Penolakan sudah dikeluarkan.
"Kalau begitu aku akan tetap jadi stalker-mu Tetsuya." Tapi tetap saja dituntut.
"Biarkan saja. Nanti Akashi-kun akan lelah dengan sendirinya."
"Oh? Jadi ternyata Tetsuya suka kalau aku jadi stalker-mu ya?"
"Jangan terlalu percaya diri, Akashi-kun."
"Percaya diri itu dibutuhkan Tetsuya."
"Sudahlah. Aku malas berdebat dengan Akashi-kun." Tetsuya bersiap berbalik untuk pergi.
"Kalau begitu terima aku Tetsuya." Tetsuya terdiam sebentar-
"Dalam mimpimu Akashi-kun."
-Lalu berlanjut pergi meninggalkan Akashi. Akashi mengikuti Tetsuya sambil membawa boneka dan buket bunga. Biar saja orang-orang mengira dirinya orang gila. Toh itu tidak masalah asalkan pemuda bersurai biru muda didepannya ini menerimanya.
"Tetsuya sayang, kalau dalam mimpiku itu kau sudah jadi istriku. Terus setiap hari di-rape. Terus kita sudah pu-" Pembicaraan dipotong.
"Akashi-kun mesum." Kata yang cukup tajam.
"Hanya untuk Tetsuya." Tapi tidak mempan.
"Akashi-kun seharusnya masuk ke rumah sakit jiwa saja."
"Kalau Tetsuya jadi perawatnya, tidak masalah."
"Bermimpi saja terus Akashi-kun."
"Memang setiap hari aku memimpikan Tetsuya."
"Akashi-kun lebih baik pulang saja. Sekarang sudah malam"
"Aku terharu kau mengkhawatirkanku."
"Tidak. Aku hanya ingin Akashi-kun berhenti menggangguku."
Tetsuya tetap berjalan pulang menuju rumahnya. Akashi hanya mengikutinya, tetap bersikukuh pada cintanya.
"Apa Tetsuya lelah?" Sepertinya sudah mulai menyerah.
"Iya."
Akhirnya Akashi-kun mau berhenti-
"Kalau begitu biar kugendong. Mau Bridal style atau Piggy back?" Nyatanya semakin menjadi-jadi.
-menggangguku.
Sepertinya ini akan menjadi malam yang sangat panjang untuk Tetsuya.
.
.
.
.
.
F I N
