Title : Death Date

Author : Vinnino Fernand

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Mystery, Horror, Friendship, Romance, Family, Action

Rated : T-M

Warning : AU, Semi-OOC, Chara-Death

Happy reading...

Death Date

Prolog

Tap... tap... tap...

Derap langkah seorang pemuda berambut hitam menggaung di sepanjang koridor, menimbulkan kesan memilukan daripadanya. Ia terus berlari tanpa mempedulikan keringat yang mengucur dari seluruh tubuhnya. Bahkan, seragamnya telah basah oleh keringatnya itu. Rasa lelah bukan lagi penghalang baginya, meski lututnya sesekali gemetar. Yang penting baginya saat ini adalah berlari sejauh-jauhnya, entah kemana. Sekali lagi pemuda itu mendesis, terengah-rengah, sampai akhirnya ia berhenti. Ia melirik ke pundaknya, pada sepasang lengan yang melingkar di sana.

"Aku harus kuat!" desahnya.

Pemuda itu meneruskan larinya, meski punggungnya terasa berat dan kakinya sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Tapi semua ia lakukan demi seseorang, seseorang yang kini menambah beban di punggung, seseorang yang kini dibawanya untuk ia selamatkan. Sampai ia benar-benar sudah merasa tidak kuat lagi, ia memutuskan untuk bersembunyi di sebuah ruangan yang dipikirnya cukup aman. Dengan cepat ia memasuki ruangan itu dan menguncinya dari dalam. Pemuda itu bersandar di dinding kemudian menjatuhkan dirinya. Namun sebelumnya, ia menyandarkan pemuda yang dibawanya di sampingnya.

"Sasori..." gumam pemuda berambut hitam itu kepada pemuda di sampingnya.

Pemuda yang dipanggil Sasori itu membuka matanya perlahan, kemudian melirik pemuda di sampingnya.

"Itachi..."

Pemuda berambut hitam yang bernama Itachi itu pun tersenyum, senang melihat temannya sudah sadar.

"Sasori, kau sudah tidak apa-apa?"

Pemuda berambut merah itu mengangguk lemah.

Itachi meraih ponsel di sakunya, namun raut wajahnya berubah kecewa setelah melirik layar ponselnya itu.

"Sial! Tidak ada jaringan sama sekali!"

Itachi memaksakan dirinya untuk berdiri, meski rasa lelah masih menahan dirinya. Ia berjalan ke arah jendela di depannya, kemudian berusaha membukanya, meski usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali.

"Apa yang terjadi!" gertaknya. "Seseorang! Siapa saja! Tolong kami di sini,"

Gema teriakannya memenuhi seisi ruangan, sebelum akhirnya ponselnya bergetar.

Ia menatap layar ponselnya itu dengan tatapan bertanya. Meski masih heran kenapa ponselnya bisa dihubungi _lantaran tidak ada sinyal, namun pemuda itu tetap menjawab ponselnya, berharap bisa mendapatkan pertolongan dari sana.

"Halo! Siapa! Bisakah kau menolong kami!"

Pemuda itu terdiam sejenak, menunggu jawaban dari ponselnya itu. Namun kemudian, tiba-tiba saja tubuhnya gemetar sampai tak terasa ponselnya meluncur ke lantai tiba-tiba. Ia jatuh, terduduk di atas lantai putih ruangan itu.

"Itachi, ada apa?" tanya Sasori yang kini sudah mulai membaik. Ia berdiri menghampiri sahabatnya. "Siapa yang meneleponmu? Dan apa yang telah dikataknnya?"

Itachi menatap lantai putih itu dengan tatapan kosong, kemudian menjawab pertanyaan sahabatnya itu. "Aku tidak tahu... aku tidak tahu siapa yang baru saja menelepon. Tapi, ia menunjukkan cara untuk bisa keluar dari sini."

Sasori menghembuskan napas lega, tapi hal itu tak berlangsung lama karena sesaat kemudian Itachi kembali melanjutkan perkataannya.

"Tapi bayaran untuk bisa keluar dari sini sangat besar," kata pemuda berambut hitam itu. "Salah satu dari kita berdua harus mengorbankan nyawanya."

Sasori tercekat. Ia mematung tiba-tiba.

"Ha-harus mengorbankan nyawa?" ulang Sasori yang masih tak percaya. "Jangan bodoh! Kita akan keluar dari gedung sekolah ini bersama-sama. Bukankah kita ini teman, Hah!"

Itachi masih terdiam,sebelum kemudian ia terkejut karena Sasori menarik kerah seragamnya tiba-tiba.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi hari ini. Meskipun semua ini sangat aneh, tapi itu tidak akan membuat salah satu dari kita harus mati, bukan! Jawab aku, Itachi!"

Itachi menepis cengkeraman temannya itu, kemudian ia menggeleng pelan. " Salah satu dari kita memang harus mati menyusul teman-teman dan guru-guru kita yang lain. Ini adalah satu-satunya jalan."

"Kenapa? Daripada melakukan itu, lebih baik menunggu saja di sini. Kita berharap saja seseorang datang dan menyelamatkan kita."

Itachi menggeleng lagi, "Tidak. Salah satu di antara kita memang harus ada yang berkorban, karena kita tidak punya waktu untuk menunggu lagi.

Sasori melebarkan pupil merahnya, "M-maksudmu?"

Cahaya onyx Itcahi meredup, "Gedung sekolah ini sebentar lagi akan meledak."

TBC

Pasti semua pada bingung apa inti ceritanya? Yup... tentu saja! Ini kan cuma prolog. Terus mana SasuSaku-nya? Tenang saja. Di chap. 2 SasuSaku akan segera muncul kok. Prolog ini bisa dibilang flashback gitu...

Sebelumnya ada yang tau Vinn dapat inspirasi dari mana? Ada yang tau sama komik "Di[e]ce"? Nah! Vinn dapat ide setelah ngebaca komik itu. Coba deh baca komiknya, bagus lho! *promo*

Terakhir, Vinn sebenarnya masih agak bingung mau ngelanjutin fic ini pake genre apa. Apa sebaiknya dilanjutkan sama romance, friendship, family, atau yang lain? Mohon review nya...