Warning : fem!chara, bagi para readers yang gak tahan sama cerita cinta yang lebay, disarankan untuk tidak membacanya. Miss typo, jelek de-el-el.
My Immortal
I'm so tired of being here
supressed by all of my childish fear
if you have to leave
I wish that you would just leave
cause your presence still lingers here
and it won't leave me alone
Dia sudah tidak ada, aku yakin itu. Tapi mengapa aku selalu melihatnya? Rasanya sesak sekali. Aku takut menyentuhnya. Takut dia menghilang. Takut dia kembali dibalut warna merah, warna yang kubenci.
You used to captivate me
By your resonating light
*Flashback – 25 years ago*
Orang yang memiliki mata berwarna merah dianggap sebagai pembawa malapetaka, itulah aku. Dan karena itu, setiap hari para penduduk menghina dan memukuliku. Hari ini juga seperti itu, para penduduk berhasil menangkapku di sebuah gang sempit dan memukuliku dengan kayu dan melemparku dengan botol-botol yang sudah pecah. Saat aku hampir kehilangan kesadaran, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang samar-samar memerintahkan mereka untuk berhenti. Dan anehnya pukulan dan lemparan botol itu tidak lagi aku rasakan. Aku merasa pandanganku menggelap, dan akhirnya akupun ambruk.
Aku terbangun di sebuah tempat yang sangat asing bagiku. Sebuah ruangan yang sangat indah yang didominasi oleh warna merah. Merah, warna mataku, warna yang kubenci. Kulihat luka-luka di tubuhku sudah diobati. Ini pasti mimpi. Semua orang tidak pernah menginginkanku, apalagi merawatku seperti ini. Aku mencoba memejamkan mataku. Berharap ketika aku membuka mataku, aku kembali ke gang kumuh tempatku biasa tinggal. Tetapi tetap saja aku masih berada di sini. Dan sesaat kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Masuklah seorang pemuda tampan bermata violet yang tajam dan memakai coat berwarna sama.
"Syukurlah kau sudah sadar, apakah kau merasa lebih baik?" pemuda itu tersenyum dan mendekatiku. Aku mengangguk. Suara ini sama dengan suara yang menolongku. Dia terasa begitu nyata dan hangat. Aku menunduk, berusaha menyembunyikan mataku.
"Ah, ada apa?" Tanyanya halus. Aku semakin takut. Takut kalau dia ternyata juga membenci mataku ini, aku bisa dibenci olehnya.
Tiba-tiba tangan pemuda itu mengangkat wajahku. Dia melihat mataku. Dan anehnya, ekspresi wajahnya tidak berubah, tetap tersenyum.
"ke-kenapa kau menolongku? Kau tahu kalau mataku . . ."
" Pemilik mata berwarna merah adalah pembawa malapetaka, itu yang dikatakan orang-orang padamu kan?" aku mengagguk pelan.
"Aku tidak peduli apa anggapan orang. Bagiku, matamu itu sangat indah, seperti mawar yang sedang mekar." Aku benar-benar terkejut. Untuk pertama kalinya ada yang memuji mataku.
"Hei, maukah kau tinggal di sini dan menjadi temanku?" tanyanya pelan. Air mataku mengalir. Dibutuhkan oleh seseorang, itulah yang kuinginkan.
"I-iya!" Tangisku akhirnya pecah. Mulai hari ini aku akan berusaha menjaganya, melindunginya agar tidak hilang dari sisiku. Berusaha membuatnya bahagia.
*End of flashback*
Now i'm bound by the life you left behind
*Flashback – 20 years ago*
Dari hari ke hari, aku semakin tahu siapa dia sebenarnya. Ternyata dia juga dikucilkan, sama seperti diriku. Dia dibenci oleh orang-orang karena dia berasal dari keluarga pembunuh berdarah dingin. Mereka takut kalau dia juga mempunyai nafsu membunuh sama seperti keluarganya, tetapi dia tidak dianiaya olah para penduduk karena dia adalah seorang bangsawan. Saat dia membuka rahasia ini, dia takut jika aku juga menjauhinya. Tetapi aku tetap di sisinya. Sama seperti dirinya, aku tidak percaya akan omong kosong itu. Dan walaupun hal itu benar, dibunuh olehnya pun aku tidak apa-apa. Asal keinginannya tercapai, itu sudah cukup.
Tetapi sekarang aku disini. Hanya ditemani oleh sebuah cincin yang melingkar di jari manisku, di depan sebuah nisan bertuliskan nama yang sangat kukenal : Yugi Motou. Dan kalian harus tahu satu hal. Akulah yang telah membunuhnya.
*End of flash back*
Your face it haunts
my one pleasant dreams
Aku terbangun di sebuah tempat yang sangat familiar, taman yang dipenuhi bunga mawar merah, tempat favorit orang itu. Begitu aku melihat sekeliling, mataku menangkap pemilik mata violet itu, Yugi Motou suamiku. Pemandangan itu terasa terlalu sempurna untuk sebuah kenyataan. Ini mimpi. Namun hatiku terus memberontak ingin menghampirinya, ingin menyentuhnya sekali lagi, ingin meminta maaf padanya. Kakiku akhirnya bergerak, berlari mendekatinya. Namun semakin kuat aku berlari, keberadaannya semakin menjauh. Dan bersamaan dengan terbangnya kelopak-kelopak mawar, dirinya perlahan-lahan menghilang.
Your voice it chased away
All the sanity in me
"Yugi!" Aku meneriakkan namanya, tapi sia-sia. Taman mawar inipun berubah menjadi kegelapan. Aku menangis, tak ingin kehilangan dia lagi.
"Atem . . . Atem . . ." Sebuah suara lembut yang familiar itu memanggilku. Sekarang aku sudah tidak bisa menghentikan perasaanku lagi. Walau aku tahu aku akan hancur, kuikuti suara itu. Semakin lama, kulihat jelas ada cahaya yang semakin dekat. Yugi. Hanya itu yang ada di pikiranku saat ini.
Cahaya itu sekarang sudah di depan mata. "Yugi!" Aku meneriakkan namanya sekali lagi, tetapi yang kulihat sekarang hanyalah kamar tidur kami. Sisi tempat tidur yang lain masih rapih, tidak ada tanda dia ada di sini.
This wound won't seem to heal
This pain is just too real
There just to much that time cannot erase
Sudah 20 tahun sejak kepergiannya, tapi rasanya seperti kemarin. Terlalu banyak kehangatan dan cinta yang dia isi dalam kehidupanku. Dan sekarang dia meninggalkan sebuah lubang besar yang mematikan. Sudah terlalu banyak memori tentangnya terekam oleh ingatanku. Suaramu, sentuhanmu, tawamu dan juga . . . kematianmu.
*Flash back- 20 years ago (the incident)*
Malam ini adalah peringatan setahun pernikahan kami. Aku benar-benar senang, dia mengajakku ke sebuah bukit yang dipenuhi oleh bunga mawar yang sedang bermekaran. Malam itu kami berdansa tanpa musik apapun, hanya ditemani oleh bulan purnama dan sayup-sayup angin. Semua terasa indah, sampai aku menyadari ada yang salah dari bulan purnama itu. Bulannya berubah warna menjadi merah, dan perasaan ku menjadi aneh. Haus, itulah yang kurasakan. Aku tidak menginginkan air, tetapi sesuatu yang hangat, yang mengalir dalam tubuh. Aku memandang suamiku. Dia terasa . . . Lezat. Dia memandangku dengan perasaan khawatir. Aku tak bisa menahannya lagi. Dengan sangat cepat aku mendekatiny dan segala menjadi gelap.
Begitu aku sadar bulan sudah kembali seperti semula. Tetapi yang sangat mengejutkanku adalah yugi. Dia berada dipangkuanku, tersenyum hampa, dingin dan tubuhnya berlumuran darahnya. Merah , seperti mawar yang mekar.
*End of flash back*
I tried so hard to tell myself that you're gone
But though you still with me, I've been alone all along
Aku bermimpi, lagi. Sekarang aku berada di bukit itu. Dadaku sesak, tak ingin mengingatnya lagi. Dia berada di hadapanku. Tetapi entah mengapa dia terasa begitu nyata. Aku ingin menyentuhnya. Tapi tiba-tiba mimpi buruk itu kembali lagi. Terlihat jelas, dia mencoba menghentikanku, aku dan mata merahku yang menyayat itu melukainya, mencabik-cabiknya. Dan dia menjadi merah.
"Aakh!" Aku berteriak dan menangis. Seharusnya aku melindunginya, bukan membunuhnya. Aku mengutuk diriku. Seluruh tubuhku rasanya sakit, seakan-akan hancur.
You cried I'd wiped away all of your tears
You screamed I'd fight away all of your fears
I held your hands through all of these years
But you still have all of me
*Normal POV*
Pria bermata violet itu menghampiri atem. Dengan lembut, dia hapus butiran air mata dari pipi istrinya. 'sentuhan ini terasa nyata' batinnya meringis. Tiba-tiba dia merasakan pelukan yang sangat dia rindukan dari pria itu. Awalnya dia takut kalau ini hanyalah ilusi, tetapi rasanya hangat. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke dada tegap suaminya " Atem . . ." Kata pria itu sambil membelai rambutnya dengan lembut. Atem sadar. Mungkin dia memang sudah pergi, tetapi serpihan-serpihan jiwa pria itu akan tetap melekat di hatinya.
Untuk kali ini dan seterusnya, Atem akan tetap menjaga serpihan jiwanya. Hanya itulah yang bisa ia jaga.
*di luar cerita*
Atem : *Evil Glare* " Woi Author! Kenapa lo ngerubah gue jadi cewek hah?"
Author : *tampang polos* " untuk kebutuhan cerita, neng atem"
Atem : " jangan panggil gue pake 'neng'! Terus kenapa lo belum ngebalikin gue seperti semula?"
Author : "aih putri atem, jadi cewek jangan galak dong. Karena obat perubah gender yang gue beli dari Orochimaru itu berefek untuk selamanya, jadi atem jadi cewek baik aja yaaa"
Atem : "TIDAAAAK! Ini gak adil! HUWEEE!" *ngibrit masuk ke kamar*
Author:"tenang kok atem-chan, kamu juga bakalan punya temen kok. Hehehehe *Evil laugh*"
?: " HUAACUIH!"
Author:"Ehem, terimakasih para readers yang membaca fic abal ini. Mau nebak siapa yang akan mengalami penderitaan sama kayak atem-chan? Gampang kok, REVIEW. Kalo gak ku cium kalian! nyunyu *monyong-monyong*"
