Kesan Pertama
Seorang pria tampan berambut pirang, duduk termenung di meja kerjanya. Beberapa lembar dokumen yang sedang dia genggam, tidak dihiraukannya lagi. Pikiran pria itu jauh menerawang ke masa lalunya yang indah, sekaligus kelam bersama orang yang dikasihinya.
Uzumaki Naruto, itulah nama pria tampan namun tidak terlihat tampan untuk saat ini. Wajahya kusut seperti jeruk kisut. Belum lagi lingkaran hitam dibawah matanya yang terlihat nyata, menandakan bahwa dia hanya sedikit sekali tidur. Bibir tipisnya bak bulan sabit melengkung ke bawah. Dari kerutan-kerutan yang menghiasi keningnya, Naruto terlihat seperti kakek-kakek yang sedang depresi di usianya yang baru menginjak 30 tahun. Wajah yang selalu memancarkan kebahagian itu kini telah hilang semenjak peristiwa kecelakaan maut yang terjadi 5 tahun silam, merenggut nyawa istri tercintanya.
"Haaahh..." Naruto menghela napas untuk kesekian kalinya. Saat dia teringat kembali kenangan buruk itu. Naruto menyandarkan tubuhnya ke badan kursi. Berputar menghadap jendela. Awan mendung gelap menghiasi pemandangan di luar sana. Tak lama kemudian, rintik-rintik air hujan mulai turun membasahi bagian luar jendela ruangan itu.
"Hujan lagi…" gumamnya. Pagi ini, hujan turun cukup deras. Dari dalam ruang kerjanya yang berada di lantai lima ini, Naruto bisa melihat orang-orang di bawah sana berlarian mencari tempat untuk berteduh. Naruto mendesah. Dia memeluk dirinya sendiri, kedinginan. Di dalam ruang kerjanya itu, suhu udara amat sangat normal. Tapi entah kenapa kali ini ia merasa kedinginan. Sebenarnya bukan tubuhnya yang dingin, melainkan hatinya. Setiap kali kenangan sedih itu menghinggapi pikirannya, saat itu juga hujan selalu turun. Entah hanya kebetulan saja, atau memang awan ingin mewakilinya untuk menangis.
Naruto membutuhkan sesuatu untuk menenangkan sekaligus menghangatkan dirinya sekarang. Dia mengingat-ingat sesuatu. Kalau tidak salah, kemarin malam sahabat sekaligus rekan bisnisnya, Nara Shikamaru, memberinya oleh-oleh sebotol wine eksklusif. Naruto melirik ke laci meja paling bawah "Oh sepertinya ku sembunyikan di sana". Naruto membuka laci meja tersebut. Dia melihat sebuah kotak kayu berbentuk persegi panjang. Kotak kayu itu berukuran sedang. Terbuat dari batang pohon oak. Warnanya keemas-emasan. Pita berwarna merah maroon menghiasi bagian tengahnya. Penampilan yang cukup menarik dan terlihat mewah untuk sebuah pembungkus wine. Naruto membuka kotak itu. Mengeluarkan satu botol wine yang terlihat lezat dari dalamnya.
Ketika akan menuangnya ke dalam gelas, Naruto terlihat ragu-ragu. Dia teringat perkataan sang ibu, Kushina Uzumaki "Tidak ada wine atau sejenisnya saat sedang bekerja. Kau akan dapat masalah nanti!". Itulah alasan mengapa ia menyembunyikan wine ini di dalam laci. Bukan karena masih dibawah umur atau memiliki penyakit tertentu, tapi Kushina memang tidak mengizinkan Naruto minum saat dia sedang bekerja. Meski hanya sedikit. Tangan Naruto berhenti sesaat. Dia meringis. Mengingat ekspresi mengancam sang ibu. "Ibu tidak lihat sekarang. Dan…." Kali ini tanpa ragu, dia lanjut menuang wine itu hampir satu gelas penuh "Tidak akan ada masalah" sambungnya.
oOo
"Ah maaf, bisa tolong tunjukkan ruangan Uzumaki-San?" Tanya seorang gadis cantik kepada salah satu karyawan wanita yang sedang menganggur.
Wanita itu menoleh ke sumber suara. Alih-alih menjawab, dia malah memerhatikan penampilan si gadis dari atas sampai bawah. "Ada perlu apa?" wanita tesebut balik bertanya.
"Saya diminta Nara-San untuk menemuinya"
Mendengar nama Nara-San, wanita itu mengerti bahwa gadis di depannya ini berkepentingan "Begitu, naik lift ke lantai lima. Cari saja pintu yang ada tulisan namanya"
"Baiklah, terima kasih" gadis itu tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum ia bergegas menuju ruangan yang ditunjukkan oleh wanita tadi.
oOo
Naruto berjalan perlahan mendekat ke jendela. Menyandarkan diri di salah satu sisinya. Tangan kanannya, memainkan gelas berisi cairan berwarna ungu kemerah-merahan dengan gerakan memutar. Sesekali, dia meneguknya. Naruto tersenyum tipis. Namun terlihat tulus. Saat bayang-bayang kelam berganti dengan bayangan wajah cantik sang istri.
'Bagaimana?' gadis itu berputar dengan anggun memamerkan gaun putih indah yang akan dikenakan pada pesta pernikahannya nanti. Rambut coklat bergelombang miliknya teruai sempurna. Ditambah lagi, parasnya yang cantik dengan bulu mata lentik dan bola mata yang kehijau-hijauan membuat hati siapa pun yang melihatnya seakan meleleh. Naruto diam, terpesona melihat penampilan gadis yang akan dinikahinya itu.
Permisi…
Gadis itu merengut sebal karena tidak mendapat respon dari calon suaminya itu. Naruto pun bangun dari duduknya, berjalan menghampiri gadis itu. Ia melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu.
Uzumaki-San?
"Kau cantik" bisiknya seksi. Rona merah seketika muncul di kedua pipi gadis itu, kala mendengar pujian yang dilontarkan calon suaminya.
"A-apa?"
"Gombal" gadis itu mencubit dada bidang Naruto. Naruto tersenyum lembut, membuat sang gadis salah tingkah. Gemas melihat ekspresi gadis di depannya, tanpa permisi, Naruto langsung mencium bibir mungil gadis itu lembut.
"Maaffmmmpph" Gadis itu kaget. Pria yang baru petama kali dia lihat, berani menciumnya dengan paksa. Gadis itu meronta. Mencoba melepaskan diri. Namun percuma. Semakin dia memberontak, semakin menjadi Naruto menciumnya. Tak tinggal diam, kini tangan Naruto mulai berpindah ke bagian tubuh gadis itu. Gadis itu panik. Sangat panik malah. "Mpppphhh mpphhh!" dia menjerit tertahan di sela-sela ciuman mereka. Dengan sekuat tenaga, dia mendorong tubuh Naruto. Kali ini usahanya berhasil. Dia akhirnya bisa terlepas dari dekapan Naruto yang sulit sekali di lepas itu. "Kkhhhaaahh haahh haah" gadis itu terengah-engah. Dia menghirup oksigen disekitarnya dengan rakus.
PLAK
Suara tamparan menggema di ruangan itu. Panas langsung menjalar di pipi Naruto. Tubuhnya terhuyung sedikit ke belakang. Kepalanya terasa pusing. Penglihatannya buram. Ada dua faktor yang kemungkinan menjadi penyebabnya. Pertama, karena efek dari wine yang dia minum. Dan yang kedua, gadis itu menampar wajahnya dengan sangat keras. Naruto mencoba memfokuskan matanya. Namun percuma. Wajah si pelaku tidak begitu jelas dimatanya. Hanya warna rambut mencolok dari orang yang menamparnya itu yang masih bisa tertangkap di indera penglihatannya.
"Pink?" gumamnya pelan.
"DASAR MESUM SIALAN!" gadis itu berseru nyaring. Dia terlihat syok. Cairan bening mulai mengalir di pelupuk matanya. Gadis itu berlari menuju pintu. Membukanya kasar, lalu membantingnya. Meskipun tidak ada yang mendengar teriakannya tadi, orang-orang yang berada di sana saling menatap bingung setelah melihatnya keluar dari dalam ruangan atasan mereka dalam keadaan kacau. Beberapa diantaranya bahkan mulai berbisik-bisik curiga. Gadis itu menyadari tatapan bingung orang-orang dari ekor matanya. Namun dia memilih mengabaikannya. Dia terus berlari menuju lift. Gadis itu menekan-nekan tombol lift dengan tidak sabar. Dia ingin segera pergi dari tempat itu. Tak butuh waktu lama, pintu lift pun terbuka. Saat itu, di dalam lift sedang kosong. Gadis itu menggunakan kesempatan ini untuk merapikan bajunya yang berantakan dan menghapus jejak-jejak air mata yang ada di pipinya. Sesampainya di lantai bawah, gadis itu langsung melesat keluar dari lift. Namun sebelum itu, dia sempat berpapasan dengan karyawan wanita yang dia tanyai beberapa menit lalu.
"Sudah selesai?" Tanya karyawan wanita itu. Gadis itu melirik sekilas ke arah si karyawan wanita, kemudian melengos pergi kearah pintu keluar. Karyawan wanita itu mendengus. "Sombong sekali dia" katanya kemudian. Mekipun samar, gadis itu bisa mendengarnya. Namun, dia sudah tidak peduli. Dia sedang kesal sekarang. Yang ada di dalam pikirannya adalah segera pulang ke rumah.
oOo
Naruto memegangi pipinya yang terasa nyeri. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Sungguh. Naruto masih benar-benar tidak mengerti dengan kejadian barusan. Saking sibuknya berpikir, Dia sampai tidak menyadari suara pintu yang diketuk dari luar. Tak kunjung mendapat respon, orang yang mengetuk pintu tadi, langsung masuk ke dalam tanpa izin. Seorang wanita cantik bertubuh tinggi dengan rambut di cepol dua itu menghampiri Naruto.
"Anda tidak apa-apa Sachou?" Tanya Tenten, nama wanita bercepol dua itu.
"…" Naruto tidak menjawab. Dia masih terdiam di tempat.
"Sachou?" Tenten melambai-lambaikan tangan di depan wajah atasannya. Mencoba menyadarkan Sachounya itu.
"Enggh?" sahut Naruto setengah sadar. Wajahnya terlihat linglung.
"Apa anda baik-baik saja, Sachou?" Tenten mengulangi pertanyannya.
"Aaah Ya! Aku baik-baik saja."
"Anda yakin?" Tanya Tenten lagi.
"Tentu saja. Sekarang, kembalilah bekerja." Naruto memerintahkan Tenten untuk kembali ke pekerjaannya.
"B-baik sachou. Tapi sebelumnya, saya mau menyerahkan ini" Tenten menyodorkan sebuah map coklat yang masih tertutup rapi. Naruto kemudian menerimanya. "Gadis tadi, mungkin tidak sengaja menjatuhkannya di depan pintu" lanjut Tenten lagi.
"Saya permisi dulu" Tenten pamit.
Setelah Tenten keluar, Naruto membuka map tersebut. Ada beberapa lembar kertas beserta foto berukuran 4x6 yang di klip di sudut kiri atas. "Surat lamaran kerja?" Naruto membaca nama yang tertera pada kertas berisikan data diri gadis itu.
"Haruno Sakura" Naruto merasa pernah mendengar nama itu. Setelah menghabiskan beberapa menit untuk berpikir, Naruto akhirnya teringat sesuatu. "Astaga!" Naruto menepuk jidatnya. Dia baru ingat. Gadis barusan, adalah gadis yang direkomendasikan Shikamaru untuk menjadi sekretaris barunya. Reflek, Naruto melemparkan map tersebut sembarangan. Dia berlari keluar ruangan. Bermaksud mengejar gadis itu.
"Ada yang melihat kemana arah wanita berambut pink tadi pergi?" Naruto bertanya pada semua karyawan yang ada di sana.
Salah seorang karyawan pria berambut hitam beralis tebal, dengan potongan rambut seperti mangkuk ramen itu langsung berdiri tegap dari posisi duduknya "Dia naik lift menuju lantai bawah, Sachou" jawabnya lantang dengan gayanya bak seorang prajurit.
"Gadis tadi sudah pulang, Sachou. Tadi saya berpapasan dengannya di lantai bawah" sahut karyawan wanita berambut hitam.
"Begitu, baiklah. Kembali bekerja." Naruto kembali ke ruangannya. Dan para karyawan itu, kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Dalam hati, mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara atasannya dengan gadis barusan.
"Pssstt psst… Kau lihat itu?" salah seorang karyawan wanita berambut pirang bebisik kepada rekannya. "Jangan-jangan mereka memiliki hubungan khusus!" lanjutnya. Lee, pria beralis tebal menyelanya "Maaf Shion-San. Tidak baik menggosipi orang lain." Shion mendengus. "Ya ya. Terserahlah"
oOo
Naruto merebahkan diri di sofa yang ada di dalam ruang kerjanya. Dia mengacak rambut pirangnya frustasi. Naruto merutuki kebodohannya. Di hari pertama pertemuannya dengan calon skretarisnya itu, dia malah memberi kesan yang buruk sebagai seorang atasan. Naruto sempat berpikir untuk mencari gadis itu lalu meminta maaf. Meskipun dia tidak yakin akan dimaafkan. Karena kejadian tadi, gadis itu mungkin tidak berminat lagi melamar kerja di perusahaan miliknya. Namun apapun yang terjadi, dia harus memperbaiki kekacauan yang telah dia buat hari ini. Dan sebagai seorang pria, dia harus bertanggung jawab. Dalam hatinya, Naruto menyesal telah menghiraukan kata- kata sang ibu. Sekarang dia benar-benar mendapat masalah!
TBC
A/N: Hallo, salam kenal yah aku newbie disini
pertama, aku ucapkan banyak terima kasih untuk yang telah sudi membaca fic ini. oya ini fic multi chap pertamaku, sebenernya aku kurang yakin untuk mempublish fic ini. Alasannya, anime Naruto sebentar lagi kan tamat tuh. Dan mungkin, akan jarang yang main ke fandom ini. Berhubung dulu pernah janji sama seseorang dan baru sempet sekarang, akhirnya ku publish juga deh (semoga orangnya baca). Tapi, kalau ternyata pengreview fic ini hanya sedikit, aku pun hanya sedikit bersemangat ngelanjutinnya hehehe. Karena masih pertama, aku butuh banyak banyak banyaaaak kritik dan saran. Makanya itu, bagi para readers yang baik hati,
mind to review?
