hello minna-san! ini fic pertamaku

dan aku Itou kurogami.

yoroshiku!


Pada awal cerita, aku hanya ingin menegaskan untuk berhati-hati pada ke-Gajean dan ke-Typoan yang mungkin akan membahayakan nyawa kalian.

Happy reading! don't like, don't read

.

.

Unyuable one;
AkaKuro

Kuroko no basuke is Fujimaki tadatoshi's

.

.

Miss Akashi!?

By Itou Kurogami


'Eh? Aroma ini?... mint?' Aku mengendus udara di sekitarku. Sementara mataku yang sewarna langit musim semi menerawang lebih jauh, berusaha mencari jawaban tentang dimanakah ragaku berada saat ini. 'Hmm...' aku menumpukan kedua tanganku, berpikir. Ruangan ini cukup aneh. Semuanya di dominasi warna hitam, hanya kotak kecil diatas meja itulah yang berwarna merah. Tampak lebih mencolok dari yang lainnya.

Semakin penasaran, aku berniat membuka kotak kecil itu. Lapisan bludru menyapa indra perabaku saat tangan mungil ini pertama menyentuhnya.

-klek

'...suna, tetsuna' suara baritone menyambut bersamaan dengan terbukanya kotak itu. Membuatku terbelalak. 'Kalau kau membuka kotak itu, kau akan jadi milikku' katanya dengan nada intimidasi. Aku memiringkan kepalaku heran. Orang ini siapa? Kenapa dia berdiri di balik bayang-bayang? Apakah dia... wonderman?

'Ho, ternyata kau sudah membukanya ya? Kalau begitu kau milikku, tet-su-na' aku bergidik. Suaranya terdengar penuh intimidasi dan indah disaat yang bersamaan. Sensasi aneh apa ini Aku cukup terpaku pada eksistensi wonderman dihadapanku ini.

'Kemarilah' titahnya.

Tanpa sadar aku berjalan ke arah pemuda itu. Kata-kata yang ia lontarkan terasa seperti pegas bagiku. Tanganku terulur berusaha menggapai sosoknya yang berada di balik remang-remang, dan dengan sekali hentakan ia membawaku ke dalam dekapannya.

'Dengar tetsuna, kau milikku. Semua yang ada padamu adalah milikku. Tak terkecuali...'

Ia menarik daguku dengan lembut. Menatap kedua mataku dengan intens dan saat itulah aku baru menyadari bahwa ia mempunyai dua manik crimson yang sangat indah.

'...ciuman pertamamu'

Ia menempelkan bibirnya diatas bibirku selama beberapa detik. Membuatku sekali lagi harus terbelalak kaget. Aku berusaha untuk melepaskan diri dari dekapannya, tapi tanpa kusadari, aroma mint kembali menguar dari tubuh pemuda itu, membuat rontaanku melemah karena efek yang memabukkan, Inikah euforia?. Dari bibir kami yang saling bersentuhan, aku dapat merasakan bahwa pemuda di depanku ini menyeringai. Dan detik berikutnya, lumatan dan desahan menjadi saksi bisu atas kegiatan kami.

Kemudian, pemuda ini melepaskan lumatannya karena keterbatasan pasokan udara kami. Ia mengusap kepalaku lembut lalu mengecup puncak kepalaku. Dan aku tetap tak bisa melihat wajahnya dikarenakan bayang-bayang yang menutupi kami. Tapi ini tidak adil. Dia seperti sangat mengenalku dan aku sangat tidak mengenalnya. Ooh, ayolah wonderman..kau seenaknya menjadi wonderman sementara aku tak diijinkan menjadi wonderwomen. Didasarkan alasan itulah aku memberanikan diri menarik tangan wonderman ini, membawanya pada secercah cahaya dihadapan kami.

'kau.. kau siapa? Kenapa aku milikmu?' Gumamku ditengah langkah kecil kami menuju cahaya yang dapat memperlihatkan wajahnya.

Ia mengacak rambutku gemas, 'kau cukup penasaran ya?' Katanya.1 langkah lagi menuju cahaya dan aku akan tau tentang sebetapa tampan atau jelekkah orang yang ada di belakangku ini. Lalu seakan telah membaca pikiranku, worderman ini berujar, 'Jangan khawatir, aku sangat tampan tetsuna. Kau tak akan pernah menyesal menjadi milikku, karena aku-

...aku Chihiro kuroko. kakakmu, tetsuna"

Hee?

Kenapa suaranya beda?

Aku mengendus-endus aroma tubuhnya, kenapa beda juga?

-Pik

Dan beginilah keadaannya. Onii-chan ku yang tampan tapi berwajah datar tepat menindihku diatas kasurku, kedua tanganku menggelantung di leher putih jenjangnya, manik matanya yang datar itu tepat berada segaris lurus tatapanku dan... sedikit mengeluarkan keringat?.

Kurang ngehawth apa lagi coba?

"Kyaaa! Apa yang chiro-nii laku- aaaaah! Chiro-nii mesum!" Pekikku sembari mendorongnya terjungkal ke belakang dengan tidak elitnya. "Jangan-jangan aku sudah tidak perawan" bagus, aku dapat merasakan pipiku memanas sekarang.

"Oi, oi, kau yang menyerangku tetsuna..." onii-chan yang brengsek ini membetulkan posisi terjungkalnya, "aku berniat membangunkanmu untuk berangkat sekolah. Tapi kau malah menarikku dan menciumku..." hah?. Bagaimana bisa? Jadi aku toh, yang brengsek?. "...Dan tolong jangan bertingkah seperti remaja yang baru dilecehkan dengan menggunakan wajah datar. Itu sangat tidak manis"

Aku mendelik kearah chiro-nii, bisa-bisanya dia mengataiku berwajah datar sementara dirinya sendiri memiliki wajah yang lebih datar dari wajahku? Demi tuhan, Nyebelin. Mata abu-abunya saja nyebellin. Tutup mulut, pemuda triplek!.

"Jangan mendelik seperti itu tetsuna, dan cepatlah bersiap. Otou-san sudah menunggumu dibawah. Sepertinya ia ingin berbicara denganmu, eh?" Chiro-nii berbalik dan meraih gagang pintu. Wajahnya yang datar malah terlihat lebih datar lagi walau aku sudah tak sengaja menciumnya tadi. Ya tuhan.. dia itu kasihan banget. Emosinya sama sekali nol!

Aku mengangguk, dan sebelum sosoknya benar-benar akan menghilang dibalik pintu, ia bergumam, "tetsuna..."

"Ya?"

"Apakah tadi kau mimpi yang 'iya-iya'?" celetuknya.

.

.

Dafuq


Aku menebak, aura macam apakah ini?. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 dan otou-san tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan beranjak dari ruang makan untuk mengantarkanku kesekolah. Sebaliknya, benar seperti yang dikatakan chiro-nii, sepertinya lelaki paruh baya ini ingin mengajakku berbincang. Kalau aku sih oke-oke saja, kagetora-sensei juga tak akan menyadari kalau aku telat. Tapi aku berdoa semoga topik kali ini bukan soal pencukur janggutnya yang baru saja aku tumpahi milkshake tadi malam.

"Hmm, begini tetsuna.." manik biru itu menatapku melalui ekor matanya, aura ke'ayah'an menguar melalui eksistensinya yang nyata. Gestur mukanya terlihat lebih datar dari biasanya, membuatnya terlihat seperti orang zaman dulu, yah, kau tau, berlapis-lapis kimono di sekujur tubuh dan bibir prianya terkatup rapat dan tak akan pernah berkata apa-apa walaupun mungkin ia terkena kanker saluran kemih.

Oka-san berteriak dari dalam dapur, suara tujuh oktafnya menggema memekik telinga, "Pelan-pelan saja Satomi-kun! Te-chan mungkin saja tidak mengerti!"

"Aku tahu itu Kohina! Tenang saja" otou-san kembali menatapku penuh arti. Manik bluenettenya yang teduh berkilat tajam penuh keseriusan. Tumben dia bisa jadi ayah sungguhan, "tetsuna.. kau tahu kan, kalau perekonomian kita sedang kri-"

"Langsung intinya saja otou-san" otou-san memandangku dengan tatapan heran. Memotong pembicaraan memang sangat bukan diriku, Tetsuna kuroko. Tapi memulai pagi dengan pembicaraan yang berat akan sangat merepotkan bukan?. Aku bergumam lagi "aku sedang tidak ingin membicarakan perekonomian"

Lelaki paruh baya bersurai biru yang sama denganku itu mengangguk singkat, "baiklah, kau telah dijodohkan." Ujarnya singkat, padat, dan tidak jelas.

Aku menatapnya datar.

Oka-san menjatuhkan pancinya.

10 detik berlalu

Aku masih menatapnya datar.

Oka-san masih mengabaikan pancinya.

30 detik berlalu

Mataku membulat.

Panci oka-san melesat dengan kecepatan 350 km/jam.

BANG!

AKU TIDAK PERCAYA!

"Sudah kubilang untuk pelan-pelan pada Te-chan, 'kan? Satomi-kuuun!"

Otou-san mengusap kepalanya yang baru saja terkena panci terbang milik oka-san, "tenang saja kohina, tetsuna pasti mengerti. Lagi pula apa yang buruk soal... perjodohan?"

"Guk!?"

NIGOU JUGA TIDAK PERCAYA!

"Tapi tetsuna itu masih polos satomi-kun!"

"Lalu kenapa kohina? Seirin high school pasti sudah mengajarkan arti kata 'perjodohan' pada tetsuna 'kan?"

"Uggh! Bukan itu masalahnya satomi-kunn! haaahh~ Terserah kau saja!"

Tidak ada seorangpun yang percaya! INI BENAR-BENAR TIDAK BISA DIPERCAYA!

Iris bluenetteku menghunjam menuntut penjelasan. Otakku berusaha memeroses sesuatu yang kedengarannya unik -kalau tak mau di bilang aneh, "pe-perjodohan?" Ujarku berusaha kalem. Berharap ini adalah selah satu skenario konyol otou-san untuk bergurau denganku. Namun, pemikiran itu rasanya harus dipendam jauh-jauh, karena sama halnya denganku, otou-san juga tidak memiliki selera humor.

Lelaki paruh baya yang duduk diujung meja yang bersebrangan denganku sekali lagi mengulang ucapan nistanya yang sangkanya sangat menghibur itu, "ya tetsuna, orang itu adalah akashi. Nama marga dari orang yang sudah kami jodohkan denganmu"

AKU MASIH TIDAK PERCAYA!

berusaha tetap bersikap logis dan cerdas, aku pun berujar "akashi?" (Otou-san mengangguk bangga) "... makhluk macam apa itu, otou-san?" (Otou-san menaikkan sebelah alisnya)

"Aku tak pernah mengajarimu bersikap sarkastik tetsuna"

Aku menghela napas berat, "Tuhan tahu aku masih muda, otou-san" ujarku sehalus mungkin. Berusaha untuk tidak menghilangkan image sopan yang keluarga ini turunkan padaku.

"Ya, tetsuna. Tapi 17 tahun sudah cukup matang untuk perjodohan 'kan?" Otou-san mengambil cangkir kopi yang tadinya masih setia bertengger di atas meja yang menjadi pemisah diantara kami. Menyesap aroma robusta yang menggelitik indra penciumannya sebelum mencumbu pinggiran cangkir itu dengan khidmat. "Lagi pula otou-san yakin kau akan menjadi pendamping wanita yang cukup baik."

Hah?

Oke, cukup.

Aku mendelik sebisa manusia bisa mendelik. Menatap lelaki paruh baya yang kini sedang mengatupkan bibirnya khas gaya bapak-bapak. Sungguh deh, rasanya seperti tinggal dirumah yang penuh dengan kera yang memakai celana dan kemeja. Atau seperti tinggal di sebuah rumah yang penuh dengan kelinci yang manggut-manggut. Kenapa sih keluarga ini tidak pernah jadi keluarga sungguhan?.

Baru seminggu yang lalu aku membawa Kagami taiga, pacarku, kehadapan otou-san untuk meminta restu. Dan sebagai jawabannya, otou-san malah menolak memberi restu dan mengusir pemuda itu dengan kasar. Lalu saat aku tanya mengapa, dia malah memberikan alasan paling tidak logis didunia, 'bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan seseorang yang bahkan tak tau menggunakan sumpit tetsunaaa!?' Dan hal berikutnya yang terjadi adalah, aku berterimakasih pada otou-san karena ia telah dengan cerdasnya mengakhiri hubungan kami.

Lalu kali ini, saat aku benar-benar sudah kehilangat 'minat' dengan yang namanya lelaki, otou-san menunangkanku tanpa meminta persetujuan apapun dariku. Dan seakan itu masih belum cukup buruk, tunanganku dalah orang yang bahkan tidak aku kenal sama sekali. Aih, dia memang Ayah sejati.

"Ehm" suara berat sang Ayah sejati ini membuyarkan lamunanku, " yang paling penting tetsuna, oka-san dan otou-san sudah sepakat untuk memindahkan sekolahmu ke SMA Rakuzan. Disana, kau bisa bertemu akashi-kunmu."

Owhh-

BETAPA AKU SANGAT TIDAK BISA PERCAYA!

Dari arah pembicaraannya saja sudah bisa ditebak, 'kan? Omongan tidak masuk akal macam apakah ini.

Baru 3 menit yang lalu ayah terpujiku ini seenaknya memintaku untuk bertunangan dengan makhluk asing. Dan sekarang, ia malah double seenaknya memindahkanku ke sekolah tempat makhluk asing itu berada.

Ya tuhan..

Ya tuhan..

Mendengar namanya disebut, oka-san yang sedari tadi di dapur berlari memelukku, "Kyaaa! Kau pasti senang 'kan Te-chan? Keluarga akashi itu keluarga terpandang loh. Jadi te-chan tidak perlu khawatir dengan masa depan Te-chan!" Hebat, sekarang giliran oka-san yang menjadi ibu sejati, "Oka-san tahu Te-chan pasti tidak sabar bertemu dengan akashi-kun kan? Tenang saja Te-chan, keluarga akashi sudah mengatur semuanya untuk Te-chan. Jadi besok Te-chan sudah bisa sekolah disana!"

Ya tuhan!

Ini benar-benar ketidak masuk akalan yang sulit di terima jiwa dan raga deh pokoknya. Bahkan di dunia 'tidakmasukakal'pun hal ini tidak mungkin terjadi. Jadi, demi menghindari situasi yang semakin absurd, aku menepis tangan oka-san dengan kasar,"aku tidak mau pindah ke Rakuzan. Aku tidak mau dijodohkan. Kenapa kalian berbuat seenaknya!?" Bentakku. Masa bodoh dengan kesopanan sekarang. Bagaimana bisa kau tetap bersikap sopan saat masa mudamu dipertaruhkan?

Kedua orang tua sejati itu melongo.

Aku menatap mereka datar, tapi menyelipkan kesinisan yang mendalam pada setiap kata-kataku, "kalau kalian berpikir aku akan menyetujui permainan konyol ini, kalian sinting."

Setelah mengatakan itu, aku berlari meninggalkan oka-san dan otou-san yang masih tetap melongo ditempat. Menaiki tangga menuju kamarku yang didominasi warna biru. Dan sepersekian detik sebelum aku menggapai gagang pintu kamar ku, aku mendengar otou-san berteriak dari bawah, "Demi pantat! Jangan berpikir bahwa sikap sarkastik dan durhaka akan membuatmu lulus EBTANAS!"

Ebtanas?

Sungguh deh, dia itu peninggalan hidup jaman batu..


Sangat jengkel. Jengkel sangat.

Aku mengurungkan niatku untuk berangkat ke sekolah. Rasanya, aku harus berterimakasih pada otou-san dan rencana perjodohannya yang tidak masuk akal, sebab, karenanyalah aku merasa cukup tertekan untuk masuk ke sekolah hari ini.

Ya tuhan, benar-benar tidak masuk akal. Aku masih ingat bagaimana otou-san mendeklarasikan kata perjodohan itu tadi pagi. Rasanya benar-benar didivonis mengakhiri masa muda. Apa lagi saat otou-san membeberkan rencana kepindahanku keRakuzan yang ternyata adalah besok. Uugh, bagaimana aku bisa tahan?

Meninggalkan seirin,

Meninggalkan seirin,

Meninggalkan seirin itu tidak mungkin! Kagami-kun, riko-san, dan semua temanku ada disana. Jujur saja, aku sangat sulit mendapatkan teman. Selain karena aku memang kurang pintar bergaul, itu juga karena hawa keberadaanku yang memang sangat tipis. Sehingga orang-orang tak pernah menyadari keberadaanku.

Selain itu, tanggunganku sebagai manager di klub basket seirin juga sangat besar. Aku tidak bisa meninggalkan klub basket itu. Selama kurang dari 2 tahun ini kami selalu bersama dan berjuang untuk menjadi no 1 dijepang. Bukankah sayang sekali kalau aku tidak bisa ikut berjuang bersama mereka?

Hah.. ini benar-benar kacau.

DOR, DOR, DOR,

"Te-chan, Te-chan, buka pintunya sayang! Maaf kami berlaku seenaknya, tapi ini kan untuk kebaikan Te-chan!" Aku dapat mendengar oka-san mengedor pintuku dengan keras. "Buka pintunya Te-chan! Ini sudah jam 8 malam dan Te-chan masih belum keluar dari kamar te-chan!? Te-chan kan belum makan.."

Ooh, ternyata oka-san mengkhawatirkanku sekarang. Tapi jengkel ya jengkel dan itu tak dapat diganggu gugat. Mana ada orang tua yang tega mencuri masa muda anaknya? Jadi maaf saja oka-san, aku tak akan membuka pintu sampai kalian membatalkan perjodohan konyol ini.

Otou-san nyeletuk, "Biarkan saja kohina, nanti dia turun sendiri.. aku yakin gadis sarkastik kita ini masih ingin lulus ebtanas"

Sayangnya, orang tua tega itu memang ada.

Dan dia berada di dimensi lain rumah ini, masih dengan argumen 'zamanbatu'nya yang sekiranya sangat mandraguna.

BANG!

Terdengar suara debangan panci untuk yang ke dua kalinya. Dan aku yakin pasti ini ulah oka-san. Siapa lagi coba yang dengan nekat melempar sesuatu kearah orang lain kalau bukan oka-sanku yang satu ini? Aku bangga padamu, ibu.

"Diamlah satomi-kun! Kau sama sekali tak bisa menjadi ayah yang baik! Kemari dan bantu aku membuat te-chan keluar untuk memakan makan malamnya!" 100 untukmu, ibu sejati. Dia memang tak akan pernah bisa jadi ayah sungguhan. Wajah dan hatinya terlalu datar untuk jadi seorang ayah. Dan suatu saat nanti aku yakin tuhan pasti akan menghukumnya karena ia telah dengan lancangnya menurunkan ke'datar'annya itu padaku.

"Nak, keluarlah nak.. oka-san sudah memasak makanan kesukaanmu dan kesukaan nii-chan mu. Apa Te-chan tidak merasa iba?"

Iba?

Salah oka-san. Harusnya oka-san bilang, '...apakah Te-chan tak merasa seperti babu?'

DOR, DOR, DOR

Dor-doran kembali terdengar.

"Te-chan, setidaknya jawab oka-san mu! Satomi-kun! Ayo bantu aku aku merayu Te-chan! Aku tak menyangka kau se cuek itu pada gadis muda mu!" Oka-san kembali memarahi otou-san, tapi aku tidak peduli. Mau otou-san yang membujuk dan menggedor-gedor pintu sambil menangis darahpun aku tetap tak kan peduli. Sudah cukup aku jadi anak baik untuk 17 tahun yang panjang ini.

"Baiklah.. baiklah kohina." Aku dengar oto-san menyahut. Mau tidak mau aku penasaran juga dengan cara apa ia akan merayuku yang mahal ini.

tap, tap, tap

Suara tatapan kaki otou-san mulai mendekat. Dan saat ini aku yakin dia sudah sampai di depan kamarku. Aku masih belum tau apa yang ia lakukan di balik pintu kamar tidurku. Tapi kedengarannya seperti-

Tuk, tuk, tuk

Suara ketukan kecil. Sangat kecil bahkan nyaris tidak terdengar.

Tuk, tuk, tuk

"Tetsuna, ayo...

Aku tak sabar ingin mengetahui kata-kata yang mana yang akan ia pilih untuk meluluhkan hatiku, mengingat ia adalah satu-satunya ayah sejati di dunia.

...jadi anak baik seperti dulu dan lulus ebtanas"

.

.
-krik

Tap, tap, tap

Dan terdengar suara kaki menjauh.

Hanya begitukah ayah sejati? Apa kau menganggapku ini babu? Kau bahkan tak menggedor pintu dengan menggebu-gebu seperti oka-san. Dan apa-apaan kata mandraguna di akhir kalimat nistamu itu, ayah?

-krik, krik

.

.

"SATOMI-KUN/OTOU-SAN! KAU MEMANG BUKAN AYAH SUNGGUHAAAAN!"

.

Sungguh! Aku tak menyangka bahwa otou-san telah berevolusi menjadi si raja tega. Rasanya sangat absurd saat menyadari bahwa ada ayah semenyedihkan itu di dunia in-Ralat! Sebenarnya aku yang lebih menyedihkan karena mempunyai ayah menyedihkan macam dia. Begitu menyedihkannya dia sampai rasanya aku tidak mempunyai kenangan indah saat bersamanya.

Tapi kalau di reka-reka lagi, rasanya tidak mungkin dulu aku pernah menyukai otou-san. Bermain ultraman dengannya dan memanggilnya ultraman cosmos. Aku ingat saat dulu otou-san pura-pura menjadi ultraman saat aku sedang merajuk padanya. Mukanya yang sok pahlawan (yang sebenarnya tetap datar) dan celana ketat yang menyembul dibagian bawah itu dulunya dapat membuatku tertawa sumringan. Tapi kalau itu terjadi saat ini, dalam detik ini, mungkin aku bakalan mati.

Siapa juga yang mau melihat lelaki paruh baya dengan fashion nyentrik kayak begitu?. Oke lupakan.

Di luar, aku masih bisa mendengar oka-san menggedor-gedor pintu dengan menggebu-gebu. Aku cukup menghargainya, tapi perkataan nista dari sang ayah sejati membuat egoku semakin meningkat. Oke, cukup. Mungkin aku akan tetap diam disini sampai besok, besok, dan besoknya lagi. Dan tepat pada besoknya lagi itu, Liputan 6 tokyo akan meliput sebuah insiden tentang seorang gadis muda di dalam kamar yang meregang nyawa karena terbunuh oleh sikap menyedihkan sang ayah yang tega menjodohkannya secara sepihak.

Ah, ya, itu akan menjadi berita yang bagus.

"Ha-ha, kurasa besoknya lagi aku akan terkenal" gumamku dengan pandangan yang mulai mengantuk. Aku terus menggumamkan hal itu sampai-sampai aku sudah benar-benar terbuai oleh bunga mimpi yang memabukkan. Dan kata terakhir untuk mengiringiku ke bunga mimpi itu adalah, "ah... ya, dadah ayah sejati"

.

.
-krik


To Be Continued

aaaa akhirnya selesai juga ^_^

nah, minnaaaa~! Maaf jika fanfic ini kurang begitu menarik ya~
Bagaimana pendapat kalian?

Doumo~


OMAKE

"hmm.. hmm.. emm.."

"huuuh, hmmm..."

suara-suara aneh menggema dari lantai 2 rumah mewah keluarga kuroko.

"Ahh.. Satomi-kun, cepat Satomi-kun..." sepasang suami istri tengah sibuk melakoni kegiatan mereka. keringat mengucur dari pelipis keduanya, tapi tak membuat sepasang suami istri ini berniat untuk menyudahi kegiatannya. "hmm, Aku sudah berusaha kohina.. tapi lubangnya tidak mau membuka"

"uhh, jangan dipaksa! beri pelumas satomi-kun, setelah itu kau baru bisa mengeluar masukkannya!"

"terlalu lama kohina, aku sudah tidak tahan lagi!" sang suami semakin berusaha memasukkan miliknya dan,

jleb

"ahhh.. akhirnya masuk juga!" erang puas sang suami diiringi lonjakan sang istri, membuat mereka puas bersamaan. "Gerakkan satomi-kunn..."

"hm...hm.. hmm "

kriet...

Sang anak yang baru saja membuka pintu kamarnya, Kuroko chihiro, terlonjak kaget setelah tidak sengaja melihat kegiatan nista kedua orang tuannya "A-Apa yang kalian lakukan?"

"Uahh, Chi-chan! maafkan kami membangunkanmu! ssstt, apa Chi-chan ingin ikut bermain?" ujar sang ibu. sementara sang ayah masih sibuk dengan kegiatan mengeluar masukkan yang sedari tadi dilakoninya.

'heh..apa-apaan...' batin chihiro. pemuda itu melongo melihat kelakuan kedua orang tuanya yang begitu nista. Sangat nista sampai-sampai chihiro dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung kembali msuk ke kamarnya tanpa berucap sepatah katapun.

bagaimana tidak?

Pemuda berwajah datar itu baru saja melihat kedua orang tuanya sedang asik bergumul didepan pintu kamar adiknya. Berusaha membuka pintu kamar itu dengan kunci serep saat sang empunya kamar sedang tertidur pulas. bagaimana tidak nista coba? privasi adiknya telah dilanggar! privasi adiknya telah dilanggar! tapi sayangnya, pemuda beriris keabuan ini memilih untuk tidak peduli...

.

.

.

cklek

.

.

"Akhirnya terbuka satomi-kuun! horeee! sik-asik-asik"

"Diam kohina!"

Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Chihiro yang selalu cuek bebek itu menyadari,

...Betapa sangat tidak masuk akalnya keluarganya saat ini.


Tadaaaa~

RnR?