CHAPTER 1 – TEMAN KAMI YANG HILANG

"Siapa mau ikut aku buat nyari Meiko teman sekelas kita yang dikabarkan hilang?" tanya seorang anak dikelas bernama Hatsune Miku yang akrab disebut Miku. Memang teman sekelasku yang bernama Meiko sudah tidak terlihat selama beberapa minggu. Keluarga Meiko juga sudah melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib. Meiko sendiri adalah anak yang cukup gampang untuk bergaul walaupun agak sedikit sensitif.

"Kamu gila ya mau nyari Meiko? Polisi aja ngga ketemu apalagi kita yang nyari!" sahut salah seorang temanku yang cukup populer dikelas. Banyak teman-temanku yang membenarkan kata-katanya. "Mending aku usaha nyari temen kita yang hilang daripada ngga usaha sama sekali!" bantah Miku. Melihat ini aku tidak kuat dan akhirnya memilih untuk mengangkat tanganku, "Aku ikut sama kamu Miku, nyari Meiko" kataku. Suasana dikelas seketika langsung hening dan semuanya melihat ke arahku. Aku yang sedang dilihati oleh teman-temanku hanya diam dan melanjutkan aktivitasku yaitu belajar.

Setelah beberapa saat hening, keheningan itu dipecahkan oleh suara Luka yang mau ikut juga untuk mencari Meiko. Pada akhirnya ada beberapa anak yang setuju untuk ikut mencari Meiko dan telah diputuskan bahwa ada dua belas anak yaitu, aku, Luka, Gumi, Aria yang biasa dipanggil IA, Neru, Miku, Kaito, Gakupo, Len, Rinto, Mikuo dan Nero. "Makasih banget buat yang udah mau nemenin aku", ujar Miku bahagia. "Lagian Meiko juga teman kita", sahut Nero. Kami semua menganguk tanda setuju atas perkataan Nero. "Apa yang kamu tau tentang hilangnya Meiko? Sampai-sampai kamu berani mencari dia", tanya Neru penasaran. "Aku mendengar kabar dari anak-anak kelas lain bahwa sebelum hari dimana Meiko hilang, dia terlihat memasuki sebuah taman hiburan di sebelah barat sekolah ini yang sudah tidak terpakai lagi. Kalau tidak salah namanya Bird Castle", kata Miku menjelaskan informasi yang sudah ia dapat. "Nama yang lucu buat sebuah taman hiburan", ujar Gakupo. "Aku setuju", sahut Len sahabat Gakupo. "Berhubung mulai besok sampai minggu depan libur, bagaimana kalau kita menyelidikinya besok? Kita berkumpul didepan gerbang sekolah, setuju?", usul Miku. Semuanya mengangguk setuju.

"Siapa yang belum datang?" tanyaku. "Sepertinya hanya kurang Gakupo dan Luka", jawab Gumi. Saat itu juga kedua orang yang kami tunggu-tunggu terlihat dari kejauhan. Maaf aku terlambat, tadi aku bangun kesiangan", kata Luka. Sedangkan Gakupo hanya mengangguk-angguk tanda jika dia minta maaf juga. "Gimana? Kalian udah siap?", tanya Miku. "Sudah dong! Udalah, ngga usah basa-basi lagi! Ayo cepetan berangkat!", kata Mikuo.

Kami berjalan ke arah barat seperti yang dikatakan Miku. "Hei, semalam aku cari di internet tentang Bird Castle itu", kata Len. "Apa yang kamu temukan?", tanya Nero yang penasaran. "Katanya, tempat itu ditutup karena terjadi pembunuhan disitu", jelas Len. "Kamu ga bohong?", tanya IA terkejut. "Aku ngga tau pastinya sih, aku cuma baca di internet", kata Len. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami sampai di taman hiburan itu, Bird Castle. Taman hiburan itu terlihat sangat kotor dan tidak terawat. "Ayo kita masuk, sebelum gelap", ajak Miku. Kami mengikuti Miku dari belakang. Saat masuk kami melewati tempat pembelian tiket yang sudah tidak terpakai, suasana sudah terasa sangat tidak enak.

Kami berjalan memutari taman hiburan itu dan akhirnya menemukan sebuah tempat seperti istana yang terlihat sangat mencurigakan. Karena mencurigakan, kami mencoba untuk masuk ketempat itu. "Gelap banget yah, mending keluarin senter aja deh bagi yang bawa", usul Rinto. IA, Miku, Kaito, Gakupo, Mikuo dan Nero yang membawa senter, sisanya tidak. Mereka menyalakan senter mereka, dan tempat itu menjadi lebih terang. Terlihat sebuah lorong yang sangat panjang entah ujungnya ada dimana. "Ayo", ajak Gakupo yang memimpin didedapan bersama Len. Kami berjalan mengikuti mereka dari belakang, semakin lama, kami semakin masuk kedalam dan tidak dapat melihat pintu yang kami gunakan untuk masuk tadi.

Setelah berjalan lumayan lama di lorong tersebut, kami akhirnya menemukan sebuah pintu diujung lorong dan kami langsung menghampiri pintu itu. Gakupo yang berada di depan segera membuka pintu itu dan menerangi ruangan itu dengan senter yang dibawanya.

"Tempat apa ini?", tanya Nero. Pintu yang dibuka tadi membawa kami ke sebuah ruangan yang cukup luas, di dalam ruangan itu kosong hanya ada dua lorong gelap. Kami memasuki tempat itu. Tiba-tiba semua pandanganku terlihat gelap dan aku merasakan badanku terjatuh.