We Can't Be Together

Chapter 1

Romance/Hurt/Comfort

GenderSwitch/OOC/Typos/Dll.

ChenMin as Main Pair, slight other pair

Disclaimer by SM Ent., their family and God.

Author : Akita Fisayu

-0-0-0-0-

"maeu gotongseuleoun.."

Seorang namja berambut hitam acak-acakan dan tinggi mendesah. Tangannya diselipkan ke dalam saku mantel hijau tua yang dipakainya. Suasana malam kota Seoul terlihat indah dan gemerlapan dari atap gedung yang dipijaknya. Sayangnya itu tidak mengobati mood buruknya sama sekali.

"Seokie-yah.. Eoddiseoyo?"

-0-

"Oppa, oppa! Irreonaa!"

Yeoja mungil berambut coklat panjang tampak sibuk memukul-mukul tubuh namja yang masih bergelung di balik selimutnya dengan menggunakan bantal.

"Yaa, Junnie..! Berhenti, eoh!" seru sang namja, suaranya masih serak. Khas orang bangun tidur. Sementara dia melindungi kepalanya dengan bantal, berharap bisa kembali ke alam mimpi.

"Shireoo! Oppa lupa hari ini ada janji penting? Eomma dan Appa memberi jabatan pada oppa bukan untuk pamer!" omel yeoja yang dipanggil Junnie itu. Bibirnya mengerucut gemas melihat oppa-nya malah berbalik tengkurap dan tidak mengindahkannya.

CLIING!

Mendadak otaknya mendapat ide yang super brilian.

".. Hiks, hiks.. Andai Xiumin eonni ada di sini.. Aku pasti bisa tenang sepagian ini tanpa perlu repot-repot membangunkan oppa... Biasanya Xiumin eonni-"

"Aissh! Iya, iya, aku bangun! Puas?"

Junnie tersenyum lebar melihat umpannya berhasil. "Sangat puass~! Chenppa lemah ya, kalau diancam memakai nama Xiumin eonni!"

Kim Jong Dae, atau Chen, mendengus mendengar perkataan yeodongsaeng-nya itu. Dia berusaha menjejakkan kakinya di lantai, kemudian menuju kamar mandi.

"Keluarlah, Junnie. Aku akan ke bawah 15 menit lagi." Perintah Chen, singkat. Junnie mengangguk.

Sebelum benar-benar keluar, yeoja manis itu menoleh pada Chen yang masih bergeming di depan kamar mandi.

"Aku tahu ini tidak akan membuatmu senang, oppa. Tapi setidaknya, cobalah sedikit demi sedikit melupakan Xiumin eonni. Dia hanya..." Junnie tersenyum miris. "Masa lalu, oppa."

Lalu Junnie menutup pintu kamar Chen dengan pelan. Sementara si pemilik menundukkan kepala, ekspresinya tak terbaca.

DUAGGH!

Tiba-tiba kepalan tangannya memukul tembok dengan keras, membuat sedikit keretakan di sana. Buku-buku jarinya sendiri memerah dan mengeluarkan darah.

"I don't need anything.. I just want my girl!"

-0-

"Woaaa, hyung! Mukamu suram sekali hari ini, ada apa?" namja tinggi berkulit milky skin nan berwajah rupawan menyambut Chen di depan gedung salah satu perusahaan Entertainment terkenal di Korea, ah, ani.. Dunia. EXO Entertainment.

"As always, Oh Se Hoon. If you may, can you out from my sight?" ketus Chen. Oh Se Hoon, salah satu artisnya, terkekeh mendengar balasan pedas itu.

"Hari ini aku free, hyung~ Jadi aku bisa merecokimu sepuasnya! Hahaha~"

Chen melotot. Sehun buru-buru mengatupkan mulut sebelum sang atasan menyemprotnya habis-habisan.

"Seharusnya aku mengorbitkanmu di China, atau Amerika." Desah Chen. "Dan aku bisa menjalankan hari-hariku dengan tenang dan damai tanpa ocehanmu." Lanjutnya, sarkastik.

"Baguslah! Kalau hyung benar-benar ingin mengorbitkanku di China, aku bisa bersama Luhan noona! Kajja, kapan aku dipindahkan ke sana!?" tanya Sehun, semangat. Xi Lu Han adalah senior yang sangat disukainya. Selain manis, sebelum debut, Luhan selalu menemaninya ke mana-mana.

"Aku bersimpati pada Luhan yang hidupnya selalu digentayangi olehmu." Komentar Chen, singkat. "Jadi, jawabannya tidak. Arraseo?"

Sehun mencibir. Dia lalu berbalik untuk kembali ke dorm, yang dihuninya bersama empat hyung-nya yang tergabung dalam satu grup, yaitu M1.

~Sekedar informasi, M1 adalah boyband terkenal yang berada di naungan agensi EXO Entertainment. Debut pada tahun 2010 dan berhasil meraih Rookie of The Year dan Best Album di tahun yang sama. Memiliki lima personel, dimulai dari Wu Yi Fan, Kim Joon Myeon, Park Chan Yeol, Kim Jong In, dan si magnae, Oh Se Hoon.~

Chen melangkah ke arah lift. Menunggunya terbuka, masuk, lalu menekan tombol menuju lantai teratas. Di mana ruangan CEO berada.

"Annyeong haseyo, Jong Dae-ssi."

Begitu sampai, yeoja cantik berwajah oriental menyapanya. Dari berkas-berkas yang didekapnya, terlihat kalau yeoja itu adalah sekretaris Chen.

"Annyeong, Lay. Kapan si tua itu akan datang?" tanya Chen tanpa berbasa-basi. Sedikit dilonggarkannya dasi yang membelit terlalu ketat. Zhang Yi Xing a.k.a Lay, nama sekretarisnya, mengamati salah satu kertas dan berkata,

"Seharusnya Soo Man-ssi sudah datang sejak 5 menit yang lalu, Jong Dae-ssi."

".. Maklum saja. Dia sudah tua, mulai membutuhkan waktu lama untuk berjalan dengan tongkat." Komentar Chen, dingin. Dia merilekskan punggungnya dengan duduk di atas kursi putar besar dan empuk miliknya.

"Tok, tok, tok." Tiba-tiba pintu diketuk seseorang. Lay cepat-cepat membuka pintu dan mempersilahkan seorang harabeoji berjas mewah masuk.

"Maaf, Kim Jong Dae. Tapi aku belum setua itu sampai membutuhkan tongkat untuk berjalan." Ucap harabeoji itu, tenang. "Aku perlu menunggu sopirku mengurus parkir di basement gedungmu yang rumit. Kau perlu merenovasi ulang tempat itu."

"Aku tidak perlu merenovasi apapun. Bukankah basement-ku menarik? Seperti labirin. Untuk orang awam, butuh waktu 3 jam agar bisa keluar." Chen menjentikkan jarinya. Mendadak layar besar muncul, dan selambu bergerak otomatis, menutup semua jendela yang ada di ruangan.

"Lay, aku mau Peppermint Tea. Dan untuk harabeoji ini, mungkin kesukaannya seperti biasa, Jasmine Tea."

Lay mengangguk. Lee Soo Man tersenyum saat sekretaris tersebut melewatinya. "Gomawo, young lady."

Chen tak mengacuhkan. Dia memainkan beberapa tombol di sebuah remote, dan muncul grafik-grafik di layar. "EXO Entertainment semakin berkembang dari tahun ke tahun. Selain sukses mengorbitkan artis-artis bertalenta, EXO Entertainment juga produktif di bidang selain dunia hiburan. Perusahaan-perusahaan cabang mulai dibangun. Dan sudah ada 4 perusahaan cabang dengan bidang berbeda-beda yang tersebar di Singapura, Amerika, Prancis, dan Iran..."

Lee Soo Man menyimak dengan serius. Matanya tajam mengawasi Chen yang sibuk mengganti tampilan layar dengan berbagai gambar.

"Dimulai dari nol pada tahun 1946, sekarang aku, Kim Jong Dae, generasi ke lima, dipercaya menduduki jabatan CEO perusahaan induk oleh kedua orang tuaku. Kim Jong Woon dan Kim Ryeo Wook. Sudah tugasku untuk semakin memperluas pengaruh EXO Entertainment. Atau mungkin lebih tepat EXO Company." Jelas Chen. Soo Man mengangguk-angguk sambil menggumamkan terima kasih pada Lay yang menyodorkan segelas cangkir Jasmine Tea.

"Tapi tentu saja EXO Company juga perlu membangun hubungan kerja sama dengan perusahaan lain. Dalam hal ini, aku menawarkan kerja sama bisnis pada perusahaanmu, SM Entertainment."

"Kerja sama apa, tepatnya, yang kau inginkan?" tanya Soo Man, tenang. Chen menimbang-nimbang sejenak.

"Kita bisa melakukan kontrak pertukaran trainee, Soo Man-ssi. Sebenarnya aku lebih tertarik mengadakan kerja sama pembuatan senjata atau apa. Tapi berhubung perusahaanmu adalah perusahaan Entertainment.."

"Baiklah. Kita juga bisa saling bertukar composer, koreografer, dan konsep band yang dimiliki." Sela Soo Man, mendapati Chen mulai berbicara formal kepadanya. Chen mengernyitkan dahi.

"Ok."

Chen menatap Lay yang lalu menyerahkan map biru pada Soo Man. "Itu surat kontraknya. Kita bisa melakukannya seminggu lagi setelah anda menanda tanganinya."

-0-

Kim Jeon Nie melonjak senang dari atas sofa melihat Chen memasuki rumah.

"Oppa, tumben kau pulang cepat!" Junnie tersenyum lebar, menampilkan gigi-gigi putih miliknya, dan menghambur memeluk Chen.

"Tapi aku tidak bisa berlama-lama, Junnie. Masih ada banyak berkas di kantor yang belum aku baca." Jelas Chen.

Junnie mengerucutkan bibir. Kentara sekali ngambek mendengar perkataan kakaknya. "Jahat sekali.. Padahal aku sudah susah payah mengambil libur dari kuliah. Ish.."

"Hahaha. Kalau kau bosan, kau bisa liburan ke manapun. Aku tidak memintamu menungguku di rumah seharian." Tanggap Chen, datar. Junnie mencibir.

"Oh ya, oppa sudah bertemu Chaerin?" tanya Junnie, tiba-tiba. Matanya berbinar.

Chen hanya diam. Tangannya mengisyaratkan pada seorang pelayan yang melintas untuk membuatkan secangkir kopi.

"Sudah bertemu belum?" desak Junnie. "Chaerin bilang dia sudah kembali dari Kanada sejak tanggal 2."

"Nan sang-gwan haji anhseubnida.." ketus Chen.

"M, mwo? Apa maksud oppa?" heran Junnie.

"Kau dengar kata-kataku tadi, Kim Jeon Nie. Aku tidak peduli dengan yeoja itu." Desis Chen. Entah kenapa dia muak jika dongsaeng-nya mulai membicarakan Lee Chae Rin, sahabat sang adik, yang kini menempuh kuliah di universitas luar negeri.

"Hajiman..." bibir Junnie bergetar. Pikirannya mendadak kalut. "B-bukankah Chaerin yeoja yang baik? Setidaknya, dia ramah dan cantik.."

"Lalu kenapa? Banyak manusia yang ramah di luar sana. Aku tidak bisa menganggap Chaerin sebagai seseorang yang spesial hanya karena hal itu." Chen mengangguk sekilas saat pelayan datang membawa baki berisi cangkir Caffe Latte.

"Dia juga punya banyak talenta di bidang musik. Cocok dengan pekerjaan oppa bukan?"

".. Wae? Kenapa kau selalu keras kepala membicarakan Chaerin di depanku? Kau tahu aku benci dia." Tekan Chen, kemudian meneguk kopinya.

"Ka, karena Chaerin sahabat terbaikku! Dia juga pernah menyelamatkan hidupku!" seru Junnie. Meski nadanya lebih terdengar seperti meyakinkan diri sendiri.

BRUUUSHH!

Chen menyemburkan cairan dari dalam mulutnya. Entah apa alasan di balik reaksinya itu. Yang jelas, itu sedikit.. Berlebihan. Sambil membersihkan wajah dan lehernya dengan tisu basah, Chen menatap tajam Junnie yang menundukkan kepalanya.

"Minseok juga pernah menyelamatkan hidupmu! Dan kau tahu? Yeoja itu beribu-ribu kali lebih baik dari seorang Lee Chae Rin! Apa kau lupa, hah!?" bentak Chen. Dia menepis kasar uluran tangan dari pelayan-pelayan yang menatapnya cemas lalu beranjak pergi ke kamarnya, membanting pintu.

"... Agassi, anda baik-baik saja?" tanya seorang pelayan pada Junnie, yang dibalas dengan anggukan lemah.

"Mianhae membuat kalian repot." Junnie memaksakan senyum. "Oppa dan aku perlu mendinginkan kepala masing-masing.. Hehe."

Yeoja manis itu berdiri dan menghubungi seseorang lewat HPnya.

"Nuga bwado naega jom jugyeojujanha

Alright..

Duljjaegaramyeon I momi seoreobjanha

Alright ..." lirik I Am the Best milik 2NE1 terdengar. Tak lama, suara seorang yeoja menyapa.

"Yeoboseyo?"

"Aah, Chaerin. Ini aku, Junnie." Ucap Junnie. Pelan.

"Waah, Junnie-yah! Akhirnya kau menelponku! Bagaimana keadaan Chen oppa di sana?" tanya Chaerin, riang.

"Oppa marah saat aku membicarakan tentangmu. Katanya dia sangat membencimu.. Bagaimana ini, Chaerin?" adu Junnie.

"..." Hening.

"... Chaerin? Yah, Lee Chae Rin!"

Terdengar hembusan napas berat. "Oppa benar-benar mengatakan hal itu? Aissh... Jinjja!"

"Lalu kau mau bagaimana?" tanya Junnie, sabar.

"Ahahaha. Pabboya. Tentu saja membuatnya jatuh cinta. Aku belum menyerah, Junnie-yah. Dan tidak akan pernah. Pastikan saja tidak ada yeoja yang memikatnya hingga aku kembali.."

"Xiumin eonni?" Junnie merendahkan suaranya saat menyebut nama itu. "Apa yang kau lakukan pada eonni..?"

Suara tawa menggema, bahkan Junnie terpaksa menjauhkan HP dari telinganya. Sesaat setelah tawa itu mereda, dia kembali menempelkan HPnya di telinga.

".. Sabar. Ini belum waktunya," jelas Chaerin, tenang. "Cepat atau lambat, kau pasti akan tahu."

"Tapi, Chaerin.. Tidakkah ini terlalu.." Junnie terdiam. "Kejam?"

Chaerin mendengus. "Apa-apaan kau ini? Kau lupa aku pernah menolongmu dari kasus bullying? Aku juga yang memberimu jaminan aman selama SMA! Cih.. Kalau ingat itu, aku jadi tertawa. Kau sangat-sangat culun dulu, hahaha!"

KLIK.

Junnie langsung memutuskan kontak. Dia tidak tahan lagi mendengarkan ocehan Chaerin. Apa luar negeri memberikan pengaruh buruk pada sahabatnya itu? Seingatnya Chaerin tidak seperti ini.. Chaerin sangat baik, selalu berada di sisinya dan melindunginya sejak kelas 10.

"Drrt, ddrrtt."

Ada SMS masuk.

From : Lee Chae Rin

Subjek : -

Hei, Junnie-yah. Kau tidak lupa janjimu, kan? Bagaimanapun, kau harus membantuku mendapatkan Chen oppa!

'... Jeongmal mianhae, oppa.. Xiumin eonni..' pikir Junnie, menghela napas. Dimatikannya HP Android itu tanpa membalas pesan Chae Rin.

-0-

Seorang gadis berpipi tembem dan memakai bando biru di poni hitamnya berkali-kali melirik arlojinya. Sesekali menoleh. Menunggu seseorang.

10 menit kemudian muncul namja berambut hitam agak cepak. Pipinya sama tembem dengan gadis itu. Namun matanya lebih sipit.

"Xiu, kau sudah lama menunggu?" cengir sang namja pada gadis yang menunggunya. Gadis yang dicengiri merengut sebal.

"Oppa lama sekali! Sudahlah.. Ayo cepat!"

"Eitss, jangan menarikku! Dan jangan berlari saat memakai high-heels seperti itu! Kau mau jatuh, eoh?" namja itu kerepotan menghadapi tingkah si gadis yang dianggapnya terlalu semangat.

"Salah sendiri..! Siapa yang menyuruh Henry oppa terlambat? Kajjaa~ Aku ingin lihat acara live M1!"

"Ya ampun, padahal yang sedang kau tarik ini salah satu personel boyband Super Junior M yang jauh lebih terkenal, lhoo! Aigoo.. Ya! Lepaskan tanganmu, Kim Min Seok..!"

Gadis yang bernama Kim Min Seok mencibir. Dia melepaskan cengkramannya pada Henry Lau, namja imut narsis yang sekarang meringis seraya mengelus pergelangan tangannya.

"Oppa percaya diri sekali, sih? Maldo andoeneun..!" ejek Xiumin, panggilan Kim Min Seok. Henry menjitak kepala yeoja yang sudah dianggapnya adik sendiri itu.

"Kau sudah berani mengejek oppa-mu, heh? Kita sudah terlambat ke acara, jadi bagaimana kalau kita jalan-jalan saja? Toh, kau bisa melihat rekaman videonya di YouTube, kan?" ujar Henry, lalu berbalik dan berjalan santai. Meninggalkan Xiumin yang mengaduh mengusap kepalanya.

"Mochi oppaaa!"

Xiumin mengejar Henry yang segera berlari sambil tertawa. Untung jalanan sedang sepi dari kendaraan maupun pejalan kaki. Keduanya bebas berlarian.

~Kim Min Seok adalah trainee di SM Entertainment. Dia sudah menjalani training 1 tahun, dan dekat dengan para artis senior SM Ent. Karena kesupelannya. Paling dekat dengan Henry Lau, magnae Super Junior M, disebabkan keduanya sama-sama imut, mendapat panggilan makanan (Henry = Mochi, Xiumin = Baozi), dan memiliki hobi sama, makan. Xiumin tinggal sendiri. Terkadang Henry menginap di rumahnya.~

BUKK!

Xiumin menabrak punggung Henry yang tiba-tiba berhenti berlari dan mematung. Seraya mengelus hidungnya, Xiumin melongok dari balik bahu Henry, mencari penyebab Henry berhenti.

"Eh... Nuguseyo?" gumam Xiumin, melihat seorang pria paru baya turun dari mobil mewah dengan sopir yang membukakan pintu untuknya.

"Itu Lee Soo Man. Masa' petinggi agensi sendiri saja kau tidak tahu?" bisik Henry. Dia berbalik, tidak memiliki niat menyapa sang atasan, lalu menyeret Xiumin ke arah lain.

"Jeongmal? Kenapa tidak menghampirinya? Aku ingin tahu kapan akan diorbitkan!" seru Xiumin, antusias. Sedikit memberontak saat Henry mencengkram lengannya dan menyeret.

".. Lebih baik tidak usah berurusan dengannya." Ucap Henry, memandang Xiumin yang masih menatapnya protes. "Dia hanya orang tua yang licik dan tidak punya hati."

Xiumin tertegun. Ekspresi Henry ambigu saat mengatakannya. Marah, benci.. Atau kasihan.. Entahlah. Yang tidak bisa dipahami adalah, emosi bernama kasihan yang ikut tercampur di dalamnya.

"Oppa baik-baik saja?"

Hening..

"Nee! Tentu saja. Ah, bagaimana kalau aku mentraktirmu es krim? Cuaca panas! Kajjaa..." Henry tersenyum lebar, membuat Xiumin mau tak mau ikut tersenyum.

"Benar nih oppa yang mentraktir? Yaksok?" tanya Xiumin akhirnya.

"Yaksok!"

"Kalau begitu aku mau es krim Blueberry, Chocomint, Melon dan Rainbow Flavor, oppa!"

"Eeh.. Perutmu itu terbuat dari apa, sih? Pilih salah satu saja..! Yeoja sepertimu tidak boleh gendut,tahu!" Henry memeletkan lidah.

"Kan oppa sendiri yang bilang mau mentraktir? Pokoknya aku mau es krim itu! Oppa sendiri artis, harus menjaga berat badan!" balas Xiumin tak mau kalah.

2 orang ini terus saja berdebat seperti anak kecil hingga sampai di depan kedai es krim. Akhirnya Henry mengalah karena Xiumin mengancam akan menangis seharian.

"Kau ini merepotkan sekali, sih..." keluh Henry, disambut cengiran khas Kim Min Seok. Lalu keduanya masuk.

Henry langsung mengantri untuk memesan, sedangkan Xiumin memilih tempat duduk. 2 sofa agak panjang plus tinggi berhadapan dengan meja di tengahnya, dan bersebelahan langsung dengan kaca kedai. Sambil menunggu Henry –untuk kedua kalinya- Xiumin mengamati pemandangan di luar. Kedai es krim ini berseberangan langsung dengan sebuah taman, yang mulai dipenuhi banyak orang.

Xiumin memejamkan matanya. Dia teringat akan kenangannya di taman itu. Bersama seorang namja..

".. Hoi! Melamun saja!"

Sentakan Henry mengagetkan Xiumin. Tanpa basa-basi, Henry bergegas duduk di depan Xiumin dan menyorongkan baki berisi beberapa mangkuk besar es krim ke tengah.

"Cih, oppa sama saja! Membeli banyak es krim!" cibir Xiumin. Henry hanya tertawa serta mengacak rambut yeoja mungil di depannya, gemas.

Xiumin tidak peduli. Dia mengambil mangkuk-mangkuk berisi es krim miliknya. Rupanya Henry memesan es krim yang sama dengannya.

"Itada kimasu..."

Henry mengucapkan selamat makan dalam bahasa Jepang. Yang dibalas girang oleh Xiumin.

"Mari makan~!"

-0-

Chen memukul setir mobilnya keras. Emosi. Sehun yang duduk di kursi sampingnya menoleh bingung.

"Kau kenapa lagi, sih, hyung? PMS yah..?" tanya Sehun, polos. Demi mendengar itu, Chen melemparkan death glare terbaiknya pada Sehun.

"Bicara sopan pada atasanmu, Sehun." Tukas Chen, dingin. "Dan lagi, aku namja. Bukan yeoja, arraseo!?"

Sehun mengangguk cuek. Dia kembali berkutat dengan HPnya yang menampilkan pesan-pesan dari Luhan. "Ngomong-ngomong, kita mau ke mana, hyung? Kau mau menculikku? Ishh... Aku tidak menyangka kau seorang fans fanatik, hyung."

SREETTT!

"Yaa, appo!" ringis Sehun. Telinganya memerah akibat jeweran Chen.

"Bisa tidak, sih, mulutmu menahan diri dan mengucapkan hal-hal manis saja?" keluh Chen. Dia agak menyesal telah memaksa Sehun ikut bersamanya. Aish..

"Hiii! Aku merinding membayangkan diriku –SENDIRI- mengatakan ucapan-ucapan manis padamu, hyung." Sehun merinding.

"Ya jangan dibayangkan." Ketus Chen. Kemudian memutuskan memarkir mobilnya di sebuah kedai es krim. Sehun yang menyadari itu langsung berbinar-binar.

"Kyaaa! Kita akan makan es krim? Jeongmal? Hyung, kau tampan dan baik sekali, dehh~"

...

...

Sehun dan Chen berpandangan untuk beberapa saat. Beberapa detik kemudian ekspresi keduanya menunjukkan gejala-gejala ingin muntah.

"Lebih baik aku mendengarmu berbicara tidak sopan daripada mendengarmu merayuku seperti itu.." ujar Chen, sarkastik.

"Yaikss, siapa juga yang mau merayu namja datar sepertimu, hyung? Lebih baik aku tidak bertemu Luhan noona setahun daripada menggombalimu." Sehun mengernyitkan dahi. "... Ani, ani! Lebih baik aku dibully hyungdeul daripada menggombalimu, hyung! Mana bisa aku tidak bertemu Luhan noona selama setahun!" Ralatnya.

"..."

Chen akhirnya benar-benar muntah di balik semak-semak. Tidak mengacuhkan Sehun yang menatapnya horror.

Kedua namja itu baru memasuki kedai es krim setelah Sehun memukul-mukul punggung Chen dengan tujuan membantu melancarkan pembuangan isi lambung atasannya. Yah.. Itu tujuan 'baik'nya...

Di depan kasir :

"Kau mau apa, Hun?" tanya Chen, malas.

"Serius nih, hyung?" Sehun malah membulatkan matanya. "Jadi aku tinggal duduk manis sementara hyungie memesan dan membayar? Owhh.. Aku terha-"

"Cepat sebutkan pesananmu, cerewet!" potong Chen. Berusaha menyabarkan dirinya menghadapi tingkah magnae satu itu.

"Aissh, arra, arra.. Aku mau rasa Bubble Tea."

Dan Chen benar-benar menyerah menghadapi seorang Oh Se Hoon. Seraya memijat-mijat keningnya, Chen memberi isyarat pada Sehun agar dia yang memesan. Sehun hanya memasang tampang ._.v

"Aku janji akan memijat kepalamu nanti, hyung!" sahut Sehun sebelum Chen makin menjauh, mencari tempat duduk yang nyaman.

Begitu mendapatkan tempat duduk enak, Chen langsung duduk dan bersandar. Tanpa menyadari bahwa seseorang yang telah lama dicarinya ikut bersandar di baliknya. Kalau saja tak ada sandaran sofa tinggi yang menghalangi, punggung keduanya pasti saling menempel.

Orang itu adalah Xiumin.

Lima menit kemudian...

".. Chen hyung~! Ini pesanannya. Kau ingin es krim Jeruk, kan?" teriak Sehun riang sembari menghampiri Chen. Di saat bersamaan, Henry meledek mangkuk es krim Xiumin yang sudah kosong.

"Cepat sekali habis! Hati-hati gendut, lho, Baozi Xiumin..!"

DEG

Baik Xiumin maupun Chen langsung saling menoleh ke belakang. Berusaha meyakinkan pendengaran mereka.. Namun yang didapati keduanya hanya sandaran sofa berwarna merah.

Sehun heran melihat tingkah Chen. "Hyung... Ya ampun, kau kenapa lagi?"

Henry ikut bertanya penasaran. "Ada serangga ya, Min?"

"Ah.. Ani, geunyang.." elak ChenMin bersamaan. Masing-masing kini kembali menunduk. Chen mengaduk-aduk es krim bekunya, sementara Xiumin memutar-mutar HP miliknya.

'Tuhan.. Apa aku berhalusinasi tadi?' batin ChenMin. Lesu.

-0-

Sesudah memastikan Sehun sampai dengan selamat di dalam dorm, Chen melepaskan rem tangannya dan melajukan mobil.

Pikirannya kalut. Di kedai es krim tadi dia jelas-jelas mendengar nama Xiumin disebut. Rasa rindu dan ingin tahu langsung membuncah di dadanya. Tapi Chen terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya tak bisa melihat yeoja-nya itu. Seujung jari pun..

Chen kembali mengebut gila-gilaan di jalan raya yang beranjak gelap.

.

Junnie menunggu Chen yang pulang larut di ruang tengah. Tubuhnya terbalut piyama bermotif hati. Rambut coklatnya yang dikepang terkadang bergerak gelisah.

"Oppa.. Cepatlah pulang.." gumam Junnie, cemas.

TIIN, TIIIINN..

Terdengar suara klakson mobil Chen. Junnie bergegas menuju jendela dan melihat satpam sedang membukakan pagar agar bisa dilalui mobil kakaknya itu.

"Oppa, oppa!"

Junnie berlari menyongsong Chen yang terlihat kusut. "Oppa, gwenchana?"

"Jangan ganggu aku, Junnie. Aku mau istirahat.." tukas Chen. Suaranya lemah. Kentara sekali malas berbincang dengan adiknya.

"... Nee. Tapi besok aku ingin bicara serius denganmu, oppa. Karena ini juga melibatkan Eomma dan Appa.."

".. Ini tentang Xiumin eonni..."

-Continued-

Akita : Annyeong..~ Akita balik lagii... Dengan ff baru lagi... *digetok. Ehehee, ide membuat ff ini tercetus begitu ajaa.. Mianhae yaa, untuk readers yang nungguin ff Complicated Love sama Assasin vs Soldier.. Ciyus, Akita udah nulis chapter baru! -_-v

- maeu gotongseuleoun : rasanya sakit sekali

- Nan sang-gwan haji anhseubnida : aku tidak peduli

- Maldo andoeneun : menggelikan

- Ani, geunyang.. : tidak, tidak apa-apa..