Annyeong ~
Perlu diingat, pairingnya YoonMin vs KookMin (Jimin Uke) jadi saya ga jamin cerita ini pairingnya berat ke mana, ntah YoonMin ntah KookMin atau ada kemungkinan lain hehe.
Ntar kalo udah diakhir chap 1 mungkin kalian nyadar k mana arah ceritanya. Jujur, sbenernya idenya muncul tiba2, well pas lagi nulis baru nyadar kayanya Such a Liar ini terinspirasi dr sesuatu, saya lupa terinspirasi dr mana. Ntah dr komik? Ntah dr novel? Ntah dr film? Ntah dr drama? Kalo ada yg tau tolong kasih tau aku ya...
Well, selamat membaca (^-^)
.
.
Such a Liar
Sejenak Yoongi menatap lekat jendela di sampingnya. Untuk beberapa saat matanya begitu terfokus pada langit cerah yang terbentang luas menaungi Seoul. Tampak ia memikirikan sesuatu, sesuatu yang tentunya tidak berhubungan dengan kelas filsafatnya pagi ini. Tersenyum simpul, Yoongi kembali melanjutkan catatannya. Kembali menyimak baik-baik ucapan dosen meski sesekali pikirannya masih teralih oleh hal yang akan terjadi malam nanti. Hal yang sangat luar biasa ia harapkan meskipun mungkin terlihat remeh bagi orang lain, bahkan membuat Yoongi yang biasanya tertidur di kelas cukup bersemangat menjalani hari.
Hari ini masih tanggal 17 Desember, namun entah mengapa Yoongi ingin memberi kejutan natal lebih cepat. Untuk pertama kalinya Yoongi akhirnya bisa membelikan sesuatu yg mahal untuk adik kesayangannya.
Dari sore nanti ia akan ke butik di Jln. Gangnam bersama adiknya. Setelah lama menabung, malam nanti ia akan dgn bangga mengatakan 'pilih apa saja yang kau mau' atau 'oppa sedang baik hati sekarang' ataupun 'aku akan membelikan makan malam yang sangat enak untuk perut gembulmu'.
.
.
"Oppaaaa!"
Yoongi mendongak, ia tersenyum kecil pada seseorang yang tengah berlari ke arahnya. Seseorang yg lebih muda dari Yoongi dgn pembawaan riang dan ceria. Larinya semangat sekali, dua kali ia terpeleset dan nyaris terjatuh, membuat Yoongi cepat menyusul dengan tatapan khawatir dan desahan panjang.
"Dasar. Jangan berlari di tengah salju begini, bodoh,"ucap Yoongi memperbaiki syal putih sosok yg kini tersenyum sangat manis untuk Yoongi.
"Hehe, habis sudah lama Oppa tidak mengajakku keluar. Aku senang sekali. Biasanya oppa sibuk parttime, kan."
Yoongi tersenyum. Lalu keduanya mengobrol ringan sambil menunggu bis.
"Kita akan ke mana oppa?"
"Hmmm. Lihat saja nanti."
"Hooooo."
"Apa?"
"Oppa menyiapkan sesuatu untukku!"
"Ge er sekali kau."
"Lalu?"
"Lihat saja nanti."
Bus akhirnya datang, Yoongi bergegas naik duluan dgn tangan kiri menjulur ke bawah dan ekspresi remeh untuk adiknya, "mari aku bantu, nona."
"Oooppa!"
.
.
"Tae Hee, sejak kapan seleramu berubah?"tanya Yoongi di sela-sela suapan steiknya.
"Eh?"
"Biasanya kau suka mantel Princess berwarna cerah dan boot slouchy, kan? Kau malah memilih Duffle hitam lurus dan boot model work tadi,"lanjut Yoongi.
"Aku sedang ingin merombak fashionku, oppa,"jawab seseorang bernametag Tae Hee yg duduk di depan Yoongi dgn nada bangga, "aku ingin menciptakan image baru, hehe."
Yoongi malah menghembuskan napas, bergerak mengambil tissue dan menyeka mulut adiknya yg belepotan saus, "image baru dgn kecerobohan dan kekanakan yg tak juga berubah, begitu?"ujarnya merendahkan.
"Kan masih proses oppa!"
"Iya, iya."
"Oppa."
"Ne?"
"Oppa tidak lupa menyiapkan hadiah untuk Ayah, kan?"
Yoongi menahan garpunya sebentar. Ekspresinya langsung berubah. Dengan pandangan tajam ia kembali melahap makanannya, "aku tidak perlu repot-repot menyiapkan sesuatu untuk org brengsek seperti dia,"ujarnya dingin tanpa melihat adiknya.
"Oppa..."
"Sudah. Kita bicarakan yg lain saja. Ngomong-ngomong seharian ini orang-orang selalu memandang aneh k arahmu. Bahkan saat di butik tadi kulihat ada yg berbisik-bisik sambil menatap geli."
"Mungkin karena aku terlalu cantik, hoho."
"Atau aku yang terlalu tampan untuk menjadi oppa-mu."
"Haha. Mereka hanya iri dgn kemesraan kita berdua, oppa."
"Di bis aku sempat mendengar dua siswi SMU membicarakan kita. Apa yg di bus dan di butik itu kenalanmu?"
"Ani."
"Lalu?"
"Ntahlah. Oppa salah lihat dan salah dengar mungkin."
"Hei, tak ada yg kau sembunyikan, kan?"
"Ani. Ah! Oppa, sebentar lagi asramaku akan di kunci."
Cepat Yoongi mengikuti adiknya melihat jam tangan, "kau benar, padahal aku sengaja memesan banyak menu. Kau sih terlalu lama pilih pilih barang, waktu makan malam kita jadi berkurang."
"Agh! Satu potong steik saja belum sempat kita habiskan, oppa."
"Bungkus. Menu lainnya bagi untuk teman-teman kamarmu."
"Ani. Untuk oppa saja. Bawa ke rumah saja."
"Kau ingin dia memakan ini?"
"Ne."
"Lupakan."
"Oppa, baru kali ini kita bisa makan makanan seenak ini..."
"Tae He,"Yoongi menatap malas adiknya.
"Baiklah. Huh! Kalo aku gendut, oppa yg salah!"
"Haha. Iya, iya."
.
.
"Makan yg teratur."
Yoongi mengangguk kecil.
"Jangan bekerja terlalu keras."
Kembali Yoongi mengangguk kecil.
"Jaga kesehatan oppa baik-baik."
Lagi, Yoongi hanya mengangguk kecil.
"Istiharat yg cukup. A! Ani, yg ini tidak usah aku ingatkan, oppa pasti sering tidur di kelas, kan."
Kali ini Yoongi tersenyum lembut pada adiknya.
"Oppa."
"Ne?"
"Hari ini terima kasih banyak. Mengajakku keluar. Membelikanku mantel dan sepatu yg sangat bagus. Aku akan menjaganya baik-baik. Lalu makan malam hari ini enak sekali! Nanti akan aku ceritakan bahwa oppa-ku yg dingin dan sering mengejekku ini ternyata oppa yg terbaik! Teman-temanku pasti sangat iri, hehe."
"Hei, siapa yg dingin dan sering mengejekmu, bodoh."
"Kau seperti itu oppa!"
"Iya, iya. Nah, kita sudah sampai. Masuklah. Rajin-rajin belajar. Dengan otak yg kau punya kau mustahil akan lulus tanpa berjuang mati-matian."
"Huh! Memangnya aku sebodoh itu apa! Aku masuk dulu, semoga oppa jatuh karna salju!"
Yoongi tersenyum kecil melihat adiknya berlalu dgn wajah ngambek, "Tae He ya,"panggil Yoongi mengambil beberapa langkah ke tempat adiknya yg berhenti untuk menunggu Yoongi mengucapkan sesuatu.
Yoongi hanya membelai lembut kepala adiknya. Setelah adiknya membalas dgn senyuman termanis, Yoongi pun berlalu pergi. Meninggalkan adiknya yg perlahan kehilangan senyum dan menatap sendu ke arah Yoongi.
.
.
Jimin merebahkan dirinya ke kasur putih penuh bantal. Fisiknya tak terlalu letih, namun wajahnya menampakkan lelah yang luar biasa. Mendesah panjang, Jimin menatap hampa langit-langit kamar. Kamis ini, lelaki berumur 19 tahun itu menjalani hari yang jauh lebih berat dari biasanya. Cukup lama ia terdiam tanpa melakukan apapun, lalu perlahan membalikkan badan ke arah kanan.
Salah satu sudut kamar menjadi fokus Jimin. Tatapannya sulit diartikan. Seolah-olah apa yang ia lihat itu adalah salah satu penyebab terbesar kepenatan psikologinya. Setelah lama, akhirnya Jimin menutup erat kedua mata, mencoba agar bisa tertidur, memilih untuk tidak lagi ambil pusing pada dua shopping bag yg masing-masing berisi boot model work dan mantel Duffle berwarna hitam.
TBC
Gamsahamnida! Yang udah baca sampai sini
Tolong kasih review yaaaaa ^.^
