.
.
.
Pesawat Kertas
by no-pinkuhime
.
Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
..
...
Chapter 1
Semester baru telah dimulai, Haruno Sakura sebagai mahasiswi semester dua jurusan sastra prancis juga merasa antusias. Gadis itu menyeret koper merah muda miliknya dan saat dia membuka pintu pagar, ponselnya bordering.
"Halo? Ibu? Iya, iya, aku sudah sampai di kos," ujarnya sambil menghentikan langkahnya. "Mmm mungkin aku akan menyusun barang-barangku dulu. Iya, aku akan menelpon Ibu setelah aku sudah selesai. Iya, iya. Bye."
Sakura menatap ke sekeliling dan berseru saat menemukan seseorang di sudut halaman. "Paman Kakashi!"
Pria yang berusia sekitar dua puluhan tahun itu menoleh.
Sakura segera menghampiri Kakashi yang sepertinya sedang merapikan taman miliknya. "Selamat sore."
"Ah ternyata kau, Sakura," kata Kakashi. "Aku pikir kau akan datang besok pagi."
Sakura tersenyum sambil menggeleng. "Aku ingin menyusun barang-barangku terlebih dahulu, kau harus tahu kali ini barang-barangku lebih banyak dari yang kemarin."
"Tentu saja seharusnya begitu! Kau sudah semester dua sekarang," kata Kakashi sambil tertawa. "Kau sepertinya kelelahan setelah perjalanan jauh dari Suna, kunci kamarmu ada di tempat gantungan kunci seperti biasa, selamat beristirahat."
"Oh, kau mengusirku?" gurau Sakura sambil memajukan bibirnya. "Padahal aku masih ingin mengobrol denganmu."
Kakashi tertawa dan mendorong gadis itu ke arah pintu masuk.
Sakura akhirnya mengalah dan kembali menyeret kopernya. Setelah mendapatkan kunci kamarnya, dia segera naik ke lantai tiga tempat kamarnya berada. Kamar bernomor 7.
Sore ini kos begitu sepi, mungkin banyak yang belum kembali, pikir Sakura. Sakura hanya mendengar lantunan lagu western samar-samar dari bangunan sebrang, kos para pemuda. Ya, Kakashi memang memisahkan bangunan kos laki-laki dan perempuan, tujuannya agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kakashi bahkan menetapkan jam malam di mana batas waktu perempuan dan laki laki saling mengunjungi kos mereka.
Sakura membuka kopernya dan mulai menyusun pakaian dan peralatan kuliahnya di lemari dan meja. Kamarnya masih sama seperti yang tiga bulan yang lalu dia tinggali. Ruangan tak terlalu besar dengan cat warna merah muda, ranjang berukuran sedang, pendingin ruangan yang masih berfungsi juga sebuah kamar mandi di dalam.
Sakura memang telah menyewa kos ini selama dia kuliah, jadi sudah dipastikan kamar nomor 7 ini hanya miliknya seorang sampai dia lulus nanti. Dan Sakura merasa sangat bahagia dengan letak kamarnya. Menurutnya letak kamarnya sangatlah strategis, kamar paling ujung di lorong dan paling dekat dengan dapur umum. Jadi dia bisa melihat jalanan atau matahari yang tenggelam dengan mudah. Begitu juga saat memasak.
Saat Sakura meletakkan sepatu miliknya di rak sepatu di depan kamarnya, pandangannya tak sengaja menangkap kamar nomor 6. Kamar di seberang sana, kamar milik kos pemuda. Sakura selalu penasaran siapa pemilik kamar tersebut. Perlu diketahui, Sakura berteman baik dengan semua teman kosnya dan hapal di luar kepala penghuni-penghuni kamar kos serta nomor berapa kamar kosnya. Namun untuk 'Tuan kamar nomor 6' adalah sebuah pengecualian.
Sakura hanya sekali-kali melihat pemuda tersebut. Itu pun saat pemuda tersebut sedang berjalan tergesa-gesa seperti akan terlambat pergi ke suatu tempat. Sakura hanya mampu mendeskripsikan bahwa pemuda itu berpostur tegap tinggi dengan kulit putih nyaris seperti salju, hidungnya mancung dan penampilannya selalu rapi.
Sakura segera mengabaikan rasa penasarannya yang kembali itu dan mengingatkan pada diri sendiri bahwa masih banyak barang-barang yang harus dia susun. Kamar nomor 7 kembali tertutup.
.
.
.
"Jadi kapan kau kembali?" tanya Naruto. Pemuda pirang itu sedang bertanya pada pemuda berambut hitam yang sedang memainkan ponselnya. "HEI SAI! AKU SEDANG BERBICARA PADAMU!"
"Oh?" Sai mendongak. "Ah, kenapa?"
Naruto mendengus. "Kau sebenarnya berencana kembali tidak sih?"
"Ke mana?"
"Tentu saja ke kamar kosmu!"
"Entahlah."
Baru saja Naruto ingin memukul kepala Sai saat semangkuk popcorn dilemparkan di pangkuannya. "Hei, Sasuke! Jangan lempar-lempar makanan!"
Sasuke mengangkat bahu. "Tidak usah repot-repot menyuruh Sai pulang, dia akan kembali setelah semester baru dimulai. Dia juga butuh uang jajan dari orangtuanya."
"Oh yeah, benar sekali," ucap Naruto sambil memasukkan popcorn ke dalam mulutnya. "Seorang fotografer memang membutuhkan uang, maka dari itu selesaikanlah masalahmu dengan kedua orangtuamu dan kau bisa menikmati hidup kembali di kos tanpa merasa gengsi."
Sai mendecak.
"Lagi pula, mau sampai kapan kau tinggal di rumah Naruto, eh? Bukannya kau pernah memberitahuku bahwa ada gadis cantik di kos perempuan, lebih baik kau mencoba peluang untuk mendekatinya dari pada tinggal bersama Naruto yang jelek ini di sini," kata Sasuke.
"Wah kali ini mulutmu berbicara panjang lebar dan kurang ajar, tapi aku memaafkanmu karena kau mencoba membantuku mengusir dia," timpal Naruto.
Sasuke menyeruput tehnya. "Yap, sama-sama."
"Sudahlah, tak usah mencoba membujukku. Juga tentang gadis itu, aku tak ingin mengencaninya," respon Sai datar.
"Oh benarkah? Jika tak ingin kenapa kau sangat sering membahasnya, hm? Apa panggilannya? Gadis cantik dari kamar nomor sembilan?" goda Naruto.
"Kamar nomor tujuh, Bodoh," koreksi Sasuke.
"Ya itulah pokoknya."
Sai mengabaikan kedua sahabatnya dan kembali sibuk dengan ponselnya
.
.
.
tbc...
Author Bacot's Area:
Halo! setelah sekian lama hiatus nopi kembali yeay^/^ karna kesibukan rl seperti ulangan tiep hari, akhirnya ngga bisa selalu upload fic. tapi masih disempetin main sosmed WKWKWK. tapi tetep masih nulis kokk, draft ga uelas banyak banget di laptop dan rencananya sih bakal mendebutkan diri di ao3 dan wattpad. doain yaa! bakal balik ke ffn demi anime aja, ao3 untuk khayalan bias koriyah, wattpad untuk percobaan buat menghasilkan novel (tokohnya pake nama rl gitu huehe)
by the way adakah dari kalian yang mau menebak jalan cerita ff ini dari chapter pertama dulu/? kalo ngga juga gapapa aku tau aku underrate /nangis di pojokan/
jangan lupa reviewnya ya! i whoof u!
18.03.2018.
nopi.
