Konnichiwa ^^ Hajimemashite, minna-san! Henny desuu~ Henny newbie di sini, dan ini fanfic NaLu pertama Henny :D Mohon bantuannya, ya minna-san! Yang bisa diwujudkan dengan Review dan PM ke akunku XD Dan yang pasti baca FF yang aneh dan gajelas ini ._. Ehehe, sekali lagi yoroshiku onegaishimasu!
Yok, kita langsung mulai aja!
Disclaimer : Hiro Mashima
Genre : Friendship, Music, School, Romance
Pairing : Natsu x Lucy (NaLu)
Rated : T
Summary : Lucy Heartfilia dipindahkan ke sekolah bergengsi Fairy International High School, yang sembarang orang tidak bisa masuk. Di sinilah ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Natsu Dragneel, anggota Klub Musik Klasik sekolah dimana member-membernya adalah orang-orang terkenal dan terpandang satu sekolah. Apa yang akan dilakukan Lucy ketika tiga orang dari anggota klub tersebut sama-sama menambatkan hatinya pada dirinya?
Matahari terbit menampakkan cahayanya di muka bumi, menyapa semua orang yang baru bangun dari tempat tidurnya, atau mungkin bagi sebagian besar orang yang masih meringkuk di kasur, cahaya itu adalah pengganggu tidur mereka. Tetapi dapat kita lihat di sebuah rumah kecil yang hanya diisi dua orang, dan semuanya adalah perempuan.
Terlihat perempuan pertama duduk di kursinya, mesin jahitnya di atas meja berbunyi saat ia menusukkan jarum-jarumnya pada kain yang hendak ia jadikan pakaian. Perempuan lain yang adalah putrinya, nampak berdandan di kamarnya, bukan berdandan dalam arti ingin ke pesta, nyatanya ia hanya mengoleskan hand body ke tubuhnya, serta krim wajah dan bedak agar panas matahari siang nanti tidak membakarnya. Ia lalu mengikat rambutnya dengam style ponytail di sisi kanan rambutnya, merapikan seragam dan dasinya. Gadis itu hendak menuju sekolah.
Tak lama kemudian, perempuan itu menuruni tangga dan menyapa ibundanya. "Ohayou gozaimasu, okaasan," ujarnya. Sang ibu tersenyum dan segera membalas. "Ohayou gozaimasu, Lucy.."
Sekarang, kita telah mengetahui nama gadis itu, Lucy. Ia mendekati ibunya ketika melihat apa yang beliau kerjakan. "Perlu bantuan?"
"U-Um," Sang ibu menggeleng. "Kau pergilah ke sekolah. Hari ini hari pertamamu di sekolah yang baru kan? Ibu tidak ingin mereka sudah menimbulkan kesan jelek terhadapmu, hanya karena kau terlambat pagi ini."
"Ibu.."
"Sudah. Ibu bisa lakukan ini sendiri, kok. Ibu tidak apa. Pergilah dan belajarlah sebaik-baiknya, ya! Bertemanlah dengan banyak orang!"
Lucy tersenyum mendengar nasihat ibunya. "Ibu jaga kesehatan ibu, ya. Jangan sampai sakit. Hati-hati terhadap orang asing."
"Ya, ibu mengerti."
Lucy berbalik, berpamitan pada ibunya. "Ittekimasu!" Kemudian, ia melesat pergi keluar rumah, menutup pintu gerbang dan terjun ke jalan raya.
Ibunya tersenyum. "Itterashai."
Inilah kehidupan Lucy Heartfilia, gadis berusia 17 tahun yang memiliki rambut blonde dan mata beriris cokelat sama seperti ibunya. Gadis ini hidup mapan sampai akhirnya harus bangkrut karena ayahnya yang meninggal karena sakit tidak meninggalkan ia dan ibunya warisan satu pun, jadi terpaksa sang ibu menjual rumah agar bisa melanjutkan hidup. Walaupun tidak lagi mapan, namun Lucy dan ibunya hidup cukup layak. Ibunya membuka usaha toko jahit sekarang, dan meski tidak banyak yang datang atau memesan baju, handuk, dan sebagainya, penghasilan sang ibu cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari.
Soal biaya sekolah, ibu Lucy tak perlu memikirkannya, karena Lucy baru saja mendapatkan beasiswa dari sekolah barunya. Ia sebenarnya baru masuk kelas 2 SMA, namun sekolahnya yang dulu mendorong Lucy untuk melanjutkan pendidikan di sekolah yang lebih bagus. Memang, sekolah lama Lucy tidak begitu bagus dan tidak mengadakan program beasiswa, sehingga ibunya harus keluar uang saat itu.
Prestasi Lucy memang tidak bisa dianggap remeh, terbukti nilai akademik, olahraga, dan keterampilannya, semua hampir mencapai nilai sempurna. Belum lagi dalam bidang kesenian, Lucy yang belajar menyanyi dan bermain piano serta flute mampu memukau dan menyentuh hati orang banyak dalam pentas sekolahnya dan lomba-lomba. Sekolah barunya itu menerimanya dengan beasiswa penuh, artinya ia tidak perlu membayar sampai ia lulus.
Sekolah barunya adalah Fairy International High School, sekolah elit di kota Magnolia yang tidak sembarang orang bisa masuk. Sekolah yang umurnya sudah hampir kepala lima ini sudah terbukti memiliki kualitas pendidikan yang bagus, guru-guru berpengalaman, terakreditasi A, dan letaknya yang strategis. Yah, mungkin kurangnya hanya satu: biaya.
Lucy berjalan santai ke sekolahnya, tersenyum penuh arti. Kuharap semua orang mau berteman denganku! Ah, aku tidak sabar bertemu mereka dan melihat suasana sekolah ini! Aah, aku tidak percaya aku masuk sekolah el..
BRAKK!
"ADUH!"
Belum-belum Lucy sudah menabrak seseorang yang lari dari arah berlawanan. Keduanya pun terjatuh dan terduduk di aspal jalan raya yang keras. Rupanya yang ditabrak Lucy tadi adalah seorang laki-laki.
"M-Maaf.." sahut Lucy mengelus kepalanya.
"Ah ya, tak apa.. Salahku juga."
Pemuda itu ikut mengelus kepalanya, yang ditumbuhi hutan lebat berwarna pink salmon. Ia tersenyum paksa menertawakan kecerobohannya, lalu kembali menatap kedepan sekaligus melihat gadis yang ditabraknya. Perlahan, matanya terbuka lebar mengetahui siapa gadis itu sebenarnya.
"Tidak mungkin.. L-Lucy!?"
Mendengar namanya disebut, Lucy segera menjauhkan tangan dari kepalanya, menatap orang itu. Dan seperti yang telah diduga sebelumnya, ternyata Lucy juga mengenal pemuda tersebut.
"N-Natsu!?" Matanya lebar.
"WAA!" keduanya sama-sama berdiri, menunjuk satu sama lain dengan jari telunjuknya. "Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Lucy kaget. "Seharusnya itu pertanyaanku!" Natsu berontak. Tetapi tak lama kemudian, keduanya saling melempar senyum, lalu tertawa bersama.
"Hahaha.. Hahaha.." Kepala Natsu menengadah selagi tertawa, sementara Lucy memegangi perutnya. Setelah itu, mata mereka kembali bertemu.
"Kau tidak berubah, Luce," ujar Natsu ramah.
"Kau juga," Lucy menghentikan tawanya. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sesuatu di leher Natsu. Sebuah syal kotak-kotak warna putih terikat di sana.
"Syal itu kau dapat darimana?" Dengan lancarnya, kata-kata Lucy keluar dari mulut sendiri.
"Oh, ini," Natsu segera memegang syal di lehernya sekaligus menatapnya. "Ini hadiah ulang tahunku yang ke-10 dari ayahku."
Lucy tertawa kecil. "Syal itu yang bikin ibuku loh."
"EH?! HONTOU?!"
"Ibuku pernah bercerita ada pelanggan yang minta dibuatkan syal kotak-kotak untuk hadiah ulang tahun anaknya. Tak kusangka yang beliau maksud itu kau," Lucy menjelaskan.
"Eh, tunggu.. Luce, ibumu.. Pelanggan? Bukankah.."
"Kuceritakan di jalan saja, ya!" Lucy tersenyum.
Keduanya akhirnya berjalan bersama menuju sekolah, di belakang, di depan, dan di samping keduanya juga berjalan banyak murid hendak menuju Fairy International High School.
"Sou ka. Aku turut berduka cita atas kehilanganmu, Luce," Natsu yang mendengarkan cerita gadis itu memasang muka sedih.
"Um," Lucy mengangguk. "Terima kasih, Natsu. Sudahlah, tak apa. Kejadiannya sudah 8 tahun yang lalu."
"Tapi ibumu baik-baik saja kan? Kau juga kan?"
"Aku dan ibu baik-baik saja kok.."
Natsu Dragneel, itulah nama lengkap si pemuda berambut merah muda strawberry (?) ini. Ia adalah sahabat Lucy sedari kecil. Mereka kenal satu sama lain saat masih berumur 4 tahun, karena bersekolah di TK yang sama. Saat usianya 7 tahun, ia harus pindah ke ibukota Fiore, Crocus karena ayahnya ada urusan pekerjaan di sana.
"Aku tidak percaya, dua tahun setelah kepergianku, kau kehilangan ayahmu dan kehidupanmu yang mapan itu, Luce," Natsu masih menunjukkan rasa simpatinya.
"Tidak apa-apa Natsu, aku tidak pernah mempermasalahkan hidupku mapan atau tidak. Kalau hidup mapan tidak bahagia, apa gunanya?" sahut Lucy dengan senyuman, menunjukkan bahwa ia kuat menghadapi masalah hidupnya.
"Hehe.. Benar juga sih.. Keluargaku juga seperti itu," Natsu cekikikan.
Sampailah mereka di gerbang masuk Fairy International High School. Lucy berbinar-binar menatapnya, ia tidak percaya ia bagian dari sekolah ini sekarang.
"Waaa.. Sugoi ne, Natsu!" ujarnya.
FAIRY INTERNATIONAL HIGH SCHOOL, begitulah tulisannya. Dibawahnya ada spanduk yang bertuliskan: WELCOME, OUR NEW STUDENTS!
"Ayo, Luce, jangan lama-lama berdirinya, masa kamu mau menatap gerbang pintu masuk terus sih?" Natsu berdecak melihat kelakuan temannya.
"Ehehe.. Maaf, Natsu. Di sekolahku yang lama kan nggak ada yang namanya pintu gerbang semewah ini.." Lucy menatap Natsu sambil tertawa kecil. Natsu entah kenapa tersenyum.
"Yasudah. Ayo masuk!"
Natsu dan Lucy nemasuki gedung Fairy International High. Lagi-lagi Lucy terkagum-kagum karena banyaknya murid-murid elit nan cantik dan rupawan berada di koridor sekolah tersebut.
"Huaa! Totemo sugoii! Natsu, aku jadi nervous, mereka akan menerimaku nggak ya?" Lucy melihat sekeliling.
"Tentu sajalah! Di Fairy International itu tidak berlaku yang namanya diskriminasi, Luce! Gini-gini aku yang sederhana punya banyak temen loh," Natsu menunjukkan kenarsisannya di depan gadis.
Tiba-tiba, Natsu teringat sesuatu.
"Oh ya Luce, kenapa kamu bisa masuk ke sini?" tanyanya.
"Oh, aku belum cerita padamu, ya," Lucy menoleh, menatap Natsu. "Aku ikut tes dan mendapat beasiswa penuh. Jadi aku tidak perlu bayar sampai kelas tiga."
"Wah! Hebat sekali kau Luce! Kau pasti anak yang pintar!" Natsu memuji.
"Ah, tidak, biasa aja," muka Lucy merah mendapat omongan seperti itu dari sahabat kecilnya sendiri.
"Kapan-kapan kalau aku tidak mengerti pelajaran, tolongin boleh ya!"
"Sip deh!"
Setelah itu, keduanya berjalan mendekati papan pengumuman yang berada di koridor sekolah. Mereka ingin melihat dimana kelas mereka berada sekaligus ingin mengetahui apakah mereka satu kelas atau berbeda kelas.
Maklum, karena siswa barunya Fairy International High itu tidak hanya Lucy, pastilah papan pengumuman sudah dipenuhi banyak orang. Bahkan kenyataannya tidak hanya pendatang baru saja, tapi juga siswa-siswa lama yang mendapat jatah pindah kelas musim panas ini juga ikut mengerumuni papan pengumuman.
"Wah! Luce! Kita satu kelas!" seru Natsu ternganga senang.
"Eh? Benarkah?" Lucy tidak bisa dibilang tinggi, makanya ia kelihatan sulit melihat informasi kelasnya. "Kau menemukan namaku dimana?"
Natsu segera merangkul bahu Lucy, mendekatkannya ke tubuhnya dan menunjuk ke arah papan pengumuman yang berada di depannya. "Tuh, bisa lihat?"
Lucy menyipitkan matanya, mencoba menerobos kerumunan orang-orang yang menghalangi jarak pandangnya. Dan ketemu, nomor absen 12. Lucy Heartfilia.
"Wah! Iya!" Lucy tersenyum. "Kamu nomor absen berapa, Natsu?"
"Heheh.. Aku nomor absen 24, dua kali nomor absenmu," Natsu cekikan. Tak lama kemudian, Lucy menyadari posisi Natsu yang memegang bahunya erat. Mukanya mendadak merah.
"Um.. N-Natsu.. Bisa lepaskan rangkulannya?"
"Eh?"
Natsu melihat tangannya yang menyentuh pundak gadis blonde tersebut. Matanya terbelalak dan mulutnya ternganga, mukanya langsung merah mengetahui apa yang dilakukannya.
"A.. Ah! Maaf!" seru si pemuda itu melepaskan pegangannya. "Tidak nyaman ya? Maaf kalau cengkeramannya terlalu keras.."
"Daijoubu," Lucy tersenyum.
"Natsu!"
Natsu dan Lucy kaget berjamaah mendengar panggilan itu. "Lucy, aku duluan ya! Baru ingat ada urusan kepala sekolah, ahaha.." Natsu terlihat gelisah, dan segera berbalik badan. "Jaa!" Ia pun berlari, meninggalkan Lucy yang hanya melambaikan tangannya. "Jaa ne!" seru si gadis blonde kemudian. Tak lama kemudian, datanglah seorang gadis berambut silver dengan mata biru, memakai rompi kuning sama seperti Lucy.
"Are? Natsu tidak di.. Eh?" Gadis itu melihat Lucy, yang menatapnya dengan mata berkedip lama dan tatapan tidak percaya.
"Li.. Lisanna?"
Gadis bernama Lisanna tersebut, kemudian ikut mengerjapkan matanya. "Lu.. Lucy?!"
"LISANNA!"
"LUCY!"
Keduanya berpelukan erat, sambil berteriak histeris dan loncat-loncat gembira seperti baru menerima sertifikat kelulusan. Setelah puas, mereka melepaskan pelukan masing-masing dan menatap satu sama lain sambil melempar senyum.
"Lama tak jumpa, Lisanna!" seru Lucy.
"Um! Senang bertemu lagi, Lucy!" balas Lisanna.
Lisanna Strauss, gadis ini juga merupakan teman Natsu dan Lucy sejak kecil. Hanya saja, Lisanna lebih lama bersama Natsu ketimbang Lucy, karena keluarganya ikut pindah ke Crocus bersama keluarga Natsu. Beda urusan tentu saja.
"Kapan kau kembali dari ibukota?" tanya Lucy kemudian.
"Sudah lama kok, begitu aku kembali ke Magnolia, aku langsung bersekolah di sini," jawab Lisanna manis. "Sekitar satu tahun yang lalu. Aku masuk kemari bareng Natsu."
"Begitu.." Lucy mengangguk-angguk.
"Eh Lucy, Natsu tadi kemana ya? Kayaknya aku lihat Natsu disini tadi.." Lisanna hampir lupa tujuannya mencari si pinky-haired boy.
"Hmm, entahlah, tapi kurasa ia ke arah sana," Lucy menunjuk dengan jari telunjuknya, arah yang tadi dilewati Natsu.
"Baiklah, terima kasih, Lucy! Aku pergi dulu ya!" Lisanna meninggalkan Lucy, lalu berlari ke arah yang ditunjukkan Lucy barusan.
"Matta ne!"
Selanjutnya, Lucy menaiki tangga menuju lantai dua, berhubung kelasnya yaitu kelas 2-C ada di sana. Sesampainya di koridor lantai dua yang tidak seramai koridor satu tadi, ia tersenyum pada beberapa siswa yang melewatinya dan menyapanya.
"Ohayou, atarashii gakusei!"
"Ohayou!"
Ada yang menyapa dengan nama belakangnya.
"Ohayou, Heartfilia-san!"
"Ohayou gozaimasu!"
Lucy kembali menatap depan. "Hah, ternyata Natsu benar. Orang-orang di sini ramah sekali," gumamnya. "Mereka bahkan sudah tahu namaku. Sekolah ini luar biasa!"
Seorang pemuda berambut blonde pucat dengan anting-anting berlian di daun telinga kirinya berjalan sembari menundukkan kepala, mengantungkan kedua tangannya di saku celana. Banyak orang melihatnya, namun enggan memberi sapaan.
Justru, mereka berbisik-bisik tentang dia.
Si pemuda tidak memikirkan semua bisikan sialan itu, yang kerap kali mengganggu gendang telinganya. Ia tetap berjalan melalui mereka, tidak menghiraukan semua itu.
"Tch," Ia mencuih.
Lucy berjalan dari arah berlawanan, menggumamkan suatu lagu yang tidak ada judulnya. Tak lama kemudian, ia berpapasan dengan pemuda beranting tadi, dan tepat pada saat itu, rambutnya terurai dan mengalihkan pandangan si pemuda. Pemuda tersebut berhenti, menoleh ke arah Lucy yang hanya berjalan melaluinya. Apakah panah cupid berhasil mengenai hatinya?
Si pemuda kembali berjalan, namun sebelum itu, ia menyadari sesuatu di bawah kakinya, yang hampir sepatunya injak. Sapu tangan merah muda.
Ia berjongkok, memungut benda tersebut dan menatapnya. Pasti ini miliknya, ujarnya dalam hati.
"Hey. Kamu yang berambut blonde!"
Lucy berhenti mendengar seruan itu, lalu berbalik dan bertemu pandang dengan pemuda yang berambut blonde sama sepertinya.
"Bukankah kau juga berambut blonde?" Lucy memiringkan kepala.
Pemuda itu berjalan mendekatinya.
"Ini milikmu, kan?" Si pemuda menunjukkan sapu tangan merah muda tersebut. "Tadi kau menjatuhkannya."
"Ah, iya, ini punyaku," Lucy melihat kain berbentuk persegi yang terbuat dari katun itu di tangan laki-laki, setelah itu mengambilnya. "Terima kasih, ya!"
Pemuda itu tersenyum. "Sting. Sting Eucliffe."
"Lucy Heartfilia," Lucy tersenyum balik. "Senang bertemu denganmu."
"Ya, senang bertemu denganmu juga," Sting mengulurkan tangannya, menjabat tangan Lucy. Beberapa detik kemudian, keduanya melepaskan jabatan tersebut.
"Di kelas mana? Murid baru?" tanya pemuda bernama Sting itu.
"Tahu aja, hahaha.." Lucy tertawa kecil. "2-C. Eucliffe-san?"
"Wew, kebetulan aku di kelas sebelah. Maksudku, kelas sebelahnya lagi," Sting menjawab. "2-A."
"Pasti murid pinter.."
"Ahaha.. Kena jadwal pindah kelas. Nanti bulan September juga balik ke kelas lama, ahaha.." Sting menjelaskan. "Semoga aja aku masuk kelas yang sama denganmu."
Muka Lucy memerah. "U-Um.."
Sting tersenyum, melihat muka gadis itu yang merona. Rayuannya berhasil.
"Jaa, aku masuk kelas dulu," sahutnya.
"Oh! Oh, oke. Sampai bertemu lagi!" seru Lucy. Sting meninggalkannya, Lucy pun terdiam sejenak sebelum kembali berjalan menuju kelasnya.
Akhirnya, Lucy sampai di kelasnya. Baru saja ia membuka pintu, semua murid di kelasnya langsung mengalihkan pandangan mereka kepadanya.
"Wah! Itu Lucy Heartfilia!"
"Iya, itu dia!"
"Peraih nilai tertinggi ujian masuk dan murid beasiswa!"
"WAAAHHH!"
Lucy mengerjapkan mata tanda kebingungan. Ia memiringkan kepala. "H-Hajime..mashite?"
"Selamat datang di kelas kami!" seru seorang gadis berambut biru yang dibandana. "Aku Levy McGarden, ketua kelas 2-C. Lucy Heartfilia bukan?"
"U-Um.." Entah sejak kapan Lucy ragu pada namanya sendiri.
Kalau begini aku tidak harus maju ke depan kelas untuk memperkenalkan diri, kan? Toh mereka semua sudah tahu namaku, gumam Lucy dalam hati, ekspresi yang dibuatnya sekarang adalah terpaksa tersenyum.
"Sudah, tidak usah sungkan pada kami! Pilih tempat dudukmu!" Levy mengulurkan tangannya, menunjukkan tempat-tempat kosong yang belum diduduki. Lucy tersenyum.
"Arigatou."
Lucy berjalan, memilih kursi di dekat jendela dan menaruh tasnya di sana. Dengan posisi di sini ia tidak akan susah melihat tulisan dan mendengarkan suara guru, toh ia ada di barisan kedua. Ia lalu menatap sebelahnya, terletak tas dan dasi. Ia berpikir siapa orang yang duduk di kursi itu.
Natsu bukan ya? Atau Lisanna? Ah, aku senang bisa bertemu mereka berdua lagi, Lucy tersenyum.
Lucy pun mengeluarkan buku diarynya yang bersampul biru muda tebal, yang bertulisan "Don't read", dan membukanya langsung menuju halaman kosong. Lucy mengambil penanya di saku rok, menekan ujungnya lalu mulai menulis.
Ayah tersayang,
Sudah dua tahun aku menulis diary yang kau berikan untukku ini. Aku tahu kau memberikannya di saat kepergianmu ke surga, entah mengapa aku baru mau menulisnya akhir-akhir ini. Bagaimana kabar ayah di sana? Aku dan ibu baik-baik saja di bumi. Usaha ibu memang belum berjalan sukses, tapi kami berdua hidup bahagia sekarang.
Ayah, hari ini aku mulai bersekolah di sekolah baruku, Fairy International High School. Sekolah ini penuh dengan orang-orang yang ramah, mereka bahkan sudah tahu namaku! Apa aku begitu populer ya? Ah, tapi bukan tujuanku untuk menjadi populer di sekolah ini. Aku hanya ingin menyelesaikan pendidikan dan bisa menjadi penulis yang hebat! Oh ya, aku masuk sekolah ini dapat beasiswa, jadi ibu tidak terbebani.
Ne, ayah.. Aku bertemu kembali dengan Natsu dan Lisanna! Wah, aku kangen sekali pada mereka, terutama Natsu. Dia masih tidak berubah, dan ia memakai syal yang dibuat ibu. Lisanna juga tidak banyak berubah. Poninya tidak begitu tebal seperti dulu. Aku berencana mengobrol dengan mereka istirahat nanti.
Oh ya, dan aku juga sudah bertemu laki-laki keren! Namanya Sting Eucliffe. Dia mengembalikan sapu tanganku yang jatuh. Dia tampan sekali, ayah. Oh ya, bukankah nama keluarganya adalah nama yang tak asing kita dengar? Dia putra keluarga Eucliffe yang terkenal itu ya?
Sudah dulu ya, ayah. Sepertinya kelas akan dimulai. Aku berjanji akan cerita lebih banyak! Lihat aku dan ibu dari surga ya!
Love & Lucky,
Lucy.
KRING! KRING! KRING!
Bel berbunyi tiga kali, tanda bahwa kelas akan segera dimulai. Seorang guru wanita memasuki kelas 2-C, bersamaan dengan siswa-siswa lain yang tak ingin ketinggalan pelajaran. Lucy mempersiapkan bukunya, segera saja Natsu menarik kursi dan duduk di sebelahnya.
"Yo, Lucy!" sapanya dengan grins khasnya. Lucy kaget. Ternyata Natsulah pemilik kursi itu.
"Natsu!" serunya.
"Ohayou gozaimasu, minna-san!" seru sang guru. "Mavis Vermillion desu yo! Dozo yoroshiku!"
"Yoroshiku na, sensei!" balas semua orang semangat.
"Aku guru Biologi sekaligus wali kelas kalian, jadi sekarang, mari kita mulai belajar," Mavis-sensei pun berbalik, mengambil kapur dan menulis di papan tulis hijau. Lucy tersenyum melihat gurunya yang manis, ia hampir tidak percaya bahwa guru yang menyerupai anak-anak itu adalah wali kelasnya. Ia menatap langit lewat jendela transparannya, melempar senyum ke angkasa biru.
Kurasa.. Hari ini akan menyenangkan ya, ayah.
KRING! KRING! KRING!
Bel istirahat berbunyi nyaring. Lucy keluar dari kelasnya, membawa dompetnya untuk membeli makan di kantin. Ibunya tidak sempat membuatkannya makan siang.
"Luce!"
Lucy segera menoleh ke belakang, mendapati Natsu yang berlari ke arahnya. Ia melempar senyum.
"Ya, Natsu?"
"Mau ke kantin ya?"
"Um, mau ikut?"
"Justru aku mau bilang padamu untuk tidak ke kantin!" seru Natsu memamerkan giginya. "Kebetulan adikku memasak terlalu banyak jadi.. Aku ingin berbagi makan denganmu.."
Natsu dan Lucy duduk di atap sekolah, yang diklaim Natsu sebagai singgasananya. Pemuda itu membuka kotak makannya, dan memang terlihat banyak makanan enak nan lezat di dalamnya.
"Sugoi yo, Natsu! Adikmu memasak sebanyak ini?" Lucy takjub melihat bekal makan siang sahabatnya.
"Yup, adikku keren kan?! Ahaha.." Natsu tertawa. "Ayo, Luce. Dimakan saja. Sekalian mencicipi masakan buatan adik tercintaku, ahaha.."
"Ckckck.." Lucy hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Ia menyumpit salah satu telur gulung, dan menyantapnya.
"Um! Oishi!" seru Lucy.
"Benar kan?" Natsu tersenyum sementara dirinya memakan dua onigiri langsung. Lucy heran menatapnya.
"Tumben kau berbagi makan.. Biasanya kau makan habis semuanya sendiri," Lucy ingat kebiasaan Natsu yang dikenal rakus. Apalagi kalau sudah menyangkut daging.
"Hee, aku berubah tahu, Luce! Aku janji aku tidak akan makan banyak lagi!" Natsu cemberut.
"Jadi harapanmu untuk memiliki dua perut batal nih?" Lucy melirik Natsu, mengangkat satu alisnya dan tersenyum.
"Tentu saja batal!" Natsu berteriak ke telinga Lucy, yang membuat si gadis terkikik kecil.
"Adikmu perempuan atau laki-laki, Natsu?" tanya si gadis blonde kemudian, setelah membuka kotak makan Natsu yang satu lagi.
"Perempuan. Namanya Wendy. Dia sekarang umur 12 tahun," jawab Natsu lancar.
"Sou ka.."
"Kapan-kapan kukenalkan padamu, deh! Dia anak yang manis dan baik kok!" Natsu bersemangat, dan disambut anggukkan saja oleh Lucy. "Aku akan senang sekali pastinya."
Awan-awan putih bergerak melintasi langit, membentuk gambar-gambar tidak jelas yang dapat ditafsirkan manusia berdasarkan pikiran masing-masing.
"Ne, Natsu.. Kabar ayahmu bagaimana?"
"Dia baik-baik saja."
Setelah itu, Natsu menunduk. "Akhirnya.. Aku bisa kembali ke kota ini," ucapnya. "Dan bertemu lagi denganmu.."
Lucy mengalihkan pandangannya dari makanan ke Natsu. "Natsu.."
"Kau tahu, Luce.. Aku mencarimu kemana-mana.. Aku memikirkan apakah kau melihat bintang yang sama setiap malam, aku memikirkan apakah kau disinari matahari yang sama setiap pagi.." aku Natsu. "Sejujurnya, aku rindu sekali padamu, Lucy Heartfilia. Sudah 10 tahun kita tidak bertemu."
Lucy tersentuh mendengar ucapan pemuda itu. Sepertinya dia memang merasa kesepian. "Aku juga merindukanmu, Natsu. Aku bersyukur bisa masuk ke sekolah yang sama denganmu," balas Lucy. "Tapi, bukankah ada Lisanna yang waktu itu ikut kau ke Crocus?"
"Tapi dia di disana karena ada tujuan lain, Luce. Ibunya kan dokter, beliau diminta menjadi salah satu dokter rumah sakit orang miskin disana. Dan aku juga jarang bertemu dengannya," jelas Natsu. "Aku lebih ingin mengobrol denganmu lagipula."
Lucy tersenyum. "Sebegitu kangennya kau padaku?"
"Tentu saja! Kau sahabat terbaikku, Luce! Di dunia ini mulai dari aku hidup sampai mati!" Natsu kembali berteriak. Lucy tertawa.
"Hahaha.. Natsu, kau seperti sedang bersumpah saja. Ayo sudah makan, nanti Wendy marah kalau bekal buatannya tidak dimakan oleh kakak tercinta," kata si gadis blonde itu mengingatkan.
"Oh ya, benar juga. Ayo makan, Luce!"
Natsu dan Lucy pun berlomba makan, siapa yang cepat harus melakukan apapun yang pemenang suka.
Waktu untuk istirahat tersisa 30 menit lagi, namun Natsu dan Lucy telah selesai menyantap makan siangnya. Lucy terpaksa menemani Natsu jalan-jalan karena kekalahannya dalam lomba tadi.
"Pokoknya kalau timbanganku naik satu ons saja, akan kutendang kau!" ancam Lucy.
"Eh?! Kok begitu?! Satu ons kan nggak ada pengaruhnya, Luce!"
"Aah, nggak mau tahu, Natsu! Pokoknya tanggung jawab!"
"Iyaiya aja deh, huh..~"
Tahu begini ceritanya kenapa kau terima tantanganku tadi, Luce? Kau ini makin aneh saja, gumam Natsu dalam hati, cemberut.
Levy sang ketua kelas datang menghampiri mereka. "Yo, Natsu, Lu-chan!" serunya menyapa.
"Konnichiwa. Levy-chan," Lucy tersenyum.
"Ne, ne, Lu-chan.. Aku bisa minta bantuanmu?"
"Tentu. Apa yang bisa kulakukan?"
"Bisa tolong ambilkan buku sejarah di perpustakaan? Letaknya di lantai tiga, nanti kau bilang saja pada pengawas disana buku sejarah yang biasa. Dia biasanya langsung mengerti kok," jelas Levy memutar-mutar jarinya. Maksudnya sedang menunjuk arah dan lokasi.
"Hmm hmm.. Baiklah aku mengerti!" Lucy mengelus dagunya, lalu mengangguk-angguk. "Tunggu, memangnya buku sejarah itu untuk apa?"
"Guru memerlukannya, nah sekarang aku mau makan dulu, ya! Jaa!" seru Levy meninggalkan mereka, berlari menuju kantin sebelum pesanan makanan habis.
Natsu kemudian menatap Lucy. "Mau kuantar ke perpustakaan?" ajaknya.
"Ah, tidak usah, aku bisa sendiri, kok!" ujar Lucy tersenyum.
Pada akhirnya, Lucy berjalan menaiki tangga menuju koridor lantai tiga, koridor yang nampaknya sepi. Ia pun tahu bahwa lantai ini tidak memiliki ruang kelas, hanya lab komputer, ruang audio visual, laboratorium fisika dan kimia, serta laboratorium biologi. Dan tak ketinggalan juga, perpustakaan.
"Sumimasen.." Lucy menggeser pintu surga buku tersebut. Ia melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan satu orang pun.
"Are.. Sepi sekali di sini," Gadis blondie tersebut langsung saja menjelajah perpustakaan sekolah barunya ini.
"Mencari sesuatu?"
Lucy menoleh, dan mendapati seorang pria berambut hitam yang setengah poninya menutupi mata kanannya. Ia tengah membaca sebuah buku, namun kelihatannya sudah selesai membacanya. Terlihat dari gayanya yang menutup bahan bacaan itu dengan satu tangan. Laki-laki itu menurunkan kursinya yang selama ini ia angkat dan senderkan ke tembok untuk membaca.
Matanya dan mata Lucy bertemu.
"Ano.. Apakah kau.."
"Penjaga perpustakaan di sekolah ini? Tidak," Si pria berdiri, berjalan menuju sebuah rak yang bertuliskan 'Science-Fiction' dan menaruh bukunya disana. Kebetulan rak itu ada di belakang Lucy.
"Hanya siswa biasa."
"Eto.. Lalu kemana penjaga perpustakaannya?" Lucy berbalik badan, mencoba mencari jawaban. "Kenapa kau bisa masuk tanpa izin?"
"Perpustakaan terbuka untuk murid-murid, buktinya kau sendiri baru saja masuk ke sini tanpa izin, kan?" Pemuda itu menundukkan kepala, dengan gayanya yang cool ia memejamkan mata.
Eh?! Kalau dipikir-pikir ia benar juga! Sweat drop Lucy keluar.
"Nah, sekarang jawab pertanyaanku," Si pemuda kembali menatap Lucy. "Apa yang kau cari di sini?"
"Um.. Etoo.." Lucy memalingkan kepala. "Buku sejarah yang biasa. Apa kau mengerti?"
Si pria segera berbalik badan, tidak menjawab pertanyaan Lucy. Pemilik marga Heartfilia tersebut pun cemberut.
"Mou, ada apa dengan dia? Tidak bisa bersosialisasi sedikit apa? Pria aneh," oceh Lucy pelan-pelan tapi cepat.
Tak lama kemudian, si pemuda datang dengan sebuah buku tebal di kedua tangannya, tetapi ia menyerahkannya pada Lucy cukup satu tangan.
"Untuk keperluan guru, benar?"
"Eh?" Lucy mendongakkan kepalanya. Sekarang, pria berambut hitam legam itu tersenyum padanya.
Baru beberapa menit yang lalu ia judes padaku, sekarang ia tersenyum?! Apa dia tidak bisa lebih aneh lagi?! Lucy ternganga.
"Kau pasti murid baru di sini," ujarnya saat Lucy menerima buku yang dicarinya. "Namamu siapa?"
"Lucy.. Lucy Heartfilia," Lucy menjawab, sembari memeluk buku tersebut. Senyuman pria itu semakin manis.
"Rogue Cheney. Yoroshiku."
Lucy tak tahu ekspresi apa yang harus ia keluarkan, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
"Arigatou, Rogue-kun!"
Setelah itu, Lucy keluar dari perpustakaan, dan laki-laki itu memperhatikannya. Entah kenapa hati Lucy jadi agak senang. Ternyata tidak semua orang tahu namaku, toh Eucliffe-san dan Rogue-kun masih menanyakannya, hihihi...
Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Lucy mengaku senang menjalani hari pertamanya di sekolah ini, semua kejadian yang ia alami menarik. Mulai dari bertemu Natsu, ditolong Sting dan Rogue, ah, ia berharap sebuah hal unik lain lagi bisa terjadi.
"Lucy!"
Lucy yang hendak turun tangga menoleh ke belakang. Lagi-lagi di pinky-haired boy itu. "Mau pulang bareng?"
"Eh? Memangnya rumahmu di mana?" tanya Lucy heran.
"Kau bilang kau tinggal di Hargeon Street kan? Rumahku kebetulan lewat arah situ, Luce!" jelas Natsu. "Jadi aku ikut ya! Sekalian lihat rumahmu, ehehe.."
"Wah, jangan-jangan kau ke rumahku ada apa-apanya nih.. Mau mengejekku ya, karena rumahku sudah tidak mewah lagi?" Lucy malah berpikir negatif. Natsu langsung saja berontak.
"Aduh, Lucy! Itu tidak mungkin! Aku hanya ingin bertemu ibumu dan mengucapkan terima kasih karena telah membuat syal ini!" Natsu menunjukkan syal kotak-kotak kesayangannya setelah itu. Lucy pun terkikik kecil.
"Baiklah, baiklah.. Ayo.."
Keduanya berjalan bersama. Si gadis blonde jadi ingat sesuatu.
"Kamu nggak pulang bareng Lisanna?"
"Dia rumahnya jauh, Luce. Nggak sejalan sama aku lagi."
"Sou ka.."
Tiba-tiba keduanya berhenti karena melihat sekerumunan perempuan yang mengelilingi seorang pria, beberapa dari mereka membawa bunga, cokelat, buku dan pena, atau bahkan hanya berteriak-teriak saja. Sadarlah mereka semua itu terjadi di depan ruang OSIS.
"Hai, hai, satu-satu ya," Pria yang menjadi pusat perhatian itu tersenyum ramah, lalu memberi mereka tanda tangan di buku, baju seragam, ataupun kain panjang yang dijadikan bandana.
"KYAAA! JELLAL-SAMA!"
Lucy terkejut mendengar nama yang dielu-elukan para gadis.
"J-JELLAL-SAMA?!" teriaknya dengan mata berbentuk hati. Natsu pun terheran-heran dengan sahabatnya itu, membuatnya sweat drop.
"Lu.. Lucy?!"
Si gadis pun menatap Natsu dengan mata anehnya itu. "Natsu! I-I-Itu.." ia gugup mendadak. "ITU JELLAL FERNANDES?! DIA MODEL MAJALAH SMA YANG TERKENAL SE-JAGAT FIORE ITU KAN?!"
Pemuda yang merasa namanya dipanggil itu segera menengadah ke tempat Lucy dan Natsu berdiri. "Oi!" serunya.
"GYAAAH! NATSU DIA MENATAP KE SINI!" Lucy histeris.
"Oi, oi, Lucy.. Jangan bilang kau.." Natsu bersiap untuk hal terburuk yang akan didengarnya.
"IYA! AKU FANS BERATNYA JELLAL FERNANDES! WAAAAAAHHHH!" Lucy makin mengencangkan suaranya, yang bisa Natsu lakukan hanya menutup kedua telinganya. "Kau tahu, Natsu?! Aku punya koleksi majalah dan tabloid tentangnya, bahkan yang cuma ada namanya pun ada! Lengkap kan, Natsu?!"
"WOY LUCE! NGGAK PERLU TERIAK, KAU INGIN MEMECAHKAN GENDANG TELINGAKU?!" balas Natsu emosi.
"Hai, hai, sudah-sudah, kalian bertengkar soal apa?" Jellal menghampiri mereka, senyumannya yang super gentle itu membuat Lucy meleleh.
"KYAAA! AKU BERTEMU JELLAL FERNANDES, KYAAA!" Lucy terus histeris.
Jellal hanya bisa tersenyum. "Yokatta ne.."
"Tch," Natsu memalingkan kepala, melipat tangan di depan dada.
"Aku Ketua OSIS Fairy International, Jellal Fernandes," Jellal mengulurkan kedua tangannya. "Namamu siapa? Kau sepertinya murid baru.."
KYAA! BAHKAN JELLAL TIDAK TAHU NAMAKU, AAH! TIGA LAKI-LAKI KEREN MENANYAKAN NAMAKU, AAH! Eh, tapi haruskah aku memanggil Jellal senpai? Lucy heboh sendiri dalam hatinya. Tak lama kemudian ia sadar harus menjawab pertanyaan si pria rambut biru yang bertato di wajah itu.
"Ah, i-iya! Aku murid baru!" Lucy menerima jabatan tangan itu. Wah, aku berjabat tangan dengan Jellal Fernandes! DAN.. DIA BILANG TADI.. DIA KETUA OSIS?! AKU HARUS MEMANGGILNYA KAICHOU! Hati Lucy bersorak-sorai seolah-olah merdeka dari penjajahan.
"L-Lucy Heartfilia.. Yoroshiku onegaishimasu, K-Kaichou.."
"Yoroshiku ne, Lucy-san, rupanya kau yang sedang dibicarakan banyak orang," ucap si pria gentle tersebut. "Dilihat dari nilai akademis dan sifatmu, sepertinya kau bisa menjadi anggota pengurus OSIS."
"E.. Eh?" Wajah Lucy memerah.
"CURANG!"
"Jellal-sama! Aku juga ingin jadi pengurus OSIS!"
"REKRUT AKU! REKRUT AKU!"
Mulailah fans-fans Jellal berteriak protes dan tidak terima, namun ada juga yang berbisik-bisik mengomentari betapa beruntungnya anak baru itu. Jellal sama sekali tidak memedulikannya.
Tiba-tiba, sebuah tangan memisahkan dan memutus jabatan tangan Lucy dan Jellal. "Oi oi! Sampai kapan kalian mau berjabat tangan, huh?! Jellal, kau layani saja dulu fansmu sana! Karena kau Lucy jadi kena virus bling blingmu yang aneh itu!" geram Natsu menunjuk Jellal.
"Wah, wah, kenapa kau, Natsu? Cemburu?" Jellal menatap si pinky-haired boy.
"CHIGAU!" Natsu berontak.
"Jellal-kun! Dimana kau?!"
Jellal segera menoleh, didapatinya seorang gadis berambut merah scarlet panjang berjalan ke arahnya. "Oi! Erza-chan!" seru Jellal melambaikan tangannya.
"Eh?" Lucy memiringkan kepala. "Erza-chan?"
"Mou! Kau kemana saja daritadi?! Aku menunggumu di depan gerbang, tahu! Jangan bilang kau melayani fans-fansmu lagi!" Si gadis berambut merah bernama Erza itu cemberut menatap Jellal, pipinya merah tetapi bukan merah cemburu.
"Ehehe.. Gomen ne, Erza-chan.. Bukan berarti aku tidak peduli padamu loh, hanya kasihan aja mereka menungguku diluar kantor OSIS berjam-jam," Jellal memberi alasan.
"ERZA-SAN!"
"PUTUSKAN JELLAL-SAMA SAJA! BERIKAN DIA PADAKU!"
"IYA AKU JUGA!"
"APA KALIAN BILANG?!" Erza menggertak para fans Jellal, nah, kalau sekarang barulah mukanya merah padam.
"Ma, ma.." Jellal sweat drop melihat pertengkaran para fansnya dengan Erza. Tapi, tak lama setelah itu, ia merangkul Erza, memiringkan kepalanya sehingga menyentuh bagian kepala atas gadis itu, dan tersenyum.
"Maaf, tapi kalian tidak bisa membuatku putus dengan Erza, apapun yang terjadi dia tetap pacarku dan wanita yang kupilih."
"HUAAAAA! JELLAL-SAMA!" Fansnya berteriak histeris.
"HEEE?! JELLAL SUDAH PACARAN?!" Lucy ikut berteriak, ia merasa tidak percaya. "Natsu! Bukannya perempuan yang dipacarinya itu Erza Scarlet, model majalah juga?!" Si gadis blonde itu menunjuk ke arah Erza namun melihat ke arah Natsu.
"Heh, kau masuk ke sini tanpa tahu itu?" Natsu sweat drop.
"Tentu saja!" Lucy berteriak ke arah Natsu.
"Maaf, kalian menyebut namaku?"
"Eh?" Natsu dan Lucy menoleh secara bersamaan. Didapati oleh mereka Erza yang sedang menatap lurus ke arah mereka. Erza pun langsung men-death glare Lucy yang membuatnya makin ciut.
"KALAU KAU BERANI MENDEKATI JELLAL-KUN, AKU TAK SEGAN-SEGAN MEMBERIMU HUKUMAN.." ujarnya bermata setan.
"H-Hai.." Lucy sweat drop.
Aku hanya fans-nya, aku tidak berniat memacari Kaichou, gumam Lucy dalam hati.
"Natsu, apa ini temanmu?" tanya Erza menginterogasi, disambut anggukkan oleh Natsu. "Dia temanku sewaktu kecil, Lucy Heartfilia. Tenang saja, dia takkan merebut Jellal darimu, dia bukan tipe orang seperti itu," ujar Natsu yang langsung mendapat tamparan dari Lucy.
"MEMANGNYA SELAMA INI KAU KIRA AKU ORANG MACAM APA?!" teriaknya. Jellal dan Erza sweat drop berjamaah.
"Dia sepertimu, Erza," ujar Jellal innocent.
"Well.."
"Namaku Erza Scarlet, senang berkenalan denganmu, Lucy," Akhirnya si gadis berambut merah tersebut menjabat tangan anak baru Fairy International Academy tersebut, Lucy hanya tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Erza-san."
"Erza saja sudah cukup."
"Kalau begitu kami pulang duluan, ya! Jaa!" Natsu segera menarik tangan si gadis blonde, tidak peduli pada tatapan Jellal dan Erza yang lurus ke arah mereka.
Akhirnya, Natsu dan Lucy bisa keluar dari sekolah.
"Jellal Fernandes itu senpai kita, Luce, dia sudah kelas 3," ujar Natsu menjelaskan. "Dia di kelas 3-B."
"Kau tidak begitu akur dengannya, dari apa yang kulihat," Lucy menanggapi.
"Habis! Dia itu membuatku jengkel! Mulai aku masuk ke Fairy International sampai sekarang, ia selalu dikelilingi cewek!" Natsu berseru kembali. "Beruntung dia dapat Erza, dia kan begitu perhatian jadi Jellal tidak bisa macam-macam. Well, nggak juga sih. Karena itu aku jadi iri."
"Heh, kalau kau tidak suka melihatnya dikelilingi perempuan, ya tidak usah melihatnya, Natsu," Lucy terkikik kecil. "Oh ya, sepertinya kau dekat dengan Erza.."
"Dia juga senpai kita, Luce. Dia di kelas 3-A, sekaligus Ketua Komite Kedisiplinan Fairy International," jawab Natsu jujur. "Waktu aku di-MOS, kebetulan dia kakak pembinaku, jadi dia sering mengincarku kalau aku berbuat jelek di sekolah."
Lucy tersenyum melihat Natsu. "Hey, Natsu, kau tidak perlu iri pada Jellal-senpai. Kau adalah kau, ukirlah hidupmu dengan caramu sendiri," kata si gadis.
"Lucy.."
"NATSU! MAU BERTARUNG DENGANKU?!"
"KYAA!" Lucy segera bersembunyi di belakang punggung Natsu, ia baru saja melihat pria bertelanjang dada muncul di hadapannya.
"Oi, Gray! Kau menakut-nakuti temanku, tahu! Dasar pervert!"
"Hah?! Apa kau bilang?!" Dahinya dan dahi Natsu saling menempel, arus listrik dan bunyi petir berada di sekitar mereka.
"Pervert, pervert. Akui saja kau tidak bisa bahasa Inggris," Natsu berucap kesal.
"Daripada kau tidak bisa Matematika!"
"GRRR!" keduanya bertengkar, Lucy masih berada di belakang Natsu. "N-Natsu.. Siapa pria hentai ini? Salah satu temanmu?" tanya si gadis gugup.
"Wah, dia teman yang paling menyebalkan, Luce! Gray Pervert Fullbuster," Natsu tersenyum licik.
"Apa katamu, Flame Brain?!"
"Kenapa?! Kau tidak suka kata-kataku barusan, Ice Jerk?!"
"Akan kurobek mulutmu.."
"Begitu juga dengan milikmu.."
Lucy sweat drop. "Natsu.."
"Oh, hei kau yang dibelakang Natsu," Pria berambut biru donker atau lebih tepatnya raven itu mengalihkan pandangannya. "Aku Gray Fullbuster! Salam kenal!"
Lucy tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, akhirnya ia mengangkat tangan dan mengucapkan namanya. "Lu.. Lucy.."
"Ayo, Luce! Kita pulang! Jaa ne, Ice Prince," Natsu menarik Lucy menuju keluar area sekolah, Gray hanya memperhatikan keduanya dengan menggeleng-geleng kepala.
"Ckckck.. Aku tidak menduga Salamander bisa dekat dengan cewek," ia tersenyum penuh arti.
"Teman-temanmu menyenangkan ya, Natsu," Lucy memulai percakapan lagi ketika keduanya hampir sampai di Hargeon Street. "Ada Jellal, Gray, Levy, Erza.."
"Hehee.. Kau baru liat sebagian, Luce. Kalau kau sudah melihat semuanya, akan lebih seru!" Natsu terkikik.
"Apa Eucliffe-san dan Rogue-kun juga temanmu?"
"Eh?!" Natsu kelihatan kaget ketika nama dua orang itu disebut Lucy. "Kau juga sudah bertemu dengan mereka?!"
"Um. Eucliffe-san kelihatannya baik, dia mengembalikan sapu tanganku yang jatuh tadi pagi. Dan kurasa dia cukup keren. Rogue-kun sebenarnya, boleh dibilang lumayan aneh, tapi ia ramah! Jellal-Kaichou tidak seperti idol lainnya, biasanya kan mereka playboy namun yang satu ini tidak, dia berpegang teguh pada cintanya. Erza tegas, Levy kutu buku sepertiku, dan Gray.. Um.. Sejak kapan dia berkepribadian seperti itu?"
"Uh-oh.. Susah dijelaskan, Luce. Sepertinya kebanyakan dan terobsesi nonton iklan produk susu laki-laki, contohnya L-Men.. Kau taulah, laki-laki sekarang rada aneh."
"Berarti kamu juga dong, Natsu!"
"ENAK AJA! JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN GRAY!"
Akhirnya, mereka memasuki jalan Hargeon. Lucy pun memasuki komplek rumahnya, yang nampak kecil dan sederhana namun kelihatannya damai.
"Wah, Lucy! Ini rumahmu sekarang?" Natsu takjub.
"Um. Nenek yang nembelikannya untuk kami, saat ayah sudah tidak ada," Lucy mengangguk.
"Sou ka.. Jaa, dimana ibumu?"
"Dia pasti di dalam, mau kupanggilkan?"
"Ah, tidak usah deh, Lucy."
"Lho? Tadi katanya kau mau bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih.." Lucy mengulang kalimat Natsu saat masih di sekolah beberapa menit yang lalu.
"Engg.. Nggak jadi deh, Lucy, aku takut ibumu sedang sibuk bekerja, aku takut mengganggu jadi tidak enak," Natsu menjelaskan perlahan sambil menggaruk kepala belakangnya. "Besok saja deh."
"Oh.. Oke," Lucy mengerti.
"Jaa. Aku pulang dulu ya. Matta ashita, Lucy!" Natsu berbalik badan, dan mulai meninggalkan rumah Lucy. Lucy tersenyum.
"Matta ashita, Natsu! Terima kasih ya sudah merindukanku!"
"Tadaima.."
"Okaerinasai," Terlihat ibunda Lucy, Layla Heartfilia, tengah mempersiapkan makan malam. "Bagaimana sekolahnya, Lucy?"
"Menyenangkan sekali, bu! Hari ini aku bertemu sahabat lama, tiga laki-laki keren.."
"Tunggu, sahabat lama?" cegah Layla memiringkan kepala. Bingung akan maksud putrinya ini. "Siapa dia?"
"Ibu tahu kan, anak berambut pink dan berambut silver yang waktu itu datang ke pesta ulang tahunku yang ketiga? Natsu dan Lisanna, ibu! Natsu dan Lisanna!" Lucy terlalu senang sehingga ia seakan-akan memaksa sang ibu agar memutar-mutar memori otaknya agar bisa mengingat. Tak lama kemudian, Layla tersenyum.
"Oh ya! Sekarang ibu ingat! Yang waktu itu sering ke rumah kita kan, anak berambut pink itu satu TK denganmu, sedangkan yang rambut putih tetangga kita," ucap Layla. "Ibu benar kan?"
"Iya, ibu benar!"
Layla terkikik kecil. "Wah, wah.. Kelihatannya kau bahagia sekali. Bagaimana bisa kau bertemu dengannya?" Lucy pun duduk di kursi ruang makan, dan bercerita semuanya pada sang ibu. Layla senantiasa memperhatikan, tersenyum mendengar cerita putri tunggalnya ini.
"Dia bersekolah di sana sejak kelas 1 SMA! Dan kami satu kelas! Aku belum tahu Lisanna di kelas mana, sepertinya di kelas berbeda dengan kami," Lucy menjelaskan. "Oh ya, ibu, dan ternyata Natsu sudah punya adik loh! Dia pintar sekali memasak, tadi Natsu memintaku makan siang dengannya karena bekalnya terlalu banyak."
"Lalu siapa tiga laki-laki keren yang kau sebut tadi? Ibu penasaran," Layla tersenyum.
"Ada Sting Eucliffe, Rogue Cheney, dan Jellal Fernandes! Ibu tidak akan tahu betapa senangnya aku bertemu model majalah SMA itu. Ternyata dia senpaiku!"
"Wah, beruntung sekali kau, Lucy! Apalagi?"
"Iya, bu! Dan ternyata ia sudah berpacaran! Dengan sesama model, Erza Scarlet!"
"Hee.. Cinta lokasi.."
"Iya, padahal beda agensi! Pokoknya sekolah hari ini seru sekali, bu! Aku juga sudah bercerita pada ayah!"
Layla tertawa kecil. "Ayah pasti senang mendengar ceritamu, dan sekarang kau harus ganti baju, cuci tangan cuci kaki, lalu kita makan malam. Kau pasti lapar, oke?"
"Um!" Lucy tersenyum. "Aku kangen masakan ibu yang enak! Sebentar ya bu!" Lucy segera naik ke lantai atas, untuk pergi ke kamar mandi dan kamarnya sendiri untuk melaksanakan pesan ibunya.
Keesokan paginya, langkah-langkah gontai menapaki koridor salah satu lantai Fairy International High School. Di tempat lain, nampak seseorang bermain piano, jari-jarinya menari bebas diatas lantai putih dan hitam yang menimbulkan bunyi.
Pemuda itu terus melangkah, semakin cepat. Di tempat yang sama tadi, selain pemain piano, ada juga pemain yang memetik harpa peraknya, mirip harpa milik Orpheus dalam legenda Yunani.
Senyum cerah mengukir wajah si pemilik langkah gontai tersebut, senyum yang melambangkan kepercayaan diri. Rupanya di tempat itu juga terdapat seorang pemain biola, yang menggesek alat musik tersebut dengan cukup anggun.
Pemuda tersebut kemudian berhenti di ruangan yang bertuliskan 'Music Room', dan di tempat tadi hadir juga seorang peniup terompet silver yang memainkan terompetnya sesuai alunan dari piano, harpa, dan biola.
Pintu ruang musik itu digeser oleh si pemuda, yang tak lain dan tak bukan adalah Natsu. Di punggungnya ia membawa gitar, yang dimasukkannya ke dalam tas gitar warna hitam. Ia tersenyum melihat semua orang.
"Ohayou, minna!"
Di dalam ruangan itu, keempat pria dimana masing-masing adalah Sting pemain piano, Rogue pemain harpa, Jellal pemain biola, dan Gray pemain terompet, tersenyum memegang alat musik mereka.
"Ohayou gozaimasu, buchou."
Nah, gimana minna? Kepanjangan ya? Gomenne, kupikir segini aja dulu, jadi para readers bisa ngenal intronya. Kalo ada yang review syukurlah, kalo misalnya nggak ada kuhapus aja, eheh daripada jadi sampah ._. Jaa, minna-san! Mohon RnR-nya yaa! Matta ne!
~jsslucy91
