Jauh sebelum aku berani untuk menatap dua buah bola mata, kamu menawarkan lebih dari sekedar omong kosong.
"Mau jadi teman?"
Kamu terlalu seenaknya sebagai seorang teman. Eh, teman, apa sekarang kita benar-benar berteman?
"Sekarang, tempat ini jadi tempat rahasia kita."
Jangan heboh begitu. Apa aku berat? Ini bukan kesalahanmu. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan dahimu, Kamu tak apa?
"TOU-SAN! TOLONG SAKURA!"
"Apa yang terjadi?!"
"Naru, Naruto buat Sakura jatuh dari pohon!"
Mamamu bilang kamu bukan anak yang cengeng, tapi, apa yang aku lihat benar-benar kebalikannya. Bagaimana dengan dahimu?
"Maafkan aku, aku gak akan buat Sakura jatuh lagi."
Susu coklat.
Keluargamu jauh lebih hangat bila dibandingkan Susu Coklat di bulan Desember. Lebih manis dari gula-gula, dan lembut seperti sutra. Ketika aku ada diantaranya, seolah aku bisa melupakan semuanya.
"Mau kue? kamu bilang suka jellykan? Kaa-san buat kue isi jelly. Mirip pai, tapi ini parian baru. Sakura pasti suka."
Kamu paling tahu apa yang aku sembunyikan. Apa terlihat jelas sekali?
"Menginap saja, ayah akan menghubungi keluargamu nanti. Kamu ingat nomor ayahmu?"
Kamu tahu, aku yakin. Tapi kepolosanmu, selalu buat pertahananku runtuh.
"Sehari, Kak Kyuubi yabg sebongsor itu, bisa menangis sampai tiga kali hanya karena gula-gulanya habis."
Sekarang, aku benar-benar yakin. Kamu tahu segalanya. Sejak kapan?
"Sakura suka pakai baju panjang. Sebelum Sakuta jadi temen Naru, Sakura selalu pakai baju pendek."
Apa aku benar memiliki teman sekarang? Bisakah aku percaya kamu?
"Naruto mulu yang cerita. Apa Sakura gak bosen?"
Sekarang aku percaya kamu. Lalu kamu membawa lebih banyak orang, ramai sekali. Tak apa, aku senang.
"Kak Kyuubi ngapain ke sini?"
"Jaga kamu sama Sakura. Kalo kamu kenapa-napa entar Kaa-san yang repot."
Jangan ketus begitu, aku tak apa-apa. Masih banyak ruang bukan, kamu bilang begitu.
Tapi dia?
"Terus Sasuke?"
"Kakak bosen main sendiri. Sasuke nemenin kakak main bola."
Uchiha Sasuke, dia tetanggaku. Kalian semua saling kenal rupanya. Tapi kami tak pernah bisa akrab sebelumnya.
"Kakak itu gak pinter main bola, kenapa maksain sih! Sasuke juga, ngapain nemenin Kak Kyuubi."
Aku jauh lebih bahagia sepertinya, melupakan hal-hal buruk yang terjadi merupakan hal yang mudah saat itu. Hingga aku lupa, perpisahan itu terlalu dekat rupanya. 2 Minggu itu terlalu singkat, untuk merasa kebahagian dan melupakan tekanan.
"Besok Naruto harus pulang. Nenek udah sembuh dan Naru harus mulai sekolah."
Sepertinya bukan kamu, kamu memiliki sekumpulan matahari disekitarmu. Sedangkan aku, aku berada di antara rengkuhan belantara.
"Ayah, apa Sakura gak bisa ikut sama kita? Naruto pasti kesepian."
Janji tetaplah janji, kamu bilang begitu. Karena aku temanmu, dan nenekmu pasti merindukanmu. Kamu akan tetap berkunjung setiap hari libur, kan?
Tapi, Kak Kyuubi bilang kamu pelupa?
"Naru dulu emang pelupa, tapi udah enggak kok. Sakura tenang aja. Soalnya Sakura berarti banget buat Naru."
"Berarti dulu, aku gak berarti dong?"
"Kak Kyuubi itu ngeselin. Ngapain diinget-inget."
Begitukah, apa aku harus khawatir kamu tak akan mengingatku?
Sakura Haruno, 12 April 2008
Makasih yang udah baca sampe tamat /. Aku malu deh wkwkwkkwkw. Maaf juga kalo fanficnya gak jelas gini hehe. Ini masih tahap pengenalan kenapa para karakter-karakternya kenal Naruto. Maaf yahhhhh kalo aneh. Buat chapter depan, khusus kyuubiiiiiii.
Sekali lagi makasih dan salam kenal aku Newbie soalnya hehe
