Disclaimer © Masashi Khisimoto

Rate : Remaja saja

Warning : Terinspirasi humor internet (Again)

.

L.A Mild

.

.

Seorang pria kekar bercadar mirip onta arab, nampak keluar dari sebuah bangunan megah. ditangan kanannya nampak koper yang ia jinjing. bola mata ijonya bergulir kesana-kemari guna mencari keberadaan mobil yang mengantarkannya tadi.

"Dimana sialan dungu itu?" dikeluarkannya hp touch screen yang sudah retak seraya mencari sebuah nama dan menempelkan di daun telinganya.

"Halo pak! ada apa?"

"Oh tak ada apa-apa," si onta arab berkata lembut. di pindahkannya hp retak persis di hadapan mulutnya yang tertutup cadar dekilnya itu. dengan sekali tarikan nafas. "DASAR SOPIR DUNGU! MAU GUE PECAT LOE, HAH?! GUE TUNGGU LIMA MENIT DAN JIKA LOE GAK NAMPAKIN BATANG TINDIKMU ITU, MAKA ... "

"Ma-maka?"

Kakuzu menyeringai dari balik cadar udiknya. "Gaji bulan ini gue potong 99%"

"Segera hadir dalam dua menit pak"

Dan sambungan terputus.

"Hah!" Kakuzu mendesah dan melirik arloji (yang lagi-lagi retak) ditangan kirinya. "Yah, saat seperti inilah saya terkadang merasa sedih." dia ngomong sendiri persis orang kurang waras.

Tiba-tiba nampak dari kejauhan terlihat sebuah mobil kuning mengkilap melaju dengan kecepatan top speed. Dan dengan handalnya si pengemudi menginjak rem dan membanting stir khas drifting sejati.

Ckiiiitttttt!

Lamborghini itu berhenti persis dua centi disebelah si onta arab.

"Sorry bos! gue habis di godain cabe-cabean saat makan di KFC," pria berkepala duren dengan koleksi tindik di beberapa wajahnya itu menyumbulkan kepala durennya dari jendela. "Yah, resiko orang ganteng bos, jadi maklumi saja." dia tersenyum kece pada spion Lamborghini bosnya itu.

"Pe-pein, hiks!"

Pein Yahiko noleh seraya menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa bos? kenapa anda mewek?"

"Pe-pe-pein, hiks!" bola mata matre Kakuzu menatap supirnya dengan tampang sok melas, padahal orang-orang yang tak sengaja melihat wajah si onta arab itu, eneg mendadak.

"Bos!" Pein keluar dari tunggangannya dan menepuk pundak Kakuzu dua kali. "Aku tau kenapa kau menangis bos ... aku tau kau memang jelek, udik, matre, songong sekali, freak, gaje, super kikir lever empat, norak, ndeso, gak modis, IQ jongkok-"

"KAKIKU KELINDES DASAR GOBLOK!"

Pein sweatdrop, dan sedetik kemudian dia nyengir lumba-lumba. "Sorry bos." dia lansung masuk mobil kembali dan menyalakan mesin. di mundurkannya mobil bosnya itu kemudian dia majukan lagi. Dan tentu saja kaki si cadar kelindas lagi.

"WADAOOWWW! KAKI GUE KELINDES LAGI BAJINGAN." Kakuzu megap-megap, dicungkannya jari tengah kearah sopir dodolnya itu.

Pein nepok jidat dan memundurkan mobilnya lagi lalu memajukannya lagi (?) dan si cadar berteriak lagi.

.

.

.

"Loe ulangi perbuatan loe lagi, gue pasatiin kepala loe pisah dari lehernya." kata si onta arab pada sopir dodolnya yang saat ini sedang mengangin kepalanya yang menumpuk tiga benjolan disana.

"Santai dong bos! gak elit banget seorang bos ngomong gitu." gerutu Pein sambil sesekali berkaca pada spion, meratapi lingkaran biru yang nampak dimata kirinya, kena bogem.

Kakuzu yang lagi sibuk mijitin kakinya yang penyok, mendongak. "Sonta-santai dengkulmu!" sewotnya serius sampai-sampai cadarnya basah oleh hujan lokalnya sendiri.

"Hn," gumam Pein asal keluar suara. tiba-tiba sebuah ide norak melintas dalam otaknya. "Bos, kau korupsi ya?" Pein menyeringai jahat, bola mata ungunya menatap lurus jalanan kota saat ini.

"Ti-tidak!" elak Kakuzu tiba-tiba pucat persis mayit. "Ja-jangan ngawur kau, Pein! gu-gue oranya ju-ju-jujur tau."

"Mana aku bisa percaya wong wajah-wajah bajingan seperti bos ini sering saya jumpai." seringaian jahat Pein makin mengembang, sedang Kakuzu was-was. "Dan aku juga tau bapak barusaja korupsi lima juta Ryo *anggap saja 1 Ryo itu 3000 Rp, dan silahkan kalikan sendiri-plak* jadi jujur saja pak."

Badan Kakuzu mengecil, keringat segede biji mentor numpuk di jidat dekilnya. "Ja-jangan sembayangan-"

"Sembarangan pak, bukan sembayangan." ralat Pein agak sweatdrop

"Yah, i-itu maksud gu-gue."

Pein menoleh kebelakang dan tersenyum penuh arti. "Akan aku laporkan perbuatan bos yang bajingan ini."

JEGERR!

Kilatan petir menyambar di luar jendela mobil, mata matre Kakuzu melotot bahkan nyaris loncat jika mata itu punya kaki. dengan jigong yang sudah kering lanyaran dia telan sedari tadi. Kakuzu balik ngancam.

"Jika kau mau melaporkan, maka kau akan aku pecat, Pein! hahaha. Dan pekerjaanmu ... hilang" Kakuzu mencopot cadar udiknya dan memasang seringaian menjijikkan pada sopir kurang ajarnya.

"Oh, tak masalah." kata Pein enteng dan kembali menghadap kedepan seraya menambah kecepatan Lamborghini milik Kakuzu.

'Aduh, untung gue masih bisa ngatasi si sopir dudul ini. kalau dia melaporkan bisa bahaya harta hasil mbajing gue selama ini.' pikir Kakuzu nista disertai senyum memuakkannya.

"Tapi apa anda tau pak?"

Kakuzu tegang kembali mendengar suara Pein dan kilatan petir menyambar-nyambar diluar sana.

"Aku mengemudikan mobil ini dalam kecepatan 170 KM."

Kakuzu pucat kembali, di sobeknya cadar buluknya seraya menggigitnya. keringat yang tak kalah gede dari buah gedondong meluncur dari pelipisnya.

"Dan kebetulan sekali tadi saya habis minum Vodka dua botol dan Carlsberg tiga botol."

"TOLONG-TOLONG SAYA MAU DIPERKOSA LELAKI MAHO." teriak Kakuzu menyumbulkan kepala kikirnya keluar jendela. dan naas sebuah truk tronton dari arah depan menyerempet mobil yang ditumpanginya. kepala Kakuzu lepas. Dan tamatlah dia.

Ups, salah teks coy. ulangi-ulangi.

Kakuzu menjambak rambut gondrongnya hingga botak sana-sini.

"Lalu ... " Pein noleh kebelakang dibarengi seringaian jahat level lima. "Aku barusaja menenggak 'permen' 15 butir."

JEGER!

Sedetik kemudian.

"HUAAAAAAAA, HIKZ, TOLONG PEIN, HIKZ. JANGAN TABRAKIN MOBIL SUPER KEREN GUE." Kakuzu menangis persis bocah cilik minta dibelikan speda roda tiga. "DAN GUE MASIH INGIN HIDUP, HIKZ, GUE MENGAKU GUE KORUPSI, GUE MENGAKUI KALAU GUE MEMANG BERTAMPANG BAJINGAN, JADI SO PEEELLLLIIIIIIISSSSSSSS! GUE MASIH MAU IDUP, HUEEEEE."

Pein sweatdrop.

"HUAAAAAA, GUE NAIKIN GAJI LOE 10x LIPAT DAN AMBIL MOBIL KEREN GUE INI ASAL LOE TUTUP MULUT. PEEEELLLLIIIIIISSSSSS PEIN! HIKS, GUE BELUM PERNAH NGERASASIN ENAKNYA KAWIN. HIKS, GUE-"

"STOOOOPPPPP!"

Kakuzu mingkem dengan perasaan takut pake sekali. jempol kaki dia gigit demi menstabilkan jiwanya yang terguncang.

"Ehem!" Pein berdehem dan menatap lurus sepasang mata matre bosnya. "Aku bisa tutup mulut bos jika kau memberiku seperti yah, yang kau katakan barusan," Pein nyengir nista kala membayangkan mobil yang sudah dia idamkan dari dulu ahkirnya tercapai dan tentu saja gaji naik berkalilipat.

Sekali tonjok dua preman terkapar, yah. begitulah pribahasa yang ada dalam kepala Pein saat ini.

"O-ok, ambil mobil ini dan gaji loe naik mulai saat ini."

"Tapi ada satu lagi bos! Dan yang ini harus bisa terkabul, jika tidak ... " Pein melebarkan matanya serta menarik seringaiannya hingga level tujuh.

"Ji-jika ti-tidak?" Kakuzu menelan jigongnya was-was.

"Bersiaplah tinggal dalam jeruji."

JEGER!

Sekali lagi petir menyambar.

"DEAL!" ucap Kakuzu spontan serta menyerahkan surat kontrak perjanjian yang entah kenapa secara gaib sudah ada disana.

"DEAL!" Pein tersenyum nista separo kece.

"Tapi Pein, apa permintaanmu yang terahir?"

"Mudah kok bos! aku mau kawin sama Konan, pembantu semok rumahmu."

.

.

.

Mata Kakuzu melotot.

.

.

.

Dagunya anjlok.

.

.

.

Sempaknya melorot (?)

.

.

.

"KONAN SUDAH PUNYA SUAMI GOBLOK!" Kakuzu tumbang di TKP.

~OWARI~

Hahaha, sekali lagi, saya lagi mood banget buat fic humor hari-hari ini.