.

The God, Priest and Warrior

"May God bless you my dearest, I will be waiting endlessly till you home from the war-zone. " - Highest Priest of Nekromanteion, Sasuke


Fushimi Sakura (Winter Esmé Harper) proudly present

'The God, Priest and Warrior'

Genre: Angst, Romance, Drama, Spiritual (Greek)

Rate: M

Language: Indonesia

'Naruto' Another Univers

Pair: Naruto x Sasuke, Naruto x Hinata

Warning: Boys Love, Another Universe, OOC (penyesuaian dengan cerita), Typo, possibly sad ending, First M rate (bare with it), etc


Chapter 1. Awal dari Tragedi


Seorang pemuda tampan berambut blonde tenggah menggamati gerak-gerik pemuda berusurai malam dari kejauhan- walau disebelahnya nampak seorang pria berambut hitam dengan tatto segitiga terbalik dibawah matanya- sedang asik bercerita padanya, namun seolah pemuda blonde itu mengacuhkan setiap perkataan-perkataan wali kapten pasukannya, seolah orang itu tak sedang bicara dengannya.

"Dan kaisar sangat senang dengan kemenangan yang kita hadiahkan padanya- saya yakin kaisar akan menggunjungi anda dalam waktu dekat, bagaimana pendapat anda, my lord? Hei... Naruto?"

"Huh?" Entah kalimat bagian mana yang membuat mata biru itu kembali memandang wajah teman baiknya itu- mungkin ketika namanya di panggil. Naruto akhirnya menggubah fokus pandangngannya.

"My lord- apa kau mendengar perkataanku?"

Pemuda itu tak menjawab lantas malah memberikan sebuah cenggiran.

Yang diberikan senyuman itu akhirnya menghela nafas- sadar atasannya itu sama sekali tak mendengar perkataanya.

"My lord..." Nada tersirat kekecewaan dan kekesalan terdengar dari mulut sang bawahan.

"Put that aside, Kiba- siapa orang itu?"

"Orang itu?" Wali squat prajuritnya, Kiba, mengikuti arah mata sang atasan. "Yang mana my lord?"

"Itu yang berambut hitam seperti pantat bebek- yang tenggah menggobrol dengan Sakura." Naruto agak memberi pentunjuk dengan menggerakkan wajahnya. "Aku memang jarang mengikuti pesta yang biasa di buat oleh Sakura, tapi aku bukan orang yang tak menghafal wajah orang yang masuk dan keluar ke rumahku- aku rasa ini pertama kalinya aku melihat orang itu."

"Ah- itu Sasuke, ini memang pertama kalinya my lord melihat dia, ini adalah pertamakalinya ia datang ke sini, seperti yang anda ketahui Lady Sakura menggundang seorang pendeta tertinggi dari Nekromanteion, karena itu dia disini."

"Hoi!" Naruto nampak kaget. "Anak itu pendeta tertinggi!? Aku pikir pendeta tertinggi hanyalah berisi kakek-kakek tua yang sudah bau tanah."

"My lord..." Kiba menggelengkan kepala karena pikiran dangkal atasnya itu. Lalu tersenyum jail. "Heh- jarang sekali anda menanyakan tentang seseorang. Apa anda juga tertarik pada ketampanan pendeta itu? Atau dewa Eros sudah menembakkan panahnya pada anda?"

"Kiba- bukan karena kau adalah wakilku aku tak bisa menghajarmu."

Kiba agak meringgis mendengar perkataan sang atasan. "Maafkan saya my lord."

"Dan apa maksudmu dengan juga?"

"Ah- Lady Sakura menggundangnya karena ia tertarik dengan pemuda itu."

"Heh... Sakura menyukainya?" Naruto agak memandang sinis kali ini.

"Mungkin ia terlalu muda untuk menjadi pendeta tertinggi- ia juga cukup terkenal karena doanya seringkali terkabul dan juga karena ketampanannya. Walau ia masih cukup muda namun mengingat ia telah menjadi pendeta selama 20 tahun dan kemampuannya, saya rasa jabatan itu cukup pantas disandangnya. Ia sudah menggapdikan dirinya pada Hades dan Persephone sejak ia berusia 8 tahun. Ia juga merupakan anak orang yang berpengaruh di pemerintahan menurud gossip yang beredar."

"Dari pada cukup pantas lebih terdengar seperti kehidupan yang membosankan. Berdoa setiap saat pada dewa kematian. Seolah ia ingin segera mati, kenapa ia tak jadi perajurit lalu mati di medan perang- dari pada hanya berdoa pada hal kosong."

"My lord... Hades bukan dewa kematian- beliau adalah dewa orang mati dan segala hasil dari bumi seperti emas- perak dan lainnya- sedang Persephone adalah dewi musim tumbuhan dan ratu dunia bawah."

"Aku tak peduli pada kuil ataupun dewa-dewi yang di sembah di dalamnya. Toh di banding meminta berkat pada Hades aku lebih memilih meminta berkat pada Zeus. Tapi bukan seperti aku mau memintanya, Tsunade-baa terlalu menyeramkan."

Naruto mengabaikan Kiba lalu kembali meminum anggur di dalam cawannya.

"My lord..." Kiba kembali menghela nafas panjang. "Bagimana bila anda menggundangnya sebagai anggota prajurit kita? Meyakinkannya bahwa anda adalah titisan dewa Ares- mengingat banyaknya kemenangan yang anda persembahkan bagi kaisar, pasti tedengar nyata dan akhirnya mungkin ia akan bergabung."

"Dan berada di bawah naungan kematian maksudmu?"

Kiba tertawa garing saat mendengar pekataan sakratis Naruto.

"Tapi apa tak apa My Lord?"

Naruto masih berwajah masam karena perkataan Kiba. "Apa?"

"Lady Sakura..."

"Dia sudah dewasa- ia bisa menentukan pasanggan hidupnya sendiri."

Ketika mata Naruto kembali mencoba mencari sosok kakak berambut pinknya itu- ia mengkap Sasuke tenggah memandangnya... hanya sekilas. Mungkin cuman perasaannya- pemuda itu tengah bicara dengan Sakura... mungkin juga Sakura tenggah membicarakannya pada pemuda itu.

"Naruto!" Sesosok wanita cantik bersurai kebiruan dan beriris lavender menghampiri Naruto. Kiba yang melihat wanita itu segera izin undur diri- yang kemudian di izinkan Naruto.

"Hinata." Naruto memeluk kemudian mengangkat tubuh munggil itu.

"Na.. my lord... banyak orang..." Gadis itu tersipu manis, membuat pemuda beriris sebiru langit itupun menyeringai senang kemudian menurunkan gadis itu dari pelukkannya. "Aku merindukanmu."

Walau Naruto tak peduli pada kuil dan dewa yang dipuja di dalamnya. Ia cukup peduli pada seorang pendeta di dalam sebuah kuil- pendeta di kuil Zeus tepatnya, kuil sang dewa petir- penguasa gunung Olympus tempat tinggal para dewa, salah satu pendeta bernama Hinata adalah kekasihnya (self-proclaim).

Naruto menyingkir dari arena pesta- ia membawa gadis itu ke kamarnya.


"Naru- temani aku ke kuil Nekromanteion."

"Huh?" Pemuda yang baru saja setenggah sadar itu akhirnya tersadar penuh ketika kakaknya tengah berada di kamarnya.

"Saku!?" Ia segera menutup tubuhnya dengan kain. "Bagaimana kau bisa masuk!?"

"Naru, aku punya semua kunci di rumah ini. Aku ingin kau menemaniku."

Naruto pun juga menyelimuti tubuh Hinata. "Tapi tak sepagi ini juga."

"Ayoooo~" Sakura merengek.

"Setelah aku mengantar Hinata pulang."

"Sekarangggg~" Lagi gadis itu merajuk. "Atau aku akan bilang pada pendeta tinggi Tsunade kau menyetubuhi Hinata."

"...Baiklah- baiklah" Naruto menghela nafas. "Setidaknya biarkan adikmu ini berpakaian lebih dahulu."

Sakura menyeringgai senang- ia sudah menang. "Cepatlah." Sakura meninggalkan kamar itu.

Hinata bangun dari posisinya setelah Sakura keluar. "Kita ketahuan Lady Sakura lagi... Naru..." Ada ketakutan dalam suaranya.

"Tenang anak itu tak akan bicara." Naruto membelai pipi prorcelen gadis di hadapannya. "Maaf tak bisa mengantarmu."

"Tak apa." Hinata tersenyum maklum.

"Aku akan berkunjung saat sempat." Naruto berjanji pada gadisnya itu.

Naruto segera bersiap kemudian berpakaian lalu segera menghampiri Sakura yang sudah menunggu di pintu depan- di dalam kereta kuda tepatnya.


"Jadi apa yang membuatmu turut membawaku ke kuil Nekromanteion, Saku?" Setelah kereta kuda itu berjalan meninggalkan kediaman mereka Naruto mulai angkat bicara. Jujur ia agak kesal dengan kakaknya itu- padahal ia ingin melakukannya sekali lagi sebelum menggantar Hinata pulang.

"Rasanya tak sopan bila aku sendirian yang menggunjungi Sasuke."

Sakura jelas menggunakan pakaian terbaiknya- menggunakan parfume terwanginya- menata rambutnya sebaik mungkin. Naruto akui kakaknya nampak cantik. Lebih cantik dari biasanya maksudnya.

"Menjadi nyamuk saat kau berkencan?"

"Menemani kakakmu yang cantik bertemu pendeta, Naru..."

Naruto memutar bola matanya jengah.


"Selamat Datang." Beberapa pendeta nampak menyambut kedatanga Sakura dan Naruto. Naruto sempat melihat beberapa gadis muda yang nampaknya berpakaian sebaik mungkin. Wajar dengan pendeta tertinggi semuda dan semenarik Sasuke, walau kuil ini beraroma pekat kematianpun pasti akan ramai.

"My Lady, My Lord... perjamuan akan segera di mulai, adakah baiknya bila My Lady dan My Lord segera masuk ke ruang acara."

Sakura nampak telah familiar dengan keadaan ini. Benar-benar tak masuk akal, bila gadis itu telah sering ke sini- lantas menggapa kini ia di ajak.

Perjamuan? Apa ini akan berbeda dengan penyucian ala kuil Hinata?

Naruto memasuki ruangan aula- di dalamnya terhidang beberapa jenis makanan dan minuman, aula itu juga nampak dipenuhi banyak orang. Pesta? Yang benar saja? Ini kuil atau bukan? Atau cara penyembahan dewa berbeda di setiap kuilnya?

Sakura begitu saja melewati aula itu- kini mereka masuk ke lorong lorong gelap. As thought of God of Underworld Temple. Mereka terus berjalan sampai ke sebuah ruang lapang berisi dua buah patung. Naruto menebak itu adalah patung Hades dan Pershephone.

"Highest Sasuke?" Sakura memanggil sosok yang tengah berdoa di hadapan patung itu.

"Lady Sakura? Lord Naruto?" Sosok itu berbalik.

Naruto kembali memandang paras rupawan bersurai dan bermata kelam itu, sosok yang kemarin sekejap menyita perhatiannya. Kulit sempurnanya yang putih. Tubunya yang nampak tak terlalu berotot namun sempurna. Satu kata yang menggambarkan sosok itu- charming. Bila Naruto belum memiliki Hinata jelas Naruto akan jatuh cinta pada sosok di depannya.

"Adikku yang bodoh ini belum pernah di murnikan*." (* dimandikan secara ritual/didoakan) "Dan tak akan mau di murnikan- karena itu aku memaksanya kemari."

"Hei!? Saku aku tak pernah setuju untuk melalukan hal bodoh seperti itu. Aku tak mau berurusan dengan tempat ini maupun dewa-dewinya." Naruto jelas protes.

"Naru- barapa usiamu? Mungkin memang kau selalu menang dalam perang tapi tak ada salahnya minta perlindungan."

"Pada dewa orang mati? Yang benar saja Saku!?"

"Doa-doa Highest Sasuke sering kali di dengar dewa."

Kedua kakak adik itu bertengkar tampa henti sampai akhirnya Sasuke memisahkan keduanya.

"Lord Naruto- anda telah tiba disini tak ada salahnya bila anda di murnikan. Lady Sakura juga. Saya akan meminta bantuan pendeta lain untuk membantu anda."

"Aku tak mau dimurnikan."

"Naru!" Sakura nampak marah Naruto terus membantahnya.

"Karin- tolong bawa Lady Sakura ke kolam pemurnian."

Wanita berambut merah itu dengan sopan membawa Sakura keruangan lain.

"My lord, sebelah sini." Sasuke berjalan lebih dahulu ke sebuah pintu.

"Aku tak mau dimurnikan."

Sasuke menarik tangan Naruto untuk membawanya secara paksa.

"Hei!" Naruto nampak protes namun akhirnya memilih diam dan mengikuti Sasuke.

Merekapun tiba di sebuah kolam. Naruto tahu benar itu kolam apa- kolam penucian milik dewa Hades kah? Heh- lantai kolamnya dilapisi emas. Kuil ini sekaya itu.

"My Lord- silahkan anda tanggalkan pakaian anda."

"...kau..." Naruto bermaksud marah. Apa anak itu tak dengar ia tak ingin di murnikan. "Ah... baiklah." Naruto berhasil menahan emosinya- ia pun mulai menanggalkan kain yang menutupi tubuhnya.

"My Lord silahkan masuk kedalam kolam."

Naruto duduk di dalam kolam yang ternyata dangkal itu, lalu membasahkan rambutnya lalu menyisirnya ke belakang- membuat rambut keemasannya berkilau karena pantulan cahaya terhadap air dan menjinakkan rambut spikenya.

"Apa tak ada wine disini?"

"My Lord- anda di larang membawa wine ke kolam milik dewa Hades."

"Lalu apa yang bisa aku lakukan disini?"

"Saya disini bertugas membantu anda dalam ritual menyucikan anda, my lord."

"Heh- Aku cukup kagum kau bisa bertahan di tempat sembosankan ini."

"My lord, tidak seharusnya ada berkata demikian. Tempat ini adalah kolam penyucian- di tempat ini kita meminta perlindungan dan berkah dari dewa. Saya disini akan membantu anda bersiap sebelum anda menyanyakan jawaban terhadap dewa Hades." Sasuke masuk kedalam kolam setelah menanggalkan jubahnya.

Naruto menatap tubuh Sasuke. "Putih dan cantik. Agak aneh dimataku."

"Maaf tapi saya tidak mengerti apa maksud anda." Sasuke jelas bingung sebenarnya apa yang Naruto bicarakan- mungkin sebenarnya ia mengerti karena dapat terlihat serabut kemerahan di pipi sang pendeta tertinggi itu.

"Don't mind me. Aku berpikir tak terlalu buruk bersantai seperti ini."

"My Lord, disini saya akan membantu anda untuk penyucian- bukan untuk bersantai." Sasuke memulai ritualnya.

"Aku dengar dari Kiba, kau sudah menjadi pendeta selama 20 tahun."

"Tolong jangan bersuara ketika saya tengah memberkati anda."

"Heh- sekarang kau memerintahku?"

"Dengan segala hormat, saya memang tengah meminta anda."

Sasuke cukup terpukau dengan bentuk tubuh Naruto- otot bisep dan tripsepnya yang sempurna juga otot-otot perutnya yang bercetak kotak, six pack. Tubuh yang jelas di train dengan baik untuk perang- kulitnya yang jadi menjadi tan karena latihan dibawah matahari yang ia lakukan. Sangat berbeda dengan tubuhnya. Ada sebuah luka melingkar di perut Naruto. Tangan Sasuke dengan hati-hati menyentuh permukaan kulit Naruto. Ini bukan sentuhan dalam konteks sexual- ini tanda pemberkatan.

Melihat gerak malu-malu Sasuke, entah kenapa Naruto merasa tergoda. Padahal ini seharusnya hanyalah sebuah ritual pemberkatan. Dan bagaimana bisa pemuda dihadapannya dapat semenarik dan semenawan itu. Apa karena pemuda itu masih virgin, jadi ia tertarik? Atau karena pikirannya saja yang terlalu liar?

"Tanda terakhir di bibir. Semoga dewa Hades mendengarkan perkataanmu sekarang." Sasuke meletakkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke bibir Naruto.

Naruto menahan tangan Sasuke saat pendeta itu mulai menjauhkan jemarinya.

"Apa yang anda lakukan?" Sasuke kaget dengan apa yang Naruto lakukan.

"Bukankah ini tidak adil?" Naruto menjilat jemari yang tadi menyentuh bibirnya.

"My Lord!?" Sasuke menarik tangannya.

"Kau bebas menyentuh tubuhku sendari tadi. Tidak adil bukan?" Kini Naruto menahan kedua lengan bagian atas Sasuke.

"My Lord- kita sudah selesai disini. Tolong lepaskan saya."

"Bila aku ingin disini lebih lama lagi- itu tak melanggar peraturankan? Dan karena kau yang bertugas melayaniku saat aku berada di kolam ini, kau juga harus menemaniku."

Entah kenapa sifat selfish-nya ini keluar dengan sebegini buruknya- dihadapan orang yang bahkan baru ia ajak bicara tak lama sebelum ini.

"My Lord, tolong lepaskan saya terlebih dahulu- kita memerlukan kekhidmatan."

"Aku rasa matamu menampakkan hal yang berbeda."

Kedua insani itu saling menatap- ada jeda sangat sebentar saat kedua iris berbeda warna itu bertemu. Namun Sasuke lagi mencoba memberontak.

"Saya adalah hamba Tuhan, saya disini ada untuk membantu anda bukan melayani anda."

Bibir tipis Sasuke kini terdiam- terkunci lebih tepatnya oleh bibir Naruto. Betapa lancangnya pemudia pirang itu- melakukan hal seperti itu dihadapan dewa- entah apa maksudnya. Naruto memasukkan lidahnya kedalam mulut Sasuke mencoba menjelajah rongga basah milik Sasuke.

"MY LORD!" Sasuke memisahkan kedua bibir mereka secara paksa.

Naruto menjilat bibirnya- seolah merasakan sisa kehangatan yang sempat mereka bagi. "Reaksi yang sangat manis. Apa ini ciuman pertamamu?"

"My lord... ah..." Sebuah desahan lolos dari mulut Sasuke saat Naruto mulai memainkan putingnya. Mencubitnya seolah gemas, memilitirnya lalu mengelusnya dengan jemarinya. Wajah Sasuke kian mensayu- tubuhnya seolah menjadi sensitve. Kenapa? Kenapa ini terjadi padanya. "Tolong hentikan ini." Air mata mulai membasahi pelupuk mata Sasuke- kedua pipinya semakin memerah karena rasa malu- marah dan juga... nafsu. Sebagaian kecil dirinya seolah mulai terbawa permainan Naruto, walau jelas Sasuke masih mencoba bertahan pada kesadarannya.

Sasuke kembali mencoba mendorong tubuh tegap di hadapannya. "My Lord, ini adalah tempat suci milik dewa. Dewa Hades tenggah melihat kita. Tolong hentikan ini- perbuatan ini tak termaafkan."

Namun bukan merasa takut- tangan Naruto justru semakin nakal. Ia memeluk tubuh ramping itu dengan sebelah tangannya sedang tangannya yang lain mulai meraba bongkahan pantat Sasuke.

"Ah.."

Sambil meyeringai Naruto berkata, "Heh~ Tapi aku tidak sedang nampak mencoba meminta maaf padanya."

"Jangan menantang dewa, My Lord." Sasuke mencoba mendorong kepala Naruto- namun tenaganya benar-benar seolah hilang atau tenaganya benar-benar tak mengimbangi tubuh kekar pria dihadapannya.

"Kau yang menantangnya lebih dahulu-" Naruto mendekatkan mulutnya ke telinga Sasuke, "Apa kau pikir aku tak sadar kau menatap tubuhku dengan penuh minat sendari tadi." Naruto menjulurkan lidahnya untuk mengecap telingga Sasuke lalu menggigit cuping pendeta itu.

"Itu hanyalah sebuah kesalahpahaman."

Naruto memandang obsidian hitam milik pemuda dalam pelukkannya, "Tatap aku lalu katakan sekali lagi- karena aku tak melihat adanya dewa, yang ada di hadapanku kini hanyalah mata penuh nafsu yang haus akan kepuasan duniawi."

Kenapa? Kenapa hal ini terjadi pada dirinya? Tak sekalipun Sasuke pernah bermimpi diperlakukan seperti ini- bahkan dalam mimpi terliarnya sekalipun. Namun...

"Anda salah." Sasuke berusaha meyakinkan dirinya. Ia membuang mukanya agar kedua iris berbeda warna itu tak saling bertemu.

"Buktikan." Naruto menyentuh pipi Sasuke untuk membawa wajah itu menatapnya. "Buktikan padaku bahwa dewa tenggah mendengar dan melihat. Jangan berbohong padaku."

Iris sehitam malam itu masih menghindari tatapan yang seolah menusuk dari iris sky blue itu. "Ada hal yang sebaiknya di biarkan menjadi kebohongan, hal itu akan dimaafkan bila hal itu menghindarkan dari dosa yang lebih buruk."

Ada kilat kemarahan di mata Naruto, "Jika begitu aku yang tak akan memafkanmu karena kau berbohong padaku."

"Kau akan menantangku atau dewamu?"

"Jika kau memilih bersamaku- aku berjanji tak akan membiarkan kau sendirian."

Naruto kembali mengclaim bibir Sasuke. Ciuman itu kian meliar- Naruto jelas menuntut kepemilikan pada benda yang bahkan bukan miliknya. Sasuke mulai terbawa permainan Naruto- bagaimana lidah tampa tulang itu dengan fasih menjelajahi mulutnya. Mengabsen setiap giginya. Ciuman itu kian memanas- jelas sang dominan mencoba mengajak indra pengecap sang submissive bermain. Udara sekitar begitu memanas, padahal kini mereka tenggah duduk di dalam air, betapa absurd... kini seolah bernafas bukan hal yang penting. Saat ciuman itu berakhir- nampak jelas tali saliva yang entah milik siapa menyambung diantara bibir mereka.

"Emm..." ['Kenapa dia?']

Entah bagaimana caranya sehingga Sasuke bisa kini terhimpit dinding tepi kolam dan Naruto- Sasuke sama sekali tak sadar. Bagaimana ia bisa berakhir begini dan membiarkan Naruto menjelajahi tubuhnya secara leluasa. Meninggalkan jejak basah di tubuhnya. Bagaimana lidah yang nampak ahli itu mencicip kulit prorcelennya.

"Haah.." ['Ia tak ingin hal ini.]

Ia membiarkan Naruto memainkan puting sebelah kirinya dengan jemarinya, sedang mulutnya mengecap dan menghisap sebelahnya lagi. Menghisapnya seolah akan ada susu yang keluar dari sana. Walau jelas itu mustahil. Sentuhan itu- bagaimana pria itu bisa seahli itu.

"...Urn...aaah..." ['Ia tak ingin tenggelam pada permainannya.']

Ketika Naruto mulai menurunkan tangannya ke daerah selangkangan Sasuke. Sasuke tahu...

"Ugh... hahh..." ['Ia tak boleh jatuh kedalam tangan pria itu... kedalam sentuhannya maupun tatapannya.']

Sasuke kian begitu menikmati sentuhan jemari Naruto pada barang privasinya, bagaimana tangan itu awalnya hanya menyentuh batang kemaluannya- memainkan kedua bola pelirnya sampai akhirnya penisnya telah tertelan mulut Naruto. Sasuke menutup mulutnya dengan punggung tanggannya guna meredam desahan yang terus keluar dari mulutnya. Naruto menjilat batang penis Sasuke seperti tengah memakan es potong, menjilat ujung lubang urine Sasuke sebelum memasukkan penis itu kedalam mulutnya; memberikan kenikmatan yang mungkin belum pernah Sasuke rasakan, menggeluar masukkan penis itu dengan tempo semakin cepat sampai akhirnya Sasuke merasa sesuatu akan keluar dari dalamnya- sesuatu yang tak dapat ia tahan lagi.

"Ahhhhh..." ['Karena ia tahu ia akan dihukum atas dosa ini.']

"Cairan pertama yang keluar dari tubuhmu, huh? Banyak dan juga sangat enak." Naruto kembali menjilat bibirnya seolah menggenang tindakan yang baru saja di lakukannya. Sasuke hanya mematung kaget ketika tahu Naruto menelan cairannya.

"Sekarang duduklah di tepi kolam. Ini hanya akan sakit di awal, namun jangan kahwatir aku akan melakukannya secara perlahan sehingga tubuhmu dapat terbiasa." Naruto membuat Sasuke duduk di tepi kolam, tanda tanya besar berada dalam benak Sasuke, apa yang Naruto akan lakukan pada dirinya?

"Percayalah padaku."

Naruto melebarkan selangkangan Sasuke lalu perlahan memasukan jari tenggahnya kedalam lubang kenikmatan milik Sasuke.

"AH!" Tubuh Sasuke agak bergetar kaget karena masuknya benda asing ke dalam tubuhnya. "Apa yang anda- My lord... tolong hentikan hal ini."

Naruto kembali mencium bibir Sasuke- kali ini tak sememaksa tadi, hanya berupa kecupan manis dan singkat, ia lebih berfokus pada memasukkan jarinya lebih dalam kedalam lubang Sasuke.

"Ah~." ['Jarinya didalamku... ini sangat salah..]

Air mata kembali membasahi pelupuk mata Sasuke. Naruto mulai melonggarkan lubang perawan itu dengan menggerakannya ke kiri dan kanan lalu masuk dan keluar. Ia juga memasukkan jari keduanya.

"Emm~" ['Tapi aku tak dapat melawannya...']

Desahan Sasuke jelas membuat pemuda pirang itu semakin bernafsu, suara yang sangat manis di telinganya. Pemuda itu benar-benar sudah lupa pada segala hal yang lain. Yang ia inginkan saat ini adalah pemuda yang tenggah mengerang dibawahnya. Ia mempercepat tempo jarinya. Membuka dan menutup kedua jarinya di dalam lubang itu- ini akan dibutuhkan untuk persiapan benda yang lebih besar nanti- Naruto juga mencoba mencari sweetspot Sasuke.

"Hah~" ['Rasa ini menghantuinya... mengontrolnya... ia merasa ini bukan hal yang salah...']

Ada kepuasan yang seolah terpenuhi dalam sentuhan Naruto di atas tubuhnya- Naruto telah menemukan sweetspotnya... ia sadar ini salah namun... Sasuke menggenggam bahu Naruto.

"Sasuke, kau terlalu tegang- relaxlah kau menjepit jariku terlalu kencang, lihat aku." Naruto membimbing Sasuke untuk memandangnya.

"Tidak My lord- aku tak bisa, aku akan melangar dewa bila aku melakukannya. Aku tak menginginkannya... dewa akan menghukum kita..." Obsidian hitam itu telah barkaca-kaca sejak tadi- air liurnya menetes dari mulutnya- wajahnya memerah tak karuan namun ya- Sasuke masih berusaha menjaga kesadarannya walau jelas libido berusaha keras menanggalkan kesadarannya.

Naruto menggeretakkan giginya- nampak agak kesal. Ia menggeluarkan kedua jarinya kemudian membuka lebar selangkangan Sasuke.

"Gigit bila sakit."

Sasuke nampak kebingungan namun saat Naruto mulai memasukan kejantanannya kedalam lubang Sasuke, ia menggerti apa yang sedang mereka perbuat. Kejantanan itu menusuk lubangnya dengan tempo yang cukup cepat. Sasuke dapat merasakan sensasi aneh di dalam lubangnya- aneh dan sangat sakit, bagaimanapun ini pertama kalinya lubangnya di gagahi. Setelah penis itu masuk seluruhnya kedalam dubur Sasuke- Naruto memulai pergerakan- tak ada tempo lembut maupun waktu bagi Sasuke untuk menyesuaikan diri, lubangnya begitu saja di acak-acak, digagahi, disetubuhi dengan liar. Bunyi dua daging saling bergesekan. Bersyukurlah tampaknya pre-cum dari penis Naruto cukup membuat lubang itu licin bila tidak dapat diyakinkan darah sudah menjadi pelicinnya.

Desahan demi desahan meluncur fasih dari bibir Sasuke- tampa bisa ia tahan. "Ah~ aa~ ahh~"

"Stop... My Lord... tolong hentikan ini... dewa akan menghukum kita..." Air mata sudah tumpah dari pelupuk mata Sasuke- entah sejak kapan.

Naruto seolah tuli, ia mempercepat tempo in-outnya. "Lubangmu menjepitku seperti ini dan kau masih berkata hal itu? Persetan dengan dewa- yang ada di dalammu sekarang adalah aku."

Sasuke menggigit bibirnya sendiri guna menghentikan desahannya atau mungkin juga untuk meredakan rasa sakit di prostatnya.

"Mn... urm... ugh..." ['Saat aku mengira aku tak akan pernah memaafkannya dan terus membencinya.']

"Hei- jangan gigit bibirmu- jangan sakiti dirimu sendiri, bila kau membenci ini, gigit aku." Naruto menjulurkan tangannya pada Sasuke. "Gigit tanganku."

Sasuke menutup matanya- lalu menjulurkan tangannya untuk memeluk Naruto.

"Cum di dalamku." ['Aku kehilangan perasaan itu karena sikap lembutnya.']


Dewa... bila kau marah... marahlah saja padaku...

... dan hanya padaku


"Jadi beri tahu aku tentang pekerjaanmu sebagai pendeta."

Sasuke yang tengah menata bunga lily di depan patung Dewa Hades terdiam sejenak, "Rasanya sangat aneh tiba-tiba saja anda menyebutkan topik ini. Kami para pendeta bertugas untuk mengurusi penyucian dan menjadi perantara antara dewa dan kita, manusia."

"Heh- pekerjaan yang membosankan."

"My lord- jangan kurang ajar terhadap dewa."

"Hah- kalau begitu beri tahu aku soal Hades."

"Hades adalah putra pertama dari Cronos dan Rhea. Beliau adalah pengguasa dunia bawah dan segala hasilnya." Sasuke menaruh dupa di dalam tempatnya lalu menyalakan sumbunya dengan api.

"Sama seperti Zeus."

"Saya dengar anda pengikut dewa Zeus-"

"Tidak juga..." Saat topik ini di bahas Naruto jelas merasa bersalah. Apa yang baru saja dia lakukan terhadap Sasuke... padahal ia memiliki Hinata. Tapi... Saat ia tenggah berada bersama pemuda berambut malam itu- Naruto merasa sangat- ...langkap. "Ada yang bilang Hades menculik Pershephone dari Demeter."

"Banyak kisah yang di ceritakan berbeda My Lord-"

"Menurudmu sendiri bagaimana?"

"Menurud kuil kami Hades hanya menyembunyikan Persephone dari Zeus atas permintaan Demeter sendiri."

"Heh?" Naruto berkata dengan nada agak tidak percaya. "Zeus adalah ayah dari Persephone kan?"

"Dan kita tahu seberapa banyaknya selingkuhan Zeus." Sasuke menutup matanya sebentar lalu kembali membukanya. "Hades dan Demeter saling mencintai- namun Zeus menodai Demeter sehingga melahirkan Persephone. Dan agar Zeus tak menodai Persephone, Dementer menyerahkannya pada Hades- sebagai pengganti dirinya yang menurudnya sudah tak layak untuk Hades."

"Terdengar seperti kebohongan."

"Walau anda bukan pengikut dewa Hades setidaknya bersikaplah sopan- bagaimanapun anda berada di kuilnya. Jaga perkataan anda."

Naruto menatap wajah Sasuke yang nampak mengeras. "Sebagai putra pertama, Hades rela menjadi penguasa dunia bawah- bukan menggantikan kedudukan sang ayah sebagai raja para dewa."

"Zeus yang menggalahkan Cronos kan?"

"My lord..."

"Ah- my bad... Hinata yang bilang begitu."

Kedua insani itu terdiam.

"Naru?" Sakura nampak masuk ke ruang penyembahan patung.

"Ya Saku?" Naruto menghampiri Sakura.

"Tak ke aula?" Sakura melirik ke belakang Naruto. "Highest Sasuke!" Sakura dan Sasuke saling bertukar salam. "Naru kau tak kurang ajarkan pada Highest?"

"Saku?"

"Ya?"

"Ayo ke aula." Naruto mengambil langkah lebih dahulu. Sakura mengikuti setelah memberi salam perpisahan pada Sasuke.

Sasuke membalas salam itu sebelum kembali melanjutkan doanya. Mengakui dosanya... karena ia tahu sesaat ketika mata hitamnya bertemu dengan mata biru itu ia sadar- ia telah terjerat kedalam dosa manis itu...


TBC


N/A : MY FIRST M RATE haha maaf kalo jelak xD dan juga maafkan aku karena mengabaikan Fifty Shade of Uzumaki aku akan melanjutkannya setelah skripsiku selesai... ff ini terjadi karena keinginan egoisku, aku menulis ff baru- ff ini hanya akan terdiri dari 2 chapter. Kemungkinan terbesar aku akan mengakhiri cerita ini dengan Sad Ending jadi... ya begitu... hahaha... jangan komplain nantinya tapi lihat mood nanti sih xD Apa cerita ini perlu di lanjutkan atau ada sesuatu yang perlu di jelakan- kalian bisa menulisnya di kolom review... aku akan mencoba menjawab...


Next Chapter: Akhir dari Tragedi
"If the love between us are blessed by God, I pray for our happiness, if it's a sin, i will pray to God to put their anger on me... and only to me." - Sasuke


Lagend: (Kalo ada yang ga kesebut bilangin ya ._.)
My lord / Lord : yang berarti tuanku/tuan- panggilan bagi orang yang berkedudukan lebih tinggi atau panggilan sopan.
My lady / Lady : nonaku/nona- sama seperti tuanku namun diperuntukan bagi wanita.
Nekromanteion : Sebutan bagi kepercayaan yang mempercayai dewa Hades dan dewi Pershephone.
(Tambahan; Hades = dewa orang mati- penguasa dunia bawah dan segala kekayaannya, Persephone = dewi tanaman/ musim semi dan ratu dunia bawah- istri dari Hades, Zeus = dewa petir penguasa olympus raja dari dewa, Eros = Dewa cinta atau lebih dikenal sebagai cupid, Ares = dewa perang)
Put that aside : diambil dari Idiom 'Put aside' yang biasa digunakan untuk menghentikan membahas atau memperhatikan sesuatu
Don't mind me : abaikan saja saya