rekomendasi lagu Lee Hi - Breathe

•••

Mungkin ini bukan saatnya mengeluh bagi Baekhyun atas semua perbuatan orang tuanya, yang suka membanding-bandingkan dirinya dengan saudari kembarnya, Baekhee. Ia dapat memaklumi perlakuan itu, karena Baekhee tidak sempurna, karena Baekhee membutuhkan perhatian lebih, tapi kenapa harus Baekhyun yang mengalaminya? Ia merasa dirinya hanyalah semacam parasit di dalam keluarganya, bukan hanya itu, orang tua Baekhyun kerap kali bermain tangan dengannya, bahkan mendoakan agar Baekhyun cepat mati, agar mereka bisa mengambil jantungnya untuk Baekhee, adiknya.

Byun Baekhyun dan Byun Baekhee, mereka adalah kembar identik, wajah mereka sangat mirip, suara mereka juga sama, hanya saja Baekhyun dan Baekhee mempunyai selera fashion yang berbeda, jika Baekhyun senang mengenakan celana jeans dan hoodie, berbeda dengan Baekhee yang lebih senang mengenakan dress mini bercorak flower.

Pagi hari yang indah, burung-burung berkicau saling bersahutan, matahari belum seluruhnya terbit, tapi sinarnya sudah menerangi kamar Baekhyun yang berada di lantai atas, tepatnya di atas kamar Baekhee. Kamarnya terlihat kecil, berbeda dengan kamar sang Putri kerajaan Baekhee, ia memiliki kamar yang luasnya dua kali dari kamar Baekhyun saat ini. Walaupun hidupnya seperti Cinderella, tapi Baekhyun jarang sekali mengeluh, ia cuma gadis biasa yang setiap malam merapalkan doanya sebelum tidur.

Semoga baekhee sehat selalu.

Semoga appa dan eomma baik padaku.

Seorang gadis berdiri di depan pintu kamar Baekhyun, rambutnya kusut, matanya hanya segaris, tangan kanannya memutar handle knop pintu kamar Baekhyun, kemudian mendorongnya, ia masuk ke dalam kamar Baekhyun. Atensinya menajam melihat sosok kecil di balik selimut berwarna biru lusuh. Baekhee menghampiri Baekhyun yang masih tertidur, tangannya dengan jahil menyibak selimut yang membungkus tubuh mungil eonninya. Matanya membulat, seolah tidak percaya tentang apa yang ia lihat saat ini, ia melihat bekas luka lebam di lengan milik eonnienya, bukan hanya di lengan saja, tapi ia yakin bahwa eonnienya memiliki banyak bekas luka di seluruh tubuhnya.

Eonnie, maafkan aku. Ini semua salahku, karena aku terlahir sangat lemah, dan membuatmu harus semenderita ini.

Baekhee menarik selimut yang sempat ia sibak tadi, tapi rupanya kegiatannya itu sudah membuat Baekhyun terjaga dari tidurnya. Ia mengulum senyum, merasakan aktivitas yang dilakukan oleh adiknya Baekhee.

"Maafkan aku, eonnie. Apa aku membangunkanmu?" tanya Baekhee sesaat setelah ia melihat senyuman manis di sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun menggeleng pelan, ia merasa senang, setidaknya ia tidak perlu perhatian dari kedua orang tuanya, ia rasa perhatian dari baekhee sudah lebih dari kata cukup. "Tidak, aku senang kau disini." jawabnya pelan. Meski nyeri yang dirasakan di seluruh tubuhnya, ia masih bisa tersenyum di hadapan Baekhee.

Baekhee mengelus helaian rambut hitam milik Baekhyun, "Sungguh, aku minta maaf, karena aku selalu menyulitkanmu eonnie." katanya dengan penuh penyesalan.

Ia menatap Baekhee lembut, ia merasa nyaman saat Baekhee melakukan hal seperti ini, ia hanya tahu apa yang dirasakan anak-anak lain saat orang tuanya mengelus-elus rambut anak mereka, nyaman, seperti saat ini, saat Baekhyun rasakan.

"Hey Baek, bukankah hari ini kau ada acara dengan appa?" tanya Baekhyun. Ia masih menikmati elusan di rambutnya.

Baekhee menarik napas panjang, kemudian dikeluarkan perlahan, rasanya ia malas membahas tentang ini, kenapa? kenapa hanya aku saja yang dikenalkan kepada publik dan kolega appa, kenapa eonnie tidak? hatinya menjerit, mengingat acara yang akan ia lalui hari ini. "Iya, ada. Dan aku malas menghadirinya." raut wajah Baekhee berubah, ia sekarang badmood.

Baekhyun bangun dari tidurnya, ia menatap lekat kedua bola mata sang adik yang tampaknya sedang badmood, ia tersenyum lagi. "Hey, kau tidak boleh bermalas-malasan Baek. Kau itu putri dari keluarga Byun. Appa tidak pernah mengajarkan kita untuk malas." seru Baekhyun sambil mengusap pipi kanan Baekhee, tak lupa ia juga merapikan taan rambut Baekhee.

"Kenapa B?" kata Baekhee. Ia menunduk dalam diam, kemudian menatap kedua mata Baekhyun, seolah mencari sesuatu di dalam sana, ia mencari kesedihan. Ia melihat kesedihan di dalam sana, kesedihan yang terlalu banyak terpendam, kesedihan dalam senyuman palsu, yang bisa membuat semua orang mengira bahwa Baekhyun baik-baik saja, saat diperlakukan seperti itu. "Kenapa hanya aku saja, kenapa tidak kita berdua?" Baekhee tahu, ia tak seharusnya bertanya seperti itu pada eonninya, seharusnya ia memberikan pertanyaan seperti ini kepada appanya.

"Dengar, Baek." Ia tersenyum pahit. "Mungkin appa memiliki rencana yang berbeda untukku dan juga untukmu. Ingat appa dan eomma sangat menyayangimu bukan? bukankah seharusnya kau menuruti perkataan mereka?" kata Baekhyun mencoba memberikan pengertian kepada adiknya. Aku juga selalu menuruti semua perkataan appa, tapi maafkan aku baek, aku tidak bisa memberikannya kepadamu, ak-ku masih ingin menikmati keindahan di dunia, walaupun appa dan eomma tidak menganggapku sebagai anak mereka, maafkan aku.

Baekhee mengangguk, "Baiklah, jika eonnie yang memintanya, aku akan hadir dan tidak akan pernah bermalas-malasan, serta selalu menuruti perkataan atau kemauan appa dan eomma." katanya diselingi kekehan kecil.

"Itu baru adiknya B eonnie," Baekhyun menarik tubuh kecil, tubuh yang hampir mirip dengannya, ia memeluknya dengan hangat.

•••

Nyonya Byun sudah berada di meja makan, begitu pula dengan Tuan Byun. Mereka menunggu Baekhee dan Baekhyun turun, tak lama anak kesayangan mereka Byun Baekhee sudah duduk di dekat eommanya, selang beberapa menit Baekhyun juga sudah duduk di dekat Baekhee.

"Baekhee, bagaimana keadaanmu pagi ini?" tanya Tuan Byun sesaat sebelum mereka memulai sarapan.

Baekhee tersenyum, "Aku baik-baik saja, appa" jawaban yang singkat, namun bisa membuat semua orang yang mendengarnya tenang.

"Kalau kau merasakan sakit, saat acara dimulai, katakan appa akan langsung membatalkan acara itu." Tuan Byun berkata. Atensinya menajam ke arah Baekhyun yang sedari tadi hanya diam dan menunduk. "Appa akan baik kepada anak appa yang mau menuruti semua permintaan orang tuanya, tapi untuk orang yang membangkang jangan harap." Ucapannya terhenti, nyonya Byun menendang kaki tuan Byun. Atensinya kini tertuju pada nyonya Byun, sedari tadi mata nyonya Byun sudah membulat, pertanda ia sedikit tersinggung dengan ucapan tuan Byun.

Rasanya wajah Baekhyun sudah memanas, air matanya kini sudah berada di pelupuk mata, ia ingin sekali menangis, menjerit kan ketidakadilan ini, ia merasa, bahwa ia juga pantas untuk hidup. maafkan aku appa, baekhee, eomma, maafkan aku.

"Sudah, sekarang berdoa." seru nyonya Byun. Wanita setengah tua, tapi tidak terlalu tua itu memimpin doa sebelum sarapan, ia yakin Baekhyun pasti sedang menahan tangisannya. Mereka sarapan dalam keheningan.

Saat mereka semua bersiap untuk menghadiri acara tersebut, Baekhyun hanya memperhatikan mereka dari kejauhan. Andai saja, orang tuanya tidak meminta hal seperti itu, ia yakin akan menuruti semua keinginan dan kemauan kedua orang tuanya. Matanya membulat, atensinya tertuju pada seorang gadis dengan dress berwarna putih, bermotif bunga berwarna ungu pias, itu Baekhee, dia tampak cantik dan anggun dengan balutan dress seperti itu.

"Baekhee-ya, anak appa yang paling cantik" seru Tuan Byun ketika melihat Baekhee selesai di rias. Rupanya mereka sudah siap untuk pergi ke acara tersebut. Baekhyun hanya bisa melihat mereka pergi dari kejauhan.

•••

Sebenarnya, acara itu dibuat untuk mempublikasikan ke pada media dan warga korea selatan, bahwa Byun Baekhee adalah anak mereka satu-satunya dan akan mewarisi seluruh harta kekayaan Byun inc. Bukan hanya itu saja, Tuan Byun juga akan mengumumkan kerja sama mereka dengan perusahaan asal China bermarga Xi.

Seluruh awak media sudah meliput acara tersebut, kini mereka sudah pergi dari tempat acara itu, hanya menyisakan beberapa kolega dari Tuan Byun.

Baekhee diam, ia sedang memikirkan apakah eonnienya sudah menonton tanyangan beritanya di televisi atau belum, bagaimana ia mengatakannya kepada eonninya mengenai kejadian ini. Sungguh ia sangat menyesal menghadiri acara ini.

"Hei," sapa seorang pria tinggi berkulit pucat itu.

"Oh,"

"Wajahmu mirip sekali dengan temanku, hampir kupikir kalian mirip" lanjut pria itu. Ia mengulurkan tangannya, memberi isyarat kepada baekhee. "Aku, Oh Sehun, dan kau?" tanya Sehun.

Baekhee tersenyum, ia menjabat uluran tangan Sehun, "Aku Byun Baekhee." jawabnya.

"Namamu mirip sekali dengan temanku, tapi sayang marga kalian berbeda," bisik Sehun. Lelaki berkulit albino itu tahu seharusnya ia tidak membicarakan temannya di acara pesta seperti ini.

"Apa?"

"Yah, kau yakin tidak mengenalku?" Tanya Sehun sedikit berbisik lagi.

"Aku yakin tidak mengenalmu, Oh Sehun-ssi" jawab Baekhee, ia sepertinya mengerti apa yang dimaksudkan oleh Sehun. Yang dimaksud Sehun adalah Baekhyun.

Raut kecewa jelas terpasang di wajah Sehun. Ia yakin dan tak salah mengira kalau Baekhee adalah Baekhyun, wajah mereka memang sangat mirip, tak salah jika Sehun salah mengira. Pandangannya beralih, ia menyipitkan matanya dan menajamkan atensinya, di ujung sana ia melihat seorang wanita cantik yang ia akui sebagai pacarnya, Dia Xi Luhan. Sehun mengangkat tangannya tinggi-tinggi, ini adalah salah satu cara memanggil Luhan, biasanya Luhan akan mencari dengan sendirinya.

Benar saja tak butuh waktu lama bagi Luhan untuk menemukan dimana keberadaan Oh Sehun. Gadis bermata sipit itu mengerutkan bibirnya, ia cemburu karena Sehun sedang bersama gadis lain. "Apa yang kau lakukan dibelakangku Oh," tanyanya tanpa basa-basi. Saat melihat gadis itu, ia sangat terkejut, faktanya wajah gadis itu mirip sekali dengan teman semasa sekolahnya dulu, Baekhyun.

Dengan hati-hati, Luhan berbisik kepada Sehun, kekasihnya. "Apakah dia B?" tanyanya.

Sehun menggeleng pelan, Ia menutup bibirnya ketika sedang berbisik dengan kekasihnya, "Bukan, Aku yakin kalau dia adalah B, tapi dia tidak mengenalku,"

"Maaf, permisi. Aku mengerti maksud kalian. Bagaimana kalau kita pindah ketaman sebentar, ada yang ingin aku jelaskan" ucap Baekhee. Ia merasa tidak enak pada Sehun dan Luhan yang mengira kalau dirinya adalah Baekhyun.

Mereka sudah berada di taman, Tuan Byun melihat Baekhee sedang berbicara dengan anak dari perusahaan Xi, yaitu Luhan dan seorang lelaki berkulit pucat. Ia bersyukur kalau Baekhee bisa membaur dan mempunyai teman bicara dalam acara seperti ini.

"Jadi apa yang kau maksud dan mengerti maksud kami?" tanya Luhan tanpa basa-basi lagi.

Baekhee menundukan wajahnya, "Aku mengerti kalian sedang menanyakan Baekhyun eonnie bukan?" jawabnya pelan. Ia melihat ke belakang, memastikan tidak ada yang melihat dan mendengar pembicaraan mereka.

"Kau mengenal B?" tanya Sehun.

Baekhee mengangguk, ia menaruh telunjuk di depan bibirnya, mengisyaratkan pada Luhan dan Sehun jangan terlalu keras suaranya. "B adalah eonnie ku" jawab Baekhee. Ia tersenyum tipis, ia tahu apa yang akan dipikirkan oleh Luhan dan Sehun. "Jika ada waktu aku akan menjelaskan semua ini, dan aku berjanji kepada kalian akan membawa B eonni bersamaku." kata Baekhee. Di sudut taman ia melihat appanya sedang tersenyum padanya, ia takut ketahuan bahwa mereka sedang membicarakan Baekhyun.

Luhan dan Sehun saling bertatapan, kemudian mereka mengalihkan pandangannya mengikuti atensi Baekhee. Cukup dimengerti bagi Luhan dan Sehun, maka mereka mengiyakan kemauan Baekhee dan membiarkan gadis itu pergi menghampiri orang tuanya.

"Kenapa kau mengiyakannya, sayang?" tanya Sehun menatap penuh kebingungan pada kekasihnya.

"Kau itu ya, ah sudahlah lebih baik kita tunggu saja gadis itu menepati janjinya." jawab Luhan santai. Mereka berdua kembali menikmati pesta.

•••

Siang itu terasa sangat panas, Baekhyun memutuskan untuk minum segelas air dingin dan kembali ke kamarnya. Dari kejauhan ia melihat para pelayan sedang berkumpul di dapur, di sana ada juga kepala pelayan, nyonya Kim. Baekhyun menghentikan langkah kakinya, ia mendengarkan berita yang sedang mereka lihat di layar televisi.

"Saya Byun Yunho dari Perusahaan Byun inc akan menjalin kerjasama dengan Perusahaan Xi asal China, Kemudian saya juga ingin memperkenalkan putri satu-satunya yang saya miliki, Dia adalah Byun Baekhee." Sekilas berita yang memutarkan video pada acara Tuan Byun.

Rasa kecewa mencubit di hati Baekhyun, ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah aku harus memberikannya untuk Baekhee agar Anda menganggapku sebagai anak Anda? Haruskah aku? Kenapa harus aku? Kenapa Anda melakukan itu padaku? Hatinya terasa sakit, wajahnya memanas, air matanya tak kuasa dibendung lagi, ia terisak, menangisi dirinya sendiri.

"Bbaek-hyun" panggil Nyonya Kim. Kepala pelayan membubarkan para pelayan yang sedang berkumpul di dapur. Ia merasa bersalah, membuat Baekhyun mengetahui berita ini. "Tidak apa, jangan menangis. Kau memiliki aku nak." ujar Nyonya Kim berusaha menenangkan Baekhyun yang menangis dalam diamnya. Ia menepuk pelan bahu yang bergetar milik Baekhyun, kemudian merangkulnya kedalam pelukan. Nyonya Kim adalah saksi atas ketidakadilan yang terjadi di kehidupan Baekhyun, ia menyaksikan semua kejadian dengan mata kepalanya sendiri.

"Tidak apa nak, nangislah sepuasmu. Aku ada disini untukmu" ucap Nyonya Kim. Ia mengusap-usap punggung bergetar milik Baekhyun, ia tahu ini sangat berat bagi Baekhyun, ia berharap kalau Baekhyun bisa melewati semua ini.

"Terima kasih. Nyonya Kim kau sungguh baik" kata Baekhyun. Gadis itu masih menangis, namun tidak separah tadi. Perlahan-lahan kekesalan nya menghilang, ia harusnya sadar diri, jika ia memang ingin diakui oleh appanya, maka ia harus siap menuruti permintaan appanya.

"Oh, iya aku kesini untuk minum segelas air dingin, bukan untuk menangisi hal bodoh seperti ini." katanya. Ia sedang meyakinkan dirinya sendiri. Ia menghampiri kulkas, membukanya, mengambil satu botol air mineral yang tersedia disana. Tatapan matanya kosong, ia tidak percaya dengan semua ini.

"Mauku bukakan?" Nyonya Kim menawarkan bantuan, ia melihat Baekhyun kesusahan membuka tutup botol air mineral itu yang masih tersegel.

"Ne"

•••

Tampaknya Sehun masih belum merasa puas dengan jawaban Baekhee, lelaki berkulit putih itu masih penasaran tentang keberadaan Baekhyun, apa yang terjadi dengannya, kenapa hanya Baekhyun teman semasa sekolahnya yang paling sulit untuk ditemui, padahal Baekhyun tidak pergi kemanapun, dimana ia sekarang, Sehun sangat ingin mengetahuinya.

"Hannie, setelah acara ini kau ingin kemana?" tanya Sehun. Rencananya ia ingin mengajak Luhan bertemu dengan sepupunya, selagi Luhan berada di Korea.

"Aku tidak memiliki tujuan setelah acara ini." Jawab Luhan dengan santainya.

"Oh, bagus kalau begitu." seru Sehun kesenangan. Atensinya tertuju pada kedua orang tua Luhan, "Tunggu disini, aku ingin ke toilet." ucap Sehun sedikit dibubuhi kalimat menyuruh.

"Ya," Jawab Luhan. Gadis itu sudah hapal betul dengan sikap kekasihnya Oh Sehun. Biasanya jika Sehun melakukan hal seperti ini, Luhan dapat menebaknya, pasti saat ini sang kekasih hatinya sedang meminta izin kepada kedua orang tuanya. Tebaknya benar, ia melihat siluet bayangan Sehun melintas di dekat kedua orang tuanya.

Meja di depan mata Luhan bergetar, Atensinya mengikuti seluruh benda yang bergetar seperti gelas, piring, vas dan berakhir pada jari yang bergetar di sudut meja. Ia menajamkan penglihatan, jari kecil itu bergetar, dress yang ia lihat cukup familiar, Oh astaga, itu gadis yang bermarga Byun, yang wajahnya mirip sekali dengan Baekhyun temannya. Luhan memutuskan untuk menghampirinya, "Anda baik-baik saja, Baekhee-ssi?" tanyanya pelan. Ia melihat, baekhee tidak sedang baik-baik saja, sepertinya ia menahan rasa sakit yang begitu amat menyakitkan, seri di wajahnya menghilang, kini wajahnya memucat.

Baekhee mendengar pertanyaan Luhan, hanya saja sulit sekali baginya untuk menjawab, rasa sakit ini yang membuatnya sulit untuk meminta tolong, dadanya begitu sakit, seperti banyak jarum yang menusuk-nusuk jantungnya. Ia hanya bisa berdoa, jangan sekarang, Tuhan kumohon jangan sekarang, hanya kata-kata itu yang ia rapalkan di dalam hatinya.

"Ap-pa," kata Baekhee sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. Luhan dengan sigap menangkap tubuh kecil milik Baekhee. Atensinya menatap siluet bayangan Tuan Byun yang berada di antara koleganya. Gadis ini panik bukan main, mendapati Baekhee berada di pelukannya tanpa memiliki kesadaran. "Sehun-ssi, Tolong Baekhee-ssi" ucap Luhan, dirinya tak sadar kalau ia sedang berteriak, membuat seluruh orang yang berada di acara tersebut memperhatikannya.

•••

Jika kalian mengira saya mengambil cerita milik orang lain, itu tidak benar, saya pernah mempublish, cerita seperti ini dengan judul yang sama, hanya saja akunnya sudah tidak bisa dibuka lagi. Kemudian saya hanya anak kemarin yang belajar menulis, kurang lebih seperti itu, kalian boleh meninggalkan pesan, setelah membaca kedua ff buatan saya,