Aku akan menjadi temanmu
Aku akan melayani dirimu
Kalau itu yang kamu inginkan,
Aku akan menolongmu
Akan kulakukan semua yang kau inginkan
Namun kalau semua sudah terkabul,
Sebagai imbalannya,
Kamu harus melayaniku di dunia bawah
***
Devilish Evil
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Summary: Temari yang ingin menjalani hidupnya seperti gadis normal yang berharap segera masuk universitas, tak menyangka bahwa ia akan mendapat pengalaman terburuk atau terindah dalam hidupnya.
Jiwanya diincar oleh seorang iblis.
Warning: AU, OOC (ada beberapa tokoh yang sengaja saya OOC-kan), GaJe'nes, Lebay'nes.
Note: Jangan terpaku pada Genre atau Pair.. Karena author amatir ini belum bisa menjaminnya.. TT_TT
Pair:
Temari x Shikamaru
***
oODetention ClassOo
Musim semi yang indah. Musim yang paling difavoritkan sebagian besar penduduk bumi yang merasakannya. Udara yang sejuk dapat dihirup di tiap menitnya. Angin sepoi yang sejuk menyapa di setiap detiknya. Menyapa lembut setiap orang yang menyadari kehadirannya. Berkeliling menjelajahi ruang, untuk mencari orang mahkluk yang membutuhkannya.
Ia berkeliling dan masuk ke sebuah gedung megah, yang terdapat pohon-pohon ginko di sekelilingnya. Pohon ginko yang berdaun hijau pekat itu, seakan menyambut kedatangan si angin, mulai menggerakkan daunnya. Menimbulkan suara gesekkan khas dari dedaunan. Seakan mengerti, angin mulai mengitari pohon ginko itu sebelum akhirnya masuk ke sebuah ruangan.
Di ruangan tersebut didapatinya seorang gadis berambut emas. Gadis itu sedang memperhatikan sebuah buku dengan matanya yang telah ia bingkai dengan kacamata yang juga berwarna emas. Si angin, seakan mengerti akan kelelahan gadis itu, menyapa si gadis dengan meniupkan dirinya melewati helai-helai rambut emas milik gadis itu. Membuat gadis itu tersenyum dan memejamkan matanya sejenak. Menikmati belaian lembut dari angin sejuk yang menyapanya.
"..melayaniku di dunia bawah," gumam gadis itu singkat sambil menutup bukunya. Ia tak menyadari bahwa seseorang telah masuk tanpa suara. Seakan mengendap-endap seperti pencuri, orang itu melewati rentetan lemari-lemari buku yang ada di ruangan itu. Mendekati si gadis yang sedang menggumamkan kalimat yang diucapkannya berkali-kali.
"Kakak?"
"Gaah..! Kankurou, kau mengaggetkanku!" Gadis yang dipanggil Kakak terlonjak dari kursinya dan nyaris terjatuh. Andai saja pemuda Kankurou itu tidak menopangnya, pasti kepala si Kakak benar-benar akan menjumpai lantai marmer yang dingin dan keras. Sayang sekali, padahal lantai marmer itu sepertinya ingin berkenalan dengan si Kakak.
"Hm? Membaca buku teater lagi, eh?" Kankurou kini merebut buku bersampulkan kulit cokelat yang tadinya digenggam manis oleh jemari lentik si Kakak. Membuat si Kakak merengut kesal karena merasa dirinya kurang dihargai.
"Aku tidak tahu itu buku apa. Tapi mungkin buku sejarah kuno atau sejenisnya," si Kakak kini melepas kacamata berbingkai emas miliknya dan membuat mata jernihnya kini terlihat jelas. Mata jernih yang membuat orang dapat terhipnotis karenanya. Hm, pastilah buku-buku di perpustakaan ini sangatlah senang karena terus dipandangi oleh mata jernih gadis pemilik rambut emas ini.
"Hn? Setan Mephistopheles? Aku belum pernah dengar. Kakak?" Kankurou kini melirik kakaknya yang sedang termangu memandang keluar jendela.
"Aku sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas itu setan 'kan?" si Kakak kini tersenyum pada Kankurou dengan pandangan mata jenaka miliknya. Membuat Kankurou tidak tahan untuk menepuk buku itu ke kepala Kakaknya.
"Sudah, jangan baca terus. Klub Teater sepertinya membutuhkan Kakak," Kankurou kini meletakkan buku itu kembali si atas meja yang terletak di depan kakaknya. Sepertinya ia tak memperdulikan gumaman kesal dari kakaknya karena diperlakukan seenaknya. Namun tentu saja gumaman kesal itu segera berhenti saat si Kakak sadar apa yang dikatakan oleh adiknya. Si Kakak segera bangkit berdiri dan mendorong kursinya. Menimbulkan bunyi decitan yang cukup mengganggu, apalagi untuk hewan-hewan berpendengaran tajam yang sedari tadi menguping. Tikus-tikus pengerat yang diam tersembunyi, kini melonjak takut dan kembali ke persembunyiannya yang dalam dan tak terlihat.
"A, a, a, tapi jangan lupa, kelas hukuman kali ini di klub teater." Kankurou membalikkan tubuh tegapnya dan menatap mata terkejut milik kakaknya. Tak lama kemudian si Kakak mulai membuka mulutnya, namun sayang, Kankurou telah terlebih dahulu meninggalkan ruangan dengan tulisan 'Jangan membuat gaduh' atau 'Jagalah Ketenangan' di setiap sudutnya.
oOWeirdOo
Gadis berambut kucir empat berjalan dengan tenang melewati koridor-koridor menuju ke ruang klub Teater. Walaupun terlihat tenang dari luar, sebenarnya gadis itu sedang gelisah. Hm, bahkan sang burung-burung pipit yang sering datang pun tahu apa penyebab kegelisahan gadis itu.
Benar. Kelas hukuman adalah penyebabnya. Kelas hukuman digunakan untuk menghukum murid-murid yang membuat onar. Murid-murid tersebut kemudian dikumpulkan dalam sebuah ruangan yang disebut kelas hukuman. Selama menjalani hukuman biasanya para terdakwa bersalah ini akan diperintahkan untuk membantu klub-klub ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Dan berhubung klub drama adalah satu-satunya klub yang belum pernah dikunjungi oleh kelas hukuman, maka klub drama mendapat gilirannya sekarang.
Walaupun dibilang sebagai kegiatan 'bantu-bantu' tak khayal kelas hukuman ini malah mengacau kegiatan ekstrakulikuler yang mereka bantu. Yah, walaupun ini hanya gosip dan si Kakak belum pernah sekalipun masuk ke kelas hukuman, tetap saja gosip itu adalah perkembangan opini berdasarkan fakta 'kan?
Itulah hal yang membuat si Kakak gelisah. Ia adalah pemimpin sekaligus koordinator klub drama. Sebentar lagi mereka akan mengadakan pentas, dan dengan kunjungan kelas hukuman, hm.. gadis bermata bening ini mulai meragukan pementasan ini.
Gadis berkucir empat segera berhenti saat melihat gedung teater sudah penuh sesak. Ia sedikit memiringkan kepalanya untuk berpikir. Tidak biasanya gedung teater sepenuh ini, bahkan pada pementasan drama saat ia kelas 2, gedung teater tidak pernah sepenuh ini. Apalagi didominasi oleh para gadis yang tak karuan banyaknya. Hm, si Kakak berpikir bahwa dengan keramaian seperti ini ia pasti akan kehilangan oksigen. Yah, berebut barang saja tidak menyenangkan, apalagi berebut oksigen?
Gadis berkucir empat, dengan sedikit kegugupan berjalan menuju ruang teater yang penuh sesak. Berkali-kali ia mengucapkan kata maaf ataupun permisi, tapi tak banyak orang yang mendengarkan. Walaupun ada satu-dua orang, tapi tetap saja tidak memudahkan perjuangannya yang bercucuran keringat itu untuk masuk ke dalam gedung teater.
BLAM
Gadis berkucir empat dengan sukses melewati lautan manusia yang mengerubungi bagian depan gedung teater. Bagaikan bermain dalam film zombie, ia benar-benar tidak mau mencoba –bahkan memikirkan untuk melewati kerumunan macam itu. Kerumunan yang terlihat seperti kumpulan para semut kelaparan yang hanya punya persediaan makanan terakhir di dalam gedung teater. Semut-semut pasti akan merasa tersindir jika mendengar perumpaan barusan, tapi begitulah adanya.
"Selamat siang, Kak Temari," sapa suara lembut dari arah samping gadis berambut emas. Merasa namanya disebut, gadis itu segera mencari sumber suara dan setelah mendapatkannya, ia tersenyum dan membalas sapaan milik suara lembut yang ia dengar tadi.
"Selamat siang, Matsuri. Jadi apa kau atau kalian bisa menjelaskan kenapa di luar penuh sesak dengan kawanan sem—maksudku degan para gadis?" Temari berkata sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah pintu yang terletak di belakangnya. Matanya menatap wajah para anggota klub teater lainnya dan anggota dadakan –yang pastilah dari kelas hukuman. Keringat menetes dari tubuh para anggota klub teater. Sepertinya mereka telah merasakan dampak kurang oksigen di hari yang tidak bisa dikatakan panas ini. Yah, ternyata walaupun di depan gedung, efek dari kerumunan itu bisa masuk sampai ke dalam gedung.
Tak lama mata gadis yang bernama Matsuri seperti memberikan kode pada Temari untuk melihat ke arah matanya bergerak. Mata Matsuri itu menuju ke arah belakang, tempat kursi penonton yang telah diisi oleh seorang pemuda. Pemuda itu sedang tertidur sambil menyandarkan kepalanya ke kulit beludru milik kursi penonton itu. Pemuda itu memiliki helai rambut panjang yang ia ikat ke atas. Kulitnya bersih dan bulu matanya lentik. Tipe yang pasti sangat digemari gadis-gadis.
"Ooh," kata Temari. diiringi oleh senyum puas dari Matsuri, Temari memanggutkan dagunya pertanda mengerti. Tapi hal itu tidak berlangsung lama sampai Temari kembali diam dan memiringkan kepalanya.
"Jadi apa hubungannya laki-laki tertidur itu dengan kawanan gadis-gadis brutal di luar?"
Terdengar tahanan tawa dan desahan nafas setelah Temari mengucapkan kalimat tersebut. Tak khayal ada juga yang terkikik karena tidak bisa menahan tawanya. Matsuri sendiri hanya mendesah dan menggelengkan kepalanya karena sifat Temari yang selalu kehilangan info (bukan ketinggalan), tidak pernah berubah sejak kecil. Bahkan saat umur Temari nyaris menginjak 18 tahun.
"Kenapa tertawa? Hei, ada apa?" Temari dengan bingung kembali bertanya. Ia terlihat seperti seorang anak kecil yang kebingungan bertanya kenapa langit berwarna biru. Yah, Temari, memang tingkahnya tidak selalu mencerminkan pribadinya yang dewasa dan keibuan. Pribadi yang bisa membuat banyak pria mengejarnya sejak SMP.
"Dia itu Naara Shikamaru, anak kelas 1," jelas seorang pemuda berambut merah yang terlihat seperti Gaara. Ia juga kelas 3, sama seperti Temari.
"Ahaa, jadi begitu, Sasori.. lalu?" Temari kembali bertanya sambil memutar bola matanya pertanda terlalu bosan menjadi satu-satunya orang yang tidak mengerti.
"Haah, sepupu, aku tidak percaya sifatmu ini belum hilang juga. Dia itu laki-laki terpopuler di Land of Sand International High School! Hello? Kau kemana saja?" Pemuda berambut merah yang mengaku sebagai sepupu Temari kini menepuk dahinya dan mendesah pelan, pertanda bahwa ia sedang mencoba mengulur kesabarannya yang terkenal pendek.
"Maaf aku tidak pernah dengar, apa itu masalah?" Temari kini membingkai wajahnya dengan raut wajah tanpa dosa. Membuat Sasori ingin menjawab lagi sebelum seorang angkatan kelas 1 menyela perkataannya.
"Bisakah—bisakah kita langsung latihan saja, Kak Temari?" Gadis berambut panjang, Sari Tojō, sepertinya tidak tahan dengan pembicaraan sepupu yang mungkin akan diakhiri dengan perdebatan pada akhirnya. Yeah, semua orang di Land of Sand International High School (LIHS) juga tahu bahwa Sabaku no Temari dan Akasuna no Sasori adalah duet paling pas untuk mengundang keramaian. Apalagi jika mereka sudah disatukan di podium tanya jawab. Kedua mahkluk yang tidak mau kalah ini pasti tidak akan berhenti sampai mereka sama-sama menyerah. Yah, seperti saat ada adu cerdas cermat intern di sekolah, pasangan sepupu ini dipertemukan pada dua kubu yang berbeda dan mereka tidak mau berhenti menjawab pertanyaan bahkan sampai acara selesai. Untungnya saja Pak Guru Baki mau menghentikan perdebatan sebelum acara benar-benar akan mengundang kekisruhan yang berbuntut panjang.
"Ide yang bagus! Trimakasih, Sari! Jadi sebelum kita memulai dengan teks drama kita, tadi aku sempat ke perpustakaan dan menemukan suatu bacaan, yang menurutku, menarik," Temari kini mengambil skrip drama miliknya yang tergeletak begitu saja di meja ruang teater. Tanpa diperintah, para anggota teater dan para anggota dadakan teater, kini mulai membentuk lingkaran, sebagai awalan yang biasa mereka gunakan untuk bermain drama. Walaupun lingkaran berbentuk penuh, tetap saja ada kekosongan karena salah satu anggota kelas hukuman masih tertidur di kursi penonton yang berbahan beludru merah. Bahkan saat salah satu temannya membangunkan, ia tetap saja tidur dengan nyenyak seakan ia sedang berhibernasi.
"Sebelum aku menceritakan bacaanku, ada yang tahu tentang setan Mephistopheles?"
Hening,
Semua orang terdiam dan mengkerutkan kening mereka masing-masing. Pertanda bahwa mereka sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Temari. Bahkan saat mata bening Temari melirik Sasori, Temari bisa tersenyum tipis karena tahu sepupunya tidak memiliki jawaban atas pertanyaannya.
"Mephistopheles atau Mephistophilus, Mephistophilis, Mephostopheles, Mephisto atau yang lain, adalah salah satu dari tujuh pangeran dari neraka,"
Keheningan mendadak terpecah saat seseorang yang tak diduga-duga menjawab pertanyaan yang diajukan Temari. Orang yang kini menyedot seluruh perhatian para anggota teater, kini sedang menggosok matanya dan mulai duduk dan melipat tangannya. Temari harus mengakui bahwa ia kagum. Tak banyak orang yang tahu tentang informasi ini, bahkan ia pun tak tahu. Seluruh anggota dadakan-asli teater pun ikut berdecak kagum. Bahkan kursi-kursi penonton seakan memperhatikan laki-laki berambut hitam pekat ini.
"Ahaa.. Jadi kau bisa menjelaskannya lagi?" Temari, kini, entah kenapa, ingin mendapat penjelasan lebih lanjut dari pemuda yang kini telah melipat tangannya di depan wajahnya.
"Huh? Merepotkan sekali. Ia awalnya muncul dalam sastra sebagai nama setan dalam legenda Faust, ia telah sejak muncul dalam karya-karya lain sebagai berbagai jenis karakter dari Iblis itu sendiri," pemuda yang juga bermata bening, kini menghentikan penjelasannya. Entah karena tidak mampu atau tidak mau, pemuda itu menghentikan desahan suaranya dan kembali duduk diam.
Temari masih mendongak dan menatap pemuda bernama Naara Shikamaru yang ada di tribun penonton. Matanya memperhatikan setiap tingkah Shikamaru. Bahkan saat matanya bertemu dengan Shikamaru, Temari menjadi duduk diam terpaku di atas mejanya. Seakan terhipnotis oleh kekelaman dari mata hitam itu.
"Aneh.. –Ah, latihan! Kita harus latihan! Semuanya bersiap pada posisi! Kelas hukuman, tolong siapkan propertinya!" Temari seakan tersambar oleh kilat semangat, menghentikan gumamannya dan mulai memberikan komando. Suasana yang tadinya sunyi kini menjadi ramai karena para anggota kini sedang sibuk menyiapkan perannya. Kelas Hukuman segera mengambil barang-barang ke atas panggung. Termasuk Shikamaru yang kini turun dari tribun penonton dan berlari kecil melewati Temari.
Temari yang sedari tadi memperhatikan Shikamaru dapat melihat jelas perbedaan pemuda ini dengan pemuda yang lainnya. Temari bisa merasakan aura gelap yang menutupi aura terang pemuda itu. Aura yang aneh. Temari sangat terkejut saat pemuda itu meliriknya dengan mata hitam kelamnya. Jelas sekali pemuda itu tersenyum tipis dan menggumamkan sesuatu.
Mendadak Temari menjadi ketakutan. Yeah, sifat yang hampir tidak mungkin dimiliki oleh Temari. Bahkan langit yang menjadi saksi bisu dari hidup Temari pun tahu bahwa Temari memiliki pribadi yang kuat. Tapi sekarang, Temari berdiri terpaku dengan terselimuti rasa takut yang amat sangat. Rasa takut mencekamnya ketika pemuda itu meliriknya dengan mata hitam kelam milik pemuda itu. Gumamannya melegkapi ketakutan Temari yang memucak.
"Aneh.." Gumam Temari yang kedua kalinya. Kali ini penuh dengan kengerian.
oOBatOo
Pip pip pip pip
Terdengar suara dari benda elektronik yang sedang bergetar di saku Matsuri. Gadis yang sedang mengayuh sepedanya ini pun memberhentikan kendaraan roda dua yang ramah lingkungan miliknya. Gadis berambut cokelat ini langsung mengambil benda elektronik yang ada di sakunya dan membaca tulisan yang terpampang dalam layar benda berpentuk persegi panjang tak sempurna itu.
"Matsu, kau masih ada di sekolah? Kak Temari bersamamu? Ia belum pulang sampai sekarang. Apa kau tahu?"
Matsuri mendesahkan nafas panjang. Ia pikir ada apa Gaara, sahabat kecilnya, mengirim pesan padanya malam-malam begini. Yah, perlu diketahui kalau Gaara hanya mengirim pesan atau menelepon orang hanya pada saat benar-benar-amat-sangat diperlukan. Karnanya, Matsuri sering membuat filosofi sendiri bahwa Gaara adalah tipe orang yang selain hemat kata-kata ia juga hemat pulsa.
Sehubungan dengan pesan yang dikirimkan oleh Gaara barusan, Matsuri langsung mengecek arloji digital miliknya. Matsuri agak sedikit menarik lengannya agar arlojinya bisa terlihat dengan jelas. Gadis itu memencet tombol light dan menyipitkan mata untuk melihat jam berapa sekarang.
-
21.30
-
Matsuri mengangkat sebelah alisnya dan mengecek jamnya sekali lagi, kalau-kalau ia membaca angkanya terbalik atau bagaimana. Tapi berapa kalipun Matsuri mencoba mengulang melihat jam, angka pada jam itu tidak berubah. Kini, Matsuri yakin bahwa malam sudah mulai larut.
Matsuri mulai memikirkan isi pesan Gaara sebetar. Latihan selesai pukul 20.00 karena dimulainya pun menggunakan sistem jam karet. Kalau Matsuri masih ada di jalan pada pukul 21.30, mungkin itu bisa dibilang wajar karena tadi ia sempat mengambil barangnya yang tertinggal dan keasyikkan mengobrol dengan Sari. Tapi, seingat Matsuri, Temari sudah pulang terlebih dahulu . Tepat pukul 20.15, ya pukul 20.15, Temari seharusnya sudah keluar dari gedung sekolah.
SEHARUSNYA
Matsuri melirik ke belakang. Jalanan yang ia lewati tadi cukup gelap. Kalau bukan karena bantuan dari lampu sepedanya, pasrilah Matsuri telah menabrak sesuatu. Suhu yang rendah malam ini juga cukup menusuk tulang. Ranting dan deaunan pohon mulai bergerak dan menimbulkan kesan yang menyeramkan. Suara burung hantu terdengar seperti hantu. Bulan yang nyaris purnama tertutupi oleh kawanan awan yang sedari siang telah menunggu gilirannya untuk bekerja.
"KYAAA..!!" Matsuri menjerit ketakutan saat sebuah bayangan hitam nyaris terbang menghantam kepalnya. Untungnya bayangan itu hanya menyentuh helai-helai ujung rambut cokelat Matsuri.
Matsuri membuka matanya dan melihat bayangan yang nyaris menabraknya pergi. Bayangan itu memiliki sayap dan taring. Selaput di setiap tulang sayap bayangan itu menyadarkan Matsuri bahwa yang ia lihat adalah kelelawar. Kelelawar itu terbang menuju bulan dan tiba-tiba berbalik arah menatap Matsuri. Kelelawar itu terbang di depan bulan dan seakan teresenyum menatap Matsuri dengan giginya yang tajam. Entah karena puas telah menakuti Matsuri, atau karena ia sendiri mulai bosan dengan ekspresi Matsuri yang sangat ketakutan, si Kelelawar itu pergi. Pergi ke arah sekolah.
Ya, Matsuri yakin bahwa arah yang kelelawar itu tuju adalah sekolah.
Matsuri menyadari ketakutannya dan mulai mencoba mengendalikan diri. Tadi itu hanya kelelawar. Kelelawar bergigi taring panjang yang cukup untuk mengoyak daging. Eh.. Mengoyak daging? Matsuri sadar akan sesuatu. Kelelawar pemakan daging yang langka seperti tadi hanya ada di pedalaman Afrika. Tidak mungkin kelelawar itu menyeberang benua sampai ke sini!
"Hallo? Gaara?" Matsuri yang telah memutar sepedanya ke arah sekolah kini megapit telepon selularnya dengan bahu dan dagunya. Ia telah mengumpulkan keberanian lebih untuk memutuskan kembali ke sekolah.
"Matsu? Dimana Kak—
"Cepat bawa motormu ke sekolah sekarang! Aku ada perasaan buruk dengan Kak Temari di sekolah. Kalau perlu, ajak Kak Kankurou!" Matsuri yang mulai merasa kedinginan diterpa angin, terus mengayuh sepedanya dengan kecepatan penuh. Ia tidak peduli dengan suasana dan desisan suara alam yang mencekam di sekitarnya. Sekarang yang ia fokuskan adalah bayangan kelelawar yang kini seperti sebuah titik jauh di depannya.
"Hah? Ada apa?!" Gaara yang panik di seberang sana segera mengambil kunci motor sportnya dan helm merah-putih yang senada dengan warna motornya. Gaara segera berlari menuju garasi dengan perasaan was-was. Ia tidak memanggil Kankurou karena Kankurou hari ini menginap di rumah seorang teman.
"Cepatlah! Aku tidak tahu kenapa aku punya perasaan buruk seperti ini, tapi kita harus menemui Kak Temari sebelum dia menemuinya!"
"Dia? Dia siapa?" Gaara yang kini telah ada di luar rumah segera menaiki motornya.
"DIA! Kelelawar itu!"
oOMoonOo
Temari sedang melangkah melewati koridor-koridor bangunan sekolah yang luas dan sepi. Helai-helai rambutnya yang berwarna keemasan terlihat seperti menari-nari diatas kepalanya. Tarian helaian rambut itu diiringi oleh angin malam yang menyapanya lembut. Ia terus berjalan lurus menuju perpustakaan. Dimana ia melupakan kacamata emasnya di situ. Kacamata pemberian terakhir almarhum ayah Temari untuk kado ulang tahunnya yang ke 15 tidak boleh hilang.
Temari mulai mendorong engsel pintu tua perpustakaan. Terdengar bunyi 'krieet' yang menandakan bergeseknya besi-besi tua dengan kayu lapuk yang menjadi daun pintu perpustakaan. Seluruh penghuni perpustakaan memperhatikan objek baru yang tiba-tiba datang menyeruak ke dalam tempat mereka. Ya. Temari, berjalan seakan tanpa beban memasuki perpustakaan dan berjalan melewati deretan rak buku yang berbentuk seperti labirin. Entah kenapa, mungkin rak-rak buku ini tidak mau Temari segera sampai ketempat tujuannya. Tapi apa daya, karena mereka sendiri adalah benda mati, mereka tidak mungkin bisa meghalangi langkah Temari.
"Ketemu!" Temari kini tersenyum puas saat jari-jari lentiknya dapat menemukan kacamata emasnya yang terkena pantulan bulan malam. Ia segera membuka tasnya dan meletakkan kacamata emas itu ke dalam kotak kayu yang merupakan tempat dari kacamata cantik itu. Ia tersenyum sejenak saat memandangi kacamata itu terdiam manis dalam kotaknya. Temari dapat mengingat saat almarhum ayahnya memberikan kacamata itu pada hari ulangtahunnya. Ia masih ingat betapa irinya Gaara dan Kankurou saat melihat kilauan emas yang menjadi bingkai lensa kacamata yang seakan terbuat dari Kristal. Dan, saat itu, Temari hanya tersenyum. Tersenyum bahagia memandangi hadiah terindah yang pernah didapatnya, seperti sekarang.
Setelah puas memandangi kacamatanya, Temari segera menutup kotak dengan ukiran cantik kayu diatasnya. Temari takut kacamata itu akan hilang lagi. Maka ia memastikan kacamata itu aman dengan meletakkannya di dalam tas miliknya yang telah ditutup dengan aman. Yakin bahwa kacamatanya telah aman, Temari segera membalikkan tubuhnya dan segera beranjak dari meja tua tempat ia membaca tadi siang. Ia akan segera melangkahkan kakinya di lantai marmer jika saja ia tidak terlalu takut untuk melakukannya.
Bola mata Temari melebar melihat seseorang yang tiba-tiba ada di depannya. Ia kini tidak bisa berkata apa-apa saat memandangi wajah orang yang kini terkena pantulan indah dari bulan purnama. Indah jika kita melihatnya, namun bagi Temari, cahaya bulan yang mengerikan. Mengerikan karena cahaya bulan itu menerangi senyuman ganjil yang membingkai wajah orang itu. Dan sekali lagi, Temari kini membeku di tempatnya, dengan mulut terkunci, mencoba melawan ketakutan yang kini menjalar di seluruh tubuhnya.
"Hallo Kak Temari." Setelah cahaya bulan mulai ditutupi awan, orang yang ada di depan Temari kini maju satu langkah dan mengurangi jarak antara mereka berdua. Temari kini dapat melihat jelas sosok itu. Sosok yang sekarang sangat tidak ingin ia temui. Kini kita pun mengerti kenapa para penghuni perpustakaan tidak ingin Temari sampai ke tempat tujuannya. Karena telah orang lain telah sampai sebelum Temari. Dan orang itu bersembunyi dalam kegelapan, menanti kedatangan orang yang ia nanti.
Jelas,
Itu Temari.
oOPanicOo
Matsuri telah sampai di depan gerbang LIHS dengan keringat bercucuran dan kaki gemetaran akibat terlalu lelah mengayuh sepeda. Matsuri masih memperhatikan kelelawar yang tadi ia ikuti. Jelas sekali, kelelawar itu, ditengah kegelapan malam, terbang dengan bebas menuju sebuah ruangan di lantai tiga. Sang kelelawar melewati jejeran pepohonan ginko yang daunnya berubah seakan menjadi berwarna biru terkena pantulan cahaya bulan. Dan, kita semua, termasuk Temari tahu bahwa ruangan yang terhubung dengan jejeran pepohonan ginko hanya satu ruangan,
"Perpustakaan.." Matsuri berkata lirih sembari terus menatap perginya kelelawar itu. Ia spontan membiarkan sepedanya jatuh terpelanting begitu saja dan langsung berlari kecil menyentuh gembok pintu gerbang yang terdiam dengan angkuh mengunci gerbang gedung sekolah itu. Matsuri mencoba menarik, mendorong, bahkan membantingkan gembok itu ke pagar gedung sekolah dengan jari-jari mungilnya. Namun tentu saja percuma, kekuatan gembok yang terbuat dari besi dan baja itu tidak mungkin dapat dipatahkan oleh tenaga kecil Matsuri.
BRUM
Terdengar suara motor dari belakang Matsuri. Matsuri tidak mempedulikannya karena Matsuri sudah cukup mengenal bunyi suara motor siapa itu. Sang pengemudi motor, segera melepaskan helmnya dan berlari kecil menghampiri Matsuri.
"Sial, terkunci," kata sang pengendara motor berambut merah.
"Apa boleh buat," Pemuda berambut merah yang kita ketahui bersama adalah adik dari Temari ; Gaara, segera kembali ke motornya dan mengenakan kembali helmnya. Matsuri yang menyadari keganjalan pada tingkah Gaara segera menoleh dan menatap Gaara dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Tunggu. Kau mau apa, Gaara?" Matsuri yang kini bisa mendengar suara bising akibat suara gas dari motor Gaara, mulai khawatir dengan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Terlintas di pikiran Matsuri bahwa Gaara akan mendobrak paksa pintu gerbang. Tapi orang dengan pemikiran serasional seperti Gaara sepertinya tidak mungkin melakukannya. Bahkan saat kakaknya terancam bahaya, Gaara tidak mungkin berpikir pendek seperti itu.
Tunggu, Matsuri sepertinya lupa seberapa paniknya Gaara malam ini.
"Minggir Matsu. Aku akan masuk."
BRUM
Dan bersamaan dengan seruan 'jangan' dari Matsuri, terdengar bunyi besi yang jatuh rusak ke tanah. Menghilangkan keheningan malam bulan purnama yang terang ini.
oOSoulOo
Temari kini berdiri dalam posisi terkunci. Ia tidak bisa mundur karena ia telah terapit meja. Dan ia sama sekali tidak berpikiran untuk maju, karena di depannya telah berdiri orang yang menguncinya dengan tangan kuatnya. Orang itu meletakkan tangannya di meja sebelah kiri dan kanan Temari. Membuat Temari terapit di tengahnya dengan jarak tubuh yang sangat dekat dengan orang itu.
"Apa—apa yang kau inginkan, Naara Shikamaru?" Temari, dalam ketakutan yang tengah merajerela di tubuhnya, kini memberanikan diri untuk bertanya walaupun dengan suara bergetar dan terbata. Shikamaru yang ada di depannya hanya tersenyum tipis. Senyuman yang ganjil, menurut Temari. Dan entah kenapa, sesudah Temari mempertanyakan hal itu, Shikamaru mulai melangkahkan kakinya mundur dari Temari. Membuat Temari kini bisa bernafas lebih lega dari sebelumnya.
Shikamaru kini membalikkan tubuhnya dan memunggungi Temari. Ia kini menjentikkan jarinya seakan memanggil seseorang, atau sesuatu datang padanya. Hal ini kontan membuat Temari lebih bergidik ngeri. Temari sangat ingin pulang dalam keadaan seperti ini.
Kats
Sesuatu lewat dengan cepat dari arah belakang Temari. Membuat Temari yang sudah takut setengah mati, kini sudah tidak sanggup berteriak saking ia terkejut. Temari memperhatikan sesuatu yang tadi lewat tepat di samping telinga Temari, membuat Temari tadinya takut bahwa sesuatu itu akan menyambarnya. Sesuatu itu, yang kini mungkin lebih tepat dikatakan sebagai kelelawar, hinggap dengan gemulai di bahu Shikamaru, dan bersamaan dengan itu, Shikamaru membalikkan badannya, menatap mata hijau bening milik Temari dengan mata hitam kelam miliknya.
"Pertanyaannya, apa yang kau inginkan, Kak Temari?" kata Shikamaru sambil menekankan kata 'kak' dalam dialognya. Ia kini membalikkan badannya dan tersenyum menatap Temari. Temari sendiri menjadi bingung atas perkataan Shikamaru. Apalagi dengan ekspresi wajah yang sedemikian seriusnya, tidak mungkin ia bercanda. Tapi, yang Temari bingungkan selain itu adalah perbedaan sosok orang yang ada di depannya ini. Tadi siang, anak ini terlihat seperti anak pemalas yang jenius. Tapi malam ini, sosoknya.. terlalu—terlalu rumit untuk dijelaskan. "Apa—apa maksud—"
"Aku akan menjadi temanmu,"
TAP
"Aku akan melayani dirimu,"
TAP
"Kalau itu yang kamu inginkan,"
TAP
"Aku akan menolongmu,"
TAP
"Akan kulakukan semua yang kau inginkan,"
TAP
"Namun kalau semua sudah terkabul,"
TAP
"Sebagai imbalannya, kau harus melayaniku di dunia bawah"
Shikamaru yang telah melepaskan kelelawarnya untuk terbang pergi, kembali mendekati Temari. Kini ia hanya berjarak 10 sentimeter dari Temari. Membuat Temari berjengit dan menghimpitkan tubuhnya ke meja. Temari, untuk yang kesekian kalinya, tercengang atas kalimat yang baru diucapkan oleh Shikamaru. Kalimat itu adalah perkataan milik,
"Iblis Mephistopheles.. KAU—Kau Iblis?" Pertanyaan milik Temari mungkin dapat dianggap konyol atau bukan dalam arti sesungguhnya alias hanya sebuah dalam konteks ini, tidak bisa dianggap demikian.
"Tepatnya, pangeran neraka. Aku tidak begitu menyukai panggilan iblis yangkau sebutkan dengan penekanan itu. Tapi baiklah, sebut saja aku Iblis." Shikamaru kini memutar bola matanya . Membuat sekilas Temari menyadari bahwa orang ini benar-benar adalah Shikamaru si tukang tidur yang baru saja ia temui di klub drama.
"Kau—Mau apa kau?" Temari kini memberanikan diri untuk menaikan nada suaranya. Ia sudah terlalu lelah untuk tetap diam dalam situasi yang menakutkan seperti ini. Tapi yang jelas, suara Temari yang terdengar seperti sebuah lengkingan di malam sendu, telah membuat Shikamaru dan kelelawarnya, yang sedari tadi bergelantungan di lampu keemasan milik perpustakaan, terkejut. Cukup terkejut untuk terdiam sejenak. Seakan berpikir apa yang harus ia pikirkan selanjutnya.
Tapi ketenangan Temari yang sejenak dirasakannya, musnah seketika ketika Shikamaru kembali mendekat. Membuat Temari kembali bergidik ngeri. Dan juga, membuat para penghuni Perpustakaan ingin menendang Gaara dan Matsuri agar lekas menuju ke sini.
"Aku tertarik padamu Kak Temari," Shikamaru mendekatkan mata gelapnya ke mata Temari. Membuat Temari kini menutup matanya. Tidak tahan utnuk menahan kegelapan dari mata hitam kelam itu. Dan Temari sangat menyesal karena ia telah menutup matanya. Sangatlah menyesal. Ia tidak tahu bahwa Shikamaru akhirnya akan mengcup bibir mungilnya.
Dingin.
Itulah sensasi pertama yang Temari rasakan. Ia tidak perlu berpikir terlalu lama untuk menyimpulkan hal itu. Apalagi ditambah kenyataan bahwa ia kini terlalu kaku untuk bergerak. Ia terlalu terkejut untuk mampu menggerakan tangannya dari meja kayu yang telah menjadi tempat senderannya sedari tadi. Namun begitu ia sadar dan begitu ia mampu mengumpulkan kembali kekuatannya akibat rasa marah yang telah memuncak, ia langsung mendorong Shikamaru. Menjauhkan Bibirnya dari bibir Shikamaru.
"BERANI-BERANINYA KAU! APA MAKSUDMU" Kini Temari begitu marah. Peduli setan dengan kenyataan bahwa ia mungkin bisa mati jika berkata demikian pada seorang pangeran Neraka. Tetapi seperti yang telah tertulis. Peduli setan atas semuanya. Temari tidak peduli.
"Ahaha.. tenanglah Kak Temari. Aku hanya menginginkan suatu hal yang mudah. Yang telah menjadi kewajibanku." Sesudah mengatakan demikian, Shikamaru meminjam paksa telapak tangan Temari. Membuat Temari tidak bisa menggerakannya,
"Kau! LEPASKAN!" Jerit Temari sekali lagi. Membuat Shikamaru kini memutar kepalanya lagi. Shikamaru tidak pernah berpikir bahwa objek manusianya akan seberisik ini. Tapi itulah masalah yang memang harus ia hadapi jika berhadapa dengan Sabaku no Temari. Dan, ia juga tahu bahwa dunia bawahpun tahu sifat Temari. Sehingga ia seharusnya sudah harus mampu menanggung resikonya.
"Ssht.. tenanglah.." Shikamaru kini meremas tangan Temari. Membuat Temari kini tak dapat berkutik sedikitpun. Setelah mengatakan demikian, Shikamaru menyentuh kulit mulus Temari dengan jarinya. Menggambar. Ya, menggambar. Tapi bukanlah karya seni seperti milik Sai yang ia buat. Melainkan sebuah symbol. Simbol bintang enam dengan lingkaran gelap. Tergambar dengan darah yang keluar dari kulit Temari.
"AKH," Temari merintih kesakitan saat Shikamaru menggores tangannya entah dengan apa. Darah Temari keluar dengan sendirinya tanpa luka. Membuat seakan-akan jari Shikamaru memanggil mereka keluar. Tapi, mungkin itu bukan angan. Melainkan, kenyataan. Kenyataan pahit yang disaksikan seluruh penghuni perpustakaan, serta kelelawar yang kini mengepakkan sayapnya girang.
"Aku menginginkan jiwamu, Sabaku no Temari." Shikamaru yang telah mengatakan hal itu, kini menatap mata bening Temari yang terlihat kesakitan dan kebingungan.
"Dan, kau tidak akan memberikannya secara cuma-cuma padaku, tentu saja." Shikamaru kini mengecup tangan Temari dan meletakkannya kembali. Membuat Temari langsung mengambil tangannya dan berusaha menghapus lambang bintang itu. Tapi percuma. Lambang yang telah ditulis dengan darah oleh Iblis, tak bisa begitu saja dihapuskan manusia.
"Kau akan mendapatkan semua yang kau mau sebagai balasnnya." Shikamaru kini menyeringai. Namun Temari kini tidak takut lagi. Temari terkejut. Sangat terkejut. Melebihi keterkejutan para penghuni perpustakaan. Mata Temari melebar saking terkejutnya. Ia memang mempunyai suatu keinginan dalam hidupnya. Hanya satu.
Dan ia rela melakukan apa saja untuk keinginan itu.
oOWishOo
Gaara dan Matsuri kini berlaran menuju perpustakaan. Suara gema yang ditimbulkan kaki-kaki mereka seakan menyemangati mereka untuk segera sampai. Mereka tidak peduli dengan rasa lelah dan peluh yang telah melanda mereka. Yang mereka fokuskan hanya satu.
Temari.
"Kakak!" Gaara berseru begitu ia masuk kedalam Perpustakaan. Seluruh deretan buku kini mempersilahkannya lewat. Walaupun dengan rasa kecewa akibat kedatangannya yang terlambat. Matsuri pun ikut berlari ke dalam dan ia dengan mudah menemukan Temari.
"Kak Temari!" Seru Matsuri menghampiri Temari. Menyadari bahwa kakak kesayangannya telah ditemukan, Gaara langsung menengok ke arah Matsuri. Temari, kini tengah duduk memandangi pemandangan malam dari luar jendela. Ia menghirup dinginnya udara malam dan aroma dedaunan ginko yang terhampar di sekitarnya. Mata beningnya terlihat memperhatikan bulan purnama d malam hening ini dengan serius. Tangannya ia lipat di meja dan tangannya langsung ia angkat begitu tangan kuat Gaara mengambil tempat di meja.
"Kakak! Kakak kemana saja?! Apa kakak tahu betapa kami sungguh khawatir?!" Gaara dengan nada yang serius dan tinggi kini berhasil membuat Temari menengok kearahnya. Sementara Matsuri yang merasa tidak perlu mencampuri urusan ini, hanya menjadi penonton saja. Bersama dengan deretan buku dan kertas yang ikut menjadi saksi bisu.
"Gaara," kata Temari lirih sambil memandangi mata hijau Gaara. Memandangi dan mendalami benar rasa khawatir yang telah tercampur kental di dalamnya.
"Apa kau mau Ayah dan Ibu kembali?" Pertanyaan Temari membuat Gaara terkejut. Apa maksud kakaknya ini? Hal itupun juga dirasakan Matsuri yang kini mulai mendekati Gaara dan Temari.
"Kakak,—Apa maksud kakak?" Gaara kini merendahkan suaranya. Suara yang penuh pertanyaan. Tapi jawaban dari pertanyaan Gaara sangatlah tak jelas. Hanya seburat tipis yang dibarengi tatapan kepahitan.
Apa maksud semua ini?
—To Be Continued—
—Chapter 1: Evil : END—
Kembali dengan saya. Saya kali ini mencoba membuat fict ShikaTema dimana Shikamarunya OOC. Maafkan saya atas kelancangan saya.. Apa saya dimaafkan?
Saya mencoba memperbanyak deskripsi. Tak apa 'kan? Maaf jadi panjaang sekali.. 4000an kata..
Dan bagi yang penasaran siapa itu Mephistopheles? Silahkan cari di Wikipedia atau Google.
Dan bagaimana saya bisa kepikiran buat ide begini? Saya terinspirasi dari kalimat siapa gitu saya lupa, di komok Nodame Chantabile jilid 21 atau berapa lah, saya lupa. Maafkan saya kalau ada kesalahan info. Saya sendiri belum mendalami materi fict ini.. hahh –sigh–
Maafkan saya atas keterlambatan saya mengupdate fict2 lain. Sebenarnya saya terlambat karena membuat Fict ini.. hehe.. Cukup menguras otak. Tapi saya harap, ini sudah semaksimal saya. Karena saya masih ingin maju lagi.. hehe.
Bagi Shikamaru FC (sebenarnya saya juga) hahag.. Maafkan saya Shikamaru jadi OOC. Demi kelangsungan peran (batu datang dari berbagai arah)
Huaa.. maafkan saya..
O iya maaf kalau Kepanjangan, Gaje, Jelek, atau membosankan.
Huhuhu.. saya masih amatir.. TT_TT
Dimohon saran dan kritiknya.. Hehe XD
Salam hangat,
Momo
Mind to review, please?
