.

.

If Love Is Lonely

Naruto by Masashi Kishimoto

Pairing: SasuSaku, SasuHina

WARNING: AU, OOC, gajeness, alur kecepetan, Sakura POV in this chapter

Enjoy~

.

.

Dia tidak mencintaiku...

Kalaupun cinta, hanya sementara...

Dan bahkan jika cinta pun, ku merasa kesepian...

Halo, namaku Sakura Haruno. Aku adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang duduk di kelas XII.1 KHS. Singkat saja, aku adalah orang yang membosankan, bahkan kehidupanku pun membosankan. Namun, saat aku berpaling ke pada'nya', ia memberikan arti hidup itu padaku. Ia juga mengajarkanku, apa itu arti cinta.

Dia... Ibarat sebuah cat bagiku... Yang selalu mewarnai stiap kanvas hidupku yang kosong. Hampa. Dan cintanya, seakan sebuah kuas yang menggoreskan cat itu ke kanvas.

Namanya Sasuke Uchiha. Ia adalah ketua tim basket sekaligus ketua OSIS. Memang, sih, aku tidak semudah ini untuk suka padanya. Namun, apa yang sudah ia berikan ke hidupku, membuatku lambat laun menyukainya.

Tetapi, aku juga sadar. Ia sudah mempunyai wanita lain. Yang jauh lebih sempurna dariku. Yang jauh lebih di atas dariku. Dia. Hinata Hyuuga. Gadis itlah yang membuatnya terkesan. Sejujurnya, ada rasa sakit di hatiku saat ini. Namun, apa daya? Aku juga seorang manusia. Yang mengerti akan cinta mereka. Aku tidak mungkin untuk balas dendam ke Hinata hanya karena itu, bukan?

Terus terang, aku telah putus asa sekarang. Bagaimana bisa, orang yang kusayangi, pergi dengan orang lain yang disayanginya. Kenapa..? kenapa bukan aku yang berada di sisinya? Kenapa bukan aku yang ada di saat ia butuh? Dan, kenapa, aku tidak bisa mendapatkan cinta darinya.

Yang kulakukan sekarang hanyalah, meratapi takdir yang telah diberikan Tuhan terhadapku. Aku tahu. Kalau takdir yang digariskan kepadaku, pasti adalah sesuatu yang tidak dapat kuhindari. Dan aku juga yakin, bahwa takdir itu, nyata dan benar...

.

.

"Sakuraaaa!" teriak Ino, salah satu sahabatku.

"Apa?" tanyaku ketus. Ino Yamanaka. Gadis cantik berambut pirang ini adalah sahabatku sejak kecil. Tempatku untuk berbagi suka... Dan duka selama hidupku... Mungkin, hanya ia yang mewarna hidupku sebelum 'dia'...

"Heh... Jangan galak begitu, jidat! Kau ini..." pekiknya dengan amat sangat keras ditelingaku. Aku yang risih pun segera menampis tangannya.

"Jangan ngomong di telinga, PIG!" bentakku. Sejenak, kulihat ke arah gerbang... Kulihat sosok'nya' yang begitu rupawan, berjalan ke arah kelas.

"Sorry..." jawab Ino pelan membuyarkan lamunanku terhadap'nya'.

"Oh tidak apa-apa..." jawabku lemas. Kami pun segera kembali ke kelas.

Kita tidak perlu cinta yang dipaksakan...

Namun, apa daya...

Aku hanya bisa meratapi, menangis, dan menunggunya...

Untuk membalas cintaku...

Di kelasku, terdapat Sasuke yang sedang terkejut melihat ke arah jendela. Aku pun penasaran dengan apa yang ia lihat. Aku segera menoleh ke arah jendela, dan melihat apa yang terjadi.

Aku pun terperangah kaget saat melihat adegan di jendela tersebut. Begitu pula ekspresi Sasuke, namun di tambah dengan amarah di wajahnya. Kulihat, Hinata mencium Naruto dengan senyuman. Alku heran. Kenapa Hinata melakukan ini? Bukankah ia sudah punya Sasuke? Apakah kurang Sasuke saja? Dan, aku juga bingung. Apa kurangnya Sasuke?

Aku pun melihat sekilas ke arah wajah Sasuke yang sedang menahan amarah. Kutatap mata onyx yang hitam miliknya itu, tersirat sebuah kesedihan, amarah, dan kebencian. Dan... Tunggu dulu! Naruto? Naruto, kan, sahabat Sasuke sendiri. Mungkin, inilah alasan kebencian Sasuke. Masa' sahabatnya yang paling ia percayai sendiri, mengkhianatinya dengan merebut kekasih yang sangat ia cintai?

Aku sejenak merasakan hatiku yang sedang kacau. Sakit rasanya. Melihat orang yang kau sayangi, bersedih di depan matamu. Aku pun tak habis pikir. Kenapa Hinata lakukan itu? Dengan Naruto pula. Namun, hatiku bertambah sakit rasanya, melihat orang yang kusayangi sepenuh hati, bersedih dan marah karena orang yang ia sayangi. Kenapa Hinata? Kenapa kau sia-siakan dia?

.

.

Ia pun menatap ke arahku. Sekilas, namun tajam seperti pisau yang telah diasah.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

"Ti-tidak..." jawabku gugup lalu duduk di bangkuku.

"S-Sasuke?" tanyaku lemas.

"Hn?" tanyanya.

"Ummm... Aku tahu, sekarang kau ada masalah... Tapi, jangan pernah kau simpan sendiri masalahmu..." Bicara apa aku ini? Jelas-jelas aku sendiri yang menyimpan masalahku sendiri dengan kotak kesedihan di hatiku, bukan?

"Dan, kau bisa cerita padaku... Karena aku sahabatmu..." sambungku. Aku terlihat gugup dan aneh sekarang.

"Bicara apa kau?" tanyanya. Benar, Sasuke! Apa yang kubicarakan ini?

Ia menatapku sinis. Sekilas, kutatap matanya yang berisi kesedihan. Kenapa, Sasuke? Kenapa kau rela bersedih demi gadis yang telah melukaimu itu? Aku pun langsung pergi meninggalkannya yang masih menatap ke arah jendela kelas dengan tatapan miris.

Aku tahu kau kesepian...

Aku tahu kau kesakitan...

Tapi kenapa kau tidak membiarkanku untuk menyembuhkanmu?

Aku pun berlari ke arah aula. Beruntung kelas belum dimulai. Aku duduk di sudut aula yang gelap gulita, yang hanya disinari sinar matahari yang menembus dari atap aula. Aku menangis. Menangis untuk kesekian kalinya. Entah untuk ke berapa kalinya, aku datang kesini hanya untuk menangis, dan meratapi takdirku.

Aku tak ingin hidup seperti ini. Mengharap cinta yang bertepuk sebelah tangan. Semua manusia pasti begitu, bukan..? Aku hanya manusia biasa. Memang ku tak sempurna, namun cintaku padanya lebih sempurna dari kekasihnya sendiri.

.

.

Aku pun segera berlari ke kelas mengetahui bel sudah mengicaukan suaranya sedari tadi. Aku berlari dan terus berlari seraya mengusap air mataku. Kami-sama... Aku sudah tidak tahan hidup seperti ini lagi...

Aku pun sampai di kelas. Untung saja sekarang pelajaran Kakashi-sensei. Jadi, kalian tahu, kan? Guru yang satu ini, selalu saja terlambat!

"Fyuhhh..." aku menghela nafas lega.

"Sakura~" Ino menghampiriku.

"Kemana saja kau?" tanyanya lagi.

"Tidak kemana-mana, koq!" senggahku. Sepertinya Ino curiga melihatku. Apa jangan-jangan...

"Kau habis menangis lagi, Sakura?"

DEG!

Kau benar Ino. Aku habis menangis keras di aula. Menangis meratapi takdirku yang menyedihkan ini.

"E-eh, tidak, koq!" sanggahku lagi. Lalu, Kakashi-sensei pun masuk saat Ino mau angkat bicara.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Kakashi-sensei dengan senyumannya yang khas.

"Pagi," jawab para murid di kelasku. Sekilas, aku menatap ke arah Sasuke yang sedang menatap nanar ke arah Hinata yang bercengkerama dengan Naruto.

"Naruto! Hinata!" teriak Kakashi-sensei mengagetkan mereka berdua yang sedang bersenda gurau. Mereka pun langsung mengambil buku dan kotak pensil dari tas masing-masing.

.

.

"Hah... Nah, anak-anak. Kalian kedatangan teman baru..." ujar Kakashi seraya menghela nafasnya.

"Silahkan masuk," perintah Kakashi-sensei seraya mempersilahkan seorang laki-laki berambut merah darah dengan tampang –err, tampan. Namun, ia sama saja dengan Sasuke... Dingin.

"Sabaku Gaara. Pindahan dari Suna," jawabnya dingin dengan awakan emo. Para gadis hanya terpaku melihatnya. Hah... Dasar! Aku pun menatap sekilas ke arah Sasuke. Dan, kami pun bertatap mata. Sejenak, namun dalam. Aku tahu apa isi matanya. Kesedihan, kesepian.

"Baiklah, kau duduk disana..." perintah Kakashi seraya duduk di bangku gurunya. Gaara pun duduk di bangku yang ditunjukkan sensei padanya, bangku di belakangku!

Kalau kau tak balas cintaku...

Tak apa...

Kusadari ku tak sempurna...

Akan kucari cinta yang lain...

Agar tak mengganggu hidupmu lagi...

To Be Continued

Haloo~! Saya publish fic lagi, nih... Maaf keterlambatan fic Last Chance-nya... Soalnya, keburu mau update nih fic... Di fic atau mungkin hanya di chapter ini, saya memasukkkan lagu If Love Is Lonely-Taein dengan sedikit perubahan. Karena lagu itu adalah inspirasi saya membuat fic ini. Saya masih baru disini, minta saran dan kritiknya. Thanks for reading and review ^^

Fhe