Disclaimer: bukahkah seluruh karakter dalam Naruto milik Masashi Kishimoto?

Genre: Family, Humour, Friendship.

Main Chara: Mayor pairing, Uchiha Sasuke and Hyuuga (Uchiha) Hinata. Minor chara, Shikamaru and Naruto.

Hard Warning: author amatiran, penistaan chara, OOC tingkat akut, kegagalan dalam membawa unsur komedi, tema pertemanan yang hancur, abal tak terkira, banyak kesalahan dalam penulisan, payah EYD, bergelimpungan typo(s), hanya berharap maklum dari para readers.

Summary: Saat hamil, sudah menjadi sangat wajar apabila seorang istri yang menuntut macam-macam pada suami. berprilaku aneh nan ajaib, serta peringan yang menyebalkan telah menjadi biasa bagi mereka yang berbadan dua. Tapi, bagaimana bila suami mereka yang malah mengidam dan bersikap unik yang langka. Dari Sasuke yang menjadi sensitif, naruto yang berubah Perfeksionis, hingga Shikamaru yang begitu centil!


Daddy Cravings Series: SasuHina Version.

Menatap direksi lurus ke depan, seraya mengelus satu per satu punggung tangannya secara bergantian. Selesai dengan kegiatan yang nampak tidak berarti tersebut, ia yang sedari tadi memposisikan dirinya di sofa, kini beranjak. Dilihatinya jam dinding, mengkonfirmasi tepat jam sembilan pagi, di mana saatnya ia harus segera menyelesaikan tugas. Alih-alih langsung bergegas, pria muda itu sepertinya akan kembali mendudukan tubuh.

"Sasuke-kun, kau tidak pergi menghadap Hokage?" pertanyaan sang istri menghentikan pergerakannya, yang ingin mengambil tempat untuk melanjutkan aksi bersantai tak mutu. Dihelanya napas pelan, menatap si pemberi wacana introgatif dengan tanpa minat. Bukannya mengucapkan sesuatu sekedar memberi tanggapan singkat, lelaki Uchiha itu kini anteng membebankan setengah berat badannya pada sandaran bangku.

"Malas!" jawabnya taklama, cukup satu morfem itu saja tanpa menunjukan niatan akan memberi tambahan kata. Tidak punya pilihan lain, sang istri harus membujuk agar pasangan hidupnya tak mendapatkan masalah karena keengganan yang tidak sewajarnya. Seorang Uchiha Sasuke diharuskan menerengkan isi dari penyelesaian misi yang telah tuntas dari dua hari kemarin.

Semua kenal makhluk berfamili Uchiha, mereka tipikal yang anti membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. Apalagi menyempatkan diri hanya untuk memposisikan tubuh di atas kursi dalam durasi yang lama, bagi orang yang normal berdarah pemilik mata sharingan, hal tersebut mampu membuat umurnya semakin pendek saja.

Yaa, hanya untuk Uchiha yang normal. Sekali lagi, bagi yang tidak mengalami kelainan. Kata lain dari, Sasuke sekarang tidak pada kondisi ia sebagaimana biasanya. Ia yang terkesan dingin, sedikit bicara namun langsung bertindak, kini hilanglah sudah citra diri tersebut darinya. Bahkan, misi kemarin hampir gagal karena ulahnya yang terlampau ajaib. Sangat, amat, terlalu mengejutkan.

"Sasuke-kun,"tegur si istri sekali lagi, bersamaan dengan itu mengeleminasi jarak dari suaminya. Perutnya yang sudah terlihat membuncit, menyulitkan ia untuk banyak bergerak. Dilihatinya lekat-lekat wajah ayah dari bayi dalam kandungannya, sembari mengelus pelan bagian tengah tubuhnya yang paling mencolok saat ini.

"Kau tidak memeriksakan kandunganmu, Hinata?" aah, pintarnya ia berkelit dengan merubah fokus pembicaraan. Hinata kini yang bungkam, dan memberikan jawaban dengan tersenyum tipis semata. Sebentar-sebentar, Sasuke melirik antara ke arah istrinya dan pada direksi penunjuk waktu di dinding. Ia sudah terlambat setengah jam dari durasi semestinya berada di ruang petinggi ninja Konoha, mengerucutkan bibirnya di detik kemudian.

"Shikamaru pasti sudah menunggu. Kau dan ia harus bersama-sama memberikan laporan pada tuan Hokage, kan?" sontak wajah Sasuke semakin terlihat tak suka, tatkala istrinya menyebut nama pria Nara yang menjadi rekan dalam misinya kemarin. Bagaimana bisa merasa senang, kalau di waktu yang lalu Shikamaru sukses menorehkan luka teramat perih menurutnya. Ingat, bagi seorang Sasuke yang kali ini di luar kodrat!

"Nanti Hokage-sama marah, loh."

Mau tak mau, bagai dipaksa menjadi korban penelitian sukarela, ia harus pergi menyelesaikan apa yang sebenarnya memang wajib dilakukan. Berklise terlebih dahulu dengan memperbaiki tatanan rompi jounin-nya, juga tak lupa mengeratkan ikat kepala ninja. Percayalah, ia hanya membuang-buang waktu. Agar begitu sampai, tugasnya telah selesai diemban sendiri oleh sosok yang ia anggap bukan kawan sekarang ini. Bahasa imutnya, anti temanan; lagi musuhan.

"Aku pergi." Pasca berucap demikian, kali ini pemuda yang berhasil memperistri hairess Hyuuga itu benar-benar melanglang. Memberikan kecupan singkat di bibirnya, lalu mengantarkan Sasuke sampai di teras rumah. Sampai bayangan suaminya tak terlihat oleh indera visualnya, baru ia menutup pintu. Kembali mengambil tempat semulanya di sofa ruang keluarga, ia tersenyum kecil seorang diri mengingat tingkah laku unik Uchiha satu-satunya itu – setidaknya sampai bayi mereka lahir.

Iya, mulai semenjak mengetahui kabar kehamilan sang istri, Sasuke bertransformasi sedikit-sedikit dan semakin mendramatisir saja. Catat yang satu ini, bahwa seorang Uchiha Sasuke itu berubah menjadi begitu sensitif. Salah sedikit, ia bisa merajuk dan menunjukan wajah memberengut. Ada yang tidak benar untuknya, Sasuke akan langsung menggerutukan berbagai macam ocehan.

Belum lagi, ia yang mudah tersipu-sipu malu apabila bertemu dengan seseorang. Coba tebak, makhluk yang dapat membuat pipi calon ayah tersebut jadi merah padam itu, siapa?! Pasti akan mengejutkan sebab faktanya, sosok kunci jawaban adalah rival abadinya, Hokage keenam, mantan kaum Adam yang pernah dicintai sang pasangan hidup. Maka benar saja, inisiatif dengan embel-embel emosi negatif si Uzumaki dapat sukses membujuknya.

Awal-awalnya, tidak hanya satu-dua orang yang mengomentari prilaku langka Sasuke. Hampir satu desa, bahkan sampai wilayah otonomi sebelah memperbincangkannya. Akan tetapi, asal punya usul mengatakan, Sasuke hanya sedang mengidam. Sungguh-sungguh saran memaklumi yang berlebihan, tapi bisa dikata apa bila kejadian yang menimpa seajaib ini.

Sekali lagi, Sasuke Uchiha menjadi tidak terkendali karena hormon yang seharusnya dimiliki Hinata saat mengandung, malah pindah ke dirinya. Hmm… semacam meminta alasan logis agar dapat di luar karakternya yang membosankan, mungkin. Lelaki mengidam, anggap saja ini latar belakang dari emansipasi pria terhadap status ayah. Ngidam, ngidam… Sasuke cuma ngidam!


o

O

o

Sudah tepat berada di depan pintu kantor Hokage, Sasuke menghentikan langkah sejenak, dan memasok oksigen untuk paru-parunya. Alih-alih melanjutkan tapakan, ia malah sibuk merapikan tatanan rambutnya. Sia-sia, helaian di atas kepalanya tidak ada perubahan, sama saja dengan sebelum-sebelumnya. Namun anehnya, ia malah merasa tingkat keren yang tadi hanya sebesar semilir angin, kini berubah menjadi tornado.

Selesai dengan ritual mendadani, ditopang kepercayaan diri menjulang, tanpa ragu ia meneruskan jejak. Mengetuk pintu yang begitu terdengar memanggil-manggil manja, disiapkannya pula senyum terbaik apabila telah dipersilahkan memasuki ruang. Bukannya mendapat panggilan, seseorang dari dalam dengan baiknya membukakan penghalang ke luar-masuk ruang itu.

Jezz…!

Detik itu juga, bersamaan terlihatnya sosok so sweet yang menyambut ia, punahlah perasaan blink-blink Sasuke. Shikamaru, si rambut nanas itu rupanya yang membukakan pintu, melenyapkan mood Uchiha murni semata wayang yang tadinya sudah merekah dengan indah. Memasuki ruangan dengan raut yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya, ia juga bahkan sebisa mungkin menjaga jarak dari si Nara. Padahal, apa coba salahnya Shikamaru? Sudah murah hati dan tidak sombong begitu juga, kan, yaa?!

Dengan terpaksa, ia harus berdiri sejajar dan berdekatan dengan si ahli strategi itu. Kendati demikian, rona mukanya sama sekali tidak menunjukan rasa ikhlas. Namun begitu orang yang berada di balik meja Hokage tersenyum padanya, total Sasuke menampilkan sunggingan tertahan. Apabila bisa, Itachi pasti dengan suka-cita kembali numpang eksis memakai edo-tensei demi keunikan dunia satu ini.

"Hokage-sama, tugas kemarin telah berhasil kami selesaikan. Dan juga, kami berhasil menangkap dalangnya," Shikamaru berkata, tanpa perintah ia semaunya merusak moment kesukaan Sasuke – di mana ia yang tersipu tak mutu. Kembali saat Sasuke mendelikan netra tidak senang akan keberadaan sosok di sampingnya, ingin rasanya ia membuat takdir agar seorang Shikamaru tidak pernah terlahir di muka bumi.

" Apa kendala misi kali ini?" Naruto bertanya, berharap mendapat evaluasi, agar untuk tugas selanjutnya ia bisa memperbaiki apa yang masih kurang tepat. Agak ragu Shikamaru menjawab, terutama saat menerima picingan skeptis dari Uchiha di sebelahnya. Netranya menyipit sok kalem, Sasuke memberikan sinyalir tersirat agar Shikamaru tidak mencoret nama baiknya di hadapan Naruto.

Shikamaru tersenyum, " rekan misi saya, Uchiha Sasuke, menyulitkan saya untuk dapat bertindak, Hokage-sama." Ugh! Tentu terdeteksi dengan mudah bagaimana mimik wajah Uchiha cantik Sasuke saat ini, kan? Matanya otomatis membulat sempurna, sembari mengerucutkan titis-tipis bibirnya – agak tidak kentara terlihat ngambek.

"Maksudnya?"

"Uchiha Sasuke melarang saya untuk membunuh lawan."

"Bisa beri penjelasan, Sasuke?" kontan, indera visual Sasuke semakin melebar saat diminta demikian. Menatap Naruto dengan gugup, diteguknya air saliva yang rasanya telah membanjir di mulut. Masih juga tidak memberikan klarifikasi apa-apa, malah mengeluarkan aura membunuh yang begitu terasa. Yakin saja, sepulang dari sini ia akan berlatih kemampuan mata, supaya dapat membuang takdir seseorang.

"Uchiha Sasuke merasa mual saat melihat darah, Hokage-sama." Cengo, entah bagaimana sudah wajah Naruto saat mendengar penuturan selanjutnya dari Shikamaru. Buat Shikamaru sendiri, masih terasa beban yang menyiksa tersebut, tatkala Sasuke yang berlagak ingin muntah saat melihat darah bertebaran ke mana-mana.

Tak mungkin bisa lekang di memorinya, ketika Sasuke merajuk dan meminta ia untuk berhenti melemparkan kunai-kunai ke direksi rival. Tidak membunuh, sama saja menyerahkan kepala mentah-mentah. Lagi pula, mana ada musuh yang berbaik hati mau mengerti keadaan psikologis Sasuke, hingga turut tidak melemparkan shuriken berserta rekan. Kalau mau bercanda, yang wajar sedikit, deh!

Hingga sebal memuncak, strategi untuk membungkam lawan, malah gunakan membuat Sasuke diam. Uchiha Sasuke pada akhirnya dibuat pingsan, hingga akhirnya Nara itu sendiri yang menuntuskan misi, bahkan pulang dengan membopong rekannya yang tidak membantu sama sekali – juga menyulitkannya.

"Hingga saya harus…"

"Bau darah mereka amis!" intrupsi Sasuke, berusaha memberikan rasionalisasi yang tidak memperburuk harga dirinya. Tapi itu merupakan alasan mati, karena semua aroma likuid merah kental dari tubuh manusia itu pastinya aneh. Sekali lagi, mencoba memaklumi keadaan Sasuke yang sedang mengidam, Shikamaru dan Naruto tidak memberikan penuturan lebih lanjut.

Sasuke lain sendiri, ia teringat akan kejadian saat tugas dijalankan. Terekam jelas, kala bercak-bercak cairan yang bersleweran di tanah maupun tubuh Shikamaru itu membuatnya merasa jijik. Mukanya jadi pucat pasi, kedua tangannya dipekerjakan untuk memegangi perut. Lagak-lagaknya, sebentar lagi ia akan menumpahkan sesuatu dari dalam badannya.

Hueek…! Hueek…!

Benar saja, kan? Khidmatnya rona wajah pria Uchiha itu yang menikmati acara morning sickness kesasarnya. Cepat-cepat ia diarahkan Shikamaru ke toilet, dan melanjutkan kegiatan mual-mualnya di kamar mandi. Lihatlah, betapa baiknya lelaki Nara terhadap adik Itachi itu! Terkadang benar, sosok yang kita benci; orang yang sering menolong kita. Fenomena seperti itu disebut paradoks, yaa?

Keluar dari kamar mandi, Shikamaru langsung membopong ia yang terlihat untuk berdiri pun tak sanggup. Setelah mendapatkan izin dari Hokage, keduanya pergi meninggalkan sang pemimpin ninja Konoha. Namun bukan berarti Shikamaru bisa langsung melenggang pulang untuk tidur, terlebih dahulu ia harus mengantarkan Sasuke ke rumahnya.

Agak kesusahan karena Sasuke yang sebentar-sebentar ingin muntah, meski pada akhirnya sampai juga kediaman keluarga kecil Uchiha yang baru terbina selama satu tahun. Hinata terkejut mendapati suaminya ditopang oleh orang lain, selekasnya mengambil Sasuke untuk ia bopong ke kamar. Mengucapkan banyak terimakasih pada Shikamaru, yang ditanggapi dengan trademark andalan seorang Nara.

"Mendokusai!"

Sepulang pemuda Nara itu dari tempat tinggalnya dengan suami, Hinata kembali menemani Sasuke di ruang pribadi mereka. Dihelanya napas sedalam mungkin, sambil sesekali mengganti handuk kompres di kening pasangan hidupnya. Menjadi wanita hamil, tak semerta-merta bisa bermanja-manja ria dan meminta ini-itu pada suami. Ada masanya, ngidam menjadi milik calon orang tua pria, dan Sasuke mendapatkannya.

Kandungan istrimu baru empat bulan, kau masih memiliki waktu setengah tahun untuk melanjutkan sikap ajaibmu. Sekitar seratus lima puluh hari aja, kok! Tidak terlalu lama, tapi cukup membuat orang-orang di sekelilingmu kepayahan. Yaa, selamat menikmati cravings-time, Sasuke! Kalau bisa, besok-besok cobalah untuk mencari korban selain Shikamaru.

Fin


A/N:

Nistaaa, nistaaa…! Chayang Chacukeh aku buat kelewatan OOC (*dihajar Itachi). Maaf bila fic ini amat sangat keterlaluan anehnya, hanya saja ide-ide dalam fic kompilasi ini sudah lama di dalam otak saya. jadi, hitung-hitung ada waktu bebas dari tugas, lebih baik membuat fic-fic ini secara medle. Dan hasilnya, membuat saya cukup puas.

Bagaimana dengan chapter ini, semoga para readers suka. Mohon tinggalkan tanggepan dalam bentuk review, yaaa?!

Dan, bagi yang mau baca versi Naruto ngidam, silahkan klik ke chapter DUA.