20 tahun lalu...
"HWAAAAA! Mommy Kris mengambil permen ku. HWAAAAA!"
"Gigi Zitao akan bolong kalau makan permen terus."
"Biarkan saja gigi ku bolong. Daripada gigiku tonggos!"
.
10 tahun yang lalu...
"Hahahaha... Kris sudah SMP tapi masih mengompol. HAHAHAHA..."
"Aku tidak mengompol! Itu... air minum yang tumpah."
"Teman-teman Kris mengompol!"
.
6 tahun yang lalu...
"Ya! Jangan menginjak-nginjak kostumku!"
"Aku tidak menginjaknya. Aku hanya..."
"Hanya apa?"
"Oke, aku menginjaknya. Karena kau jelek kalau pakai kostum itu."
.
4 tahun yang lalu...
"Aku akan kuliah di Canada."
"Aku berharap kau sembelit di dalam pesawat."
.
Dan sekarang...
.
.
.
Fad
©BabyMingA
KrisTao
#PandaNetesDay
.
.
.
.
Huang Zitao merapihkan poninya, lalu menatap puas bayangannya sendiri di depan cermin setinggi satu setengah meter itu.
Dia berkedip nakal begitu merasakan semuanya sudah perfect. Kecuali kantung matanya yang membuatnya kadang tidak percaya diri. Sempat berfikir untuk operasi plastik saja.
Tubuhnya terbalut dengan cotton poplin Duke shirt seharga empat ratus dollar, dan untuk menangkal dingin dari musim dingin bersuhu minud tiga derajat, dia melapisinya dengan Suede trench coat seharga enam ribu dollar. Tentu saja semua itu brand dari GUCCI— favoritnya. Untuk kaki jenjangnya, dia mengenakan strecth gabardine slim pants masih dari brand yang sama.
"Tuan, mobil sudah siap," suara sang butler terdengar dari luar kamarnya.
Zitao mengambil cincin emas berbentuk kepala singanya sebagai aksesoris tambahan. Sekali lagi dia merapihkan rambut hitamnya.
.
.
.
Kris Wu memasuki kantornya. Beberapa karyawan sudah membentuk dua barisan saling menghadap yang rapi untuk menyambutnya. Tapi pandangannya jatuh pada sosok pemuda yang tidak berbaris. Dia berdiri di antara dua barisan para karyawan di ujung sana. Memberikan senyum miring sambil memeluk buket bunga lily putih yang cantik.
Kris menghampirinya.
"Ternyata kau datang?"
Zitao tidak menjawabnya. Dia menyerahkan buket bunga lily putih yang special dia persembahakan untuk 'kawan lama' yang empat tahun tidak berjumpa.
"Lily putih?"
Zitao mengangguk. "Ya. Aku membaca artikel di internet kalau pesawat dari Canada ke Korea jatuh. Ku pikir itu pesawatmu jadi ku belikan bunga itu.
Ah, aku juga berfikir peti matimu yang datang, bukan dirimu."
Oh Sehun dan Park Chanyeol yang bertugas sebagai sekretaris sementara mereka hanya mampu menggelengkan kepala. Semuanya sudah tahu kalau kedua orang itu adalah musuh bebuyutan dari kecil— orang tua mereka yang mengatakannya sendiri. Tuan Wu mendadak sakit dan memanggil Kris dari Canada untuk kembali ke Korea untuk mengurus induk perusahaan. Yang lebih tidak terduga lagi, ayah Zitao yang memegang lima persen saham di perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan itu, mengutus Zitao untuk membantu Kris.
Padahal Zitao hanya beberapakali mengurusi anak perusahaan ayahnya sendiri dan lebih banyak terjun ke dunia modeling. Tapi setiap kali dia mengurusi anak perusahaan yang hampir failed dia selalu berhasil membangkitkannya. Entah cara apa yang dia pakai.
Awalnya Zitao menolak, tapi karena iming-iming uang yang banyak dan GUCCI baru, dia setuju tanpa pikir panjang.
Zitao sampai di depan ruangannya dengan Kris. Dia memandang takjub ukiran di pintu besar berwarna coklat itu. Ukiran bunga lotus yang dikelilingi seekor naga menjadi point utamanya.
"Sehun! Sehun!"
Zitao memanggil Sehun seraya mengeluarkan smartphone terbarunya.
"Foto aku disini!"
Sehun menuruti sang tuan muda. Dia menerima ponsel yang diberikan dan memotret setiap pose yang diperagakan Zitao.
Kris dan Chanyeol menghentikan langkahnya beberapa meter dari Zitao yang sedang melakukan pemotretan mendadak di depan pintu. Wajah emotionless itu tidak bisa berkata apa-apa.
"Tuan muda, maklumkan saja Tuan Huang," Chanyeol tahu anak dari tuan besar Wu itu sedang kesal.
Tanpa berkata apapun, Kris membuang bunga yang diberikan Zitao dan kembali melanjutkan langkahnya. Menyingkirkan—lebih tepatnya mendorong Zitao hingga jatuh tersungkur di depan Sehun, Kris membuka pintu lalu masuk. Menutupnya dengan kasar sebelum Huang Zitao mengomel.
"WHAT THE FUCK! WU YIFAN!"
.
.
.
Huang Zitao setelah memarahi Kris karena sudah mendorongnya hingga terjatuh, akhirnya tenang setelah ditenangkan oleh ancaman Sehun yang akan memberitahu ayahnya kalau dia membuat keributan. Kalau ayahnya sampai tahu dia membuat onar di kantor Paman Wu, bisa-bisa uang dan GUCCInya di batalkan.
"Kau sel—"
"Jangan berisik kalau sedang bekerja," potong Kris datar.
Zitao merasa terhina hari ini.
Pertama dia sudah di dorong hingga terjatuh di depan sekretarisnya sendiri, dan kedua dengan seenaknya pria bermarga Wu memotong ucapannya dengan nada dingin.
Bukan Huang Zitao namanya kalau dia tidak membalas dendam akan penghinaan.
Zitao menaikan kedua kakinya ke atas meja Kris. Menghalangi pemuda yang baru pulang dari Canada tadi malam itu untuk mengerjakan pekerjaan di laptopnya.
Kris menghela nafasnya kasar.
"Leather lace-up, delapan ratus dollar, GUCCI." Kris menoleh ke arah Zitao. "Bisakah kau turunkan kakimu itu? Itu bau."
Zitao melotot. Lagi-lagi dirinya dihina.
"Aku bahkan bisa membeli sepatu itu sepuluh kali lebih banyak, plus pewangi kaki," lanjut Kris.
"YAK!" Zitao menurunkan kakinya, mendekatkan kursinya lebih dekat ke arah Kris. "Kau mengatakan kakiku bau?"
Kris turun dari kursinya. Lalu berjongkok. Dia mendongak ke arah Zitao yang wajahnya memerah.
"Akan kubuktikan kalau itu bau," katanya setenang air.
Zitao memekik saat Kris mencoba membuka sepatunya. Dia menjambak rambut Kris hingga berantakan. Bahkan pomade yang dia pakai luntur ke tangannya.
"Kris hei, bodoh jangan dibuka!"
"Akan ku buktikan kalau kakimu bau."
"Jangan dibuka—"
[!]
Mendadak pintu ruangan itu terbuka. Seorang wanita berambut pendek menatap terkejut pemandangan di hadapannya sampai-sampai dokumen yang ia bawa jatuh ke lantai. Wajahnya semerah tomat.
"Maaf, maafkan saya B-bos," ucapnya tergagap sambil berjongkok memunguti lembaran-lembaran dokumen.
Kris berdiri dengan ekspresi datar plus rambut yang berantakan karena jambakan Zitao. Melihatnya, sang wanita langsung menyimpulkan yang tidak-tidak.
"Kau pasti berfikir aku melakukan blowjob pada Zitao, yah?" Kris tiba-tiba mengatakan hal yang aneh. Membuat Zitao menggebrak mejanya lalu bangkit berdiri. Tapi saat dia berdiri, celana yang ia kenakan meluncur bebas ke bawah.
Zitao melirik tajam Kris. "Kapan kau..."
Wanita itu langsung memalingkan wajahnya.
"Iya tadi kami melakukannya. Aku sudah empat tahun tidak bertemu dengannya..."
Mata Zitao melotot. Dia menarik kembali celananya ke atas lalu membenarkannya.
"...jadi aku merindukannya," lanjutnya. "Sayang sekali kau datang, padahal tadi Zitao sudah hampir klimaks." Kris memberikan senyum miring sambil melirik Zitao yang sudah tidak berkata apa-apa lagi. "Sebegitunya kah kau merindukan mulutku?"
Kenapa jadi begini?
"Kau ke sini untuk menyerahkan dokumen itu, kan? Langsung saja letakan disini dan silahkan keluar." Zitao merasa lebih baik kalau wanita itu segera keluar daripada pingsan karena shock.
Menurut pada atasan, dia berlari kecil dan meletakan dokumen itu di meja Zitao.
"Ini... ini laporan dari bagian produksi."
Zitao mengangguk dan mempersilahkan wanita itu pergi.
Pintu tertutup. Sekarang di ruangan besar itu kembali hanya berisi dua orang. Zitao menjatuhkan pantatnya di kursi kebesarannya. Berulang kali menghela nafas guna membuang malu. Dia melirik Kris, pria itu hanya senyum-senyum tidak jelas sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Kita sudah sama-sama dewasa. Maka dari itu, aku ingin menaikan level kejahilan ku sesuai dengan usia kita," Kris membuka suara.
Zitao membanting pulpennya ke atas meja. Dia memutar kursinya menghadap Kris yang juga memutar kursi ke arahnya. Zitao melipat tangannya di depan dada. Menatap Kris dengan sengit.
"Baik kalau kau mau seperti itu." Zitao berdiri dari kursinya dan mendekat ke arah Kris. Tanpa diduga, dia mendudukan dirinya di pangkuan sang pemuda Wu. Sedikit mencondongkan tubuhnya dan tersenyum sensual.
"Kalau kau ingin kejahilan yang dewasa, kenapa tidak bilang daritadi?"
.
.
.
"Selanjutnya, kita harus membuat sesuatu yang baru."
Sehun dan Chanyeol kompak menutup buku catatan mereka. Lalu keduanya saling berpandangan dengan isyarat, apa kau yakin mereka bisa menyelesaikan ini? Kemudian keduanya menggeleng.
"Aku yang akan mengurus pekerjaan itu," Zitao menjawab cepat.
"No, no..." Kris menggoyangkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri. "Tidak bisa. Ini perusahaan ayahku dan akan diwariskan kepadaku. Jadi, untuk pekerjaan ini aku yang akan mengurusnya sendiri."
Zitao memijit pangkal hidungnya. "Kau keras kepala, yah? Sudah ku bilang aku saja."
Kris menggebrak mejanya. "Kau yang keras kepala!"
"Baiklah," Zitao memelankan suaranya, "kalau begitu kita ajukan dua proposal pada dewan. Proposal siapa yang akan dipilih, dia yang menang. Jika tidak terpilih..." Zitao menyunggingkan senyum manisnya pada Kris.
Senyum manis. Tapi kalau kau mengerti arti di balik senyuman itu, maka kau harus membatalkan perjanjian apapun dengan Huang Zitao daripada menanggung sial di akhir.
"Berjalan telanjang ke kantor. Bagaimana?"
Kedua sekretaris menepuk masing-masing kening mereka. Dasar bos gila!
"Kau gila?"
"Kau takut?" sambar Zitao, "kalau kau takut aku akan—"
"Baiklah!" Kris mengulurkan tangannya, "deal!"
.
.
.
.
.
.
Continuos...
#oke ini ff buat #pandanetesday
Untuk La verite, mungkin akan gue apus T...T kalaupun ada yang mau lanjutin mangga lanjutin sendiri, tapi lepas sebagai ff event. Wkwk :v
Ini diusahakan update besok, kalau gak besoknya lagi, kalau nggak... yang gagal /crying in jappanesse/
BODO AH BETE MASA SAMA BOLAY MAU AJA DICIUM OM OM. PENGEN PEMES ITU OM OM. AAAAAAAA~~
Gue mau buat ini ff rated-m. BDSMxRAPExTentacles... tapi boong.
Kalau lagi 'anu' yah gue jadikan chap depan jadi rated-M.
Yasudahlah, babay...
#btw, ini ff serasa promote brand yah hmm *(-_-)*
Wo ai ni~~
