TRICHER
Cast :
Oh Sehun
Lu Han
dll
Rated : M
Genre : Romance, Drama, Hurt
Warning : Typo bertebaran, EYD berantakan, dan cerita abal-abalan
DON'T LIKE DON'T READ
DON'T BE SILENT READER
~Banana Sehun present~
Happy reading^^
.
.
.
.
.
"Kau duduklah dulu Sehun-ah. Biar aku yang menyelesaikannya"
"Tidak apa-apa?"
"Tidak" Luhan menggeleng kecil dan mengalihkan fokusnya lagi pada sup yang mengepul diatas kompor sana. Tinggal tunggu beberapa menit lagi dan sup itu akan beralih ke mangkuk besar yang sudah ia siapkan.
Diliriknya sang kekasih yang sudah duduk tenang di meja makan dan tangan yang memegang ponsel. Bahkan senyum diwajahnya sesekali tersemat. Entah apa yang membuat lelaki itu dirundung rasa kebahagiaan tingkat tinggi hanya karna menatap ponselnya. Luhan tahu jika sedari tadi ponsel yang berada di kantung celana lelaki itu bergetar tanpa henti. Sang pemiliknya pun juga akan terdiam sebentar sebelum mengabaikannya. Luhan tahu jika sebenarnya Sehun sangat teramat ingin membuka ponselnya. Mungkin karna ada dirinya lelaki itu menjadi sungkan dan lebih memilih membiarkan.
Tak lupa bercak-bercak merah yang hampir pudar tersemat banyak dileher kekasihnya membuat pemandangannya terganggu. Dia bukan orang bodoh yang akan mengartikan jika bercak itu adalah bekas gigitan nyamuk. Nyamuk mana yang akan meninggal bekas sebanyak dan sebesar itu.
Semuanya dimulai saat akhir semester empat. Kekasihnya mulai berubah dan tak ada lagi waktu dengannya. Dengan alibi banyak tugas dan kerja kelompok lalu Luhan akan mempercayainya begitu mudah. Sikap manis yang dulu Sehun curahkan kepadanya kini terasa asing. Saat bersama dirinya pun Sehun akan lebih asik tersenyum didepan ponselnya daripada berbincang dengannya.
Sejak mereka lulus 2 tahun lalu dan memilih universitas yang berbeda dan dibarengi komitmen yang kuat membuat Luhan percaya. Sehun yang ingin menjadi arsitek handal dan dirinya yang ingin menjadi desainer terkenal. Semua baik-baik saja dan berjalan dengan sangat apik. Tapi tidak ada satu hubunganpun yang berjalan mulus jika kau berpisah dengan kekasihmu.
.
.
Luhan menaruh piring-piring berisi lauk-pauk untuk makan malam mereka dan Sehun tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari ponselnya itu sampai dirinya berdehem dan kekasihnya itu langsung memasukkan ponsel ke saku jeansnya dan tersenyum lebar kearahnya. Entah kebahagiaan apa yang Sehun dapat hingga dia bisa tersenyum secerah itu.
"Kau kenapa?" Luhan bertanya sambil duduk dan mulai mengambil sumpitnya begitupun dengan Sehun.
"Jongin akan merayakan ulang tahunnya minggu depan dan berjanji akan mentraktirku makan. Ini sangat langka dan aku tidak boleh melewatkannya begitu saja" jawab Sehun dengan lancar. Sebuah kebohongan mutlak yang Luhan tahu dan Luhan hanya bisa tersenyum pahit.
"Oh ya?"
"Ya. Kau mau ikut?"
"Apa boleh?"
"Tentu saja. Tapi acaranya diadakan saat malam. Aku tidak yakin kau mau mengikutinya"
"Sayang sekali" setelah itu keduanya hanya diam dan lebih fokus pada makanan di meja tak lupa dengan Sehun yang masih akan memainkan ponselnya seperti membalas pesan lalu akan makan lagi.
Luhan melanjutkan makannya dalam diam tapi otaknya berkelana mengingat hari sabtu lalu. Dimana dirinya mengantarkan Kyungsoo -kekasih Jongin- berbelanja sepatu untuk hadiah ulang tahun pacarnya. Tapi itu sudah lewat dua bulan yang lalu dan Luhan masih mengingat jelas dirinya ikut memberi kejutan untuk Jongin di kamar apartement pemuda itu. Tidak mungkin jika Jongin merayakan ulang tahunnya dua kali dalam satu tahun terkecuali jika Jongin yang Sehun maksud adalah Jongin yang lain.
Jika beberapa bulan yang lalu setelah makan malam mereka akan menghabiskan waktu dengan menonton film di kursi ruang tamu milik Luhan sambil berbincang dengan coklat panas yang mengepul di meja. Mereka akan membicarakan banyak hal dan mengabaikan layar tv yang terus menyala lalu saat jam menunjukkan angka 11 Luhan akan menyuruh Sehun pulang dibarengin berenggutan lucu dari sang kekasih. Jarang bertemu membuat Sehun ingin menghabiskan waktu akhir pekan dengannya.
Tapi itu dulu, sekarang setelah selesai makan malam Sehun akan langsung pulang dengan alasan tugas yang berteriak minta dikerjaan. Mereka sama-sama seorang mahasiswa tapi Luhan tidak sesibuk Sehun dengan segudang tugas yang entah itu benar atau sekedar bualan.
Malam-malam sebelumnya Sehun akan mengecup dahinya sebelum melambaikan tangan dan mereka akan berpisah.
Saat lelaki itu berpamitan pulang sambil tersenyum cerah dan langsung berbalik tanpa kecupan di dahinya seperti dulu membuat Luhan tersenyum pahit. Sehunnya sudah berubah. Entah apa yang dia lakukan yang pasti saat ini Luhan ingin berpura-pura tidak tahu. Tidak tahu jika Sehun sering berkirim pesan mesra dengan wanita lain, tidak tahu jika Sehun sering pergi kencan dengan wanita lain, dan tidak tahu jika Sehun saat ini tengah mengemudikan motornya kearah apartement wanita yang akan menyambutnya dengan tubuh telanjang terlentang di ranjang.
.
.
.
"Ayolah Lu antarkan aku sebentar saja. Aku janji"
"Aku harus bekerja Baek" Luhan mencoba menolak halus permintaan sahabatnya ini yang merengek ingin ditemani belanja.
"Kau jadi melamar kerja? Dimana?" gadis bermata puppy itu bertanya dengan ekspresi yang menggemaskan. Ingin rasanya Luhan memeluk gadis itu erat.
"Di caffe milik Suho" jawab Luhan kalem.
"Astaga! Kau bekerja di tempat Chanyeol? Apa aku masih bisa melamar kerja disana?"
Luhan memutar bola matanya jengah. "Tidak. Karna kalian hanya akan berpacaran bukannya bekerja" jawab Luhan sakartis
"Ish kau tak asik" Baekhyun memberengut kesal sambil bersedekap imut. "Ayolah Lu.. kau mau kan? Sebentaaaaar saja"
"Berbelanja dalam versimu tidak ada yang namanya sebentar Nona Byun"
"Aku janji"
"Baiklah"
Dan disinilah mereka berada, dipusat perbelanjaan paling terkenal dia Seoul. Disalah satu toko baju dengan Baekhyun yang asik memilih gaun musim semi dan dirinya yang memilih baju-baju hangat walaupun tak ada niatan untuknya membeli. Tapi jika ada yang menarik dan terlihat cocok mungkin dirinya akan berubah pikiran.
"Lu.. lu.. kemarilah" Baekhyun melambai dibalik gantungan penuh baju dan dirinya dengan malas-malasan menuruti perintah sahabatnya itu. "Bukankah itu Sehun? Dia bersama siapa?" Jari lentik berkutek pink lucu itu menunjuk ke satu arah.
Luhan melihatnya. Luhan melihat Sehun tengah bersama wanita berbaju seksi tengah tertawa bersama. Luhan memejamkan matanya sebentar mencoba menetralkan detak jantungnya yang memburu. "Ah mungkin hanya mirip. Ayo Baek sebaiknya kita mencari di toko lain. Disini tidak ada yang cocok" Luhan menarik Baekhyun erat tak ingin Baekhyun melihat Sehun dengan wanita itu lagi. Cukup dirinya yang tahu jika Sehun tengah berselingkuh, jangan orang lain yang dapat melontarkan tatapan kasihan pada dirinya. Dia paling tidak suka dikasihani.
"Ya kau benar. Aku merasa baju disini jelek-jelek.. ups aku terlalu keras" Baekhyun menutup mulut kecilnya dengan tangan yang tak sedang Luhan tarik. Beberapa pegawai toko itu menatapnya tajam atas celotehannya barusan.
.
.
.
"Lu.. ini cocok kan?" Baekhyun memutarkan tubuhnya didepan Luhan dengan gaun selutut berwarna kuning cerah. Kepribadian Baekhyun yang ceria dan polos sangat cocok sekali dipadankan dengan gaun musim semi itu. Dia terlihat semakin menggemaskan dan cantik.
Luhan mengacungkan dua jempolnya dan mengangguk semangat. "Kau sangat cantik. Baek bisakah kau menungguku disini sebentar? Aku ingin ke toilet" Luhan segera melangkah pergi setelah Baekhyun mengangguk mengijinkan.
Kantung kemihnya memang tak bisa diajak berkompromi disaat seperti ini. Seingatnya dirinya tadi hanya meminum segelas jus jeruk di kantin. Kakinya yang berbalut sepatu berwarna biru itu ia bawa memasuki salah satu toilet khusus wanita. Dia benar-benar sudah tak sabar.
Tak disangka dirinya bertemu dengan wanita yang bersama Sehun tadi tengah memoles bibir merahnya dengan lipstick. Keinginannya untuk buang air kecil hilang sudah dan lebih memilih berjalan kearah wastafel sebelah wanita itu. Luhan melirik wajah wanita itu sebentar. Kata cantik, seksi, dan menggairahkan langsung terbayang diotak Luhan ketika melihat wajahnya.
"Engg hai" Luhan mencoba menyapa wanita itu dan dibalas senyuman kecil. "Aku tadi melihatmu dengan kekasihmu disalah satu toko. Kalian sangat serasi" hati Luhan terasa tertusuk pisau tak kasap mata hingga menembus punggungnya.
Wanita itu tergelak lalu menatapnya. "Dia bukan kekasihku. Ah lebih tepatnya belum. Padahal kita sudah berkali-kali bercinta tapi dia belum juga menyatakan perasaannya padaku. Tapi itu tidak masalah jika dia masih akan terus datang padaku dan menusuk lubangku setiap malam" jawab wanita itu vulgar. Luhan yang mendengarkan dibuat bergetar di tempat.
"Begitukah?"
"Ya.. bahkan setelah bercinta sampai pagi dia masih enggan melepaskan penisnya pada lubangku dan terus menggigiti payudaraku kencang membuatku mendesah keras. Aku ingat saat pertama kali kita bertemu dia sudah berani meremas payudaraku kencang padahal saat itu kita sedang berada di atap kampus dan sama-sama membolos lalu kita berakhir bercinta disana. Benar-benar menggelikan bukan?" Wanita itu menceritakan hal-hal seperti itu tanpa sungkan seolah mereka adalah teman. Tak taukah dia jika wanita yang diajaknya berbicara adalah kekasih dari orang yang slalu mengajaknya bercinta tiap malam. "Ah ya aku duluan.. dia berkata ingin mengajakku ke suatu tempat"
Habis sudah kesabaran Luhan setelah wanita itu menutup pintu toilet. Dirinya merosot kelantai sanking tak kuatnya kakinya menopang berat tubuhnya. Air mata yang sudah dia tahan sedari tadi akhirnya luruh juga. Sekuat tenaga dirinya menggigit bibir bawahnya agar tak berteriak. Hatinya terlalu sakit dan hancur berkeping-keping. Yang dia butuhkan saat ini adalah menangis selama mungkin. Beruntung saat ini tidak ada pengunjung lain yang pergi ke toilet dan menemukan dirinya menangis keras. Tidak dengan Baekhyun yang berhasil menemukannya dan memekik melihatnya menangis di toilet. Gadis itu memeluknya erat sambil mengelus punggungnya.
Sejak dirinya dan Sehun memutuskan untuk berpacaran 3 tahun lalu mereka sama-sama tidak pernah bercinta. Sering Sehun meminta hal tersebut kepada dirinya tapi dirinya berulangkali menolak. Bukan karna tak mau, tapi dia hanya ingin orang yang pertama untuknya adalah suaminya kelak. Dia pantang bercinta sebelum menikah.
Sekarang dirinya paham apa yang membuat Sehun bermain dibelakangnya. Kekasihnya tak bisa membendung hormon kelelakiannya apalagi saat melihat wanita yang suka rela mengangkang dibawahnya.
Dirinya merasa begitu bodoh.
.
.
.
Ponsel didalam tasnya bergetar dan menampilkan nama Sehun disana. Dirinya yang berada di koridor kampus memilih sedikit menyingkir untuk menerima telfon dari kekasihnya.
"Hmm.. maaf. Aku akhir-akhir ini sangat sibuk. Bisakah kita melakukannya dilain waktu? Ya.. baiklah"
Ah sial. Sehun baru saja mengajaknya bertemu tapi dirinya malah menolaknya begitu saja. Jika bukan karna dirinya adalah anggota dewan siswa dan harus melakukan rapat dengan Kris dia pasti akan langsung menerima ajakan Sehun. Seolah melupakan setiap perih yang ia terima dirinya masih akan tetap mencintai Sehun.
"Ayo Lu" Luhan mendongak melihat siapa yang baru saja bicara dengannya. Kris, ketua dewan siswa dengan berjuta kesempurnaan membuat setiap gadis tergila-gila padanya. Tapi sayang, Kris telah memiliki kekasih teramat over protective dengan kemampuan bela diri yang luar biasa. Dia tidak akan segan-segan memukul siapapun yang mendekati kekasihnya. Ugh Luhan sangat iri.
Sanking protectivenya dirinya dan Kris harus melakukan rapat di kamar apartement milik Tao -kekasih Kris-. Tapi setidaknya mereka akan mendapatkan cemilan gratis disana nanti. Apalagi sifat Tao yang periang dan baik hati mungkin gadis itu akan membelikan cemilan-cemilan mahal untuk mereka.
.
.
.
"Hai Ge.. hai Luhan-jie" Tao menyapa mereka dengan hangat tak lupa gadis itu memeluk Kris dan menggiringnya masuk kedalam dan melupakan Luhan disana.
Kini mereka tengah duduk di ruang tengah apartement Tao yang besar. Sudah dipastikan jika Tao adalah anak orang kaya.
"Sepertinya aku ingin pindah dari sini" gerutu Tao sebal.
Luhan menoleh dan menunjukkan ekspresi bertanya miliknya "Kenapa?"
"Pemilik kamar sebelah benar-benar mengganggu. Aku tahu jika Hyuna memiliki pacar baru bernama Bihun eh Sihun eh Sehun ya Sehun namanya. Tapi setidaknya mereka tahu waktu. Aku sering kali mendengar desahan mereka dan itu sangat mengganggu. Apa mereka tidak memasang peredam suara di kamar mereka? Mereka benar-benar seperti pengantin baru yang menghabiskan waktunya untuk bercinta. Bahkan aku pernah melihat mereka bercinta di balkon saat dini hari. Benar-benar menggelikan saat keduanya sama-sama mendesah. Aku rasanya ingin muntah" Tao mengakhiri protesnya lalu menjejalkan kripik pedas kemulutnya.
"Kau ingin pindah kemana memang?" Kris yang pertama kali merespon cerita Tao. Sedang Luhan seolah membeku ditempat. Cerita Tao seperti cerita wanita yang dilihatnya bersama Sehun yang sering menghabiskan waktunya untuk bercinta dengan Sehun. Apa Sehun yang Tao maksud adalah kekasihnya atau masih ada Sehun lain. Kepala Luhan tiba-tiba pening.
"Aku ingin tinggal di apartement Kris ge saja?"
"Hey mamamu pasti tidak akan mengijinkannya"
"Tapi aku sudah jengah geeeee.."
Luhan seolah tuli untuk mendengar mereka berdebat. Yang ada dibenaknya kali ini adalah segera pergi ke apartement Sehun dan bertanya kepada kekasihnya itu.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan sudah 4 jam Luhan menunggu Sehun pulang di apartement lelaki itu. Tidak adanya rahasia diantara mereka berdua membuat Luhan tahu password apartement milik Sehun. Malam semakin larut dan udara semakin dingin membuat tubuhnya menggigil. Cappucino instant yang dibuatnya telah habis beberapa menit yang lalu dan acara tv pun tidak ada yang menarik lagi.
Luhan memutuskan menginap dan menunggu Sehun untuk pulang. Mungkin lelaki itu sedang keluar atau kemana entah yang pasti dia ingin berpikir lurus saat ini. Dia tahu jika Sehun mencintainya.
Tubuhnya menegang melihat keadaan kamar kekasihnya. Sprei yang berantakan dan cairan berbau menggelikan yang sudah kering juga celana dalam milik wanita adalah keadaan pertama yang Luhan lihat setelah memasuki kamar kekasihnya.
Ternyata benar. Sehun dan wanita itu...
Luhan menutup pintu kamar Sehun lagi dan berjalan kearah ruang tamu. Sepertinya dirinya akan tidur dikursi. Entah kapan Sehun pulang dia akan terus menunggu. Matanya terpejam perlahan dibarengi tetesan air mata yang terus mengalir dari mata rusanya juga isakan halus yang memenuhi ruangan.
.
.
.
"Luhan! Tolong kau tanyakan pesanan di meja nomor 12" Luhan mengangguk dan langsung melaksanakan perintah Chanyeol. Akhir pekan membuat cafe tempatnya bekerja menjadi penuh pengunjung membuat semua pelayan dibuat kerepotan. Cafe tempatnya bekerja memang sangat terkenal jadi tak mungkin jika akan sepi.
Luhan sudah memagang note ditangannya dan ingin menanyakan pesanan pelanggan di meja nomor 12 tapi gerakannya terhenti melihat wanita yang dilihatnya bersama Sehun kala itu yang duduk disana dan juga menatapnya.
"Kau yang saat itu ditoilet kan? Wah tak kusangka kita akan bertemu lagi" wanita itu tersenyum ramah dan Luhan hanya bisa membalas sekenanya. "Kita belum pernah berkenalan sebelumnya. Namaku Hyuna, dan ini Sehun kekasihku. Kini kita telah resmi berpacaran"
Deg
Luhan mengalihkan pandangannya dan menoleh kearah pemuda yang duduk didepan Hyuna. Itu Sehun, kekasihnya yang juga menatap kaget kearahnya. Sepertinya tuhan ingin bermain-main dengan kisah hidupnya.
"Dia kekasih yang dulu aku ceritakan padamu. Lalu siapa namamu?" Hyuna berbicara lagi membuat Luhan mengalihkan pandangannya dari Sehun.
"Aku Luhan. Kalian tampak sangat serasi. Selamat atas hubungan kalian" Luhan mengucapkannya pelan tapi tegas. Hatinya terasa dikoyak oleh cakar hingga berdarah.
Setelah mencatat pesanan Hyuna dan Sehun di notenya Luhan segera pergi dan menemui Suho. Dia tak kuat jika harus bertahan satu ruangan dengan mereka. Mulutnya pun bergetar dan air matanya mengalir deras saat meminta ijin pada Suho untuk pulang lebih dulu dan membuat bos nya khawatir tapi dia hanya menggeleng. Dia tidak apa-apa. Dia tidak apa-apa jika harus tersakiti berulang kali.
Jalanan yang lenggang dan sepi juga awan yang hitam pekat tanpa bintang dan bulan seakan mendukung suasana hati Luhan. Dirinya sudah berjalan selama 45 menit dan air matanya tak kunjung berhenti. Potongan-potongan bayangan dari dirinya yang menemukan Sehun dengan wanita lain di toko baju sampai yang baru saja terjadi padanya. Sehun.. telah berpacaran debgan wanita itu. Dirinya memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan wanita itu. Dia hanya gadis China yang merantau ke Korea dan jatuh cinta dengan pemuda Korea dan berakhir disakiti oleh pemuda Korea.
Grep
Seseorang mengenggam tanganya saat dirinya sudah ingin membuka pintu kamar flat kecilnya. Dia menemukan kekasihnya disana dengan nafas terengah-engah. Luhan mencoba menarik tangannya dari genggaman Sehun berulang kali tapi tenaganya kalah jauh dengan Sehun. Lelaki itu mengenggam tengannya terlalu erat membuatnya meringis dan lagi-lagi air mata jatuh membasahi pipinya.
"Lepaskan"
"Tidak"
"Lepaskan tanganku brengsek!" Luhan menjerit membuat beberapa tetangganya keluar dan melihat apa yang sedang terjadi dan mereka akan mengelengkan kepala lalu masuk kembali ke kamar masing-masing. "Lepaskan, aku mohon" tak disangka Sehun langsung melepaskan begitu saja setelah itu dan Luhan langsung masuk ke kamarnya tak mempersilahkan Sehun masuk. Dirinya butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.
Jujur, dirinya ingin sekali mendengar penjalasan dari kekasihnya saat ini. Tapi semuanya sudah terasa jelas di matanya dan hanya menunggu kalimat putus yang keluar dari mulut keduanya. Entah dirinya yang akan memulai atau membiarkan Sehun yang mengakhiri semuanya.
.
.
.
"Bukankah semuanya sudah selesai?" Luhan bertanya kesal kepada Kris yang berdiri disebelahnya. Kini keduanya tengah berada di dalam lift gedung apartement Tao untuk mengadakan rapat lagi. Luhan yang ingin bersantai menjadi gagal saat Kris menarik tangannya san mengajaknya ke apartement Tao. Menjadi dewan siswa benar-benar menyebalkan.
Lift yang mereka tumpangi berhenti di lantai nomor 16. Keduanya segera keluar dan berbelok kearah kanan dan menemukan kamar nomor 1004. Tak disangka mereka bertemu dengan Hyuna dan Sehun yang bergandengan tangan ingin keluar juga. Hyuna yang melihat Luhan langsung terpekik tak percaya. Dunia begitu sempit hingga mereka bisa bertemu lagi. Tak lupa Sehun yang juga melotot dan segera mengubah ekspresinya menjadi datar kembali.
"Kalian tinggal disini juga?" Tanya Hyuna ramah.
"Tidak. Kami pergi ke apartement Tao" Kris menjawab santai. Disebelahnya Luhan berpandangan dengan Sehun yang juga memandangnya dengan sorot yang sulit diartikan.
"Aku juga ingin kesana. Mari kita pergi bersama"
Tarikan dilengan jaketnya membuat Luhan tersadar dan mengikuti langkah Kris. Hyuna dan Sehun pun juga pergi ke kamar Tao. Luhan yang tadi melamun menjadi tidak bisa menangkap pembicaraan mereka tadi membuat dirinya terjebak satu ruangan dengan Hyuna dan Sehun. Mereka duduk di sofa milik Tao dengan Hyuna yang menyender di bahu Sehun dan Tao yang duduk berdempetan dengan Kris sedang dirinya memilih duduk di sofa single. Benar-benar menyedihkan.
"Jadi kalian sudah berpacaran?" Tanya Tao kearah Hyuna dan Sehun dan dibalas anggukan oleh Hyuna. Sehun terlihat acuh dan tak peduli membuat Tao melirik sinis.
"Ya.. jadi aku tidak akan iri lagi melihatmu dengan Kris" ujar Hyuna. "Lalu bagaimana denganmu Luhan-ssi. Apa kau sudah memiliki kekasih?" Pertanyaan Hyuna membuat Luhan kaget. Diliriknya Sehun sebentar dan lelaki itu juga tengah menatapnya.
"Iya" jawab Luhan pelan.
"Benarkah? Pasti dia adalah lelaki yang beruntung bisa mendapatkan Luhan-ssi" puji Hyuna tulus.
"Tidak. Dia menghianatiku diusia hubungan kita yang menginjak 3 tahun" jelas Luhan sambil melirik Sehun.
Tao menggeser tubuhnya dan mendekat ke arah kursi Luhan lalu memeluknya erat. "Lelaki mana yang berani menyakiti Luhan-jie? Tunjukkan padaku dan aku akan mematahkan lehernya" kata Tao membuat Luhan sedikit terhibur. Setidaknya masih ada orang-orang yang peduli dengannya.
Jika Sehun sudah mendapatkan kebahagiaan yang lain memang apa lagi yang bisa dirinya harapkan. Mungkin menyerah adalah jalan terbaik.
.
.
.
Luhan menaruh gelas yang berisi susu coklat hangat lalu duduk di sofa di depan Sehun. Lelaki didepannya ini berkata ingin mengatakan hal yang serius ketika Luhan membuka pintu flatnya dan menemukan lelaki itu disana. Tapi sudah sepuluh menit berlalu Sehun belum juga membuka bibirnya. Susu coklat hangat didepannya terus Sehun tatap seolah itu adalah Luhan. Susu coklat hangat adalah minuman favorit Sehun dan ketika lelaki itu mengunjungi flatnya Luhan akan membuatkan itu untuknya.
"Maaf" satu kata yang terlontar dari mulut Sehun membuat Luhan mengernyit bingung.
"Untuk apa?"
"Menghianatimu"
"Aku memaafkanmu. Toh sekarang kau sudah bersamanya" Luhan membalas sesantai mungkin. Hal yang harus dilakukannya sekarang adalah membuat semua ini cepat selesai dan dirinya bisa terbebas.
"Aku benar-benar minta maaf. Ak-
"Bahkan setiap kata maaf darimupun semakin membuatku merasa tersakiti. Aku merasa bodoh telah terlalu mempercayaimu sejauh ini. Menampik segala pikiran buruk saat bajumu beraroma wanita, mencoba berpikiran positif saat lehermu meninggalkan bercak-bercak merah, dan terap mencoba mempercayaimu saat aku melihar keadaan ranjangmu yang menjijikan dengan celana dalam wanita yang tertinggal disana. Aku baru tahu lelaki seperti apa yang aku cintai selama ini. Tidak lebih dari seorang maniak" kata Luhan panjang membuat Sehun terdiam.
"Haruskah kita berakhir?"
"Menurutmu apa yang masih menjadi alasan untukku bertahan denganmu? Jika itu terjadi mungkin sekarang aku sudah membusuk karna terlalu banyak menelan kebohongan darimu"
"Maaf telah membohongimu, maaf telah menyakitimu, dan maaf telah menghianati perasaanmu" Sehun mencoba menatap Luhan walaupun dirinya merasa tak pantas. Dia merasa seperti pemuda paling jahat telah menyakiti perempuan sebaik Luhan. "Bisakah kita berteman setelah ini?"
"Tidak. Aku tidak ingin memiliki teman sepertimu. Jika bisa, anggap saja kita tak pernah mengenal sebelumnya"
.
.
.
.
.
Chapter 1 (Love is Hurt)
END
.
.
.
Sould i give u Chapter 2
Give me a Review
Apa yang kalian rasakan setelah membaca cerita ini?
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Luhan?
Line : enyolssi
Salam 520
