Just for a While
Pair : HunKai, etc.
Rated : T
Two Shoot
Warn!
Typo(s), story above is purely my own thoughts, strange, the story doesn't match the title, etc.
Don't read if Don't like this pair
Don't Plagiat
Big NO for bashing
etc.
.
Kalian akan menyadari, betapa penting 'sosok' yang tidak kalian inginkan ketika ia 'menghilang' tanpa jejak.
Enjoy Reading!
.
.
TESS
TESS
TESS
Ia tersenyum, namja manis berkulit tan itu tersenyum dalam tangisnya.
Entahlah jika orang lain melihatnya, ia bisa di katakan gila, tapi sungguh ia tidak peduli perkataan orang.
Ia menangis karena kedua matanya kini melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat.
Kekasihー
lebih tepatnya tunanganmu berselingkuh tepat di hadapanmu, bagaimana bisa kedua matanya tidak menangis?
Namun seulas senyum itu, entahlah ia sendiri tidak tau untuk apa bibirnya mengulas senyum.
Tersenyum setelah lamanya mereka berhubungan akhirnya ia mengetahui kekasih gelap tunangannya?
Atau tersenyum karena dirinya yang begitu bodoh dengan meyakini apa yang ia lihat sekarang hanyalah ilusi?
Jika ilusi, tetapi mengapa terasa nyata dan begitu menyakitkan? Bahkan lebih perih daripada luka ditabur garam, sangat sakit hingga rasanya membunuh dirinya perlahan.
Atauー ia tersenyum karena melihat bahwa teman baiknya yang selama ini ia puja, menusuknya dari belakang?
Jongin, namja itu mengusap kasar airmatanya dengan kedua tangan lentiknya, menutup kedua pasang matanya untuk tak melihat adegan yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Yeag Mereka, dua orang yang membuat hidupnya lebih berwarnaー
Berciuman dan sekali lagi tepat di hadapannya.
"Hiks..."
Kegiatan kissing itu terhenti dan menoleh ke sumber suara ketika mendengar suara isak tangis yang berasal dari Jongin.
'Bodoh' Jongin meruntuk dalam hatinya ketika isakan itu keluar begitu saja, meski dirinya sudah menggigit bibir bawahnya hingga rasa asin dikecap lidahnya.
Salah seorang bertubuh lebih mungil dari namja di hadapannya, membulatkan matanya dengan sebelah tangan menutup mulutnya terkejut.
Namun lain halnya dengan namja bertubuh tinggi dengan kulit putih pucatnya yang menatap Jongin datar dan menusuk.
"J-Jongin? A-apa yangー se-sejak kapan kau disana?"
Luhan, pemuda cantik itu meruntuk bibirnya yang berucap dengan rangkaian kata yang berantakan dengan nada bergetar.
Ujung matanya melirik ke arah Sehun, pemuda lebih tinggi yang bertahan dengan ekspresi poker face miliknya, dengan pandangan meminta bantuan.
Tangan yang menutup matanya, ia turunkan mendengar pertanyaan dari Luhan.
Jongin mengulas senyum manis dengan kedua mata yang sembab.
"Sejak kalian bermesraan" jawab Jongin jujur.
"A-aku bisa jeー"
"Tak perlu, aku sudah mengerti Luhan ge. Jadi kalian berpacaran sudah lamakah?"
"Ne"
Mata rusa Luhan lagi-lagi membulat mendengar jawaban yang terlontar dengan mudahnya dari bibir tipis Sehun.
"Hunnie, jangan berbohong"
Luhan menggelengkan kepalanya namun tak ada tanggapan apa-apa dari Sehun.
"Baiklah. Aku, akan bersikap tidak melihat apa-apa. Tapi maaf, aku tak bisa melepaskanmu Sehunnie"
'Hanya sementara' lanjut Jongin dalam hati.
Ia menunduk dan berlalu begitu saja, meninggalkan dua insan yang merupakan sosok yang ia anggap 'berharga', kini mengkhianatinya hanya dalam beberapa waktu.
"Bagus sekali sekarang dia sudah tau semuanya"
Luhan mengacak rambutnya dalam posisi duduk menatap Sehun yang merupakan kekasih sekaligus tunangan dari sahabatnya itu dengan pandangan sinis.
"Aku hanya berbicara jujur, Lu. Bukankah semakin cepat ia tau hubungan kita semakin baik?"
Sehun berjalan kearah almari, mengambil sebotol red wine dengan dua buah gelas di tangan lainnya.
"Tapi kanー"
"Sudah cukup aktingmu untuk berpura-pura jadi sahabat yang 'baik' untuknya. Kau sekarang bisa bersikap seperti biasa, tanpa perlu ada kebohongan"
Sehun menyerahkan gelas berisi cairan merah keunguan ke Luhan yang diterima dengan senang hati.
Wajah yang penuh kekhawatiran mengenai 'sahabatnya' tersebut seketika terganti oleh seringaian tanpa belas kasih miliknya.
"Kau benar, kurasa ia sekarang tengah menangis di kasurnya"
"Jadi?"
Sehun mengarahkan gelas di tangannya ke arah Luhan, Luhan menyambutnya dengan mengadukan ujung gelas kaca yang ia pegang hingga suara nyaring terdengar.
"Dendamku untuknya, akan berakhir"
_oOo_
Jongin berjalan linglung menaiki tangga rumah megahnya.
Ingatannya terus melayang mengenai kejadian beberapa waktu lalu yang membuat kepalanya terasa pening.
BLAMM
Selangkah lagi untuk masuk kekamarnya, ia mendengar suara pintu utama yang tertutup.
Jongin mengurungkan niatnya untuk mengistirahatkan diri dan berjalan mendekati tangga dimana ia melihat kedua sosok orang tuanya yang duduk di sofa.
"Jadi, apa kita akan membawa anak menyusahkan itu?"
DEGG
Jongin mematung mendengar ucapan yang terlontar dari wanita cantik di sana, yeoja yang melahirkan dirinya.
"Aku sudah pasti tidak mau membawanya. Untuk apa membawa seorang anak yang cuma bisa menyusahkan dan tak berguna sepertinya? Terlebih dia hanya 'sebuah kesalahan' yang tak seharusnya ada"
DEGG
DEGG
Dadanya kembali bergemuruh ketika sang ayah yang kini berucap. Airmatanya kembali menetes untuk kesekian kalinya.
Apakah ia tengah berulang tahun, hingga semua orang terdekatnya mengerjai dirinya?
Jika benar, bisakah ia meminta agar semua kejutan ini terhenti?
"Aku juga, sangat menyesal sudah melahirkannya. Jika bukan untuk harta warisan yang akan jatuh ketangannya, aku sudah menggugurkan kandunganku"
BRUGG
Tubuhnya jatuh begitu saja.
Dadanya terasa sesak sekarang, ia berulang kali menarik nafas berusaha mengisi paru-parunya dengan oksigen.
Asmanya kembali kambuh, namun obatnya telah habis ketika ia berada di apartemen Luhan.
Mengingat hal itu, dadanya terasa semakin menyempit.
"Bagaimana sekarang?"
"Kita tinggalkan saja ia disini. Begitu harta warisan sudah diberikan ke anak itu, kita akan mengambilnya dan bagi sama rata. Bagaimana?"
Kim Jongdae atau Chen, namja yang berstatus sebagai ayah biologis Jongin berucap.
"Tidak burー"
"EOMMA, APPA"
Ucapan Kyungsoo, yeoja cantik bermata bulat itu terputus ketika Jongin datang menghampiri mereka dengan berlari.
Akting dimulai.
"Jonginie sayang, mengapa kau berlari nak? Kalau kau jatuh dan terluka bagaimana?"
'dan cepatlah mati' do'a Kyungsoo dalam hati.
Dengan raut wajah jijik yang tidak dilihat Jongin, ia mengelus punggung 'anak' yang memeluknya itu seperti 'biasa'.
"Mian hehehe..." cengir Jongin di balas elusan pada pucuk kepalanya.
'Mereka tetap bersikap baik padaku. Aku yakin, tadi hanyalah ilusi. Ya, ilusi' ucap Jongin meyakinkan hatinya.
Chen mendekat dan mengacak rambut Jongin.
"Tidurlah, kami juga harus istirahat. Besok kami ada penerbangan awal ke Amerika"
Jongin melepas pelukan dan mengangguk.
Mengecup pipi kedua orang tuanya dan berlari menuju kamar.
"Kenapa tidak tambahkan selamanya saja sekalian? Aku tak sudi bertemu dengan anak itu. Lihat? Sekarang aku harus mandi dan mencuci muka lagi untuk membersihkan diri dari anak itu" Keluh Kyungsoo berlalu menuju kamar diikuti Chen di belakangnya.
Namun siapa sangka?
Jongin masih berdiri di anak tangga yang menutupi dirinya jika dilihat dari arah bawah.
Dia mendengar semuanya.
Keyakinan akan itu hanya ilusi menghilang begitu saja.
"Aku hiks... Apa salahku sebenarnya hiks... Beritau aku"
Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya dan menangis dalam diam.
Setelah berita tentang Luhan dan Sehun ternyata seorang kekasih.
Lalu fakta lain tentang Luhan yang mendekatinya hanya untuk membalas dendam dengan menggunakan Sehun untuk berpura-pura menyukainya.
Dan sekarangー?
Apa ia begitu tak diinginkan?
Apa ia begitu tak berharga bagi mereka?
Apaー Sebentar saja, mereka tak bisa bersikap pura-pura baik padanya?
Hanya sebentar dan setelahnya ia akan menghilang.
Jongin memejamkan matanya, dan menghembuskan nafas pelan.
Sebuah ucapan seseorang lainnya terngiang di otaknya.
Ia mengulas senyum kecut, hanya sebentar saja ia akan bertahan dan setelahnyaー
Ia akan menghilang bagaikan debu.
.
.
.
.
.
.
.
TBC or END/?
Note : huwaaaa berapa lama Hyun kagak muncul ya?
Cuma berapa hari jugaan ilangnya ._.
Sebenarnya Hyun ragu ngepost ff yang seharusnya tanggal , mengingat Hyun berulang tahun tapi kondisi berkata lain, jadi yeah...
Baru bisa sekarang deh Jadi, jika ff ini 'buruk' Hyun minta maaf.
Hyun sudah lama tidak pernah menulis lagi, kecuali yang ini aja.
Dan ini benar-benar ff terakhir oke?
Cuma twoshoot aja kok dan yang minta sequel ff ILMH, Hyun serahin ke seorang teman atau sepupu Hyun jika dianya mau :3
jadi ditunggu aja ya?
Kalo Hyun yang lanjutin, ceritanya bukab oneshoot malahan berchapter-chapter lagi -_-
Kalo ff ini ngebosenin maaf :3
Sudah ini kepanjangan bacotnya,
Review please?
